Anda di halaman 1dari 6

POLA ASUH ORANGTUA YANG MEMILIKI ANAK BERKEBUTUHAN

KHUSUS (TUNARUNGU) DI BOYOLALI

Oleh:
Dinar Widiana
Krismi Diah Ambarwati
Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah-Indonesia

Abstrak
Pola asuh berpengaruh terhadap perkembangan anak terlebih dengan orangtua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus tunarungu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran pola
asuh orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus (tunarungu) di Boyolali. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan 4 partisipan (dua pasang orangtua). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa partisipan sudah bisa menerima kondisi anak mereka yang tunarungu serta
memberikan dukungan langsung diberikan oleh keempat partisipan agar kondisi dan perkembangan
anaknya semakin baik. Partisipan membangun komunikasi yang baik dengan anak, orang tua
memberikan dukungan terhadap anak, membangun relasi yang baik dengan anak, dan juga melakukan
usaha untuk mendisiplinkan anak. Partisipan memiliki harapan agar anak mereka bisa berbicara dan
mendengar.

Kata kunci: pola asuh, anak berkebutuhan khusus, tunarungu

Abstract
Parenting influential on the development of children, especially with parents who have deaf children.
This study aims to find out how the parenting pattern of parents who have children with special needs
(deaf) in Boyolali. This research uses qualitative method with 4 participants (two pairs of parents).
The results showed that participants were able to accept the condition of their children who are deaf
and provide direct support given by the four participants to improve the condition and development of
their children. Participants build good communication with children, parents support children, build
good relationships with children, and also make efforts to discipline children. Participants have hope
that their child can speak and listen.

Keywords: parenting, children with special needs, deaf

PENDAHULUAN dinilai, dan ditiru oleh anaknya yang kemudian


Menjadi orang tua bukan merupakan semua itu secara sadar atau tidak sadar akan
suatu pekerjaan yang mudah. Orangtua diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula
memiliki cara dan pola tersendiri dalam bagi anak-anaknya. Hal ini akan berpengaruh
mengasuh dan membimbing anak. Cara dan terhadap perkembangan anak (Ismira, 2008).
pola tersebut tentu akan berbeda antara satu Ada keluarga yang memiliki anak yang lahir
keluarga dengan keluarga yang lainnya. Dalam secara normal dan dapat berkembang sesuai
kegiatan memberikan pengasuhan ini, dengan kemampuan dan tugas
orangtua akan memberikan perhatian, perkembangannya dengan baik. Namun ada
peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta juga keluarga yang memiliki anak dengan
tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, berbagai hambatan yang dapat mengganggu
perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu dilihat, proses perkembangan dari anak tersebut. Hal

