1 SM
1 SM
Aisyah Khoriunnisa
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keingintahuan terhadap bagaimana implementasi kurikulum
pendidikan keaksaraan dasar komunitas adat tertinggal (KD-KAT) di Kampung Adat Cireundeu,
dimana kurikulum yang digunakan mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 86 tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan
Dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi berbasis data empirik tentang
implementasi kurikulum pendidikan KD-KAT di Kampung Adat Cireundeu serta implikasinya
terhadap kebijakan kurikulum pendidikan keaksaraan. Implementasi kurikulum yang dimaksud
meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan metode deskriptif melalui metode survei. Survei dilakukan di Kampung Adat
Cireundeu Cimahi Jawa Barat. Populasi penelitian ini dilakukan kepada pengelola,tutor, dan warga
belajar KD-KAT Komunitas Kampung Adat Cireundeu. Analisis data penelitian menggunakan Uji
Chi-Square (χ2). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan implementasi kurikulum
pendidikan KD-KAT di Komunitas Adat Kampung Cireundeu serta bagaimana implikasinya terhadap
kebijakan pendidikan keaksaaraan dasar secara umum.
Kata Kunci: implementasi, kurikulum, keaksaraan, cireundeu
ABSTRACT
This research is motivated by the curiosity about how the implementation of the basic literacy
education curriculum of marginalized indigenous communities in Cireundeu custom village, where
the curriculum used refers to the Minister of Education and Culture of the Republic of Indonesia
Number 86 of 2014 on Guidelines for the Implementation of Basic Literacy Education. The purpose
of this study is to obtain empirical data-based information on the implementation of the basic literacy
education curriculum of marginalized indigenous communities in custom village Cireundeu Cimahi
and its implications for the literacy education curriculum policy. The implementation of the
curriculum includes of the planning, implementation and evaluation phases. The research used
quantitative approach with descriptive method through survey method. The survey was conducted in
Custom Village Cireundeu Cimahi, West Java. The population of this study was conducted to the
managers, teachers, and students of the basic literacy education of marginalized indigenous
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 117
Aisyah Khoriunnisa
communities in custom village Cireundeu. Analysis of research data using Chi-Square Test (χ2). The
results of this study are expected to illustrate the implementation the basic literacy education of
marginalized indigenous communities in custom village Cireundeu and how its implication to the
policy of basic education.
Keywords: implementation, curriculum, literacy, Cireundeu
40,00
20,00
0,00
0,00
A. Perencanaan B. Pelaksanaan C. Penilaian D. Faktor Pendukung
dan Penghambat
P- WB P - Tutor P rata-rata
berada dalam kategori “cukup” (lihat tabel Aspek evaluasi hasil belajar meliputi
4.1) pada keempat sub variabel yang diukur teknik penilaian pembelajaran.
melalui perolehan data kuesioner. Ornstein Pada bagian perencanaan
& Hunkins (2017, hlm. 277) menyebutkan kurikulum pendidikan keaksaraan dasar
bahwa untuk menerima sebuah inovasi, komunitas adat tertinggal berada dalam
seorang guru perlu melihat kualitas, nilai, kategori “cukup” dengan nilai P sebesar
dan kepraktisannya. Dalam banyak kasus, 67.92 %. Nilai ini diperoleh dari
pendidik tidak punya waktu untuk perolahan data kuesioner terhadap tutor.
