Anda di halaman 1dari 13

IDE TENTANG TUHAN DAN GAIB

Penulis:

Christofel Hukubun M.Th, M.Pd


chrishukubun85@gmail.com
chris.hukubun@sttekumene.ac.id
WA 081340483128

Abstract
The purpose of this paper is to provide a description and formulation of God
and the supernatural by whom and the origin of the idea. In this writing we use the
method of literature, which is reading and researching all literature related to the
above title. The idea of the occult human civilization took place on earth and more
specifically seen in pictures in France 15,000-11,000 years and in Turkey 3.3
million years -11.00 years and known since 4,000 years BC by the Sumerians and
Assyrians ruled it and the Babylonians make a new center of religiosity.
Furthermore, all religions acknowledge that God and the supernatural exist in all
religions and form the basis of that religion.

Keywords: Ideas, God and the Occult

Abstrak
Tujuan penulisan ini adalah memberikan gambaran dan rumusan tentang
Tuhan dan gaib oleh siapa dan asal mula dari mana ide tersebut. Dalam penulisan
ini kami gunakan metode kepustakaan yaitu membaca dan meneliti semua literatur
yang berhubungan dengan judul di atas. Ide tentang gaib itu berlangsung peradaban
manusia ada di bumi dan lebih spesifik terlihan pada gambar di Perancis 15.000-
11.000 tahun dan di Turki 3,3 juta tahun -11.00 tahun dan dikenal sejak 4.000 tahun
Sebelum Masehi oleh masyarakat Sumeria dan bangsa Asyur menguasainya dan
bangsa Babilonia menjadikan sebagai pusat religiositas yang baru. Selanjutnya
semua agama mengakui bahwa Tuhan dan gaib itu terdapat dalam semua agama
dan menjadi dasar agama tersebut.

Kata Kunci: Ide, Tuhan dan Gaib

1
Pendahuluan
Bila kita berbicara tentang ide tentang Tuhan dan Gaib, menarik untuk
dipelajari dan dibahas secara ilmiah ditinjau dari faktor teologis, historis,
fenomenologis, sosiologis, antropologis dan psikologis. Yang nantinya
menemukan kapan, siapa pencetus atau memiliki gagasan atau ide tentang Tuhan
dan gaib tersebut dan bagaimana pendapat setiap orang, agama tentang ide tentang
Tuhan dan gaib dengan menggunakan metode-metode di atas.Tahap-tahap
pembicaraan akan mengikuti kerangka berpikir secara teologis, historis,
fenomenologis, sosiologis, antropologis dan psikologis sebagai sebuah proses
terjadinya ide tentang Tuhan dan gaib dalam sebuah penafsiran.
Metode Penelitian
Bahan atau Materi Penelitian: Penelitian ini adalah Pustaka. Sumber pokok dan
bahan penelitian buku-buku yang berkaitan dengan penulisan ini. Antara lain
meliputi: Sejarah Tuhan (2002) oleh Karen Amstrong oleh Nurul Huda Kariem
MR, Materi Perkuliahan Study Agama-Agama (2020) oleh Dr Agus Andreas
Madya Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta, Presentasi Kelompok Satu
(Christofel Hukubun, Ivo Satri Rukua, Eliesar Marampa) (2020), Hasil Rangkuman
Diskusi Paripurna Mahasiswa S3 STT Ekumene Jakarta (2020), dan literatur lain
yang menjelaskan judul di atas.
Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan Langkah-langkah yang dapat dikemukakan
sebagai berikut: Pertama, Pengumpulan Data. Tahap pengumpulan data ini
meliputi penelusuran literatur yang relevan sesuai tema, baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung. Data itu diperoleh dari perpustakaan dan
internet. Kedua, Pengeloloaan Data. Tahap pengelolaan data ini meliputi
penerapan metode penelitian untuk mengelolah data yang telh tersedia. Data diolah
sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan dimengerti sebagai suatu sistem
yang lengkap. Ketiga, Penyajian Hasil Penelitian. Pada tahap penyajian hasil
penelitian akan dipaparkan hasil pengelolaan data di atas, sehingga tersusun suatu
konsep pemandangan yang sistematis mengenai konsepsi-konsepsi ide tentang
Tuhan dan gaib.
Analisis Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian historis faktual, teologis,
sosiologis, antropologis, fenomenalogis dan psikologis. Adapun metode-metode
yang digunakan antara lain: Pertama, Metode interpretasi. Metode ini penting
digunakan untuk menyelami data yang tersedia dab mengungkapkan makna yang
terkandung di dalamnya. Melalui penerapan metode interpretasi ini diharapkan
akan dapat menggambarkan secara tepat dan lengkap permasalahan-permasalahan
konsepsi ide tentang Tuhan dan gaib sepanjang sejarah umat manusia. Melalui
metode ini pula akan dicari prospek pemikiran awal yang dapat mengarahkan
langkah-langkah pengembangan tentang konsepsi-konsepsi ide tentang Tuhan dan