ADIWIDYA, Volume II Nomor 2 – November 2018 10


ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi menyampaikan pendapat, dengan ucapan yang
bentuk pola asuh yang ditetapkan orang tua benar (kesulitan dalam artikulasi, suara kacau
pada anaknya (Rini, 2006). Salah satu dan berbicara tidak lancar). 2) kesulitan
hambatan adalah anak-anak yang terlahir tidak menangkap atau menerima pesan. Anak
bisa mendengar (tunarungu). Jumlah tunarungu dapat menangkap dan menerima
penyandang tunarungu diperkirakan sebesar pesan apabila lawan bicaranya mengucapkan
1,25 persen dari total jumlah penduduk dengan jelas dan pelan, dibantu dengan isyarat.
Indonesia atau sekitar 2.962.500 jiwa (Utono, 3) sering terjadi salah persepsi. 4) kesulitan
2012). Batasan tentang tunarungu tersebut dalam menyusun kata-kata dengan struktur
antara lain dikemukakan oleh Blackhurst dan kalimat atau tata bahasa yang benar. 5) dalam
Berdine (1981), memberi batasan tentang berkomunikasi kurang mempertimbangkan
tunarungu sebagai berikut tunarungu dapat penggunaan bahasa dengan menyesuaikan
dibatasi sebagai suatu keadaan kehilangan siapa lawan bicaranya. Penelitian yang
fungsi pendengaran, sehingga tidak dapat dilakukan oleh Rohmaniar (2010),
digunakan untuk mendengar, seperti pada menyebutkan bahwa 5 orang dari subyek-
kehidupan yang normal. Tarmansyah (1996) subyek penelitian yang ada, penyesuaian yang
memberikan pengertian tunarungu adalah baik ada pada mereka yang mendapat motivasi
suatu keadaan keterbatasan fungsi auditori. dan bimbingan dari orangtuanya. karakteristik
Dari hasil observasi dan wawancara anak yang beraneka ragam juga
yang dilakukan di Sekolah SLB B-C YPCM mempengaruhi bentuk pola asuh yang
Boyolali pada tanggal 2 September 2016 diterapkan oleh keluarga. Berbagai kekhasan
didapatkan bahwa anak-anak tunarungu yang dimiliki anak juga tidak bisa
berkomunikasi dengan teman-temannya disamaratakan begitu saja, tetapi harus melihat
dengan menggunakan bahasa isyarat dan keunikan dan memperhitungkan keadaan
menggunakan bahasa oral juga lebih keadaan dari masing masing anak, baru dapat
ditekankan pada gerak bibir. Dari hasil diterapkan pola asuh yang sesuai bagi anak
wawancara awal dengan dua orang perempuan tersebut (Rini, 2006). Menurut Baumrind
dan dua orang laki-laki orang tua dari anak (1983) ada dua dimensi besar pola asuh yaitu
tunarungu, mereka menceritakan kebingungan responsiveness dan demandingness yang
bagaimana bersikap dan memperlakuan anak, menjadi dasar dari kecenderungan jenis
karena mereka baru menyadari dan kegiatan pengasuhan anak. Dimensi
memperhatikan ketika umur anak mereka responsiveness atau responsivitas berkenaan
kurang lebih 1 tahun. Dari hasil penelitian dengan sikap orangtua yang penuh kasih
yang dilakukan Suparno dan Suharmini (2005) sayang, memahami dan berorientasi pada
tentang kesulitan dalam penggunaan bahasa kebutuhan anak. Sikap hangat yang
waktu melakukan komunikasi pada anak ditunjukkan orangtua pada anak sangat
tunarungu adalah: 1) kesulitan dalam