melaksanakan saran perbaikan sehingga Tetapi dalam hasil pengolahan data
terkadang kurikulum diterapkan secara melalui kuesioner untuk setiap
sembarangan, padahal bisa saja dapat indikatornya diperoleh nilai P berbeda-
dilaksanakan dengan baik jika mereka yang beda. Perencanaan merupakan sebuah
bertanggung jawab dalam implementasi proses atau cara berpikir yang dapat
kurikulum, staf bagian kurikulum misalnya,
membantu memperoleh hasil yang
dapat memastikan bahwa materi yang diharapkan sehingga dari perencanaan
diperlukan tersedia bagi para guru. yang sudah disusun dapat dipilih
Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan alternatif yang ada. Kaufmann (1979)
dasar bagi komunitas adat di Cireundeu dalam Idi (2014, hlm. 188-189)
adalah hal baru sehingga sangat mengungkapkan langkah-langkah
dimungkinkan penyelenggara ataupun tutor perencanaan yang baik yaitu:
belum mempunyai kompetensi yang sesuai 1) Mengidentifikasi masalah
dalam hal prinsip-prinsip kurikulum tetapi berdasarkan kebutuhan,
kompetensi dalam konten sejarah serta 2) Menentukan syarat dan alternatif
budaya lokal Cireundeu serta semangat pemecahannya,
mereka untuk bisa belajar aksara Indonesia 3) Memilih strategi pemecahannya,
terbilang tinggi. Data ini didukung pula 4) Menentukan identifikasi hasil melalui
dari hasil wawancara terhadap pengelola penilaian, serta
mengenai motivasi dan kompetensi. 5) Melakukan revisi pada langkah-
Berikut pembahasan berdasarkan hasil langkah yang dilalui (apabila
temuan untuk masing-masing sub variabel. dianggap perlu)
Penelitian ini bermaksud Bagi pendidik atau tutor, langkah-
mengungkap implementasi kurikulum langkah Kaufmann berguna dalam
pada pada pendidikan keaksaraan dasar merencanakan dan mengembangkan
komunitas adat tertinggal di masyarakat langkah-langkah dalam pembelajaran.
adat Cireundeu. Implementasi kurikulum Indikator identifikasi kebutuhan berada
yang dimaksud dalam penelitian ini dalam kategori “cukup”, hal ini dapat
seperti yang diuraikan dalam definisi dikonfirmasi melalui wawancara terhadap
operasional adalah berupa aktivitas pengelola pendidikan keaksaraan dasar
pelaksanaan dari dokumen tertulis komunitas adat tertinggal bahwa sebagai
pendidikan keaksaraan dasar dan langkah awal dari penyelenggaraan
kemudian dituangkan dalam bentuk pendidikan keaksaraan dasar, pengelola
pembelajaran pada kelompok sasaran melakukan sosialisasi dan identifikasi
keaksaraan dasar, meliputi aspek untuk mencari calon tutor dan peserta
perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi didik.
hasil belajar. Aspek perencaaan meliputi
kurikulum, silabus dan RPP. Aspek Kegiatan yang dilakukan sebagai
pelaksanaan meliputi metode rangkaian kegiatan identifikasi adalah
pembelajaran, teknik, serta media belajar sebagai berikut :
yang digunakan tutor saat pembelajaran. 1) Sosialisasi program pendidikan
keaksaraan dasar komunitas adat
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 122
Aisyah Khoriunnisa
oleh tutor pada tahap merencanakan yang ada kaitannya dengan acara-acara
pembelajaran. khusus komunitas adat. Jenis praktek
keterampilan yang dipraktekkan peserta
Indikator kegiatan pembukaan
didik disesuaikan dengan nama
pembelajaran kuesioner tutor
kelompoknya. Ada kelompok yang
memperoleh nilai P sebesar 81,67 %
praktek membuat makanan khas seperti
berada dalam kategori baik kuesioner
awug, gondang, rangining, peuyeum
untuk warga belajar memperoleh nilai P
mutiara, adapula yang praktek berkaitan
sebesar 79,53 % serta berada dalam
dengan nilai/symbol yang menunjukkan
kategori baik. Dalam hal ini tutor
identitas komunitas adat cireundeu,
melakukan kegitatan pembelajaran
misalnya tingkeban, tembang-tembang,
sebagaimana mestinya seperti membuka
asal usul Cireundeu, mulud, dan jampana.
pelajaran dengan menyebutkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, Dalam pelaksanaan pembelajaran
membuka pelajaran secara menarik tidak lepas dari penggunaan strategi
sehingga warga belajar termotivasi untuk pembelajaran. Strategi dalam
terus mengikuti pembelajaran dari awal pembelajaran adalah penetapan
hingga akhir, memberikan acuan akan keseluruhan aspek yang berkaitan dengan
materi pembelajaran yang akan dipelajari, pencapaian tujuan belajar, termasuk
serta mengaitkan materi pembelajaran penyusunanan perencanaan, pelaksanaan
yang sudah warga belajar pahami dengan kegiatan pembelajaran dan penilaian
materi yang akan dipelajari, serta tutor proses serta hasil belajar. Rusman (2009,
memberikan penilaian awal sebelum hlm.75) mengatakan bahwa
pembelajaran dimulai. Baik pada “implementasi kurikulum seharusnya
kuesioner warga belajar dan tutor sama- menempatkan pengembangan kreativitas
sama berada dalam kategori baik. siswa lebih dari penguasaan materi”.