2
Gaib sepanjang sejarah manusia. Kedua, Metode induksi. Metode ini maksudnya
adalah bahwa semua tata materi mengenai ide tentang Tuhan dan gaib dipelajari
dalam history, teologis, antropologis, sosiologis, bentuk fenomenologis dan
psikologis dalam bentuk case study untuk mencermati dan menganalisis konsep-
konsep pokoknya dengan hubungan dengan yang lain (induksi) sehingga dapat
disebut sintesa dari padanya. Ketiga, Metode kosperasi. Metode ini dimaksudkan
untuk membandingkan ide tentang Tuhan dan gaib dari berbagai agama
disepanjang sejarah manusia. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasikan
kelebihan dan kekurangan ide tentang Tuhan dan gaib yang diteliti hasilnya
tercermin dalam evaluasi.
Pembahasan
Pengertian Istilah: Pertama, Pengertian kata ide, dari kamus besar Bahasa
Indonesia adalah rancangan yang tersusun dalam pikiran; gagasan; cita-cita1.
Pengertian tentang artinya suatu prihal, mengenai, atau kira-kira pada satu hal2.
Kedua, Pengertian Tuhan adalah sesuatu yang diyakini, dipuja dan disembah oleh
manusia sebagai yang Maha Kuasa, Maha Perkasa; sesuatu yang dianggap sebagai
Tuhan pada orang tertentu3. Ketiga, Pengertian gaib artinya tidak kelihatan,
tersembunyi, tidak nyata; para ilmuan mencoba meneliti hal-hal di alam semesta
ini; hilang lenyap; tidak diketahui sebab-sebab4. Keempat, Dari pengetian di atas
ini maka dapat simpulkan bahwa ide tentang Tuhan dan dan gaib adalah suatu
rancangan, cita-cita, gagasan yang tersusun dalam pikiran mengenai suatu yang
diyakini, dipuja dan disembah oleh manusia sebagai yang Maha Kuasa, Maha
Perkasa yang dianggap sebagai Tuhan oleh orang tertentu yang tidak kelihatan,
tersebunyi, tidak nyata di alam semesta ini, yang sedang diteliti oleh para ilmuan.
Ide Tentang Tuhan Dan Gaib.
a. Ide tentang Tuhan dan Gaib Pada Mulanya
Pada mulanya manusia menciptakan satu Tuhan Pencipta langit dan bumi,
tidak diwakili oleh gambaran apapun, tidak memiliki kuil, tidak ada pendeta yang
mengabdi kepada-Nya. Dia terlalu luhur sehingga ibadah manusia tidak memadai.
Perlahan memudar sehingga tidak ada manusia yang mengabdi kepada-Nya dan
sama sekali terhilang dari Tuhan itulah teori yang dipopulerkan oleh Wilhelm
Schmidt di tahun 1912 dalam bukunya “The Orgin of the idea of God”. Bahwa
sebelum manusia menyembah banyak dewa, manusia sudah memiliki satu Tuhan
Yang Esa, Tertinggi dan Luhur. Ini masih terlihat di Afrika ada suku pribumi masih
mereka mengungkapkan kerinduan kepada Tuhan melalui doa; percaya bahwa dia
mengawasi mereka dan akan menghukum setiap dosa. Namun demikian, dia

1
Ide, diakses dari internet tanggal 12 Mei 2020 jam 07.28https://kbbi.web.id>ide
2
Tentang, diakses dari internet tanggal 12 Mei 2020 Jam 07.29
https://kbbi.web.id>tentang
3
Tuhan, diakses dari internet tanggal 12 Mei 2020 jam 07.30https://kbbi.web.id>tuhan
4
Gaib, diakses dari internet tanggal 12 Mei 2020 jam 07.35 https://kbbi.web.id>gaib

