Ahp Penentuan
Ahp Penentuan
Dosen pengampuh :
M Hermansyah, S.T, M.T.
Oleh :
Rozaki (201569030011)
M Febrianto romadlona (201569030007)
Habib Ubaidillah (201569030033)
M Ali Imron (201569030039)
Beny Oky S (201569030019)
Ahmad Khusyairi (201569030031)
M Agus Fiksani (201569030020)
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menerapkan metode AHP
sebagai sistem penunjang keputusan untuk menentukan UKM yang potensial untuk
dijadikan supplier terbaik.
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Menteri Perindustrian R.I. (2006) pasal 1 ayat 1-3, pengertian industri
adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Perusahaan Industri Kecil
yang selanjutnya disebut Industri Kecil (IK) adalah perusahaan yang melakukan kegiatan
usaha di bidang industri dengan nilai investasi paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Perusahaan Industri
Menengah yang selanjutnya disebut Industri Menengah (IM) adalah perusahaan yang
melakukan kegiatan usaha di bidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi
Manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif
dengan pemakainya. Interaktif dengan tujuan untuk memudahkan integrasi antara berbagai
komponen dalam proses pengambilan keputusan seperti prosedur, kebijakan, analisis,
pengalaman dan wawasan manajer untuk mengambil keputusan yanng lebih baik.[6]
SPK adalah sistem yang dibangun untuk menyelesaikan berbagai masalah yang
bersifat manajerial atau organisasi perusahaan yang dirancang untuk mengembangkan
efektivitas dan produktivitas para manajer untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan
teknologi komputer. Hal lainnya yang perlu dipahami adalah bahwa SPK bukan untuk
menggantikan tugas manajer akan tetapi hanya sebagai bahan pertimbangan bagi manajer
untuk menentukan keputusan akhir. Dalam menentukan suatu keputusan banyak faktor
yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang pengambil keputusan, sehingga
dipandang perlu untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang penting dan
mempertimbangkan tingkat pengaruh suatu faktor dengan faktor yang lainnya sebelum
mengambil keputusan akhir [4]
a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada subkriteria yang paling dalam.
b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
c. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitifitas pengambilan keputusan.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan data awal interview dengan pelaku UKM gaplek, dan intensitas-
intensitas pada masing-masing kriteria tersebut urutan hirarkinya dapat digambarkan
seperti pada gambar di bawah ini:
Ukm Terpilih
Setelah disusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi, langkah selanjutnya yaitu
menetapkan perbandingan berpasangan antara kriteria-kriteria dalam bentuk matriks.
Nilai kolom prioritas diperoleh dari nilai kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria = 5.
Nilai 0,4 pada kolom tenaga kerja baris tenaga kerja diperoleh dari nilai prioritas tertinggi
pada Tabel 3, yaitu 0,4, dikalikan dengan nilai kolom tenaga kerja baris tenaga kerja pada
Tabel 2, yaitu 1. Nilai 0,08 pada kolom tenaga kerja baris kapasitas produksi diperoleh dari
nilai prioritas tertinggi pada Tabel 2, yaitu 0,4, dikalikan dengan nilai kolom tenaga kerja
baris kapasitas produksi pada Tabel 2, yaitu 0,2. Nilai 2 pada kolom kapasitas produksi
baris tenaga kerja diperoleh dari nilai prioritas tertinggi pada Tabel 3, yaitu 0,4, dikalikan
dengan nilai kolom kapasitas produksi baris tenaga kerja pada Tabel 2 yaitu 5. Perhitungan
tersebut dilakukan sampai semua kolom dan baris terisi kecuali untuk kolom jumlah.