Strategi pembelajaran yang dapat
Indikator kesesuaian pelaksanaan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran
pembelajaran sesuai dengan RPP berada
ada yang berpusat kepada tutor (learning
dalam kategori “cukup”. Penyesuaian
centered) dan ada yang berpusat kepada
RPP saat pelaksanaan sepertinya terjadi
peserta belajar (student centered).
saat pembelajaran. Indikator berikutnya
adalah pengelolaan kegiatan inti yang Pembelajaran bagi orang dewasa
sesuai dengan karakteristik pendidikan seperti yang dikatakan oleh Lyra
keaksaraan (kontekstual, kooperatif & Srinivasan (dalam Sudjana, 2000, hlm.
kolaboratif, andragogik, tematik, 73) yaitu: (a) pendekatan yang berpusat
penekananan kepada pembelajaran aktif, pada masalah, (b) pendekatan proyektif,
inovatif, kreatif dan menyenangkan) baik dan (c) pendekatan aktualisasi diri.
pada responden tutor maupun warga Pendekatan yang berpusat pada masalah,
belajar berada dalam kategori kurang. salah satunya ditunjukkan dengan belajar
Meskipun begitu dalam pelaksanaannya, menyusun atau menggambarkan peta
tutor sering juga mempergunakan masyarakat Cireundeu. Pendekatan ini
pendekatan pembelajaran kontekstual bertujuan supaya warga belajar dapat
yaitu menghubungkan materi meningkatkan keterampilan menulis
pembelajaran dengan situasi sehari-hari. melalui menggambar garis dan simbol.
Untuk lebih memotivasi peserta didik Kemudian tutor menggunakan, hasil
dalam mengikuti pembelajaran, dalam gambar peta warga belajar untuk
waktu-waktu tertentu peserta didik diberi membantu mereka berdiskusi dan
kesempatan untuk melakukan praktek menganalisa informasi tentang situasi
keterampilan yang berkenaan dengan pemukiman, tempat tinggal warga belajar
makanan khas, seni budaya, maupun hal (terlampir dalam silabus).
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 124
Aisyah Khoriunnisa
pelaksanaan maka hal ini dapat dijadikan Memulai dan mengakhiri proses
bahan masukan dalam perbaikan pembelajaran sesuai dengan waktu yang
kurikulum yang telah disusun untuk dijadwalkan dengan mengacu pada RPP;
diimplementasikan pada kelompok serta 7) Menghindari kegiatan
berkutnya. membosankan yang dapat mengendurkan
semangat belajar supaya tidak
Terakhir, Indikator penutupan
mengganggu aktivitas dan kreativitas
pembelajaran berada dalam kategori
peserta didik.
“cukup” dengan nilai P sebesar 70,8%
bagi responden tutor sedangkan bagi Pada bagian evaluasi hasil belajar
responden warga belajar indikator ini pada pendidikan keaksaraan dasar
berada dalam kategori “baik” dengan nilai komunitas adat tertinggal berada dalam
P sebesar 82,8 %. Hal ini ditunjukan kategori “cukup” dengan nilai P sebesar
dengan beberapa pernyataan dalam 76.70%. Nilai ini diperoleh dari
kuesioner bahwa tutor melakukan revieu perolahan data kuesioner terhadap tutor
yang sudah dipelajari di akhir pertemuan, dan warga belajar. Sedangkan
tutor membuat kesimpulan dan dibantu berdasarkan hasil pengolahan data
juga oleh warga belajar dalam membuat kuesioner bagi tutor, diperoleh nilai P
kesimpulan, memberikan informasi sebesar 61,88 % yang termasuk ke dalam
mengenai materi pembelajaran di kategori “cukup” dan bagi warga belajar,
pertemuan berikutnya, serta tutor diperoleh nilai P sebesar 86,4% yang
menyiapkan tugas latihan yang dapat termasuk ke dalam kategori “baik”.
