Anda di halaman 1dari 16

Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 116

Aisyah Khoriunnisa

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR


KOMUNITAS ADAT TERTINGGAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN
PENDIDIKAN KEAKSARAAN

Aisyah Khoirunnisaa dan Deni Kurniawan


Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail: aisyah.khoirunnisaa@kemdikbud.go.id; denidoctor_69@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan terhadap bagaimana implementasi kurikulum
pendidikan keaksaraan dasar komunitas adat tertinggal (KD-KAT) di Kampung Adat Cireundeu,
dimana kurikulum yang digunakan mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 86 tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
Dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi berbasis data empirik tentang
implementasi kurikulum pendidikan KD-KAT di Kampung Adat Cireundeu serta implikasinya
terhadap kebijakan kurikulum pendidikan keaksaraan. Implementasi kurikulum yang dimaksud
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode deskriptif melalui metode survei. Survei dilakukan di Kampung Adat
Cireundeu Cimahi Jawa Barat. Populasi penelitian ini dilakukan kepada pengelola,tutor, dan warga
belajar KD-KAT Komunitas Kampung Adat Cireundeu. Analisis data penelitian menggunakan Uji
Chi-Square (χ2). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan implementasi kurikulum
pendidikan KD-KAT di Komunitas Adat Kampung Cireundeu serta bagaimana implikasinya terhadap
kebijakan pendidikan keaksaaraan dasar secara umum.
Kata Kunci: implementasi, kurikulum, keaksaraan, cireundeu

IMPLEMENTATION OF BASIC LITERACY EDUCATIONAL CURRICULUM


THE MARGINALIZED INDEGENOUS COMMUNITY AND
THE IMPLICATION OF THE LITERACY EDUCATION POLICY

Aisyah Khoirunnisaa and Deni Kurniawan


Study Program Curriculum Development of Postgraduate Studies,
Indonesian University of Education (UPI)
e-mail: aisyah.khoirunnisaa@kemdikbud.go.id ; denidoctor_69@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research is motivated by the curiosity about how the implementation of the basic literacy
education curriculum of marginalized indigenous communities in Cireundeu custom village, where
the curriculum used refers to the Minister of Education and Culture of the Republic of Indonesia
Number 86 of 2014 on Guidelines for the Implementation of Basic Literacy Education. The purpose
of this study is to obtain empirical data-based information on the implementation of the basic literacy
education curriculum of marginalized indigenous communities in custom village Cireundeu Cimahi
and its implications for the literacy education curriculum policy. The implementation of the
curriculum includes of the planning, implementation and evaluation phases. The research used
quantitative approach with descriptive method through survey method. The survey was conducted in
Custom Village Cireundeu Cimahi, West Java. The population of this study was conducted to the
managers, teachers, and students of the basic literacy education of marginalized indigenous
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 117
Aisyah Khoriunnisa

communities in custom village Cireundeu. Analysis of research data using Chi-Square Test (χ2). The
results of this study are expected to illustrate the implementation the basic literacy education of
marginalized indigenous communities in custom village Cireundeu and how its implication to the
policy of basic education.
Keywords: implementation, curriculum, literacy, Cireundeu

PENDAHULUAN kemampuan menulis, membaca,


Pendidikan nasional harus berhitung dan menganalisa serta
menjamin pemerataan kesempatan berorientasi kepada kehidupan sehari-hari
pendidikan, peningkatan mutu dan dengan memanfaatkan potensi yang ada
relevansi, serta efisiensi manajemen di lingkungan sekitar sehingga mutu dan
pendidikan. Pemerataan kesempatan taraf hidup warga belajar dan masyarakat
pendidikan melandasi pelaksanaan dapat meningkat. Terkait sasaran program
pendidikan di Indonesia melalui tiga jalur Pendidikan Keaksaraan di Indonesia,
pendidikan sebagaimana dinyatakan berdasarkan hasil pendataan yang
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun dilakukan oleh Pusat Data dan Statistik
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan (PDSP) Kemdikbud, terjadi
pasal 13 ayat 1: “jalur pendidikan terdiri penurunan jumlah penduduk buta aksara
atas pendidikan formal, nonformal, dan pada usia 15-59 tahun dari tahun ke tahun.
informal yang dapat saling melengkapi Di tahun 2016 populasi penduduk usia
dan memperkaya”. Berikutnya pada 15-59 tahun 164.662.200 orang,
pasal 26 ayat 1 menjelaskan bahwa, penduduk buta aksara usia 15-59 tahun
“pendidikan nonformal diselenggarakan adalah 3.416.693 orang sehingga
bagi warga masyarakat yang memerlukan diperoleh persentase Buta Aksara
layanan pendidikan yang berfungsi Nasional (usia 15-59 tahun) sebesar 2,07
sebagai pengganti, penambah dan atau % (PDSP Kemdikbud, 2017). Hal ini
pelengkap pendidikan formal dalam menunjukkan penurunan dari tahun
rangka mendukung pendidikan sepanjang sebelumnya, yaitu 3,43 % (PDSP
hayat”. Pendidikan non formal berperan Kemdikbud, 2015).
dalam mengembangkan peserta didik Buta aksara dalam usia produktif
dengan penekanan pada penguasaan (15-59 tahun) merupakan salah satu
pengetahuan dan keterampilan fungsional faktor penghambat dalam mutu dan
pengembangan sikap dan kepribadian kualitas sumber daya manusia di
profesional, yang dapat diselenggarakan Indonesia. Oleh karena itu, Direktorat
melalui pendidikan kecakapan hidup, Pembinaan Keaksaraan dan kesetaraan
pendidikan anak usia dini, pendidikan Kemdikbud membuat Kebijakan
kesetaraan, pendidikan keaksaraan, Pendidikan Keaksaraan merancang
pendidikan kursus dan pelatihan, serta program-program yang tidak hanya
pendidikan lain di luar pendidikan formal mendidik masyarakat menjadi melek
yang bertujuan untuk mengembangkan aksara (bisa membaca, menulis, dan
kemampuan peserta didik (Kusnadi, berhitung) saja, tetapi juga pendidikan
2005). Salah satu bentuk keaksaran dapat mengembangkan
penyelenggaraan pendidikan non formal kemampuan individu agar mampu
di Indonesia yang masih terus mengatasi permasalahan kehidupannya
dikembangkan hingga saat ini adalah melalui keaksaraan. Saat ini program
program pendidikan keaksaraan. Pendidikan Keaksaraan terdiri dari tiga
Pendidikan keaksaraan program, yaitu pendidikan keaksaraan
merupakan bentuk layanan pendidikan dasar, pendidikan keaksaraan lanjutan,
untuk membelajarkan warga masyarakat dan Pengembangan Pendidikan
buta aksara, agar mampu memiliki Multikeaksaraan.
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 118
Aisyah Khoriunnisa

