Anda di halaman 1dari 46

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Yang telah


memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Buku Peri Kehidupan ini dengan judul
“The Book of Cardamom”. Shalawat serta salam saya
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW.
Yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Buku Peri Kehidupan ini merupakan salah satu


tugas akhir mata kuliah Phanerogamae di program studi
biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA pada
Universitas Pendidikan Indonesia. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Dr. Topik Hidayat, M.Si dan Ibu Siti
Sriyati, M.Pd selaku dosen pengajar pada mata kuliah
Phanerogamae yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan buku ini.

Penulis sadar dalam penulisan buku ini, masih


banyak kekurangan. Karena itu penulis meminta maaf

1
sebelumnya atas kelalaian yang mungkin ditemukan di
dalam buku ini. Penulis berharap buku ini dapat
memberi manfaat bagi pembacanya. Aamiin.

Bandung, 1 Januari 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................
1.1 Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)..........7
1.2 Tumbuhan Obat................................................8
....................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................
2.1 Deskripsi Umum Zingiberidae............................11
2.2 Familia Zingiberaceae.........................................12
2.3 Distribusi Penyebaran Familia Zingiberaceae.....13
2.4 Contoh Spesien Familia Zingiberaceae...............13
2.5 Deskripsi Amomum compactum..........................15
2.6 Morfologi Amomum compactum.........................15
2.7.2 Daun..............................................................17
2.7.3 Batang...........................................................17
2.7.4 Buah..............................................................18
2.7 Kandungan Zat Kimia Amomum compactum......19
2.8 Manfaat Amomum compactum............................20
....................................................................................................................

3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...............................................
3.1 Rumusan Masalah................................................23
3.2 Tujuan..................................................................23
3.3 Waktu Pelaksanaan..............................................24
3.4 Alat dan Bahan....................................................24
3.5 Cara Kerja............................................................25
BAB IV HASIL PENGAMATAN...........................................................
4.1 Pertumbuhan dan Perkembangan........................27
4.2 Struktur Morfologi Amomum compactum...........30
4.3 Struktur Anatomi Amomum compactum..............34
4.3.1 Tipe Stomata Amomum compactum.............34
4.3.2 Batang Muda Amomum compactum.............35
BAB V PEMBAHASAN...........................................................................
5.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan
Amomum compactum.................................................37
5.2 Struktur Morfologi Tumbuhan Amomum
compactum.................................................................38
5.3 Struktur Anatomi Tumbuhan Amomum
compactum.................................................................40
BAB VI PENUTUP...................................................................................
6.1 Kesimpulan.....................................................42
6.2 Saran Penulis.......................................................42
DAFTAR PUSTAKA................................................................................

4
TENTANG PENULIS..............................................................................

5
6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas)


Pengertian keanekaragaman hayati adalah
variabilitas di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk interaksi ekosistem terrestrial,
pesisir dan lautan dan ekosistem akuatik lain serta
kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup
menjadi bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman
jenis, antar jenis dan ekosistem (Convention on
Biological Diversity, 1993). Pengertian lainnya,
keanekaragaman hayti adalah ketersediaan
keanekaragaman sumber daya hayati berupa jenis
maupun kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman
genetic di dalam jenis), keanekaragaman antarjenis
dan keanekaragaman ekosistem (Sudarsono dkk,
2005: 6).
Keanekaragaman hayati (biological-diversity atau
biodiversity) adalah semua makhluk hidup di bumi
(tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme) termasuk