3
anehnya tidak hadir dalam kehidupan keseharian mereka; tidak ada kultus khusus
untuknya dan dia tidak pernah tampil dalam penggambaran.
Para antropolog berasumsi bahwa Tuhan ini telah menjadi begitu jauh dan
mulia sehingga dia sebenarnya telah digantikan oleh ruh yang lebih rendah dan
tuhan-tuhan yang lebih mudah dijangkau. Adalah mustahil untuk membuktikan hal
ini dengan cara apa pun. Namun, tampaknya menciptakan tuhan-tuhan telah sejak
lama dilakukan oleh umat manusia. Ketika satu ide keagamaan tidak lagi efektif,
maka ia segera akan diganti. Ide-ide ini diam-diam sirna, seperti ide tentang Tuhan
Langit, tanpa menimbulkan banyak kegaduhan. Dalam era kita sekarang ini, banyak
orang akan mengatakan bahwa Tuhan yang telah disembah berabad-abad oleh umat
Yahudi, Kristen, dan Islam telah menjadi sejauh Tuhan Langit. Sebagian lainnya
bahkan dengan terang-terangan mengklaim bahwa Tuhan telah mati.
Di Kepulauan Laut Selatan, mereka menyebut kekuatan misterius ini
sebagai mana; yang lain mengalaminya sebagai sebuah kehadiran atau ruh;
kadang-kadang ia dirasakan sebagai sebuah kekuatan impersonal, seperti layaknya
sebentuk radio aktivitas atau tenaga listrik. Kekuatan ini diyakini bersemayam
dalam diri kepala suku, pepohonan, bebatuan, atau hewan-hewan. Orang Latin
mengalami numina (ruh-ruh) dalam semak yang dianggap suci; orang Arab
merasakan bahwa daratan dipenuhi oleh jin-jin. Secara alamiah, manusia ingin
bersentuhan dengan realitas ini dan memanfaatkannya, tetapi mereka juga ingin
sekadar mengaguminya. Rudolf Otto, ahli sejarah agama berkebangsaan Jerman
yang menulis buku penting The Idea of the Holy pada 1917, percaya bahwa rasa
tentang gaib ini (numinous) adalah dasar dari agama.
Kekuatan gaib dirasakan oleh manusia dalam cara yang berbeda-beda
terkadang ia menginspirasikan kegirangan liar dan memabukkan, terkadang
ketenteraman mendalam, terkadang orang merasa kecut, kagum, dan hina di
hadapan kehadiran kekuatan misterius yang melekat dalam setiap aspek kehidupan.
Pada periode Paleolitik, misalnya, ketika pertanian mulai berkembang,
kultus Dewi Ibu mengungkapkan perasaan bahwa kesuburan yang
mentransformasi kehidupan manusia sebenarnya adalah sakral. Para seniman
memahat patung-patung yang melukiskannya sebagai seorang perempuan hamil
telanjang yang banyak ditemukan oleh para arkeolog tersebar di seluruh Eropa,
Timur Tengah, dan India.
Spiritualitas yang serupa telah menjadi ciri dunia Mesopotamia kuno.
Lembah Tigris-Eufrat, yang berada di wilayah pemerintahan Irak kini, telah dihuni
sejak 4000 SM oleh kelompok manusia yang dikenal sebagai orang Sumeria.
Mereka telah membangun salah satu kebudayaan oikumene (dunia berperadaban)
terbesar pertama. Di kota-kota Ur, Erech, dan Kish, orang Sumeria mencipta aksara
cuneiform mereka, membangun menara-kuil hebat yang disebut ziggurat, dan
mengembangkan hukum, sastra, dan mitologi yang mengesankan. Tak lama
berselang, kawasan itu di invasi oleh orang Akkadian Semitik, yang kemudian
mengadopsi bahasa dan peradaban Sumeria.

4
Tentang Yahweh hingga dia menampakkan diri kepada Musa di Semak
Menyala. Yahweh menjelaskan bahwa sebenarnya dia adalah Tuhan yang sama
dengan Tuhan Abraham, seakan-akan ini merupakan pernyataan yang agak
kontroversial: dia mengatakan kepada Musa bahwa Abraham memanggilnya "El
Shaddai" dan tidak mengetahui nama suci "Yahweh".