dikerjakan oleh peserta didik di luar hari Sama halnya dengan pada sub
pembelajaran. Pengelolaan kelas, sikap variabel perencanaan, tutor melaksanakan
tutor serta cara tutor berkomunikasi saat penilaian tetapi pemahaman akan prinsip-
pembelajaran pun turut mempengaruhi prinsip penilaian, baik dari tahap
keberhasilan pembelajaran keaksaraan perancangan instrumen penilaian,
dasar. Dimulai saat pengkondisian warga pelaksanaan hingga pelaporan kurang
belajar, yaitu 1) Setiap akan dimulai atau menguasai. Oleh karenanya hasil
penggantian tema belajar, tutor perolehan data dari kuesioner berada
berkewajiban untuk menjelaskan kepada dalam kategori kurang baik untuk
warga belajar tentang materi yang akan indikator pelaksanaan penilaian (62%),
dipelajari, tujuan belajar, proses belajar instrumen penilaian (67,5 %), dan
yang akan dilaksanakan dan hasil belajar pelaporan hasil belajar (56%). Penilaian
yang diharapkan; 2) Menyesuaikan hasil belajar dilaksanakan pada sepanjang
pengaturan tempat duduk peserta didik kegiatan pembelajaran secara periodik
sesuai dengan tujuan dan proses untuk mengetahui perkembangan belajar
pembelajaran. Yang biasa dilakukan di warga belajar yang difokuskan pada
kelompok adalah dengan duduk dalam penilaian berbasis kompetensi yang
bentuk lingkaran yang memungkinkan bertujuan untuk mengukur pencapaian
warga belajar dapat berinteraksi warga belajar dalam memperoleh
berhadap-hadapan secara langsung; 3) kompetensi keaksaraan berdasarkan
Menyesuaikan materi pelajaran dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
kecepatan dan kemampuan belajar warga Penilaian ini dilakukan dengan
belajar; 4) Memberikan penguatan dan mengamati tingkat kehadiran peserta
umpan balik terhadap respons serta hasil didik dan penyelesaian tugas-tugas
belajar peserta didik selama pembelajaran belajar yang diberikan tutor selama
berlangsung; 5) Mendorong dan pembelajaran.
menghargai peserta didik untuk bertanya
dan mengemukakan pendapat; 6) Penilaian merupakan proses
pengumpulan informasi/bukti tentang
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 126
Aisyah Khoriunnisa
capaian pembelajaran peserta didik dalam kelompok belajar Awug dengan tingkat
kompetensi sikap, pengetahuan, dan kehadiran sebesar 81.Berdasarkan
keterampilan yang dilakukan secara temuan peneliti, pada setiap akhir
terencana dan sistematis selama dan pembelajaran, tutor melakukan penilaian
setelah proses pembelajaran. Dalam terhadap penguasaan kompetensi
pembelajaran pendidikan keaksaraan membaca, menulis dan berhitung warga
dasar, pendidik harus melakukan belajar tetapi sayang sekali tidak ditindak
penilaian berkenaan dengan: lanjuti dengan melaksanakan
1) Kompetensi sikap, dapat dilaksanakan remedial/perbaikan materi belajar.
dengan cara observasi, penilaian diri, Seperti yang sudah disampaikan
dan jurnal sebelumnya bahwa penilaian akhir
2) Kompetensi pengetahuan, dapat dilakukan untuk mengetahui ketercapaian
dilakukan dengan cara Tes tulis, Tes kompetensi lulusan keaksaraan dasar oleh
lisan, dan Penugasan; berupa pekerjaan
peserta didik. Aspek yang dinilai meliputi
rumah, baik secara individu maupun kemampuan membaca, menulis dan
kelompok sesuai dengan karakteristik berhitung dalam Bahasa Indonesia dan
tugasnya. bahasa Cacarakan. Penilaian akhir
3) Kompetensi keterampilan, dapat dilakukan oleh tim pelaksana ujian akhir
dilakukan dengan cara penilaian yang dibentuk oleh Dinas Pendidikan
kinerja, Penilaian projek yaitu dengan Kota Cimahi, yang melibatkan tenaga
pembberian tugas yang harus fungsional pamong belajar pada UPTD
diselesaikan dalam waktu tertentu, Dinas Pendidikan Kota Cimahi.
dan/atau portofolio.