Kolom jumlah pada Tabel 2 diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing
baris. Misalnya nilai 1,066 dari kolom jumlah diperoleh dengan menjumlahkan nilai 0,133
+ 0,2 + 0,2 + 0,133 + 0,4
Kolom jumlah/baris diperoleh dari kolom jumlah pada Tabel 3. Kolom prioritas diperoleh
dari kolom prioritas pada Tabel 2. Nilai pada kolom hasil diperoleh dari perkalian antara
kolom jumlah/baris dengan kolom prioritas. Nilai pada baris jumlah digunakan untuk
mengetahui nilai rasio konsistensikriteria. Berdasarkan nilai pada tabel 4, dapat dihitung
nilai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 15,475
λ max = = = 3,149
𝑛 5
λ max − 𝑛 3,149−5
CI = = = - 1,851
𝑛 5
CI − 1,851
CR= = = - 1,851
𝐼𝑅 1,12
Ratio index (RI) yang umum digunakan untuk setiap ordo matriks ditunjukkan pada tabel
berikut :
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Dari perhitungan di atas, nilai CR < 0,1 sehingga perhitungan rasio konsistensi dari
perhitungankriteria dapat diterima. Selanjutnya adalah menghitung nilai CR intensitas dari
masing-masing kriteria. Perhitungan dilakukan dengan cara yang sama dengan
penghitungan kriteria yaitu menghitung perbandingan berpasangan, menghitung matriks
nilai, menjumlahkan setiap baris, setelah itu dapat dihitung nilai rasio konsistensinya.
Intensitas setiap kriteria memiliki nilai yang identik sehingga perhitungan intensitas hanya
dilakukan satu kali. Dengan menggunakan rumus yang sama dengan perhitungan kriteria,
diperoleh tabel-tabel perhitungan intensitas berikut :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 4,6
λ max = = = 0,92
𝑛 5
λ max − 𝑛 0,92 −5
CI = = = - 0,816
𝑛 5
CI − 0,816
CR = = = - 0,729
𝐼𝑅 1,12
Dari perhitungan di atas, nilai CR < 0,1 sehingga perhitungan rasio konsistensi dari
perhitungan intensitas dapat diterima. Setelah diketahui nilai rasio konsistensi
intensitasnya, langkah selanjutnya adalah menghitung hasil.
• Menghitung Hasil
Nilai prioritas untuk kriteria tenagakerja adalah 0,4, nilai prioritas untuk kriteriakapasitas
produksi adalah 0,205, nilai prioritas untukkriteria investasi adalah 0,1712, nilai prioritas
untuknilai produksi adalah 0,143 dan nilai prioritas untukbahan baku adalah 0,0808.
Selanjutnya adalah kriteria-kriteria yang dimiliki pada setiap UKM belum dalam bentuk
intensitas, maka dengan proses pengubahan intensitas ini data diubah kedalam bentuk
intensitas. Pengubahan tersebut berdasarkan range-range pada data awal UKM Kabupaten
Pasuruan.
Tabel 7. Tabel UKM yang dipilih
Tenaga Kerja Nilai Kapasitas Nilai Produksi Nlai Bahan
Nama UKM (Orang) Investasi Produksi Baku
Ds Randukerto R R S S T
Banyumas T ST ST T S
UD Sumber R S S S S
Pangan
Darmajati R S R R R
Karangrejo
Banjarsari T ST T T S
Pilntahan T ST T T S
Ds
0.092 0,002 0,028 0,023 0,021 0,074
Randukerto
UD
Sumber 0,039 0,004 0,028 0,023 0,013 0,107
Pangan
Darmajati
0,039 0,004 0,017 0,014 0,008 0,082
Karangrejo
Kolom total pada tabel 9 diperoleh dari penjumlahan pada masing-masing barisnya. Nilai
total ini digunakan untuk merangking UKM yang diprioritaskan untuk mensupply
produknya ke pabrik di daerah Kabupaten Pasuruan. Semakin besar nilai yang didapat
maka semakin besar prioritas untuk dipilih. Kami Tampilkan 6 UKM yang nilainya
tertinggi. Dan ada 3 UKM yang nilainya sama.
Dari hasil pengujian terhadap kriteria yang dikembangkan menggunakan model AHP
dapat disimpulkan bahawa perhitungan telah dengan benar, sehingga perhitungan ini dapat
digunakan dan 6 UKM yang terpilih untuk diprioritaskan untuk mensupply produknya ke
pabrik di daerah Kabupaten Pasuruan adalah sebagai berikut :
- Banyumas : Paserpan (UKM A)
- Banjarsari : Pandaan (UKM B)
- Pilntahan : Pandaan (UKM C)
- UD Sumber Pangan : Sukorejo (UKM D)
- Darmajati Karangrejo : Purwosari (UKM E)
- Ds Randukerto : Grati (UKM F)
Pemilihan 6 ukm diatas dilihat dari segi pengiriman, jumlah karyawan, produk, kualitas,
biaya.