b. Tuhan itu Satu dan Gaib


Ketika Yesaya berdoa di Kuil atau Bait Allah tak lama setelah wafatnya Raja
Uzia, dia barangkali juga tengah dilanda perasaan gundah; pada saat yang sama dia
mungkin juga secara tidak nyaman menyadari ketidaklayakan upacara Kuil yang
mewah. Meskipun Yesaya merupakan bagian dari kelas penguasa, dia memiliki
pandangan demokratis dan populis serta sangat peka terhadap nasib kaum miskin.
Tatkala semerbak dupa menyebar di depan Bait Suci dan darah binatang kurban
membasahi tempat itu, Yesaya mungkin mencemaskan bahwa agama Israel telah
kehilangan integritas dan makna batinnya. Tiba-tiba dia melihat Yahweh tengah
menduduki singgasananya di langit tepat di atas Kuil, yang merupakan replika
istana langitnya di bumi. Ujung jubah Yahweh memenuhi tempat suci itu dan dia
dikawal dua serafim yang menutupi wajah dengan sayap-sayap mereka. Mereka
berteriak satu sama lain: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam (Yahweh
Sabaoth). Seluruh bumi penuh kemuliaannya!" Ketika suara keduanya menggema,
seluruh Kuil bergetar dan dipenuhi asap tebal, mengelilingi Yahweh dengan kabut
tak tertembus, mirip awan dan asap yang menyembunyikannya dari pandangan
Musa di Gunung Sinai. Artinya ide tentang Tuhan itu bukan ide manusia tetapi
Tuhan sendiri yang menampakan diri-Nya kepada umat manusia. Tuhan itu gaib
karena Dia menyatakan Diri-Nya sendiri tanpa campur tangan dan mengerjakan
mujizat yang ajaib.

c. Ide Tentang Tuhan dan Gaib menurut Kristen


Ide tentang Tuhan dan Gaib dari sudut pandang Kristen atau Alkitabiah bahwa
Tuhan menciptakan manusia serupa segambar dengan Allah untuk bersekutu
dengan Tuhan, berkembang biak, memerintah bumi. Manusia digoda iblis agar
menjadi seperti Allah maka manusia berbuat dosa. Dalam keberdosaan itu Tuhan
menyatakan diriNya kepada manusia di taman eden. Ide tentang Tuhan bagi
manusia pertama itu karena digoda oleh iblis (Kejadian 3:5). Tetapi muncul
generasi ketiga dari manusia pertama yaitu Enos, maka pada waktu itulah orang
mulai memanggil nama TUHAN (Kejadian 4:26). Tentang gaib, banyak terlihat di
zaman nabi Musa sejak panggilan Musa menjadi Nabi dan Pembebas umat Israel di
Mesir di dalam Kitab Keluaran. Gaib menurut pandangan Kristen adalah kuasa
supranatural yang terjadi lebih dari kekuatan kerja manusia secara natural. Dalam
Keluaran 3:19 berkata bahwa “Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan
membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat.” Tangan yang kuat
artinya kuasa supranatural atau gaib.

5
Yohanes mempertegas bahwa Yesus adalah logos; dia juga mengatakan
bahwa logos itu adalah Allah. Sungguhpun demikian, menurut Arius, Yesus
bukanlah tuhan dalam hakikatnya, tetapi diangkat Tuhan ke status ilahiah. Dia
berbeda dengan kita semua karena Tuhan telah menciptakannya secara langsung
sedangkan makhluk-makhluk lain diciptakan melalui dia. Tuhan telah mengetahui
bahwa jika logos menjadi manusia, dia akan mematuhi Tuhan secara sempurna.
Oleh karena itu, Tuhan telah, bisa dikatakan demikian, menganugerahkan kesucian
kepada Yesus sejak semula. Akan tetapi, kesucian Yesus bukanlah alamiah
baginya: itu hanyalah sebuah pemberian atau karunia.
Secara historis, fenomenologis dan antroplologis, kesaksian semua nabi-nabi,
hakim-hakim, raja-raja Perjanjian Lama dan rasul-rasul Perjanjian Baru di Alkitab
memiliki ide tentang Tuhan dan gaib. Dan Alkitab mencatat banyak mujizat yang
terjadi secara supranatural seperti dilakukan nabi Musa yaitu membelah laut teberau
(Keluaran 14:15-31), Air keluar dari batu (Keluaran 17:1-7), Mengalahkan Amalek
(Keluaran l 17:8-16), Menerima hukum Torat dari Sinai (Keluaran 19:1-23). Yosua
menyeberangkan umat Israel di sungai Yordan, meruntuhkan tembok Yerikho
(Yosua 3; 6). Malaikat menyatakan diri kepada Gideon (Hakim-hakim 6:11-40).
Elia membangkitkan orang mati (1Raja-Raja 17:21-24), Menurunkan api dari langit
(1Raja-Raja 18:38), berdoa menurunkan hujan (1Raja-Raja 18:44-46), membelah
sungai yordan (2Raj 2:8), Elia terangkat dalam angin badai (2Raja-Raja 2:11).
Semua nabi dalam Perjanjian Lama selalu mengadakan mujizat secara supranatural
itu disebut perkerjaan secara gaib. Di Perjanjian Baru sejak tampil Yahanes
Pembaptis pelayanan penuh dengan supranatural atau gaib yaitu waktu masa
dikandung, dan lahir waku dikandung Zakariah ayah Yohanes Pembaptis bisu
sampai Yohanes lahir. Banyak mujizat dan kesembuhan terjadi menjadi fenomena
pelayanan Yesus yaitu: Mengubah air jadi anggur, membangkitkan Lasarus dari
antara orang mati, mentahirkan orang kusta, membangkitkan anak Yairus,
menyembuhkan hamba perwira Kapernaum, dan juga Petrus membangkitkan
Dorkas, Paulus membangkitkan Etikus. Bagi pandangan Alkitab tidak semua gaib
itu dari Tuhan, jika gaib karena perbuatan sihir, santet, jimat-jimat, itu bukan dari
Tuhan tetapi dari setan dan dari dunia.

