Anda di halaman 1dari 10

HADIS-HADIS TENTANG MATERI DAKWAH

Muhammad Rifki Maulana Efendi


Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten
m.rifkimaulana19@gmail.com

Abstract
Dakwah sebagai aktivitas di dalam kehidupan seorang muslim, maka
sudah barang tentu aktivitas tersebut haruslah berlandaskan pada dasar dasar
ajaran agama Islam itu sendiri. Adapun pokok landasan ajaran Islam pada
dasamya ialah AI-Qur’an dan al-Hadits. Sedangkan pelaksanaan dakwah
tersebut, juga menyangkut komunikasi antar sesama manusia dalam
masyarakat. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pula peraturan-peraturan yang
berlaku di dalam masyarakat tersebut, Sehingga dengan demikian pelaksanaan
dakwah tidak banyak mengalami hambatan-hambatan. Dakwah tidak akan
berhasil apabila seorang da’i tidak menyerahkan dirinya secara totalitas untuk
berjuang di jalan Allah. Dakwah yang berhasil ialah dakwah yang efektif
membimbing manusia untuk amar ma’ruf dan nahi mungkar.

Keyword: Syi’ar, al-Qur’an, al-Hadis, berbagi kebaikan

Pendahuluan
Islam  adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk
menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmat
bagi seluruh alam.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa banyak perubahan
bagi masyarakat, baik secara berfikir, sikap, maupun tingkah laku. segala persoalan
kemasyarakatan yang semakin rumit dan kompleks yang dihadapi oleh umat
manusia adalah masalah yang harus dihadapi dan diatasi oleh para pendukung dan
pelaksana dakwah.
Dakwah menjadi tugas yang harus diemban oleh setiap muslim, dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab, bahkan dakwah itu menjadi tugas rutin, dan
kesinambungan dari masa ke masa sampai kelak di kemudian hari.
Karena tujuan utama dakwah adalah untuk mengajak mad’u (obyek dakwah) ke
jalan yang benar yang diridhai Allah. Maka materi dakwah harus bersumber dari
sumber pokok ajaran islam, yakni Al-Qur’an dan Al-Hadis. Namun karena luasnya
2

materi dan kedua sumber tersebut, maka perlu adanya pembatasan yang disesuakan
dengan kondisi mad’u.
A. Pengertian Materi Dakwah
Secara etimologi bahasa perkataan da’wah berasal dari kata kerja ‫)دعوة يدعو دعا‬
da’a, yad’u, da’watan), yang berarti mengajak, menyeru, memanggil, mengundang1.
Secara terminologi, banyak ilmuwan yang mengartikan tentang dakwah yang
akan diterangkan sebagai berikut: Muhammad Natsir seperti yang dikutip dari buku
Manajemen Dakwah Islam karya Rosyad Shaleh, mendefinisikan dakwah sebagai
usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan
seluruh konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini,
yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media dan cara
yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam perikehidupan
perseorangan, perikehidupan berumah tangga, perikehidupan bermasyarakat dan
perikehidupan bernegara2.
Istilah dakwah dalam buku Manajemen Dakwah karya Wahyu Ilaihi, dakwah
adalah sebuah aktifitas atau kegiatan yang bersifat menyeru atau mengajak kepada
orang lain untuk mengamalkan ajaran Islam. Dakwah adalah suatu aktivitas yang
pelaksanaannya bisa dilakukan dengan berbagai cara atau metode3.
Secara umum dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik yang
tentunya dapat menggunakan wasilah (media) dan thariqah (metode). Dakwah
merupakan aktivitas yang sangat urgen dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat
tersebar dan diterima oleh manusia. Hukum dakwah telah disebutkan dalam Al-
Qur’an dan Hadits. Dalam al-Qur‟an surat an-Nahl ayat 125 di samping
memerintahkan kaum muslimin untuk berdakwah sekaligus memberi tuntunan
bagaimana cara-cara pelaksanaannya yakni dengan cara yang baik dan sesuai
dengan petunjuk agama4.
B. Sumber Materi Dakwah
Keseluruhan materi dakwah, pada hakikatnya bersumber dari dua sumber, yaitu:
al-Qur‟an dan al-Hadits. Menurut Hasby al-Shiddiqiy, alQur‟an adalah kalam Allah

1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Edisi Ke-2, Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997, hlm. 406.
2
Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, hlm. 8.
3
Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, hlm. 21.
4
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta;Kencana , V , 2016, hlm. 38.
3