Pada bagian Sub variabel
Setelah itu seharusnya dapat pelaksanaan kurikulum pendidikan
ditindak lanjuti dengan remedial. keaksaraan dasar komunitas adat
Remedial adalah kegiatan untuk tertinggal berada dalam kategori cukup
mengatasi kesulitan belajar yang dengan nilai P sebesar 75.68%. Nilai ini
bertujuan untuk membantu peserta didik diperoleh dari perolahan data kuesioner
yang mengalami kesulitan atau belum terhadap tutor dan warga belajar.
tuntas menguasai kompetensi yang telah Ornstein & Hunskin (2017, hlm. 257)
ditentukan. Cara berikutnya adalah menyebutkan bahwa keberhasilan
dengan pengayaan. Pengayaan adalah implementasi kurikulum dihasilkan dari
kegiatan yang diberikan kepada peserta perencanaan yang matang dan berfokus
didik yang telah menyelesaikan pada tiga faktor yaitu orang, program, dan
ketuntasan belajar untuk menambah proses. Untuk menerapkan perubahan
pengetahuan dan keterampilan, baik kurikulum, pendidik harus membuat
secara individu maupun kelompok yang orang mampu mengubah beberapa
dapat dilakukan dengan memberikan kebiasaan mereka dan bahkan
tugas-tugas (membaca, menulis, dan pandangannya terhadap perubahan.
berhitung). Banyak sekolah gagal melaksanakan
Berdasarkan data kehadiran yang program baru karena mengabaikan faktor
dimiliki oleh tutor, dapat disampaikan “orang” dan menghabiskan waktu dan
bahwa tingkat kehadiran peserta didik uang dengan hanya memodifikasi
keseluruhan rata-ratanya adalah 84 %. program atau proses. Namun, berfokus
Kelompok belajar dengan tingkat pada program baru memberikan cara baru
kehadiran tertingi adalah kelompok untuk memenuhi tujuan program sekolah.
belajar Jampana yaitu sebesar 87 % Pengorganisasian orang-orang yang
sedangkan kelompok belajar dengan terlibat dalam implementasi juga penting,
tingkat kehadiran terendah adalah karena dapat menggerakkan mereka ke
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 127
Aisyah Khoriunnisa
arah yang diperlukan agar implementasi terhadap pengelola bahwa dalam proses
kurikulum sukses. seleksi calon tutor dinyatakan tutor dipilih
berdasarkan kemampuannya dalam
Dalam hal pengorganisasian,
bertutur atau bercerita tentang sejarah
pengelola terutama tokoh adat atau tetua
masyarakat adat Cireundeu.
yang ada di Masyarakat Adat Cireundeu
sudah menyadari akan perlunya Pengembangan implementasi
pendidikan aksara bagi warga adatnya kurikulum pada dasarnya dimaksudkan
terutama untuk warga adat yang buta sebagai upaya-upaya memaksimalkan
aksara. Hal ini didasari pula semakin pelaksanaan kurikulum untuk
bertambahnya frekuensi kunjungan dari meningkatkan hasil belajar peserta didik.
luar masyarakat adat yang tertarik untuk Dalam penerapannya (dalam bentuk
melakukan kunjungan budaya masyarakat proses belajar mengajar atau proses
Cireundeu. Menurut penuturan tetua pendidikan dan latihan), pelaksana
disana, yaitu Abah Asep dan Abah Emen kurikulum (guru, kepala sekolah, serta
bahwa semakin banyak warga adat yang manajemen sekolah) dapat melakukan
bisa menyambut tamu dengan ramah perubahan (modification), penyesuaian
menggunakan Bahasa Indonesia akan (adaptation), atau pembaharuan
semakin baik. Kemudian, semakin (innovation) berdasarkan kondisi,
banyak warga adat yang bisa bertutur dan kebutuhan, dan tuntutan setempat. Upaya
menceritakan sejarah dari masyarakat modifikasi, adaptasi dan inovasi
adat Cireundeu dengan baik akan semakin kurikulum adalah faktor penting karena
baik bagi pelestarian Masyarakat Adat. sebuah kurikulum tidak akan pernah
Dukungan pengelola dalam dapat diimplementasikan sesuai desain
penyelenggaraan program pendidikan awal sehingga perlu dilakukan
keaksaraan dasar di komunitas adat penyesuaian-penyesuaian untuk
tertingal terutama yang diperoleh dari memperoleh hasil secara maksimal.
tetua di masyarakat adat Cireundeu Ukuran kesuksesan sebuah implementasi
merupakan salah satu bukti nyata bahwa kurikulum dapat dilihat dari sejauh mana
pembelajaran keaksaraan dasar ini pengembang kurikulum memiliki
didukung sepenuhnya. Hal ini didukung kemampuan dan kemauan untuk
dengan hasil survey untuk aspek mengakomodasi kemungkinan
dukungan pengelola sebesar 76,4 % dan dilakukannya modifikasi dalam
termasuk ke dalam kategori cukup. kurikulum (Wahyudin, 2014, hlm. 94).
Dalam Permendikbud No. 86 Faktor pendidik atau guru atau
Tahun 2014 menyebutkan kriteria dan tutor sebagai pelaksana implementasi
persyaratan pendidik dan tenaga kurikulum harus dapat menerima
kependidikan pendidikan keaksaraan perubahan terlebih dahulu sebelum
dasar. Berdasarkan data hasil temuan melakukan perubahan kurikulum di kelas
wawancara kepada pengelola, terdapat masing-masing. Ketika kepala satuan
beberapa penyesuaian terhadap beberapa pendidikan berhasil mengidentifikasi
kriteria di atas. Kualifikasi pendidik, tiga kesulitan guru dalam menerima
orang diantaranya merupakan lulusan perubahan, maka dia harus segera
SMP. Tetapi dikarenakan tutor tersebut mencarikan solusi sehingga diharapkan
memiliki kompetensi keaksaraan dasar guru menjadi lebih percaya diri dalam
sesuai dengan tujuan pembelajaran maka mengimplementasikan kurikulum
dilakukan penyesuaian. Pengelola lebih tersebut kepada peserta didik.
menitikberatkan kepada kompetensi tutor Dampaknya pun adalah peserta didik
yang harus lebih banyak dikuasai. Seperti dapat merasakan dampak positif dari
terdapat pada jawaban wawancara perubahan kurikulum tersebut
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 128
Aisyah Khoriunnisa
dapat diatasi dengan meminta bantuan Coombs, P. (1985). The World Crisis in
pelatihan kepada orang yang lebih ahli Education. New Yor : Oxford
dalam penyusunan kurikulum dan University Press.
perangkatnya. Ide ini digagas oleh
pengelola serta disambut baik oleh pihak Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi
Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Jawa Barat. [online]. Diakses dari
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota http://www.disparbud.jabarprov.go.i
Cimahi. Hal ini menunjukan salah satu d pada tanggal 3 Januari 2018.
dukungan pengelola dalam pelaksanaan
pendidikan keaksaraan. Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan. (2017).
Paparan Kebijakan Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA Keaksaraan pada Bimbingan Teknis
Pembelajaran dan Penyelenggaraan
Ansyar, M. (2015). Kurikulum hakikat, Keaksaraan Dasar Komunitas Adat
fondasi, desain dan pengembangan. Terpencil/Khusus (KD-KAT)
Jakarta: Prenadamedia Group.
Hasan, S. H. (2007). Pengembangan KTSP
Asghary, N.; Shahvarani, A.; Medghlmchi , dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
A. R. (2013). Significant Process Of Bandung: Pedagogiana.
Change For Elementary Teachers To
Foster Functional Thinking. Bolema Hasibuan, J. (2017). Implementasi
Vol. 27 (47) pp. Pembelajaran Berbasis Budaya
http://dx.doi.org/10.1590/S0103- Lokal Dalam Meningkatkan
636X2013000400015 Kesejahteraan Masyarakat. S2
thesis, Universitas Pendidikan
Bahua, M. I. (2015). Model Indonesia.
Pengembangan Pemberdayaan
Masyarakat Komunitas Adat Hamalik, O. (1995). Kurikulum dan
Terpencil (KAT) Di Kabupaten Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Boalemo. Jurnal Pendidikan, Sosial, Aksara.
dan Budaya Ideas vol 01 (2) pp.
278-294 Hanemann, U., dkk., (2017). Learning
Together Across Generations,
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Guidelines for Family Literacy and
Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Learning Programmes. UNESCO.
Cipta.
Kamil, M. (2009). Pendidikan
Bogdan, R.C & Biklen, S.K. (1982). Nonformal. Bandung: Alfabeta.
Qualitative Research for Education,
an Introduction to Theory and Kusnadi. (2005). Pendidikan Keaksaraan
Methods (2nd edition). Needham Filosofi, Strategi, Implementasi.
Heights: Allyn and Bacon. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah.
Creswell, J.W. (2016). Research Design:
Pendekatan Metode Kualitatif, Longworth, N. (2003). Lifelong Learning
Kuantitatif, fan Campuran. (Edisi in Action. London: London &
Keempat). Yogyakarta: Pustaka Sterling, VA.
Pelajar.
Mahu, S. (2011). Pengembangan Model
Pembelajaran Keaksaraan Fungsional
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 2(2), September 2018 - 130
Aisyah Khoriunnisa