d. Ide Tentang Tuhan dan Gaib menurut Islam


Alam dibedakan atas alam ghaib (seperti Allah, malaikat, jin, surga, dan
neraka) dan alam tampak. Ghaib menurut bahasa berarti yang tidak tampak. Allah-
lah yang paling mengetahui kedua alam tersebut. “Dialah Allah yang tidak ada ilah
kecuali Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang tampak (QS Al-Hasyr : 22)”.
“Sesungguhnya Aku mengetahui segala yang ghaib di langit dan di bumi dan Aku
mengetahui apa yang kalian tampakkan dan apa yang kalian sembunyikan (QS Al-
Baqarah: 33)”.
Kita harus beriman kepada yang ghaib. “Kitab ini tidak ada keraguan
didalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang
beriman kepada yang ghaib … (QS Al-Baqarah: 2-3)”. Tetapi kita hanya bisa

6
mengetahui yang ghaib secara benar dengan cara ikhbari, yakni sejauh apa yang
dikemukakan oleh Allah dan Rasul-Nya (Al-Qur’an dan As-Sunnah).
Alam ghaib yang diciptakan oleh Allah merupakan ujian bagi manusia selama
dia hidup di dunia. Manusia diuji apakah ketika di dunia dia beriman kepada Allah,
Hari Akhir, surga, neraka, pahala akhirat dan sebagainya yang mana semuanya itu
tidak tampak ataukah dia mengingkarinya.5 Bagi Islam gaib seperti praktek sihir,
santet, guna-guna itu adalah dosa.
Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu
kelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa
Tuhan mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi penentu segalanya. Di lain pihak
ada yang berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa
manusialah yang menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di
kalangan umat Islam pernah menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan) umat
Islam, yang cukup menyedihkan. Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian terhadap
para tokoh Jabariah oleh penguasa Qadariah pada zaman khalifah al-Makmun
(Dinasti Abbasiah). Munculnya faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat dengan
masalah politik umat Islam setelah Rasulullah Muhammad meninggal. Sebagai
kepala pemerintahaan, Abu Bakar Siddiq secara aklamasi formal diangkat sebagai
pelanjut Rasulullah. Berikutnya digantikan oleh Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan
Ali6.
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di
dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah.
Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti: patung,
pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2): 165, sebagai berikut:

Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut


konsep tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari
ungkapan-ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara
ritual. Abu Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan
Khadijah (sekitar 15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-
kata Alhamdulillah. (Lihat Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba
Allah) telah lazim dipakai di kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-
Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan
lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut timbul pertanyaan apakah konsep
ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi
Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari

5
Gaib Menurut Islam diakses dari Internet tanggal 23 Mei 2020 Jam 22.29
http://menaraislam.com/aqidah-dan-ushuluddin/alam-ghaib-menurut-islam
6
Ide Tentang Tuhan Menurut Islam diakses dari Internel tanggal 23 Mei 2020 Jama 22.47
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

7
kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang dibawa Muhammad sama
dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam


dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu


berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan
bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas
dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan
ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana


dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai
jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika
Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah
disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah
sebagai Uswah hasanah.