Kurikulum untuk Pendidikan umum yang tidak sesuai kebutuhan dan


Keaksaraan Dasar diatur dalam Peraturan potensi daerah KAT tersebut.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Salah satu Komunitas Adat yang
Republik Indonesia Nomor 86 tahun 2014 ada di Jawa Barat adalah Komunitas Adat
tentang Pedoman Penyelenggaraan Kampung Cireundeu. Kurikulum yang
Pendidikan Keaksaraan Dasar. Kerangka digunakan pada KD-KAT mengacu
dasar dan struktur kurikukulum kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan
Pendidikan keaksaraan dasar diuraikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
dalam bentuk kompetensi inti dan 86 tahun 2014 tentang Pedoman
kompetensi dasar beserta Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
kelengkapakannya yaitu silabus, bahan Dasar.
ajar, pedoman pembelajaran, serta sistem Kurikulum sebagai alat atau
dan prosedur penilaian. Pelaksanaan instrumen harus mampu mempersiapkan
Pendidikan Keaksaraan Dasar sebanyak generasi bangsa dalam mencapai tujuan
114 jam pelajaran dimana 1 (satu) jam pendidikan nasional. Kurikulum memiliki
pelajarannya adalah 60 menit, dan terdiri pengaruh terhadap seluruh kegiatan
atas keterampilan membaca dan menulis pendidikan. Mengingat pentingnya
sebanyak 80 jam dan keterampilan kurikulum dalam pendidikan dan
berhitung sebanyak 34 jam. kehidupan manusia, maka penyusunan
Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan kurikulum tidak bisa dilakukan secara
dilaksanakan berdasarkan kurikulum sembarangan. Penyusunan kurikulum
yang disusun oleh Kementerian melalui membutuhkan konsep-konsep yang kuat,
Direktorat Jenderal dan/atau unit terkait yang didasarkan pada hasil-hasil
dan dikembangkan lebih lanjut oleh Dinas pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan Penyusunan kurikulum yang tidak
satuan pendidikan nonformal yang didasarkan pada konsep yang kuat dapat
menyelenggarakan pendidikan berakibat fatal terhadap kegagalan
keaksaraan dasar sesuai dengan jenis dan pendidikan itu sendiri. Dengan
kelompok program pendidikan sendirinya, akan berakibat pula terhadap
keaksaraan dan peserta didik. kegagalan proses pembentukan manusia
Implementasi kurikulum dalam Indonesia yang bermoral baik, tangguh,
pendidikan keaksaraan dasar komunitas berkarakter, serta berkehidupan sosial
adat terpencil baik dalam tahap yang sehat. Ornstein & Hunkins (2017:
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi 257) menyatakan bahwa "successful
harus mempertimbangkan latar belakang curriculum implementation results from
budaya, pekerjaan, ekonomi, hingga careful planning, which focuses on three
pendidikan peserta didik di komunitas factors: people, programs, and process".
adat tersebut. Dalam disertasinya, Mahu Sejalan dengan itu, implementasi
(2011) menyatakan bahwa kehidupan kurikulum yang sesuai dengan rencana
komunitas adat terpencil masih tentunya memerlukan bebeberapa
tradisional, kondisi geografis terisolasi kesiapan terutama pada faktor kesiapan
bahkan sulit dijangkau, tingkat guru sebagai pelaksana kurikulum serta
pendidikan warga KAT pada umumnya didukung oleh faktor lainnya (Rusman,
buta aksara, serta apabila ada atau pernah 2009).
dilakukan program pendidikan Berikut definisi implementasi
keaksaraan baik tingkat dasar maupun kurikulum menurut beberapa ahli:
lanjutan bagi KAT biasanya dibatasi 1. Miller dan Seller (1985) menyebutkan
dalam hal jumlah peserta didik dan juga bahwa : “in some case implementation
mengunakan materi belajar keaksaraan has been identified with instruction”.
Dapat diartikan bahwa implementasi
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 119
Aisyah Khoriunnisa

sebagai aktualisasi kurikulum tertulis tertarik untuk melihat bagaimana


dalam bentuk pembelajaran. pelaksanaan implementasi kurikulum
2. Susilana dan Rusman (2015) pendidikan Keaksaraan Dasar Komunitas
berpendapat bahwa implementasi Adat tertinggal di Masyarakat Adat
kurikulum dapat ditinjau dari dua hal, Kampung Cireundeu.
yaitu: (1) implementasi kurikulum
sebagai teknis dari sebuah tindakan METODE
terhadap sebuah alat/instrumen dan (2) Pendekatan penelitian yang
implementasi kurikulum sebagai digunakan adalah pendekatan kuantitatif
praktis. Implementasi sebagai teknis, dengan metode deskriptif melalui studi
artinya implementasi dilihat dari aturan survei. Metode ini dipilih karena tepat
yang sebagaimana mestinya dijalankan digunakan untuk mendeskripsikan
baik dari segi perencanaan, pelaksanaan fenomena dari implementasi kurikulum
dan evaluasi. Sedangkan jika pendidikan KD-KAT apa adanya.
implementasi dilihat sebagai praktis Penelitian deskriptif tidak memberikan
yaitu implementasi didasarkan pada perlakuan, manipulasi atau pengubahan
pengalaman dan situasi yang riil pada variabel-variabel bebas, tetapi
dialami di dalam kelas, komunikasi menggambarkan sebuah keadaan apa
yang nyata terjadi diantara guru dan adanya. Tanpa adanya penelitian, setiap
siswa. kegiatan, kejadian, dan keadaan berjalan
3. Fullan dalam Wahyudin (2014, h.94) sebagaimana adanya (Sukmadinata, 2012,
mendefinisikan “implementasi hlm. 73-74).
kurikulum sebagai penerapan atau Dalam penelitian ini terdiri dari
pelaksanaan program kurikulum yang variabel tunggal yaitu implementasi
telah dikembangkan dalam tahap kurikulum keaksaraan dasar komunitas
sebelumnya, kemudian diujicobakan adat tertinggal dan 5 (lima) sub variabel
dengan pelaksanaan dan pengelolaan seperti yang tercantum sebagai rumusan
yang disesuaikan dengan situasi dan masalah penelitian yaitu Perencanaan
kondisi lapangan dan karakteristik Kurikulum, Pelaksanaan Kegiatan
peserta didik baik perkembangan Pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
intelektual, emosional serta fisik”. faktor pendukung dan penghambat
Berdasarkan beberapa definisi implementasi kurikulum, serta implikasi
tersebut diatas, maka implementasi terhadap kebijakan pendidikan
kurikulum dapat diartikan sebagai aktivitas keaksaraan.
dari pelaksanaan sebuah dokumen rencana Teknik pengumpulan data
dan kemudian dituangkan dalam bentuk dilakukan melalui kuosioner, wawancara
pembelajaran dengan mempertimbangkan serta studi dokumentasi. Sebelum
faktor pendukung dan penghambatnya dilakukan analisis data, data hasil
dalam keadaan sebenarnya saat penelitian dari lokasi penelitian dibuat
pembelajaran terjadi. Tentunya kurikulum tabulasi data yang berisi jawaban
yang diimplementasikan dalam sebuah responden dari berbagai sub variabel yang
satuan pendidikan memerlukan strategi akan disajikan. Kemudian diuji
yang tepat dalam mengelola berbagai hal normalitasnya dengan menggunakan
dan juga pihak-pihak yang terlibat dalam One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
implementasi kurikulum baik pada tahap Berdasarkan hasil uji normalitas dapat
perencanaan, pelaksanaan, maupun disimpulkan bahwa data hasil penelitian
penilaian kurikulum dengan tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan
meninggalkan ciri khas serta nilai-nilai analisis lebih lanjut dengan persentase.
budaya di Komunitas Kampung Adat Dari perhitungan data yang diperoleh
Cireundeu. Oleh karena itu, penulis kemudian secara deskriptif. Persentase
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 120
Aisyah Khoriunnisa