7
keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan
keanekaragaman ekosistem yang dibentuknya (DITR
2007). Keanekaragaman hayati itu sendiri terdiri atas
tiga tingkatan (Purvis dan Hector 2000), yaitu: (i)
Keanekaragaman spesies, yaitu keanekaragaman
semua spesies makhluk hidup di bumi, termasuk
bakteri dan protista serta spesies dari kingdom bersel
banyak (tumbuhan, jamur, hewan yang bersel banyak
atau multiseluler). (ii) Keanekaragaman genetik,
yaitu variasi genetik dalam satu spesies, baik di
antara populasi-populasi yang terpisah secara
geografis, maupun di antara individu-individu dalam
satu populasi. (iii) Keanekaragaman ekosistem, yaitu
komunitas biologi yang berbeda serta asosiasinya
dengan lingkungan fisik (ekosistem) masing-masing.
1.2 Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan yang
dapat digunakan sebagai obat, berkisar dari yang
terlihat oleh mata hingga yang nampak dibawah
mikroskop (Hamid et al., 1991). Menurut Zuhud
(2004), tumbuhan obat adalah seluruh jenis
tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya
8
mempunyai khasiat obat yang dikelompokkan
menjadi :
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu; jenis tumbuhan
obat yang diketahui atau dipercaya oleh
masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.
2. Tumbuhan obat modern, yaitu; jenis tumbuhan
yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung
senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat
dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan obat potensial, yaitu; jenis tumbuhan
obat yang diduga mengandung senyawa atau
bahan aktif yang berkhasiat obat, tetapi belum
dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya
sebagai obat tradisional sulit ditelusuri.

9
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Umum Zingiberidae


Subkelas Zingiberidae umumnya berhabitus
herba. Daun sempit bertulang daun menyirip sejajar
(parallel-veined). Karakter tulang daun pinnate-
parallel dan merupakan roset batang. Sel tetangga
pada stomata 2, 4 atau lebih. Bunganya dalam
karangan, sedikit sampai banyak. Sepal dapat
dibedakan dari petal seringkali hijau dan basah,
kadang-kadang ada petaloid dalam tekstur tetapi
tidak seperti petal. Nectar umumnya ada, seringkali
ada braktea yang bewarna. Ovarium superum atau
inferum. Bunga ada yang biseksual dan ada yang uni
seksual, ada pula hipogen tetapi sebagian besar
epigin. Stamen berjumlah 6 dalam 2 lingkaran,
tetapi seringkali hanya 5 atau 1 stamen saja yang
fertile, sedangkan sisanya steril atau berubah
menjadi stamenodium yang petaloid. Gynoecum
tersusun atas 3 karpel, beruang 3 atau kadang-

11
kadang beruang satu. Perlekatan karpelnya syncarp.
Polinasi dengan bantuan serangga atau hewan
sejenisnya. Pembuluh terbatas pada akar, kadang-
kadang pada batang dan pada semua organ
vegetative. Subkelas Zingiberidae terdiri atas 2 ordo,
9 familia, dan kurang lebih 3.800 spesies. Kedua
ordo anggota Zingiberidae yaitu ordo Bromeliales
dan ordo Zingiberiales. Kedua ordo tersebut kurang
lebih mempunyai jumlahspesies yang sama, akan
tetapi ordo Bromeliales hanya terdiri atas satu
familia yaitu Bromeliaceae. Sedangkan ordo
Zingiberiales mempunyai 8 familia, yaitu
Streliziaceae, Heliconiaceae, Musaceae, Lowiaceae,
Zingberaceae, Costaceae, Cannaceae, dan
Marantaceae (Cronquist, 1981).
2.2 Familia Zingiberaceae
Familia Zingiberaceae merupakan tumbuhan
dengan habitus herba berbatang semu. Berdaun lebar
dengan pelepah daun yang membungkus batang.
Namun beberapa spesien diantaranya ada yang
mencapai 8 meter. Semua kelompok dari tumbuhan
ini memiliki batang yang berasal dari rhizome yang
12
tumbuh horizontal dibawah tanah yang memiliki
akar dan daun. Kelamin tumbuhan monoecous atau
berumah satu.
2.3 Distribusi Penyebaran Familia Zingiberaceae
Anggota keluarga ini biasanya ditemukan di
daerah beriklim tropis di bagian khatulistiwa bumi
yaitu tersebar cukup luas pada Asia Tenggara,
sebagian kecil Benua Australia, Benua Afrika, dan
Brazil.

Gambar 2.4.1 Distribusi Penyebaran Familia


Zingiberaceae
(Sumber: www.mobot.org)

13
2.4 Contoh Spesien Familia Zingiberaceae
Berikut ini beberapa contoh spesies dari familia
Zingiberaceae:

Gambar 2.5.1 Kaempferia galangal (Kencur)


(Sumber: https://commons.wikimedia.org)

Gambar 2.5.2 Boesenbergia pandurate (Tamu Kunci)


(Sumber: www.flickr.com)

14
Gambar 2.5.3 Cucurma xanthorriza (Temu Lawak)
(Sumber: www.flickr.com)
2.5 Deskripsi Amomum compactum
Kapulaga merupakan tanaman tahunan berupa
perdu dengan tinggi 1,5 m, berbatang semu,
buahnya berbentuk bulat, membentuk anakan
berwarna hijau. Mempunyai daun tunggal yang
tersebar, berbentuk lanset, ujung runcing dengan
tepi rata.Pangkal daun berbentuk runcing dengan
panjang 25-35 cm dan lebar 10- 12 cm, pertulangan
menyirip dan berwarna hijau (Maryani, 2003).
Batang kapulaga disebut batang semu, karena
terbungkus oleh pelepah daun yang berwarna hijau,
bentuk batang bulat, tumbuh tegak, tingginya sekitar
1-3 m. Batang tumbuh dari rizome yang berada di
bawah permukaan tanah, satu rumpun bisa mencapai
20-30 batang semu, batang tua akan mati dan diganti
oleh batang muda yang tumbuh dari rizoma lain
(Sumardi, 1998).
2.6 Morfologi Amomum compactum
2.7.1 Bunga

15
Gambar 2.7.1.1 Bunga Amomum compactum
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
Kapulaga berbunga majemuk, berbentuk bonggol
yang terletak di pangkal batang dengan panjang
kelopak bunga 12,5 cm di kepala sari terbentuk elips
dengan panjang 2 mm, tangkai putik tidak berbulu,
dan berbentuk mangkok. Mahkota berbentuk tabung
dengan panjang 12,5 mm, berwarna putih atau putih
kekuningan. Mahkota berbuah kotak dengan biji
kecil berwarna hitam (Maryani, 2003). Kelamin
bunga biseksual (kealmin jantan dan betina berada
dalam 1 bunga). Calyx corollanya lepas, stamen
epipetal, pistillum (karpel) bersatu dan simetri bunga
zigomorph.

16
2.7.2 Daun

Gambar 2.7.2.1 Daun Amomum compactum


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
Daun tunggal, duduk daun berhadapan, tanpa
tangkai daun, tipe pertulangan daun linier, pangkal
memeluk batang, bentuk daun lanset ujung
meruncing, tepian rata, panjang 5-10 cm, lebar 5-10
cm, pertulangan sejajar, permukaan licin dan
bewarna hijau.
2.7.3 Batang

17
Gambar 2.7.3.1 Batang Amomum compactum
(Sumber: www.bukalapak.com)
Batang berbentuk bulat dengan pola percabangan
sympodial, batang kapulaga disebut batang semu,
karena terbungkus oleh pelepah daun yang berwarna
hijau, bentuk batang bulat, tumbuh tegak, tingginya
sekitar 1-3 m. Batang tumbuh dari rizome yang
berada di bawah permukaan tanah, satu rumpun bisa
mencapai 20-30 batang semu, batang tua akan mati
dan diganti oleh batang muda yang tumbuh dari
rizoma lain (Sumardi, 1998).
2.7.4 Buah

Gambar 2.7.4.1 Buah Amomum compactum


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2018)
Buahnya berupa buah kotak, terdapat dalam
tandan kecil-kecil dan pendek. Buah bulat

18
memanjang, berlekuk, bersegi tiga, agak pipih,
kadang-kadang berbulu, berwarna putih kekuningan
atau kuning kelabu. Buah beruang 3, setiap ruang
dipisahkan oleh selaput tipis setebal kertas.Tiap
ruang berisi 5-7 biji kecil- 11 kecil, berwarna coklat
atau hitam, beraroma harum yang khas. Dalam
ruang biji biji ini tersusun memanjang 2 baris,
melekat satu sama lain (Sinaga, 2008).
Buah tersusun rapat pada tandan, terdapat 5-8
buah pada setiap tandannya. Bentuk buah bulat dan
beruang tiga, setiap buah mengandung 14-16 biji
dan kulit buah berbulu halus. Panjang buah
mencapai 10-16 mm (Sumardi, 1998).
2.7 Kandungan Zat Kimia Amomum compactum
Buah Kapulaga yang disuling mengandung
minyak atsiri dengan komposisi yaitu sineol,
terpineol, borneol. Kadar sineol dalam buah lebih
kurang 12% (Sinaga, 2008). Biji kapulaga
mengandung 3-7% minyak atsiri yang terdiri atas
terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan
beta kamfer. Disamping itu biji juga mengandung
lemak, protein, kalsium oksalat dan asam kersik.
19
Penyulingan biji diperoleh minyak atsiri yang
disebut Oleum Cardamomi yang digunakan sebagai
stimulus dan pemberi aroma. Rimpang kapulaga 14
disamping mengandung minyak atsiri, juga
mengandung saponin, flavonoida dan polifenol,
(Sinaga, 2008).
Komponen-komponen dalam kapulaga termasuk
dalam golongan fenol dan terpena (Santoso, 1988).
Senyawa fenol aktif sebagai antibakteri dengan
mekanisme membentuk kompleks dengan protein
sel sehingga menghambat kerja enzim pada sel
bakteri. Akibatnya struktur dinding sel akan
mengalami denaturasi protein. Diketahui pula bahwa
pada umumnya dinding sel bakteri Gram positif dan
Gram negatif sebagian besar tersusun atas protein
(Guenther, 1987).
2.8 Manfaat Amomum compactum
Rimpang sering digunakan untuk
menghilangkan bau mulut, untuk obat batuk, dan
menurunkan panas (sebagai anti-piretikum).
Rimpang yang dikeringkan, digiling, lalu direbus
dapat menjadi minuman penghangat bagi orang
20
yang kedinginan, terutama bagi yang tinggal di
pegunungan, di daerah beriklim dingin atau di hutan
yang sangat lembab. Minuman ini sekaligus dapat
mengobati sakit panas dalam (Sinaga,2008).
Menurut Haryanto (2006), khasiat kapulaga
antara lain air rebusan batang digunakan sebagai
obat menurunkan panas (demam). Buahnya
dipergunakan untuk bahan penyedap dan penyegar
makanan dan minuman. Buah kapulaga berkhasiat
sebagai obat batuk, amandel, haid tidak teratur,
mulas, tenggorokan gatal, radang lambung, demam,
bau tubuh, bau mulut, sesak nafas, dan influenza.

21
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan terhadap Amomum
compactum atau yang dikenal sebagai Kapulaga.

3.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan dari
tumbuhan Amomum compactum?
2. Bagaimana struktur morfologi tumbuhan
Amomum compactum?
3. Apa manfaat Amomum compactum sebagai
obat?

3.2 Tujuan
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
dari tumbuhan Amomum compactum.
2. Mengetahui struktur morfologi tumbuhan
Amomum compactum.
3. Mengetahui manfaat tumbuhan Amomum
compactum.

23
3.3 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dari benih hingga
pengamatan anatomi tumbuhan Amomum compactum

Waktu pelaksanaan : 31 Oktober – 29 Desember 2018

Tempat : Rumah dan Lab. Struktur


Tumbuhan FPMIPA

3.4 Alat dan Bahan


Tabel 3.4.1 Alat yang digunakan untuk observasi
pertumbuhan dan perkembangan

No. Alat Jumlah


1. Wadah 2 buah
2. Pot Kecil 2 buah
3. Kamera 1 buah
Handphone
4. Penggaris 1 buah
5. Alat Penyemprot 1 buah

Tabel 3.4.2 Bahan yang digunakan untuk observasi


pertumbuhan dan perkembangan

No. Bahan Jumlah


1. Biji Amomum Secukupnya
compactum
2. Tanah Secukupnya
3. Kapas Secukupnya
4. Air Secukupnya

24
3.5 Cara Kerja
Cara melakukan penanaman biji Amomum
compactum, berikut ini langkah-langkah penamaannya:

Biji direndam di dalam mangkuk berisi air


hangat selama satu malam untuk perisapan
germinasi

Biji disimpan di atas kapas yang sudah


dibasahi ditempatkan di tempat gelap
untuk germinasi

Kecambah yang sudah berakar (sekitar 3-5


cm) dipindahkan ke dalam pot untuk
tumbuh

Ulangi tahap diatas dengan selang waktu


satu minggu sebagai perbandingan

Diagram alir 3.5.1 Cara Kerja Penanaman Tumbuhan


Amomum compactum

25
26
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan yang dilakukan akan disajikan
dalam bentuk table pertumbuhan dan foto-foto yang
mendukung keotentikan data.

4.1 Pertumbuhan dan Perkembangan


Tabel 4.1.1 Pertumbuhan Kecambah Amomum
compactum
No
Waktu Gambar Pengamatan Keterangan
.

Rimpang
Minggu ke-0 ditanam pada
1.
tanah pada
pot kecil

Gambar 4.1.1.1 Biji


Amomum compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

27
Daun tumbuh
Minggu ke-1
2. dari rimpang
setinggi 2 cm

Gambar 4.1.1.2
Rimpang Amomum
compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

Daun tumbuh
3. Minggu ke-2
setinggi 6 cm

Gambar 4.1.1.3
Tumbuhan Amomum
compactum minggu ke-2
(Dok. Pribadi, 2018)

Daun tumbuh
4. Minggu ke-3 setinggi 10
cm

Gambar 4.1.1.4

28
Tumbuhan Amomum
compactum minggu ke-3
(Dok. Pribadi, 2018)

Daun tumbuh
5. Minggu ke-4 setinggi 15
cm

Gambar 4.1.1.5
Tumbuhan Amomum
compactum minggu ke-4
(Dok. Pribadi, 2018)

Tabel 4.1.2 Perubahan Tinggi pada Tumbuhan Amomum


compactum
Perubahan
No. Waktu Tinggi (cm)
Tinggi (cm)
1. Minggu ke-1 2 cm 2 cm
2. Minggu ke-2 6 cm 4 cm
3. Minggu ke-3 10 cm 4 cm
4. Minggu ke-4 15 cm 5 cm

29
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Category 1 Category 2 Category 3 Category 4

Tinggi dalam cm

Grafik 3.5.2 Pertumbuhan Tinggi Amomum compactum

4.2 Struktur Morfologi Amomum compactum


Tabel 4.2.1 Karakteristik dan Stuktur Morfologi
Amomum compactum
No. Kriteria Deskripsi Gambar

1. Habitus Herba

Gambar 4.2.1.1 Habitus


Amomum compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

30
Pola
2. Simpodial
Percabangan

Gambar 4.2.1.2 Pola


percabangan Amomum
compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

3. Jenis Daun Tunggal

Gambar 4.2.1.3 Jenis


daun Amomum
compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

4. Duduk Daun Berhadapan

Gambar 4.2.1.4 Duduk

31
daun Amomum
compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

Pertulangan
5. Linier
Daun

Gambar 4.2.1.5
Pertulangan daun
Amomum compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

6. Perbungaan Majemuk

Gambar 4.2.1.6
Perbungaan Amomum
compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

32
7. Jenis Kelamin Biseksual

Gambar 4.2.1.7 jenis


kelamin Amomum
compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

8. Calix/Corolla Lepas

Gambar 4.2.1.8
Calix/Corolla Amomum
compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

Stigma
9. Pistillum
Bersatu

Gambar 4.2.1.9

33
Pistillum Amomum
compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

10. Simetri Bunga Zigomorph

Gambar 4.2.1.10 Simetri


bunga Amomum
compactum
(Dok. Pribadi, 2018)

4.3 Struktur Anatomi Amomum compactum


4.3.1 Tipe Stomata Amomum compactum

Gambar 4.3.1.1 Stomata Pada Daun Amomum


compactum
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

34
Pada daun Kapulaga (Amomum compactum) tipe
stomatanya Fanorophor yaitu stomata dengan sel
penutup sama tinggi dengan sel epidermis.