SWT yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan atau di wahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW dan membacanya merupakan suatu ibadah. Sedangkan al-Hadits
adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa
perkataan, perbuatan,pernyataan (taqrir), dan sebagainya5.
Secara khusus, Al-Qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan
kepada Muhammad SAW. Dan sebutan Al-Qur’an tidak terbatas pada sebuah kitab
dengan seluruh kandungannya, tapi juga bagian ayat-ayatnya juga dinisbahkan
kepadanya. Maka jika mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, maka
dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca itu membaca Al-Qur’an6
Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru –
lawan dari al-Qadim (lama) – artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu yang
dekat atau waktu yang singkat seperti (orang yang baru masuk/memeluk agama
islam). Hadis juga sering disebut dengan al-khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu
yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.Secara
umum fungsi Hadis adalah untuk menjelaskan makna kandungan Al-Qur’an yang
sangat dalam dan global atau li al-bayan (menjelaskan). Hanya penjelasan itu
kemudian oleh para ulama diperinci ke berbagai bentuk penjelasan7.
Agama Islam adalah agama yang menganut ajaran kitab Allah, yakni al-Qur‟an
dan al-Hadits Rasulullah SAW. Dimana keduanya merupakan sumber utama ajaran
Islam. Oleh karenanya, materi dakwah Islam tidaklah dapat dilepaskan dari dua
sumber tersebut. Bahkan bila tidak berstandar kepada keduanya (al-Qur’an dan al-
Hadits), maka seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syari’at Islam.
C. Unsur-unsur Dakwah
Dalam kegiatan dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam
dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang harus ada dalam
setiap kegiatan dakwah8. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u
(mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah
(metode dakwah), dan atsar (efek dakwah)9.
5
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), h.
17
6
Syaikh Manna „ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta :Pustaka AlKautsar, 2011,cet
ke-6), h.16
7
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1993), h.1-2
8
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010, hlm. 19
9
Moh. Ali Aziz, op.cit, hlm. 75
4

a. Da’i (Pelaku Dakwah)


Kata da’i ini secara umum sering disebut dengan sebutan mubaligh
(orang yang menyebarkan ajaran Islam) namun sebenarnya sebutan ini
konotasinya sangat sempit karena masyarakat umum cenderung mengartikan
sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan seperti
penceramah agama, khatib (orang yang berkhutbah), dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam buku Ilmu Dakwah karya Moh.
Ali Aziz terdapat pengertian para pakar dalam bidang dakwah, yaitu:
1) Nasaraddin Lathief mendefinisikan bahwa da’i itu ialah muslim dan muslimat
yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli
dakwah adalah da’i, mubaligh mustamain (juru penerang) yang menyeru
mengajak dan memberi pengajaran dan pelajaran agama Islam.
2) M. Natsir, pembawa dakwah merupakan orang yang memperingatkan atau
memanggil supaya memilih, yaitu memilih jalan yang membawa pada
keuntungan10.
3) Wahyu Ilaihi, da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan
maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok, lembaga
atau bentuk organisasi11.
b. Mad’u (Penerima Dakwah)
Wahyu Ilaihi dalam bukunya Komunikasi Dakwah mengartikan mad’u
adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau menjadi sasaran dakwah atau
manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang beragama
Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia secara keseluruhan12.
Sedangkan Muhammad Abduh, dalam buku Ilmu Dakwah karya Moh.
Ali Aziz membagi mad’u menjadi tiga golongan, yaitu13:
1) Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran, yaitu yang dapat berpikir
secara kritis, cepat menangkap persoalan.
2) Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara
kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

10
Ibid,. hlm.79
11
Wahyu Ilaihi, op.cit, hlm. 19.
12
Ibid, hlm. 20
13
Moh. Ali Aziz, op.ci., hlm. 92.
5

3) Golongan yang berbeda dengan golongan di atas, mereka senang membahas


sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup mendalam benar.
c. Maddah (Materi Dakwah)
Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan da’i kepada mad’u.
Pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran Islam yang secara umum yaitu
pesan aqidah, syari’ah dan akhlak14.
Menurut Moh. Ali Aziz dalam bukunya Ilmu Dakwah, menjelaskan
bahwa Maddah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i pada
mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah adalah ajaran
Islam itu sendiri15.
d. Wasilah (Media Dakwah)
Menurut Asmuni Syukir dalam bukunya Dasardasar Strategi Dakwah
Islam, mengatakan bahwa Media Dakwah adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.
Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu
dan sebagainya.
Media dakwah adalah alat yang dipergunakan untuk menyampaikan
materi dakwah (ajaran) Islam kepada mad’u 16. Dalam buku Publistik Islam
Teknik Dakwah dan Leadership karya Hamzah Ya‟qub, Abdul Kadir Munsyi
menjelaskan bahwa media dakwah adalah alat yang menjadi saluran penghubung
ide dengan umat, suatu elemen yang vital yang merupakan urat nadi dalam
totalitas dakwah.17
e. Thariqah (Metode Dakwah)
M. Munir dalam bukunya Metode Dakwah yang menyatakan bahwa
metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan
kasih sayang.18