yang dinyatakan dalam bentuk angka Cireundeu terhadap kebijakan pendidikan


dinyatakan dalam bentuk tafsiran yang keaksaraan dasar di Indonesia.
menunjukkan pada pernyataan keadaan Dari hasil perhitungan data yang
atau ukuran kualitas. Tafsiran ditentukan diperoleh, dapat diketahui nilai P secara
berdasarkan skala kategori dengan cara keseluruhan adalah sebesar 74,36 %
membaginya menjadi tiga kategori yaitu : yang berada dalam kategori “cukup” yang
Baik, Cukup, dan Kurang. Untuk analisis kemudian apabila diuraikan untuk setiap
data dari hasil wawancara dilakukan sub variabel dapat dilihat pada tabel 4.1
dengan mendeskripsikan data tersebut Rekapitulasi pada tabel 4.1. tersebut
berdasarkan masalah dan tujuan diperoleh dari hasil pengolahan data
penelitian, sehingga dilakukan analisis kuesioner baik untuk responden tutor
secara kualitatif. maupun warga belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Nilai P
secara Keseluruhan
Data hasil temuan penelitian
diungkap dan dibahas secara terperinci, P
berdasarkan kuesioner dari responden Sub Variabel Kategori
(%)
serta informasi dari hasil wawancara
sesuai dengan tujuan dari penelitian ini 1. Perencanaan 67.92 Kurang
adalah untuk memperoleh gambaran 2. Pelaksanaan 77.14 Cukup
mengenai implementasi kurikulum
pendidikan keaksaraan dasar komunitas 3. Penilaian 76.70 Cukup
adat tertinggal di Masyarakat Cireundeu 4. Faktor 75.68 Cukup
yaitu pada sub variabel : 1) perencanaan Pendukung
Kurikulum Pendidikan Keaksaraan Dasar dan
Komunitas Adat Tertinggal, 2) Penghambat
pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada Jika dibuat dalam bentuk diagram
pendidikan Keaksaraan Dasar Komunitas batang akan terlihat pada bagan 4.1
Adat Tertinggal, 3) Evaluasi hasil belajar
100,00 91,52
79,58 80,8
80,00 74,71 77,14 76,70
70,56
75,68
67,92 67,92
61,88
60,00

40,00

20,00
0,00
0,00
A. Perencanaan B. Pelaksanaan C. Penilaian D. Faktor Pendukung
dan Penghambat

P- WB P - Tutor P rata-rata

pada Kurikulum Pendidikan Keaksaraan Hasil dari studi dokumentasi,


Dasar Komunitas Adat Tertinggal, 4) seperti: silabus, RPP, Bahan Ajar,
Faktor pendukung dan penghambat Instrumen penilaian, pelaporan Hasil
implementasi Kurikulum Pendidikan Belajar, dan Data Warga belajar dalam
Keaksaraan Dasar Komunitas Adat keadaan lengkap.
Tertinggal, serta 5) Implikasi Kurikulum Dari hasil pengolahan data,
Pendidikan Keaksaraan Dasar Komunitas implementasi kurikulum pendidikan
Adat Tertinggal di Masyarakat Adat keaksaraan dasar komunitas adat tertinggal
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 121
Aisyah Khoriunnisa

berada dalam kategori “cukup” (lihat tabel Aspek evaluasi hasil belajar meliputi
4.1) pada keempat sub variabel yang diukur teknik penilaian pembelajaran.
melalui perolehan data kuesioner. Ornstein Pada bagian perencanaan
& Hunkins (2017, hlm. 277) menyebutkan kurikulum pendidikan keaksaraan dasar
bahwa untuk menerima sebuah inovasi, komunitas adat tertinggal berada dalam
seorang guru perlu melihat kualitas, nilai, kategori “cukup” dengan nilai P sebesar
dan kepraktisannya. Dalam banyak kasus, 67.92 %. Nilai ini diperoleh dari
pendidik tidak punya waktu untuk perolahan data kuesioner terhadap tutor.
melaksanakan saran perbaikan sehingga Tetapi dalam hasil pengolahan data
terkadang kurikulum diterapkan secara melalui kuesioner untuk setiap
sembarangan, padahal bisa saja dapat indikatornya diperoleh nilai P berbeda-
dilaksanakan dengan baik jika mereka yang beda. Perencanaan merupakan sebuah
bertanggung jawab dalam implementasi proses atau cara berpikir yang dapat
kurikulum, staf bagian kurikulum misalnya,
membantu memperoleh hasil yang
dapat memastikan bahwa materi yang diharapkan sehingga dari perencanaan
diperlukan tersedia bagi para guru. yang sudah disusun dapat dipilih
Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan alternatif yang ada. Kaufmann (1979)
dasar bagi komunitas adat di Cireundeu dalam Idi (2014, hlm. 188-189)
adalah hal baru sehingga sangat mengungkapkan langkah-langkah
dimungkinkan penyelenggara ataupun tutor perencanaan yang baik yaitu:
belum mempunyai kompetensi yang sesuai 1) Mengidentifikasi masalah
dalam hal prinsip-prinsip kurikulum tetapi berdasarkan kebutuhan,
kompetensi dalam konten sejarah serta 2) Menentukan syarat dan alternatif
budaya lokal Cireundeu serta semangat pemecahannya,
mereka untuk bisa belajar aksara Indonesia 3) Memilih strategi pemecahannya,
terbilang tinggi. Data ini didukung pula 4) Menentukan identifikasi hasil melalui
dari hasil wawancara terhadap pengelola penilaian, serta
mengenai motivasi dan kompetensi. 5) Melakukan revisi pada langkah-
Berikut pembahasan berdasarkan hasil langkah yang dilalui (apabila
temuan untuk masing-masing sub variabel. dianggap perlu)
Penelitian ini bermaksud Bagi pendidik atau tutor, langkah-
mengungkap implementasi kurikulum langkah Kaufmann berguna dalam
pada pada pendidikan keaksaraan dasar merencanakan dan mengembangkan
komunitas adat tertinggal di masyarakat langkah-langkah dalam pembelajaran.
adat Cireundeu. Implementasi kurikulum Indikator identifikasi kebutuhan berada
yang dimaksud dalam penelitian ini dalam kategori “cukup”, hal ini dapat
seperti yang diuraikan dalam definisi dikonfirmasi melalui wawancara terhadap
operasional adalah berupa aktivitas pengelola pendidikan keaksaraan dasar
pelaksanaan dari dokumen tertulis komunitas adat tertinggal bahwa sebagai
pendidikan keaksaraan dasar dan langkah awal dari penyelenggaraan
kemudian dituangkan dalam bentuk pendidikan keaksaraan dasar, pengelola
pembelajaran pada kelompok sasaran melakukan sosialisasi dan identifikasi
keaksaraan dasar, meliputi aspek untuk mencari calon tutor dan peserta
perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi didik.
hasil belajar. Aspek perencaaan meliputi
kurikulum, silabus dan RPP. Aspek Kegiatan yang dilakukan sebagai
pelaksanaan meliputi metode rangkaian kegiatan identifikasi adalah
pembelajaran, teknik, serta media belajar sebagai berikut :
yang digunakan tutor saat pembelajaran. 1) Sosialisasi program pendidikan
keaksaraan dasar komunitas adat
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 122
Aisyah Khoriunnisa