ADIWIDYA, Volume II Nomor 2 – November 2018 11


berperan penting dalam proses sosialisasi fenomena yang telah dipaparkan dari awal,
antara orangtua dengan anak. maka membuat peneliti tertarik untuk melihat
Menurut Baumrind (dalam Berk, 2000) gambaran pola asuh orangtua yang memiliki
responsiveness atau responsivitas terdiri atas: anak berkebutuhan khusus (tunarungu) di
1) Clarity of communication (menuntut anak Boyolali.
berkomunikasi secara jelas), yaitu orangtua
meminta pendapat anak yang disertai alasan METODE PENELITIAN
yang jelas ketika anak menuntut pemenuhan Jenis Penelitian
kebutuhannya. 2) Nurturance (upaya Jenis penelitian yang digunakan adalah
pengasuhan), yaitu orangtua menunjukkan penelitian kualitatif-fenomenologis untuk
ekspresi kehangatan dan kasih sayang serta melihat gambaran pola asuh orangtua yang
keterlibatan orangtua terhadap kesejahteraan memiliki anak tunarungu, penelitian
dan kebahagiaan anak dan menunjukkan rasa fenomenologi merupakan penelitian yang
bangga akan prestasi yang diperoleh anak. menggambarkan makna dari penggalaman dari
Dimensi lain dari pola asuh yaitu suatu fenomena (topik atau konsep) pada
demandingness atau tuntutan untuk beberapa individu (Creswell, 1998). Penelitian
mengarahkan perkembangan sosial anak ini menggunakan metode fenomenoligi dengan
secara positif, kasih sayang dari orangtua pertimbangan bahwa untuk mengetahui
belumlah cukup. Kontrol dari orangtua gambaran mengenai pola asuh orangtua yang
dibutuhkan untuk mengembangkan anak agar memiliki anak tunarungu.
anak menjadi individu yang kompeten baik Subjek Penelitian
secara intelektual maupun sosial. Menurut Subjek dalam penelitian ini adalah 2
Baumrind (dalam Berk, 2000) demandingness pasang orangtua yang memiliki anak
atau tuntutan terdiri atas: 1) Demand for tunarungu yang bersekolah di SLB B-C
maturity (menuntut anak bersikap dewasa), YPCM. Orangtua yang memiliki anak
yaitu orangtua menekankan pada anak untuk tunarungu dengan karakteristik seperti berikut
mengoptimalkan kemampuannya agar menjadi ini, Anak tunarungu dengan tingkat kehilangan
lebih dewasa dalam segala hal. 2) Control pendengaran 70 dB ke atas (profoundy losses)
(kontrol), yaitu menunjukkan upaya orangtua memiliki kemampuan sebagai berikut. a)
dalam menerapkan kedisiplinan pada anak Hanya dapat mendengar suara keras dengan
sesuai dengan patokan orangtua yang kaku jarak 1 inci. b) Tidak menyadari bunyi yang
yang sudah di buat sebelumnya. Berdasarkan keras sehingga tidak bereaksi. c) Kosakata dan
latar belakang yang diuraikan peneliti dan dari penguasaan bahasa sangat lemah (Efendi,
hasil wawancara awal dengan orang tua yang 2006).
memiliki anak tunarungu. Dapat dilihat bahwa METODE PENGAMBILAN DATA
orang tua merasa kesulitan untuk mengasuh Pengumpulan data dalam penelitian ini
anak juga mendidik anak. Dari fenomena- adalah dengan melakukan wawancara.

ADIWIDYA, Volume II Nomor 2 – November 2018 12


Menurut Nazir (2009) wawancara adalah rumah sakit agar diberikan terapi oleh
proses memperoleh keterangan untuk tujuan pihak rumah sakit.
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil 3. Komunikasi orang tua dan anak
bertatap muka antara penanya atau Cara P1 dan P2 untuk meminta pendapat
pewawancara dengan penjawab atau dari anak dan untuk mengetahui apa yang
responden dengan menggunakan alat yang anak minta yaitu dengan cara
dinamakan interview guide (panduan memperhatikan gerak bibir anak juga
wawancara) yang telah disesuaikan dengan memperagakan menggunakan bahasa
tujuan penelitian yaitu untuk melihat isyarat. Cara P3 dan P4 untuk mengetahui
gambaran pola asuh orangtua yang memiliki apa yang diinginkan anak yaitu dengan
anak berkebutuhan khusus (tunarungu). cara menulis juga menggambar, anak
partisipan sudah bisa menulis juga
HASIL PENELITIAN menggambar dan menujukkan barang
Terdapat beberapa tema besar dari hasil yang diinginkan jadi partisipan meminta
analisis data dari keempat partisipan, anak untuk menulis apa yang sedang
mengenai pola asuh orang tua yang memiliki diinginkan.
anak berkebutuhan khusus tunarungu. 4. Relasi orang tua dan anak
1. Penerimaan orang tua Secara umum, keempat partisipan
Secara umum, keempat partisipan sudah mengungkapkan hubungan yang dekat
bisa menerima kondisi anak yaitu dengan anaknya. Keempat partisipan
menghadapi anak tunarungu dengan lebih menceritakan kedekatan dengan anak
sabar seperti ketika anak marah karena mereka seperti teman sering bercanda,
orang tua tidak memahami apa yang mereka juga mengatakan bahwa hubungan
diinginkan anak maka cara yang dilakukan mereka dengan anak memang dekat seperti
orang tua dengan menanyakan secara orang tua dan anak pada umummya.
perlahan apa yang diinginkan anak. 5. Usaha mendisiplinkan
2. Dukungan orang tua Secara umum, keempat partisipan
Secara umum, keempat partisipan setelah menggungkapkan bahwa anaknya sudah
mengetahui kondisi anaknya yang mulai disiplin dan memahami rutinitas
tunarungu, mereka memperlakukan yang harus dia lakukan yaitu dengan cara
anaknya dengan baik yaitu dengan membiasakan anak untuk melakukan
memberikan fasilitas agar perkembangan kegiatan sesuai jadwal yang sudah disusun
anaknya semakin baik untuk ke depannya oleh keempat partisipan sehingga anak
seperti menyekolahkan anaknya, mulai terbiasa dan melakukan kegiatan
membelikan alat bantu untuk membantu tepat waktu.
anaknya agar bisa mendengarkan suara,
mengajari di rumah, membawa anak ke

ADIWIDYA, Volume II Nomor 2 – November 2018 13


6. Harapan orang tua diungkapkan oleh partisipan telah
Keempat partisipan mengungkapkan menunjukkan kesadaran orangtua untuk
bahwa perkembangan anaknya sudah mendengarkan atau menampung pendapat
semakin baik dan mengusahakan anak, partisipan melakukan cara tersebut untuk
keperluan juga kebutuhan yang diperlukan berkomunikasi dengan anak supaya bisa
anak. mengerti dan memahami keinginan atau
keluhan anak sehinga partisipan bisa
PEMBAHASAN memberikan kebutuhan yang diinginkan oleh
Orangtua merupakan sosok yang paling anak.
dekat dekat dengan anak-anaknya. Dengan Keempat partisipan mengungkapkan
demikian, orangtua merupakan sosok yang bahwa anaknya sudah mulai disiplin dan
paling bertanggung jawab terhadap anak- memahami rutinitas yang harus dia lakukan
anaknya. Oleh karena itu orangtua perlu yaitu dengan cara membiasakan anak untuk
menerapkan pola asuh sesuai dengan melakukan kegiatan sesuai jadwal yang telah
kebutuhan dan kondisi anak dengan benar juga di susun oleh partisipan sehingga anak mulai
tepat. Salah satu hambatan dalam proses terbiasa dan melakukan kegiatan tepat waktu.
perkembangan anak adalah anak-anak yang P1 menceritakan bahwa membiasakan anak
terlahir tidak bisa mendengar (tunarungu). untuk mengikuti kegiatan jadwal kegiatan
Anak tunarungu juga memerlukan dukungan tepat waktu dan anaknya sudah memahami. P2
dari kedua orang tuanya agar perkembangan awalnya merasa kesulitan untuk menjelaskan
anak ini dapat berkembang dengan baik kepada anak, lalu P2 menggunakan bahasa
dengan pola pengasuhan yang tepat dari kedua isyarat dan langsung memperagakan juga
orang tuanya. memberi contoh akhirnya anak mau mengikuti
P1 dan P2 mengungkapkan cara yang dan terbiasa melakukan kegiatan sesuai jatwal
dilakukan untuk berkomunikasi dengan anak dan tepat waktu. Sedangkan pada P3 dan P4
dan meminta pendapat dari anak yaitu dengan menjelaskan secara berlahan-lahan ke anak
cara memperhatikan gerak bibir anak juga sehingga anak sudah terbiasa dan paham lalu
memperagakan menggunakan bahasa isyarat. mengikuti kegiatan sesuai waktu yang
Sedangkan pada pada P3 dan P4 cara yang ditentukan.
dilakukan untuk berkomunikasi dengan anak
dan mengetahui apa yang diinginkan anak KESIMPULAN DAN SARAN
yaitu dengan cara partisipan meminta anak Penelitian ini menyimpulkan bahwa
untuk menulis apa yang sedang diinginkan keempat partisipan sudah bisa menerima
juga menggambar, anak biasanya menulis juga kondisi anak mereka yang tunarungu. Keempat
menggambar dan menujukkan barang yang partisipan juga memberikan dukungan
diinginkan. Cara berkomunikasi antara langsung agar kondisi dan perkembangan
partisipan dengan anak seperti yang telah anaknya semakin baik, partisipan juga