14
Wahyu Ilaihi, op.cit, hlm. 20.
15
Moh. Ali Aziz, op.cit, hlm. 94.
16
Ibid,.hlm 120.
17
Hamzah Ya‟qub. Publistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership. Bandung: Diponegoro, 1973, hlm.
47.
18
M. Munir, Metode Dakwah, Cet. Ke-3, Jakarta: Kencana, 2009, hlm. 7.
6

Hal yang sangat erat kaitannya dengan wasilah adalah thariqah (metode
dakwah). Kalau wasilah adalah alat-alat yang dipakai untuk menyampaikan
ajaran Islam maka thariqah atau metode dakwah adalah jalan atau cara yang
dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam).19
e. Atsar (Efek Dakwah)
Efek dalam ilmu komunikasi biasa disebut dengan feed back (umpan
balik) adalah umpan balik dari reaksi proses dakwah. Dalam bahasa
sederhananya adalah reaksi dakwah yang ditimbulkan oleh aksi dakwah20.
D. Macam-macam Materi Dakwah
Secara umum, materi dakwah diklasifikasikan menjadi empat
masalah pokok, yaitu :
a. Masalah Aqidah (keimanan)
Aspek akidah adalah yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh
karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah
aqidah atau keimanan.
Ciri-ciri yang membedakan aqidah dengan kepercayaan agama lain, yaitu:
1) Keterbukaan melalui persaksian (syahadat).
2) Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah
Tuhan seluruh alam.
3) Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan.
Orang yang memiliki iman yang benar (hakiki) akan cenderung untuk berbuat
baik dan akan menjauhi perbuatan jahat, karena perbuatan jahat akan
berkonsekuensi pada hal-hal yang buruk. Iman inilah yang berkaitan dengan dakwah
Islam dimana amar ma‟ruf nahi mungkar dikembangkan yang kemudian menjadi
tujuan utama darisuatu proses dakwah21
b. Masalah Syari‟ah
Materi dakwah yang bersifat syari‟ah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat
Islam. Disamping mengandung dan mencakup kemaslahatan sosial dan moral,
materi dakwah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang benar dan
kejadian secara cermat terhadap hujjah atau dalil-dalil dalam melihat persoalan

19
Moh. Ali Aziz, op.cit, hlm. 121.
20
Wahyu Ilaihi, op.cit, hlm. 21.
21
Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 26
7

pembaruan, sehingga umat tidak terperosok kedalam kejelekan, karena yang


diinginkan dalam dakwah adalah kebaikan22.
c. Masalah Muamalah
Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar
porsinya daripada urusan ibadah. Ibadah dalam muamalah disini diartikan sebagai
ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada
Allah SWT. Statement ini dapat dipahami dengan alasan :
1) Dalam al-Qur‟an dan al-Hadits mencakup proporsi terbesar sumber hukum yang
berkaitan dengan urusan muamalah.
2) Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar
daripada ibadah yang bersifat perorangan.
3) Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih
besar dari pada ibadah sunnah23.
d. Masalah Akhlaq
Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun
yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabi‟at. Sedangkan secara
terminologi, pembahasan akhlaq berkaitan dengan masalah tabi‟at atau kondisi
temperature batin yang mempengaruhi perilaku manusia.
Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlaq dalam Islam pada dasarnya
meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi
kejiwaannya. Islam mengajarkan kepada manusia agar berbuat baik dengan ukuran
yang bersumber dari Allah SWT.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa apa yang menjadi sifat Allah
SWT, pasti dinilai baik oleh manusia sehingga harus dipraktikkan dalam perilaku
sehari-hari24
Ali Yafie menyebutkan lima pokok materi dakwah, yaitu :
1) Masalah Kehidupan
Kehidupan yang dianugerahkan Allah kepada manusia merupakan modal
dasar yang harus dipergunakan secermat mungkin. Dakwah memperkenalkan

22
Ibid, hlm. 26
23
Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah., hlm.27
24
Ibid,. hlm.27.
8

dua jenis kehidupan, yaitu kehidupan di bumi yang sangat terbatas ruang dan
waktu. Dan kehidupan akhirat yang terbatas dan kekal abadi sifatnya.
2) Masalah Manusia
Bahwa manusia adalah makhluk yang mempunyai hak hidup, hak
memilki, hak berketurunan, hak berfikir sehat, dan hak menganut keyakinan
yang di imani. Serta diberi kehormatan untuk mengemban penegasan Allah yang
mencakup:
a) Pengenalan yang benar dan pengabdian yang tulus kepada Allah
b) Pemeliharaan dan pengembangan dirinya dalam perilaku dan perangai yang
luhur
c) Memelihara hubungan yang baik, yang damai, dan rukun dengan
lingkungannya (sosial dan cultural)
3) Masalah harta benda
Masalah benda (mal) yang merupakan perlambang kehidupan.
Maksudnya disini tidak akan dibenci dan hasrat untuk memilikinya tidak
dimatikan dan tidak dibekukan. Akan tetapi ia hanya dijinakkan dengan ajaran
qona‟ah dan dengan ajaran cinta sesama dan kemasyarakatan, yaitu ajaran infaq
(pengeluaran dan pemanfaatan) harta benda bagi kemaslahatan diri dan
masyarakat.
4) Masalah Ilmu Pengetahuan
Dakwah menerangkan tentang pentingya ilmu pengetahuan, sebab ilmu
pengetahuan adalah hak semua manusia islam menetapkan tiga jalur ilmu
pengetahuan:
a) Mengenal tulisan dan membaca
b) Penalaran dalam penelitian atas rahasia-rahasia alam
c) Pengambaran di bumi seperti study tour dan ekspedisi ilmiah
5) Masalah Aqidah
Keempat pokok yang menjadi amteri dakwah di atas harus berpangkal
pada akidah islamiah. Akidah mengikat kalbu manusia dan menguasai batinnya.
Akidah inilah yang membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, pertama
kali yang dijadikan materi dakwah Rasullah adalah akidah dan keimanan. Dengan
9

iman yang kukuh akan lahir keteguhan dan pengorbanan yang akan selalu
menyertai setiap langkah dakwah25.
Bertolak dari materi yang disampaikan itu kegiatan dakwah dalam
bentuk implementatif mudah dilaksanakan sebagai realisasi pengalamannya26.
4. Teori Menyusun Materi Dakwah
Menurut Hamzah D. Uno, dalam menyusun pesan baik itu materi belajar ataupun
berdakwah perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Adanya kesesuaian materi dengan tujuan yang akan dicapai dalam berdakwah.
Dengan adanya kesesuaian antara materi pesan dakwah dengan tujuan
dakwah maka aktivitas berdakwah akan berjalan sesuai dengan harapan yang
diinginkan.
b. Adanya kesesuaian antara materi dakwaah dengan kondisi sosio cultural
masyarakat yang ada. Ketika materi pesan dakwah sesuai dengan kondisi social
dan kebudayaan masyarakat setempat, maka pastinya dakwah akan mudah
diterima oleh masyarakat.
c. Materi pesan dakwah harus dibuat secara berurutan dan sistematis.
d. Dalam menyusun pesan, hal-hal yang penting diberi tanda-tanda khusus bisa
berupa pewarnaan atau dicetak miring27.
Kesimpulan
Secara umum dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik yang
tentunya dapat menggunakan wasilah (media) dan thariqah (metode). Dakwah
merupakan aktivitas yang sangat urgen dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat
tersebar dan diterima oleh manusia. Hukum dakwah telah disebutkan dalam Al-Qur’an
dan Hadits.
Keseluruhan materi dakwah, pada hakikatnya bersumber dari dua sumber, yaitu:
al-Qur‟an dan al-Hadits.
Dalam kegiatan dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam
dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang harus ada dalam
setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u

25
Ali Yafie, Dakwah dalam Al-Qu‟an dan As-Sunnah , (Jakarta: Wijaya,1992), h. 10,17
26
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional Menuju Dakwah
Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007), h. 53
27
Hamzah B. Uno, Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Akasara, 2006), h. 98
10

(mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah (metode
dakwah), dan atsar (efek dakwah).
Secara umum, materi dakwah diklasifikasikan menjadi empat
masalah pokok, yaitu : masalah aqidah, masalah syari’ah, masalah muamalah, masalah
akhlaq.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Edisi
Ke-2, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997
Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1977
Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, Jakarta;Kencana , V , 2016
Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran/Tafsir, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1972)
Syaikh Manna „ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an, (Jakarta :Pustaka
AlKautsar, 2011,cet ke-6)
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1993
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010
Hamzah Ya‟qub. Publistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership. Bandung:
Diponegoro, 1973
M. Munir, Metode Dakwah, Cet. Ke-3, Jakarta: Kencana, 2009
Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006)
Ali Yafie, Dakwah dalam Al-Qu‟an dan As-Sunnah , (Jakarta: Wijaya,1992)
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: Dari Dakwah Konvensional Menuju
Dakwah Profesional, (Jakarta: Amzah, 2007)
Hamzah B. Uno, Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Akasara, 2006)

Anda mungkin juga menyukai