terpencil kepada calon tutor yang Pelaksanaan Kegiatan


merupakan perwakilan dari 10 titik Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan
sasaran program di lingkungan Dasar Komunitas Adat Tertinggal,
masyarakat Cireundeu. Sosialisasi kurikulum yang telah tersusun di tahap
program dilaksanakan di Bale perencanaan tentu haruslah dapat
Saresehan Masyarakat Cireundeu. diimplementasikan. Pada bagian Sub
2) Penjaringan calon peserta didik dengan variabel pelaksanaan kurikulum
memberdayakan para tutor yaitu setiap pendidikan keaksaraan dasar komunitas
satu orang tutor diharapkan dapat adat tertinggal berada dalam kategori
mengajak minimal 10 (sepuluh) warga cukup dengan nilai P sebesar 77,14 %.
masyarakat di lingkungannya untuk Nilai ini diperoleh dari perolahan data
menjadi peserta program. Mengajak kuesioner terhadap tutor dan warga
warga masyarakat tentunya dilakukan belajar. Tetapi dalam hasil pengolahan
secara persuasif serta berdasarkan data melalui kuesioner untuk setiap
kriteria calon warga belajar yang sudah indikatornya baik dari responden tutor
ditentukan yaitu sebagai berikut (1) maupun responden warga belajar
warga masyarakat komunitas adat keduanya diperoleh kategori baik.
terpencil; (2) berusia 15 tahun ke atas; Pelaksanaan pembelajaran adalah
(3) belum memiliki kemampuan proses berlangsungnya kegiatan
membaca, menulis dan berhitung dalam pembelajaran berupa interaksi antara
bahasa indonesia dan bahasa cacarakan, peserta belajar dengan tutor atau antara
serta (4) Bersedia untuk mengikuti peserta belajar itu sendiri. Dalam kegiatan
program pendidikan keaksaraan pembelajaran ada beberapa tingkah
komunitas khusus. pokok yang harus dilalui yaitu: evaluasi
3) Penyusunan bahan ajar dan rencana awal, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi
pelaksanaan pembelajaran (RPP). akhir dan tindak lanjut. Secara umum
Kegiatan penyusunan bahan ajar dan dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat
RPP dilakukan melalui pertemuan tutor komponen-komponen yang bisa
dan pengelola. Masing-masing tutor mendukung pencapaian tujuan dari
ditugaskan untuk menyusun bahan ajar pembelajaran. Komponen pertama adalah
dan RPP yang sederhana. metode yang digunakan dalam
Penyusunan bahan ajar dan RPP pembelajaran. Kedua, bahan dan media
ditekankan pada upaya melatih belajar serta teknik yang dipergunakan
kemampuan membaca, menulis dan dalam pembelajaran. Ketiga, adalah
berhitung masyarakat sekaligus kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
pelestarian budaya khas cireundeu menghindari kejenuhan dalam
khususnya bahasa cacarakan. pembelajaran. Peranan guru pada tahapan
ini sangatlah penting, oleh karena itu
Pada indikator berikutnya, yaitu
dalam pertanyaan/pernyataan kuesioner
perumusan tujuan pembelajaran dan
lebih banyak bertanya tentang kegiatan
bahan/materi ajar. Keduanya berada
apa saja yang dilakukan oleh tutor.
dalam kategori baik. Perumusan tujuan
pembelajaran disesuaikan dengan hasil Indikator identifikasi dengan
identifikasi dan kemudian akan melakukan penilaian awal berada dalam
dikembangkan ke dalam silabus dan RPP. kategori Baik. Penilaian awal (pre-test)
Tujuan pembelajaran merupakan suatu dilakukan sebelum pembelajaran dimulai
pernyataan yang jelas dan menunjukkan yang bertujuan untuk mengetahui
penampilan atau keterampilan peserta kemampuan awal peserta didik mengenai
didik tertentu yang diharapkan dapat materi pelajaran yang akan diajarkan.
dicapai sebagai hasil belajar. Soal-soal tes dipersiapkan terlebih dahulu
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 123
Aisyah Khoriunnisa

oleh tutor pada tahap merencanakan yang ada kaitannya dengan acara-acara
pembelajaran. khusus komunitas adat. Jenis praktek
keterampilan yang dipraktekkan peserta
Indikator kegiatan pembukaan
didik disesuaikan dengan nama
pembelajaran kuesioner tutor
kelompoknya. Ada kelompok yang
memperoleh nilai P sebesar 81,67 %
praktek membuat makanan khas seperti
berada dalam kategori baik kuesioner
awug, gondang, rangining, peuyeum
untuk warga belajar memperoleh nilai P
mutiara, adapula yang praktek berkaitan
sebesar 79,53 % serta berada dalam
dengan nilai/symbol yang menunjukkan
kategori baik. Dalam hal ini tutor
identitas komunitas adat cireundeu,
melakukan kegitatan pembelajaran
misalnya tingkeban, tembang-tembang,
sebagaimana mestinya seperti membuka
asal usul Cireundeu, mulud, dan jampana.
pelajaran dengan menyebutkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, Dalam pelaksanaan pembelajaran
membuka pelajaran secara menarik tidak lepas dari penggunaan strategi
sehingga warga belajar termotivasi untuk pembelajaran. Strategi dalam
terus mengikuti pembelajaran dari awal pembelajaran adalah penetapan
hingga akhir, memberikan acuan akan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan
materi pembelajaran yang akan dipelajari, pencapaian tujuan belajar, termasuk
serta mengaitkan materi pembelajaran penyusunanan perencanaan, pelaksanaan
yang sudah warga belajar pahami dengan kegiatan pembelajaran dan penilaian
materi yang akan dipelajari, serta tutor proses serta hasil belajar. Rusman (2009,
memberikan penilaian awal sebelum hlm.75) mengatakan bahwa
pembelajaran dimulai. Baik pada “implementasi kurikulum seharusnya
kuesioner warga belajar dan tutor sama- menempatkan pengembangan kreativitas
sama berada dalam kategori baik. siswa lebih dari penguasaan materi”.
Strategi pembelajaran yang dapat
Indikator kesesuaian pelaksanaan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran
pembelajaran sesuai dengan RPP berada
ada yang berpusat kepada tutor (learning
dalam kategori “cukup”. Penyesuaian
centered) dan ada yang berpusat kepada
RPP saat pelaksanaan sepertinya terjadi
peserta belajar (student centered).
saat pembelajaran. Indikator berikutnya
adalah pengelolaan kegiatan inti yang Pembelajaran bagi orang dewasa
sesuai dengan karakteristik pendidikan seperti yang dikatakan oleh Lyra
keaksaraan (kontekstual, kooperatif & Srinivasan (dalam Sudjana, 2000, hlm.
kolaboratif, andragogik, tematik, 73) yaitu: (a) pendekatan yang berpusat
penekananan kepada pembelajaran aktif, pada masalah, (b) pendekatan proyektif,
inovatif, kreatif dan menyenangkan) baik dan (c) pendekatan aktualisasi diri.
pada responden tutor maupun warga Pendekatan yang berpusat pada masalah,
belajar berada dalam kategori kurang. salah satunya ditunjukkan dengan belajar
Meskipun begitu dalam pelaksanaannya, menyusun atau menggambarkan peta
tutor sering juga mempergunakan masyarakat Cireundeu. Pendekatan ini
pendekatan pembelajaran kontekstual bertujuan supaya warga belajar dapat
yaitu menghubungkan materi meningkatkan keterampilan menulis
pembelajaran dengan situasi sehari-hari. melalui menggambar garis dan simbol.
Untuk lebih memotivasi peserta didik Kemudian tutor menggunakan, hasil
dalam mengikuti pembelajaran, dalam gambar peta warga belajar untuk
waktu-waktu tertentu peserta didik diberi membantu mereka berdiskusi dan
kesempatan untuk melakukan praktek menganalisa informasi tentang situasi
keterampilan yang berkenaan dengan pemukiman, tempat tinggal warga belajar
makanan khas, seni budaya, maupun hal (terlampir dalam silabus).
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 124
Aisyah Khoriunnisa