ADIWIDYA, Volume II Nomor 2 – November 2018 14


memiliki harapan agar anak mereka bisa Fatimah, L. (2012). Hubungan pola asuh orang
tua dengan perkembangan anak di R.A
berbicara dan mendengar. Partisipan juga
Darussalam Desa Sumber Mulyo,
membangun komunikasi yang baik dengan Jogoroto, Jombang. Skripsi. Jombang:
FIK UNIPDU.
anak, penerimaan orang tua mengenai kondisi
Mahabbati, A. (2009). Penerimaan dan
anak mereka, orang tua memberikan dukungan
kesiapan pola asuh ibu terhadap anak
terhadap anak, membangun relasi yang baik berkebutuhan khusus. Jurnal
Pendidikan Khusus, 5(2), 75-82
dengan anak, dan juga melakukan usaha untuk
Nazir, M. (1985). Metode penelitian. Jakarta:
mendisiplinkan anak. Dari hasil penelitian
Ghalia Indonesia.
yang diperoleh, maka disarankan bagi Poerwandari, E.K. (1998). Pendekatan
orangtua anak tunarungu untuk lebih kualitatif dalam penelitian psikologi.
Jakarta: Lembaga pengembangan
memaksimalkan kemampuan anak tunarungu, sarana pengukuran dan pendidikan
yaitu dengan menerima kondisi anak dan psikologi fakultas psikologi
universitas indonesia.
menghadapi anak dengan lebih sabar,
Primaditha, K. (2012). Pola asuh orangtua
memberikan dukungan kepada anak untuk anak tunarungu usia dini yang
mengembangkan kemampuan yang dimiliki memiliki keterampilan sosial baik di
SLB Prima Bhakti Mulia. Skripsi.
dan memberikan fasilitas pendukung kepada Bandung: Universitas Pendidikan
anak untuk membantu anak, membangun Indonesia.
komunikasi yang baik dengan anak seperti Rahayu, M. A. (2008). Psychological well-
being pada istri kedua dalam
melihat dari gerak bibir atau mengunakan pernikahan poligami (studi kasus pada
bahasa isyarat sehingga orangtua bisa dewasa muda). Skripsi. Depok:
Universitas Indonesia.
mengetahui apa yang ingin dikatakan anak.
Rahayu, N.(2011). Penerimaan orangtua dan
DAFTAR PUSTAKA penyesuaian diri remaja tunarungu.
Andayani, B. (2000). Profil keluarga anak- Skripsi. Malang: Universitas
anak bermasalah. Jurnal Psikologi, Muhammadiyah Malang.
10(1), 10-22 Rahman, P.R dan Yusuf, E.A. (2012).
Baumrind, D. (197l). Current patterns of Gambaran pola asuh orangtua pada
parental authority. Developmental masyarakat pesisir pantai. Jurnal
Psychology Monograph, 4(1), 101-103 Psikologi, 1(1), 1-16
Baumrind, D. (1978). Parental Disciplinary Suharmini, T. (2009). Psikologi anak
Patterns and Social Competence in berkebutuhan khusus. Yogyakarta:
Children. Youth dan Society, 9(3), Kanwa Publiser
239-251. Widyatmoko, A.D. (2008). Pola asuh pada
Damafitra, L. (2015). Efektivitas video dan keluarga yang memiliki anggota
bahasa isyarat sebagai media keluarga yang autis. Skripsi.
penyuluhan kesehatan terhadap Yogyakarta: Universitas Sanata
peningkatan pengetahuan kesehatan Dharma.
gigi dan mulut pada anak penderita
tunarungu. Skripsi. Jember:
Universitas Jember.

ADIWIDYA, Volume II Nomor 2 – November 2018 15

Anda mungkin juga menyukai