e. Ide Tentang Tuhan dan Gaib menurut Hindu


Agama Hindu memiliki konsep Nirguna-brahman (esensi alam semesta; realitas
sejati; atau Tuhan impersonal), sementara sebagian mazhab menganut konsep Saguna-
brahman (zat ilahi yang berkepribadian; Tuhan personal yang memiliki kasih sayang), yang
menyebut Tuhan dengan nama Wisnu, Siwa, atau bahkan Sakti (kualitas feminin dari
Tuhan), contohnya Saraswati (gambar). Agama Hindu merupakan system kepercayaan
yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat monotisme, politeisme,
panenteisme panteisme, monisme, dan ateisme7. Konsep ketuhanannya bersifat kompleks
dan bergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan filsafat yang diikuti.
Kadang kala agama Hindu dikatakan bersifat henoteisme (melakukan pemujaan terhadap
satu Tuhan, sekaligus mengakui keberadaan para dewa), tapi istilah-istilah demikian
hanyalah suatu generalisasi berlebihan.
Mazhab dan aliran Hindu-dualistis seperti Dwaita dan tradisi Bhakti menyembah
Tuhan yang berkepribadian (memiliki guna atau "atribut ketuhanan", yaitu supremasi dari
sifat-sifat baik manusia seperti Maha-penyayang, Maha-pemurah, Maha-pelindung, dan
sebagainya), sehingga mereka memujanya dengan nama Wisnu, Siwa, Dewi, Dewata,
Batara, dan lain-lain, tergantung aliran masing-masing. Dalam tradisi Hindu pada
umumnya, Tuhan yang dipandang sebagai zat mahakuasa dengan supremasi dari sifat baik
manusia dari pada dianggap sebagai asas semesta yang tak terbatas
disebut Iswara, Bhagawan, atau Parameswara8.

7
Ninian Smart (2007). "Polytheism". Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica
Online. Diakses tanggal 27 Mei 2020 Jam 08.43
8
John Bowker, (1997): He Oxford Dictionary of World Religions, OUP, 97

8
Meski demikian, ada beragam penafsiran tentang Iswara, mulai dari keyakinan bahwa
Iswara sesungguhnya tiada sebagaimana ajaran Mimamsa sampai pengertian bahwa
Brahman dan Iswara sesungguhnya tunggal, sebagaimana yang diajarkan mazhab
Adwaita. Dalam banyak tradisi Waisnawa, Ia disebut Wisnu, sedangkan kitab Waisnawa
menyebutnya sebagai Kresna, dan kadang kala menyebutnya Swayam Bhagawan.
Sementara itu, dalam aliran Sakta, Ia disebut Dewi atau Adiparasakti, sedangkan dalam
aliran Saiwa, Ia disebut Siwa. Ajaran Smarta yang monistis memandang bahwa seluruh
nama-nama ilahi seperti Wisnu, Siwa, Ganesa, Sakti, Surya, dan Skanda sesungguhnya
manifestasi dari Brahman yang Maha Esa.

f. Ide Tentang Tuhan dan Gaib menurut Budha


Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam
agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Samawi di mana alam
semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali
ke surga ciptaan Tuhan yang kekal.
Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang
Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila
tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan,
Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para bhikkhu,
karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta,
Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan,
pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.
Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam Sutta
Pitaka, Udana VIII:3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam
agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi Ajatang
Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan,
Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat
dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi
dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia
yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan
(samsara) dengan cara bermeditasi.9
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat
bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep
Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang
Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang
mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep
Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang
menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan
konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.

9
Corneles Wowor, (2003): "Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha".
Samaggi Phala diakses dari internet tanggal 27 Mei 2020 Jam 11.27
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Buddha

9
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam
kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan
konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama
pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari
agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya
Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan
atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai
kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati di mana satu
makhluk tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu
pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa - dewi
yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai.
Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu
melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran
& realitas sebenar-benarnya.