Rusman dan Laksmi Dewi (Tim sederhana, dan menulis


MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, huruf/kata/kalimat sederhana. Dengan
2016, hlm. 190) menyatakan bahwa metode ini diharapkan peserta didik dapat
pendekatan pembelajaran adalah suatu lebih cepat mengenal, mengingat dan
upaya menghampiri makna pembelajaran membuat tulisan baik dalam Bahasa
melalui suatu cara pandang dan Indonesia maupun dalam bahasa
pandangan tertentu; atau aplikasi suatu Cacarakan. Proses pembelajaran juga
cara pandang dan pandangan tertentu dilakukan dengan metode peer teaching
dalam memajami makna pembelajaran. atau tutor sebaya, ini dilakukan setelah
Dengan demikian, pendekatan warga belajar yang mengikuti beberapa
pembelajaran dapat diartikan sebagai kali pertemuan pembelajaran, dan
suatu cara pandang atau titik tolak yang dianggap telah memiliki kemampuan
digunakan oleh pendidik terhadap proses dasar dalam berbahasa Indonesia dan
pembelajaran dan akan mempengaruhi bahasa Cacarakan. Warga belajar yang
pemilihan strategi dan metode dianggap telah memiliki kemampuan
pembelajaran selanjutnya. dasar dibanding warga belajar yang lain
akan ditugaskan untuk membantu peserta
Sementara itu, dalam menetapkan
lain yang belum terampil. Tutor sebaya
metode yang akan dilakukan dalam
digunakan untuk membantu warga belajar
pembelajaran tidak lepas dari strategi
yang lambat atau untuk memberikan
yang akan digunakan. Metode
tambahan kemampuan bagi semua warga
pembelajaran yang bisa dipergunakan
belajar yang masih lemah dalam
oleh tutor dalam pelaksanaan
membaca, menulis dan berhitung dalam
pembelajaran pendidikan keaksaraan
bahasa Indonesia.
untuk warga belajar pemula diantaranta
metode abjad (alphabetic method), Pada indikator pengelolaan
metode kata kunci, metode global (the kegiatan inti sesuai dengan karakteristik
sentence method) metode suku kata pendidikan keaksaraan (kontekstual,
(sillabic method), metode SAS (Struktur kooperatif & kolaboratif, andragogik,
Analitik Sintetik) dan metode asosiasi, tematik, penekananan kepada
huruf dan angka yang diperkenalkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif dan
melalui metode ini dikaitkan dengan menyenangkan) yang diolah dari tutor
sesuatu yang telah dikenal oleh warga berada pada kategori “kurang” dengan
belajar (Kusnadi, 2005: 216). Sejalan nilai P 70 %.
pulan denga karakteristik pembelajaran Dengan perencanaan
pendidikan keaksraan yaitu tematik pembelajaran yang diatur sedemikian
dimana tema-tema diambil dari mengikuti Permendikbud idealnya pada
lingkungan keseharian dan dekat dengan indikator ini berada dalam kategori baik,
kehidupan warga belajar. tetapi hasil presentase tidak berkata
Hal ini sejalan dengan metode demikian. Tutor sebagai kunci dalam
belajar yang dilakukan tutor lebih banyak pelaksanaan implementasi kurikulum
menggunakan metode latihan dalam yang berpengaruh besar. Perencanaan
membantu peserta didik memahami, yang baik tetapi pada saat pelaksanaan
menguasai dan membiasakan tidak dijalankan sepenuhnya sesuai
kemampuan membaca, menulis dan dengan rencana yang terdapat dalam RPP.
berhitung dalam bahasa Indonesia dan Meskipun apabila tutor melakukan
bahasa Cacarakan. Latihan yang perubahan strategi tidak menyalahi
dimaksud adalah mengkondisikan peserta prinsip pembelajaran pendidikan
didik untuk lebih banyak mencoba keaksaraan dasar, yaitu fleksibel, namun
mengucapkan huruf, kata, kalimat apabila terlalu banyak penyesuaian dalam
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 125
Aisyah Khoriunnisa