UKM A
pengiriman
UKM B
Jumlah karyawan
UKM C
SUPPLIER Produk
UKM D
Kualitas
UKM E
Biaya
UKM F
Gambar 2. Struktur Hirarki Alternatif Pemilihan Supplier
Tabel 11. Perbandingan Berpasangan Antar Supplier Pada Kriteria Jumlah Karyawan
UKM A UKM B UKM C UKM D UKM E UKM F
UKM A 1 3 3 5 1 1
UKM B 0,333 1 3 5 1 1
UKM C 0,333 0,333 1 5 1 1
UKM D 0,2 0,2 0,2 1 1 1
UKM E 1 1 1 1 1 1
UKM F 1 1 1 1 1 1
λ= (∑EV/VB) / n
2,451⁄ 0,906⁄ 0,857⁄ 0,596⁄ 0,442⁄
Nilai λ = ( 0,469+ 0,172+
5
0,164+ 0,110+ 0,085
) = 5,269
CI = Consistency Index = ( λ -n) / (n-1)
5,269−5
CI = = 0,067
4
CR = CI / RI , RI = Random indeks
0,067
CR = = 0,060
1,12
Karena hasil dari CR ≤ 0,1 maka penilaian konsisten dan pengolahan data dapat
dilanjutkan ke perhitungan selanjutnya.
Hasil Penelitian
Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka diperoleh tabel hasil
perhitungan akhir dari AHP seperti pada tabel 17.
Berdasarkan tabel nilai akhir tersebut maka dapat dilihat bahwa “ UKM A”
memperoleh nilai akhir paling besar dan menempati peringkat ke-1 dengan nilai 0.240,
kemudian “UKM B” pada peringkat ke-2 dengan nilai akhir 0.237, “UKM C” pada
peringkat ke-3 dengan nilai akhir 0.162, “UKM E” pada peringkat ke-4 dengan nilai akhir
0.131, “UKM F” pada peringkat ke-5 dengan nilai akhir 0.128, dan “UKM D” pada
peringkat ke-6 atau terakhir dengan nilai akhir 0.102.
Dari hasil perhitungan nilai masing-masing UKM yang ada di atas terlihat bahwa
tidak ada perbedaan nilai yang signifikan yang diperoleh antara UKM satu dengan yang
lainnya. Hal ini dikarenakan penilaian yang diberikan oleh Pengambil Keputusan ketika
melakukan wawancara mempunyai sifat subjektif dan merupakan keputusan sepihak. Hal
tersebut dapat dilihat dari pemberian bobot yang dimana Pengambil Keputusan lebih
mementingkan kriteria pengiriman dari pada keempat kriteria yang lain yaitu jumlah
karyawan, produk, kualitas, dan biaya, bahkan biaya dianggap tidak begitu penting karena
standar harga dari masing-masing supplier relatif sama.
Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bagian
sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil adalah menetapkan “UKM A” sebagai
supplier yang terbaik. Hal tersebut bisa diketahui dengan adanya nilai akhir tertinggi pada
perhitungan akhir AHP yaitu dengan nilai sebesar 0.240.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Kementerian Koperasi dan UKM.2012. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM) Dan Usaha Besar (UB)Tahun
2011 – 2012. 12 Maret 2015.
http://www.depkop.go.id/phocadownload/data_umkm/sandingan_ data_umkm_2011-
2012.pdf.
[2] Kosasi, Sandy. 2002. Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support System).
[3] Menteri Perindustrian Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah,
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil Nomor 37/M-IND/PER/6/2006
tentang Pengembangan Jasa Konsultansi Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Jakarta.
[4] Turban, Efraim, et al. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems
7th Ed. New Jersey : Pearson Education.
[5] Saaty, T.L. 2008. Decision making with the analytic hierarchy process. University
of Pittsburgh: USA.
[6] Suryadi, K. dan M.Ali Ramdhani. 2010. Sistem Pendukung Keputusan. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.