g. Ide Tentang Tuhan dan Gaib menurut para Filosuf


Pada abad kesembilan orang Arab mulai bersentuhan dengan sains dan
filsafat Yunani. Hubungan ini membuahkan hasil berupa kemajuan kultural yang,
menurut orang Eropa, dapat dilihat sebagai penghubung antara zaman Renaisans
dan zaman Pencerahan. Sebuah tim penerjemah, kebanyakan beranggotakan orang
Kristen Nestorian, menerjemahkan naskah-naskah Yunani ke dalam bahasa Arab
dan berhasil melaksanakan pekerjaan yang brilian. Kaum Muslim Arab kini bisa
mempelajari astronomi, kimia, kedokteran dan matematika dengan sangat
gemilang sehingga selama abad kesembilan dan kesepuluh, dalam era
pemerintahan Dinasti Abbasiyah, mereka menghasilkan berbagai penemuan ilmiah
yang mengungguli periode sejarah mana pun sebelumnya.
Sejenis kelompok Muslim baru pun lahir, yang mengabdikan diri kepada
gagasan yang disebut falsafah (filsafat). Kata ini biasanya diterjemahkan sebagai
"filsafat", tetapi memiliki makna yang lebih luas dan kaya: Seperti philosophes
Prancis abad kedelapan, para faylasuf (filosof) ingin hidup secara rasional sesuai
hukum-hukum yang mereka yakini mengatur kosmos, yang bisa dicermati pada
Kata faylasuf dan falsafah dipertahankan penulisannya untuk membedakan
filsafat Islam dengan filsafat lainnya. Untuk lebih jelasnya lihat Glosarium tentang
definisi faylasuf dan falsafah peny. setiap tingkatan realitas.
Pada awalnya, mereka memusatkan perhatian kepada ilmu-ilmu alam,
namun kemudian, secara tak terelakkan, mereka beralih kepada metafisika Yunani
dan berupaya menerapkan prinsip-prinsipnya ke dalam Islam. Mereka yakin bahwa
Tuhan para filosof Yunani identik dengan Allah. Orang Kristen Yunani juga telah
merasakan afinitas dengan Helenisme, tetapi menetapkan bahwa Tuhan orang
Yunani harus dimodifikasi oleh Tuhan Alkitab yang lebih paradoksikal. Akhirnya,
seperti akan kita lihat, mereka memalingkan diri dari tradisi filsafat mereka sendiri
karena meyakini bahwa akal dan logika tidak banyak berkontribusi bagi kajian
tentang Tuhan. Namun, para faylasuf tiba pada kesimpulan yang berlawanan:

10
mereka percaya bahwa rasionalisme mempersembahkan bentuk agama yang paling
maju dan telah mengembangkan pandangan yang lebih tinggi. tentang Tuhan
daripada yang diwahyukan di dalam kitab suci.
Pada masa sekarang, orang secara umum memandang sains dan filsafat
sebagai dua hal yang bertentangan dengan agama. Akan tetapi, para faylasuf
biasanya adalah orang-orang saleh dan memandang diri mereka sebagai putra-
putra setia Nabi. Sebagai Muslim yang baik, mereka sadar politik, tidak
menyenangi gaya hidup mewah kaum penguasa, dan ingin memperbarui
masyarakat sesuai dengan akal sehat. Mereka mengupayakan sesuatu yang
penting: karena studi ilmiah dan filosofis mereka didominasi oleh pemikiran
Yunani, mereka perlu menemukan keterkaitan antara iman mereka dan pandangan
yang lebih rasionalistik dan objektif ini. Sangatlah tidak tepat untuk menurunkan
Tuhan ke tingkat kategori intelektual tersendiri dan memandang keimanan berada
pada lingkup yang terpisah dari persoalan kemanusiaan lainnya. Para faylasuf tidak
bermaksud menghapuskan agama, melainkan ingin menyucikannya dari apa yang
mereka pandang sebagai unsur-unsur primitif dan parokial. Mereka tidak punya
keraguan tentang keberadaan Tuhan tetapi merasa bahwa hal ini perlu dibuktikan
secara logis untuk memperlihatkan bahwa Allah selaras dengan nilai rasionalistik
yang mereka pegang.

h. Ide Tentang Tuhan dan Gaib menurut para Mistik


Siapa itu kaum mistik? Kaum yang percaya kepada mitos, mistisme, dan
misteri. Menurut Bahasa Yunani adalah Misteion artinya menutup mata atau mulut.
Mitos berarti Sesuatu yang tidak benar atau kebohongan. Tahun 1960-an, orang
Barat mulai percaya kepada Yoga.
Tokoh kaum mistik: Joshep Cambell, di Amerika. Mitologi mempengaruhi
psikis atau jiwa seseorang. Orang yang percaya yoga, percaya bahwa menempuh
jalan melalui labirin atau satu pencarian jiwa yang tak berpangkal. Muhammad dan
teman-teman memiliki mistik, dan pengikutnya juga memiliki kecenderungan
memliki mistik dengan cara mereka sendiri. Suhwardi berkeyakinan bahwa kaum
mistik dan symbol-simbol kitab suci-seperti langit, neraka, dan kiamat-sama nyata
dengan keadaan dunia sekarang ini.
Bagi kaum mistik didominasi oleh otak. Kaum mistik memiliki
pengembaraan menuju Singgasana Tuhan melalui alam mitologis tujuh langit,
tetapi hanya pengembaraan imajener yang tak pernah dipahami secara harafiah,
tetapi dipandang sebagai pendakian simbolik melalui kawasan-kawasan misterius
pikiran10.
Pengalaman Muhammad SAW, mendapat pengalaman secara mistik yang
diriwayatkan dalam melakukan perjalanan malam hari dari Arab ke Masjidil Aqsha
di Yesusalem. Didalam tidurnya, dia dibawah oleh Jibril dan Muhammad SAW
mulai melakukan pendakian dengan seekor kuda langit Muhammad disambut oleh
Ibrahim, Musa, Isa dan serombongan nabi lain dan ini meneguhkan misi kenabian

10
Karen Armstrong, (1993): Sejarah Tuhan, Penerbit Mizan Bandung, 326

11
Muhammad. Dan setelah itu Muhammad dan Jibril melakukan pendakian (mi’raj)
ke tujuh tingkat langit yang masing-masing dihuni nabi. Akhirnya Muhammad
SAW berhasil mencapai wilayah ilahi11. Muhammad tidak melihat Tuhan langsung
tetapi simbol-simbol yang mengarah kepada realitas ilahi.
Ide tentang gaib sudah berlangsung sejak lama di Perancis 15.000 tahun
Sebelum Masehi yaitu pemujaan menurut terhadap binatang (legionsitas). Berupa
patung binatang dari gading mammoth. Di Doni-Chezna, Turki dan di Babilonia
ditemukan patung dengan bentuk visualisasi yang sama. Firgur wanita dalam
keadaan telanjang, yang menjadi symbol kesuburan, pemberi perubahan pada
kehidupan dan itu terjadi 3,3 juta tahun – 11.000 tahun yang lalu. Menurut Rudolf
Otto (the idio of the holly 1917) Ide tentang Tuhan yang gaib (numinous) adalah
dasar dari agama12.

Kesimpulan
Dari pemaparan ide tantang Tuhan dan Gaib di atas ini maka kami
simpulkan hal-hal sebagai berikut:
Pertama, Ide tentang Tuhan dan gaib itu terjadi sejak peradaban manusia
3,3 juta tahun – 11.000 tahun yang lalu.
Kedua, Semua agama di bumi ini memiliki ide tentang Tuhan dan gaib yang
berbeda sesuai dengan budaya, pemahaman teologis dan kehidupan sosial mereka.
Ketiga, Fenomena tentang ide tentang Tuhan dan gaib berbeda sehingga
setiap agama secara fenomenal ingin menonjolkan kegaiban Tuhan dalam agama
mereka.
Keempat, Tuhan dan gaib menjadi dasar semua agama sehingga suatu
agama yang tidak memiliki Tuhan dan kuasa gaib maka dianggap hanya suatu hal
yang biasa dan bukan suatu agama.
Kelima, Dasar semua ide tentang Tuhan dan gaib yang hakiki adalah
mencari dan menampilkan kebenaran.

Daftar Pustaka
Andreas Agus M, W, (2020), Materi Kuliah Studi Agama-Agama, STT Ekumene
Jakarta

Corneles Wowor, (2003): "Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha".
Samaggi Phala
diakses dari internet tanggal 27 Mei 2020 Jam 11.27
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Buddha

11
Ibid, 231
12
Andreas Agus M, W, (2020), Materi Kuliah Studi Agama-Agama, STT Ekumene
Jakarta

12
Gaib, diakses dari internet tanggal 12 Mei 2020 jam 07.35
https://kbbi.web.id>gaib

Gaib Menurut Islam diakses dari Internet tanggal 23 Mei 2020 Jam 22.29

Ide, diakses dari internet tanggal 12 Mei 2020 jam 07.28https://kbbi.web.id>ide

Ide Tentang Tuhan Menurut Islam diakses dari Internel tanggal 23 Mei 2020 Jama
22.47
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

John Bowker, (1997): He Oxford Dictionary of World Religions, OUP, 97

Karen Armstrong, (1993): Sejarah Tuhan, Penerbit Mizan Bandung, 326

Ninian Smart (2007). "Polytheism". Encyclopædia Britannica. Encyclopædia


Britannica Online.
diakses tanggal 27 Mei 2020 Jam 08.43

Tentang, diakses dari internet tanggal 12 Mei 2020 Jam 07.29


https://kbbi.web.id>tentang

Tuhan, diakses dari internet tanggal 12 Mei 2020 jam


07.30https://kbbi.web.id>tuhan
http://menaraislam.com/aqidah-dan-ushuluddin/alam-ghaib-menurut-islam

13

Anda mungkin juga menyukai