pelaksanaan maka hal ini dapat dijadikan Memulai dan mengakhiri proses
bahan masukan dalam perbaikan pembelajaran sesuai dengan waktu yang
kurikulum yang telah disusun untuk dijadwalkan dengan mengacu pada RPP;
diimplementasikan pada kelompok serta 7) Menghindari kegiatan
berkutnya. membosankan yang dapat mengendurkan
semangat belajar supaya tidak
Terakhir, Indikator penutupan
mengganggu aktivitas dan kreativitas
pembelajaran berada dalam kategori
peserta didik.
“cukup” dengan nilai P sebesar 70,8%
bagi responden tutor sedangkan bagi Pada bagian evaluasi hasil belajar
responden warga belajar indikator ini pada pendidikan keaksaraan dasar
berada dalam kategori “baik” dengan nilai komunitas adat tertinggal berada dalam
P sebesar 82,8 %. Hal ini ditunjukan kategori “cukup” dengan nilai P sebesar
dengan beberapa pernyataan dalam 76.70%. Nilai ini diperoleh dari
kuesioner bahwa tutor melakukan revieu perolahan data kuesioner terhadap tutor
yang sudah dipelajari di akhir pertemuan, dan warga belajar. Sedangkan
tutor membuat kesimpulan dan dibantu berdasarkan hasil pengolahan data
juga oleh warga belajar dalam membuat kuesioner bagi tutor, diperoleh nilai P
kesimpulan, memberikan informasi sebesar 61,88 % yang termasuk ke dalam
mengenai materi pembelajaran di kategori “cukup” dan bagi warga belajar,
pertemuan berikutnya, serta tutor diperoleh nilai P sebesar 86,4% yang
menyiapkan tugas latihan yang dapat termasuk ke dalam kategori “baik”.
dikerjakan oleh peserta didik di luar hari Sama halnya dengan pada sub
pembelajaran. Pengelolaan kelas, sikap variabel perencanaan, tutor melaksanakan
tutor serta cara tutor berkomunikasi saat penilaian tetapi pemahaman akan prinsip-
pembelajaran pun turut mempengaruhi prinsip penilaian, baik dari tahap
keberhasilan pembelajaran keaksaraan perancangan instrumen penilaian,
dasar. Dimulai saat pengkondisian warga pelaksanaan hingga pelaporan kurang
belajar, yaitu 1) Setiap akan dimulai atau menguasai. Oleh karenanya hasil
penggantian tema belajar, tutor perolehan data dari kuesioner berada
berkewajiban untuk menjelaskan kepada dalam kategori kurang baik untuk
warga belajar tentang materi yang akan indikator pelaksanaan penilaian (62%),
dipelajari, tujuan belajar, proses belajar instrumen penilaian (67,5 %), dan
yang akan dilaksanakan dan hasil belajar pelaporan hasil belajar (56%). Penilaian
yang diharapkan; 2) Menyesuaikan hasil belajar dilaksanakan pada sepanjang
pengaturan tempat duduk peserta didik kegiatan pembelajaran secara periodik
sesuai dengan tujuan dan proses untuk mengetahui perkembangan belajar
pembelajaran. Yang biasa dilakukan di warga belajar yang difokuskan pada
kelompok adalah dengan duduk dalam penilaian berbasis kompetensi yang
bentuk lingkaran yang memungkinkan bertujuan untuk mengukur pencapaian
warga belajar dapat berinteraksi warga belajar dalam memperoleh
berhadap-hadapan secara langsung; 3) kompetensi keaksaraan berdasarkan
Menyesuaikan materi pelajaran dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
kecepatan dan kemampuan belajar warga Penilaian ini dilakukan dengan
belajar; 4) Memberikan penguatan dan mengamati tingkat kehadiran peserta
umpan balik terhadap respons serta hasil didik dan penyelesaian tugas-tugas
belajar peserta didik selama pembelajaran belajar yang diberikan tutor selama
berlangsung; 5) Mendorong dan pembelajaran.
menghargai peserta didik untuk bertanya
dan mengemukakan pendapat; 6) Penilaian merupakan proses
pengumpulan informasi/bukti tentang
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 126
Aisyah Khoriunnisa

capaian pembelajaran peserta didik dalam kelompok belajar Awug dengan tingkat
kompetensi sikap, pengetahuan, dan kehadiran sebesar 81.Berdasarkan
keterampilan yang dilakukan secara temuan peneliti, pada setiap akhir
terencana dan sistematis selama dan pembelajaran, tutor melakukan penilaian
setelah proses pembelajaran. Dalam terhadap penguasaan kompetensi
pembelajaran pendidikan keaksaraan membaca, menulis dan berhitung warga
dasar, pendidik harus melakukan belajar tetapi sayang sekali tidak ditindak
penilaian berkenaan dengan: lanjuti dengan melaksanakan
1) Kompetensi sikap, dapat dilaksanakan remedial/perbaikan materi belajar.
dengan cara observasi, penilaian diri, Seperti yang sudah disampaikan
dan jurnal sebelumnya bahwa penilaian akhir
2) Kompetensi pengetahuan, dapat dilakukan untuk mengetahui ketercapaian
dilakukan dengan cara Tes tulis, Tes kompetensi lulusan keaksaraan dasar oleh
lisan, dan Penugasan; berupa pekerjaan
peserta didik. Aspek yang dinilai meliputi
rumah, baik secara individu maupun kemampuan membaca, menulis dan
kelompok sesuai dengan karakteristik berhitung dalam Bahasa Indonesia dan
tugasnya. bahasa Cacarakan. Penilaian akhir
3) Kompetensi keterampilan, dapat dilakukan oleh tim pelaksana ujian akhir
dilakukan dengan cara penilaian yang dibentuk oleh Dinas Pendidikan
kinerja, Penilaian projek yaitu dengan Kota Cimahi, yang melibatkan tenaga
pembberian tugas yang harus fungsional pamong belajar pada UPTD
diselesaikan dalam waktu tertentu, Dinas Pendidikan Kota Cimahi.
dan/atau portofolio.
Pada bagian Sub variabel
Setelah itu seharusnya dapat pelaksanaan kurikulum pendidikan
ditindak lanjuti dengan remedial. keaksaraan dasar komunitas adat
Remedial adalah kegiatan untuk tertinggal berada dalam kategori cukup
mengatasi kesulitan belajar yang dengan nilai P sebesar 75.68%. Nilai ini
bertujuan untuk membantu peserta didik diperoleh dari perolahan data kuesioner
yang mengalami kesulitan atau belum terhadap tutor dan warga belajar.
tuntas menguasai kompetensi yang telah Ornstein & Hunskin (2017, hlm. 257)
ditentukan. Cara berikutnya adalah menyebutkan bahwa keberhasilan
dengan pengayaan. Pengayaan adalah implementasi kurikulum dihasilkan dari
kegiatan yang diberikan kepada peserta perencanaan yang matang dan berfokus
didik yang telah menyelesaikan pada tiga faktor yaitu orang, program, dan
ketuntasan belajar untuk menambah proses. Untuk menerapkan perubahan
pengetahuan dan keterampilan, baik kurikulum, pendidik harus membuat
secara individu maupun kelompok yang orang mampu mengubah beberapa
dapat dilakukan dengan memberikan kebiasaan mereka dan bahkan
tugas-tugas (membaca, menulis, dan pandangannya terhadap perubahan.
berhitung). Banyak sekolah gagal melaksanakan
Berdasarkan data kehadiran yang program baru karena mengabaikan faktor
dimiliki oleh tutor, dapat disampaikan “orang” dan menghabiskan waktu dan
bahwa tingkat kehadiran peserta didik uang dengan hanya memodifikasi
keseluruhan rata-ratanya adalah 84 %. program atau proses. Namun, berfokus
Kelompok belajar dengan tingkat pada program baru memberikan cara baru
kehadiran tertingi adalah kelompok untuk memenuhi tujuan program sekolah.
belajar Jampana yaitu sebesar 87 % Pengorganisasian orang-orang yang
sedangkan kelompok belajar dengan terlibat dalam implementasi juga penting,
tingkat kehadiran terendah adalah karena dapat menggerakkan mereka ke
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 127
Aisyah Khoriunnisa