4.3.2 Batang Muda Amomum compactum

Gambar 4.3.1.1 Jaringan Pada Batang Muda Amomum


compactum
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)
Batang Kapulaga (Amomum compactum) bila
dirunut dari luar adanya jaringan epidermi, jaringan
kolenkim, jaringan angkut dan jaringan dasar.

35
36
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan


Amomum compactum
Kapulaga membutuhkan iklim yang lembab dan
curah hujan dengan kisaran 2500-4000 mm pertahun.
Intensitas hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan
tangkainya menjadi pendek dan bunga yang membusuk.
Jenis tanah yang diperlukan untu kmenanam kapulaga
adalah tanah liat atau lempung yang sudah diberi
perlakuan. Jenis tanah yang paling baik untuk menanam
kapulaga adalah mediteran, andasol, alluvial dan lain-
lain.

Dalam penelitian ini, tanaman ditaruh di sebuah


tempat yang teduh yang tidak terlalu panas serta dapat
pengairan yang cukup (tidak membiarkan media tanam
kering). Kapulaga merupakan jenis tanaman yang sulit
tumbuh dari biji (low seed germination) dikarenakan biji
nya tidak akan tumbuh bila suhu terlalu panas atau
kekurangan air. Peneliti pun mengalami kesulitan dan

37
mengalami pengulangan sebanyak 2 kali. Tamanam
kapulaga baru tumbuh setelah ditanam dengan
rimpangnya setelah 5-7 hari. Dibuktikan dengan
kemunculan daun-daun pertama di hari ke-7. Namun
pertumbuhannya mulai pesat setelah melewati hari ke-
10.

Daun kapulaga berjumlah 2 setiap tunas. Dalam


pertumbuhan tunas baru, duduk daun tidak berhadapan
dan berseling (opposita decusata). Batang mudanya
terdapat bulu-bulu halus yang merupakan trikoma. Rata-
rata pertumbuhan tinggi tanaman adalah -+ 2cm serta
daun yang muncul adalah 2 daun tiap tunas. Daun yang
muncul awalnya belum menunjukkan duduk daun
berhadapan. namun setelah kemunculan 2 daun
berikutnya mulai terlihat duduk daun berhadapan.

5.2 Struktur Morfologi Tumbuhan Amomum


compactum
Morfologi tanaman ini meliputi Habitus, daun,
batang, akar, dan bunga, buah dan biji.

a. Habitus Stevia rebaundia

38
Habitus stevia merupakan herba dimana
percabangan dekat dengan tanah. Tanaman
dewasa yang peneliti miliki berukuran sekitar 50-
60 cm. Tanaman ini tergolong tanaman yang kuat
dan tahan pangkas karena daya regenerasinya
yang cukup tinggi.
b. Daun Stevia rebaundia
Daun Kapulaga berbentuk unik yakni
berbentuk elips lanset. Merupakan daun tunggal
dengan duduk daun berhadapan. Dilihat dari
adaksialnya, terlihat bahwa pertulangan daun
stevia merupakan jenis daun linier.
c. Batang Stevia rebaundia
Batang Kapulaga memiliki Kambium
serta pola percabangannya adalah simpodial.
Batang stevia berbentuk bulat lonjong berwarna
hijau. Ciri khasnya bila tanaman sudah mulai
dewasa, maka batangnya melunak dibagian
ujungnya.
d. Akar Stevia rebaundia
Akar Kapulaga merupakan akar serabut
dengan sistem perakaran halus yang berada dekat

39
dengan permukaan tanah tumbuh menembus ke
dalam tanah.
e. Bunga
Bunga Kapulaga berukuran kecil hanya
sekitar 1-2cm. Simetris bunga merupakan
zygomorph dengan jenis kelamin bunga bisexual.
Memiliki stigma bersatu. Stamen berwarna
kuning emas. Letak stamen. Perbungaan
majemuk. Letak ovarium inferum.

5.3 Struktur Anatomi Tumbuhan Amomum


compactum
Ikatan pembuluh kolateral pada batang tersusun
melingkar. Jaringan kolenkimnya tergolong kolenkim
papan dengan penebalan terutama pada dinding sel.

Pada daun Kapulaga (Amomum compactum) tipe


stomatanya Fanorophor yaitu stomata dengan sel
penutup sama tinggi dengan sel epidermis.

40
41
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. Kecambah Kapulaga rebaundia muncul ada hari
ke-4 kemudian berkembang dengan rata-rata
pertumbuhan 2 cm.
2. Habitus Kapulaga berupa herba, daun tunggal,
bunga yang relative kecil, dan biji yang bersekat-
sekat atau beruang ruang didalamnya.
3. Bermanfaat sebagai bahan aromatic, obat batuk,
mulut berbau.

6.2 Saran Penulis


Saran peneliti adalah bila akan membudidayakan
kapulaga lewat biji perlu diperhatikan kelembaban
lingkungan dan kondisi biji. Bila biji terlalu kering
karena lama disimpan maka biji sulit tumbuh.

42
DAFTAR PUSTAKA

DITR [Department of Industry Tourism and Resources


of Australian Government]. 2007. Biodiversity
Management: Leading Practice Sustainable
Development Program for the Mining Industry.
Department of Industry, Tourism and Resources,
Government of Australia, Canberra
Purvis A, Hector A. 2000. Getting the measure of
biodiversity. Nature 405: 212-219
Hamid, A., Hadad, E.A., dan Rostiana, O.. 1991. Upaya
Pelestarian Tumbuhan Obat di BALITRO. Di
dalam: Zuhud EAM, editor. Prosiding Seminar
Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat dan
Hutan Tropis Indonesia. Bogor: Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Zuhud, E.A.M.. 2004. Hutan Tropika Indonesia Sebagai
Sumber keanekaragaman Plasma Nutfah
Tumbuhan Obat, pp. 1-15 dalam Zuhud

43
E.A.M dan Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan
Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan
Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi
Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Lembaga Alam Tropika Indonesia.
Conqruist, A. (1981). An Integrated System of
Classiffication of Flowering Plants. New York:
Columbia University Press.
Guenther, E. 1987.Minyak Atsiri. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Sinaga, E. 2008.Amomum cardamomum Willd.Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat.
UNAS. Jakarta.
Sumardi . 1998. Isolasi dan identifikasi Minyak Atsiri
dari Biji Kapulaga (Amonium
Cardamomum).Undergraduate thesis, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak
diterbitkan.
Haryanto, S. 2006. Sehat dan bugar secara alami.
Penebar Plus. Depok.

44
Maryani, H. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi
Penyakit pada Usia Lanjut. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Sinaga, E. 2008.Amomum cardamomum Willd.Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat.
UNAS. Jakarta.

45
TENTANG PENULIS

Penulis yang bernama


Nada Nurhanifah ini
dilahirkan di Bandung
pada tanggal 3 Mei
1998. Penulis
merupakan anak ketiga
dari pasangan Yayat
Ruhiyat dan Yusefin.
Penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah
Dasar di SDN Tunas
Harapan 02. Kemudian
ia melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP di SMPN 1
Bandung lalu SMA di SMAN 4 Bandung dan lulus pada
tahun 2016. Setelah lulus SMA ia melanjutkan
pendidikannya ke jenjang S1 Perguruan Tinggi di
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung,
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

46

Anda mungkin juga menyukai