arah yang diperlukan agar implementasi terhadap pengelola bahwa dalam proses
kurikulum sukses. seleksi calon tutor dinyatakan tutor dipilih
berdasarkan kemampuannya dalam
Dalam hal pengorganisasian,
bertutur atau bercerita tentang sejarah
pengelola terutama tokoh adat atau tetua
masyarakat adat Cireundeu.
yang ada di Masyarakat Adat Cireundeu
sudah menyadari akan perlunya Pengembangan implementasi
pendidikan aksara bagi warga adatnya kurikulum pada dasarnya dimaksudkan
terutama untuk warga adat yang buta sebagai upaya-upaya memaksimalkan
aksara. Hal ini didasari pula semakin pelaksanaan kurikulum untuk
bertambahnya frekuensi kunjungan dari meningkatkan hasil belajar peserta didik.
luar masyarakat adat yang tertarik untuk Dalam penerapannya (dalam bentuk
melakukan kunjungan budaya masyarakat proses belajar mengajar atau proses
Cireundeu. Menurut penuturan tetua pendidikan dan latihan), pelaksana
disana, yaitu Abah Asep dan Abah Emen kurikulum (guru, kepala sekolah, serta
bahwa semakin banyak warga adat yang manajemen sekolah) dapat melakukan
bisa menyambut tamu dengan ramah perubahan (modification), penyesuaian
menggunakan Bahasa Indonesia akan (adaptation), atau pembaharuan
semakin baik. Kemudian, semakin (innovation) berdasarkan kondisi,
banyak warga adat yang bisa bertutur dan kebutuhan, dan tuntutan setempat. Upaya
menceritakan sejarah dari masyarakat modifikasi, adaptasi dan inovasi
adat Cireundeu dengan baik akan semakin kurikulum adalah faktor penting karena
baik bagi pelestarian Masyarakat Adat. sebuah kurikulum tidak akan pernah
Dukungan pengelola dalam dapat diimplementasikan sesuai desain
penyelenggaraan program pendidikan awal sehingga perlu dilakukan
keaksaraan dasar di komunitas adat penyesuaian-penyesuaian untuk
tertingal terutama yang diperoleh dari memperoleh hasil secara maksimal.
tetua di masyarakat adat Cireundeu Ukuran kesuksesan sebuah implementasi
merupakan salah satu bukti nyata bahwa kurikulum dapat dilihat dari sejauh mana
pembelajaran keaksaraan dasar ini pengembang kurikulum memiliki
didukung sepenuhnya. Hal ini didukung kemampuan dan kemauan untuk
dengan hasil survey untuk aspek mengakomodasi kemungkinan
dukungan pengelola sebesar 76,4 % dan dilakukannya modifikasi dalam
termasuk ke dalam kategori cukup. kurikulum (Wahyudin, 2014, hlm. 94).
Dalam Permendikbud No. 86 Faktor pendidik atau guru atau
Tahun 2014 menyebutkan kriteria dan tutor sebagai pelaksana implementasi
persyaratan pendidik dan tenaga kurikulum harus dapat menerima
kependidikan pendidikan keaksaraan perubahan terlebih dahulu sebelum
dasar. Berdasarkan data hasil temuan melakukan perubahan kurikulum di kelas
wawancara kepada pengelola, terdapat masing-masing. Ketika kepala satuan
beberapa penyesuaian terhadap beberapa pendidikan berhasil mengidentifikasi
kriteria di atas. Kualifikasi pendidik, tiga kesulitan guru dalam menerima
orang diantaranya merupakan lulusan perubahan, maka dia harus segera
SMP. Tetapi dikarenakan tutor tersebut mencarikan solusi sehingga diharapkan
memiliki kompetensi keaksaraan dasar guru menjadi lebih percaya diri dalam
sesuai dengan tujuan pembelajaran maka mengimplementasikan kurikulum
dilakukan penyesuaian. Pengelola lebih tersebut kepada peserta didik.
menitikberatkan kepada kompetensi tutor Dampaknya pun adalah peserta didik
yang harus lebih banyak dikuasai. Seperti dapat merasakan dampak positif dari
terdapat pada jawaban wawancara perubahan kurikulum tersebut
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 128
Aisyah Khoriunnisa

(Ornstein&Hunkins, 2017 dan Ansyar, Indikator kesesuaian pelaksanaan


2015). pembelajaran dengan RPP dan indikator
penutup pembelajaran memperoleh
kategori cukup. Indikator Pengelolaan
PENUTUP kegiatan inti yang disesuaikan dengan
pendidikan keaksaraan dan indikator
Implementasi kurikulum berada
penguasaan dan kesesuaian materi
dalam kategori cukup. Artinya,
pelajaran berada dalam kategori “kurang”.
implementasi kurikulum pada Komunitas
Hal ini merupakan dampak dari kurangnya
Adat Tertinggal di masyarakat adat
pengetahuan tutor dalam menyusun
Cireundeu telah dinyatakan cukup
rencana pembelajaran, sehingga dalam
impelementatif serta telah merujuk kepada
pelaksanaannya tutor terkadang tidak
Permendikbud No. 86 Tahun 2014 tentang
menjalankannya sesuai dengan rencana
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
pembelajaran serta untuk pengelolaan
Keaksaraan Dasar. Secara khusus,
kegiatan inti yang kurang bisa
implementasi kurikulum ditinjau pada
menggabungkan antara materi ajar yang
setiap tahap, yaitu tahap perencanaan,
sudah sangat baik disusun hanya pada
pelaksanaan, dan evaluasi hasil belajar.
pelaksanaannya gagal dalam
Implementasi kurikulum yang menyesuaikan dengan karakteristik
ditinjau pada tahap perencanaan termasuk pendidikan keaksaraan.
ke dalam kategori kurang. Tahap
Implementasi kurikulum yang
perencanaan merupakan tahap penting
ditinjau dari tahap evaluasi hasil belajar
dalam implementasi kurikulum. Peranan
berada dalam kategori cukup. Pada tahap
tutor dan pengelola dalam tahapan ini
ini, baik pada indikator pelaksanaan,
berperan besar, dengan tetap mengacu
penyusunan instrument evaluasi, serta
kepada Permendikbud No. 86 Tahun 2014
pelaporan bagi responden tutor berada
tentang Pedoman Penyelenggaraan
pada kategori kurang sedangkan bagi
Pendidikan Keaksaraan Dasar serangkaian
responden warga belajar berada dalam
langkah-langkah perencanaan telah
kategori baik. Hal ini cukup bertolak
dilakukan namun dengan keterbatasan
belakang apabila ditinjau dari kedua
pengetahuan dan pengalaman tutor dalam
responden. Hal ini bisa saja disebabkan
merencanakan terutama dalam penyusunan
oleh warga belajar yang merasa puas dalam
silabus dan RPP.
mengikuti pendidikan keaksaraaan yang
Implementasi kurikulum pada diakhiri dengan kelulusan sepenuhnya
tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk aksara Bahasa Indonesia serta
berada dalam kategori cukup. Dalam memperoleh kesempatan untuk belajar
pelaksanaan pembelajaran terdapat aksara Cacarakan.
komponen-komponen yang bisa
Implementasi kurikulum yang
mendukung pencapaian tujuan dari
ditinjau dari faktor pendukung dan
pembelajaran. Pertama, metode yang
penghambat implementasi kurikulum
digunakan dalam pembelajaran. Kedua,
pendidikan keaksaraan dasar komunitas
bahan dan media belajar serta teknik yang
adat tertinggal berada dalam kategori
dipergunakan dalam pembelajaran. Ketiga,
cukup. Pada umumnya faktor pendukung
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
baik internal maupun eksternal berada
menghindari kejenuhan dalam
dalam kategori baik. Selain perolehan data
pembelajaran. Pada sub variabel ini
kuesioner, didukung juga oleh hasil
indikator identifikasi dengan penilaian
wawancara terhadap pengelola pendidikan
awal, kegiatan pembukaan pembelajaran,
keaksaraan dasar. Kesulitan atau kendala
dan pemanfaatan sumber dan media/ alat
yang dihadapi pada tahap perencanaan
pembelajaran memperoleh kategori baik.
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 129
Aisyah Khoriunnisa

dapat diatasi dengan meminta bantuan Coombs, P. (1985). The World Crisis in
pelatihan kepada orang yang lebih ahli Education. New Yor : Oxford
dalam penyusunan kurikulum dan University Press.
perangkatnya. Ide ini digagas oleh
pengelola serta disambut baik oleh pihak Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Jawa Barat. [online]. Diakses dari
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota http://www.disparbud.jabarprov.go.i
Cimahi. Hal ini menunjukan salah satu d pada tanggal 3 Januari 2018.
dukungan pengelola dalam pelaksanaan
pendidikan keaksaraan. Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan. (2017).
Paparan Kebijakan Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Keaksaraan pada Bimbingan Teknis
Pembelajaran dan Penyelenggaraan
Ansyar, M. (2015). Kurikulum hakikat, Keaksaraan Dasar Komunitas Adat
fondasi, desain dan pengembangan. Terpencil/Khusus (KD-KAT)
Jakarta: Prenadamedia Group.
Hasan, S. H. (2007). Pengembangan KTSP
Asghary, N.; Shahvarani, A.; Medghlmchi , dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
A. R. (2013). Significant Process Of Bandung: Pedagogiana.
Change For Elementary Teachers To
Foster Functional Thinking. Bolema Hasibuan, J. (2017). Implementasi
Vol. 27 (47) pp. Pembelajaran Berbasis Budaya
http://dx.doi.org/10.1590/S0103- Lokal Dalam Meningkatkan
636X2013000400015 Kesejahteraan Masyarakat. S2
thesis, Universitas Pendidikan
Bahua, M. I. (2015). Model Indonesia.
Pengembangan Pemberdayaan
Masyarakat Komunitas Adat Hamalik, O. (1995). Kurikulum dan
Terpencil (KAT) Di Kabupaten Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Boalemo. Jurnal Pendidikan, Sosial, Aksara.
dan Budaya Ideas vol 01 (2) pp.
278-294 Hanemann, U., dkk., (2017). Learning
Together Across Generations,
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Guidelines for Family Literacy and
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Learning Programmes. UNESCO.
Cipta.
Kamil, M. (2009). Pendidikan
Bogdan, R.C & Biklen, S.K. (1982). Nonformal. Bandung: Alfabeta.
Qualitative Research for Education,
an Introduction to Theory and Kusnadi. (2005). Pendidikan Keaksaraan
Methods (2nd edition). Needham Filosofi, Strategi, Implementasi.
Heights: Allyn and Bacon. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah.
Creswell, J.W. (2016). Research Design:
Pendekatan Metode Kualitatif, Longworth, N. (2003). Lifelong Learning
Kuantitatif, fan Campuran. (Edisi in Action. London: London &
Keempat). Yogyakarta: Pustaka Sterling, VA.
Pelajar.
Mahu, S. (2011). Pengembangan Model
Pembelajaran Keaksaraan Fungsional
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 130
Aisyah Khoriunnisa

Berbasis Potensi Lokal Pertanian Bagi urusan-pls/kejar-paket-c/ pada


Pemberdayaan Komunitas Adat tanggal 25 Maret 2013
Terpencil : studi di Kecamatan Waiapo
Kabupaten Buru). S3 thesis, Rogers, A. (1993). Non Formal
Universitas Pendidikan Indonesia Educatioan, flexible sbhooling or
participatory education?. Hong
Marwoto, S. (tt). Buku Saku Pendidikan Kong: Kluwer Academic Publisher.
Keaksaraan. [online]. Diakses dari
https://www.slideshare.net/su7ud/b Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum.
uku-saku-pendidikan-keaksaraan Jakarta: Rajawali Pers.
pada tanggal 5 Desember 2017
Sanjaya, W. (2015). Kurikulum dan
Mc.Neil, J. D. (2006). Contemporary pembelajaran teori dan praktik
Curriculum In Thought And Action, pengembangan kurikulum tingkat
Sixth Edition. New Jersey: Willey satuan pendidikan (KTSP). Jakarta:
Jossey – Bass Education Prenadamedia Group.

Miller, J. P. & Seller, W. (1985). Saylor, J G; Alexander W M; & Lewis, A


Curriculum perspectives and J;. (1981). Curriculum Planning
practice. New York: Longman. For Better Teaching and Learning.
New York: Holt, Rinehart and
Miller-Day, M, dkk. (2013). How Winston.
Prevention Curricula Are Taught
Under Real-World Conditions, Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Types of and Reasons for Teacher Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D
Curriculum Adaptations. Health (Cetakan Ke-13). Bandung: Penerbit
Education Vol. 113 (4) pp. 324-344 Alfabeta.
http://dx.doi.org/10.1108/0965428131
1329259 Sumiati, Ema. (2015). Model
Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Moleong, Lexy J. (2015). Metodologi Mempertahankan Kearifan Lokal :
Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Etnografi Pada Masyarakat Adat
Bandung: Remaja Rosdakarya. Kampung Cireundeu Kota Cimahi. S2
thesis, Universitas Pendidikan
Nurdin, S. & Adriantoni. (2016). Indonesia.
Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Pers. Sumiati, E. dan Hufad, A. (2016). study
of Indigenouse Peoples
Ornstein, A.C. & Hunkins, F.P. (2017). Empowerment Model in Sundanese
Curriculum, Foundations, Village. Prosiding 1st UPI
Principles, and issues. Seventh Ed. International Conference on
England : Pearson Education. Sociology Education (UPI ICSE
2015) Bandung: Atlantis Press.
Permendikbud No. 86 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Susilana, R. & Rusman. (2015).
Pendidikan Keaksaraan Dasar. Implementasi Kurikulum 2013 Di
Sekolah Dasar. Edutech Vol.1 (1)
Piliang, Z. 2006. Kejar Paket C. [online]. p. 52-67
Diakses dari
https://arifsulistyo.wordpress.com/j Sutisna, A. (2016) Pengembangan Model
Pembelajaran Blended pada
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 131
Aisyah Khoriunnisa

Pendidikan Kesetaraan Paket C


Dalam Meningkatkan Kemandirian
Belajar. Jurnal Teknologi
Pendidikan Vol. 18 (3) p. 156-168.

Suwarno, E, M. S. (2008). Etnografi


Komunikasi. Bandung: Widya
Padjadjaran.

Talan, C. (2001). Family literacy: an


investment in the future. The
Bottom Line, Vol. 14 (1) pp. 12 –
18
http://dx.doi.org/10.1108/0888045
0110364895

Tilaar, H.A.R. (1999). Pendidikan


Kebudayaan dan Masyarakat
Madani Indonesia. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia


Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia No.


20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Wahyudin, D. (2014). Manajemen


Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Zais, R. S. (1976). Curriculum Principle


and Foundations. New York:
Thomas Y. Crowll Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai