Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala potensi yang dimilikinya, ia berusaha maju dan berkembang untuk mencapai
keseimbangannya baik secara jasmani dan rohani. Manusia merupakan makhluk ciptaan
Allah yang dibekali dengan berbagai potensi fitrah yang tidak dimiliki makhluk lainnya.
Potensi istimewa ini dimaksudkan agar manusia dapat mengemban dua tugas utama, yaitu
sebagai khalifatullah di muka bumi dan juga abdi Allah untuk beribadah kepada-Nya.
Yang banyak dibicarakan oleh al-Qur'an tentang manusia adalah sifat-sifat dan
potensinya. Dalam hal ini, ditemukan sekian ayat yang memuji dan memuliakan manusia,
seperti pernyataan tentang terciptanya manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-
baiknya (QS Al-Tin [95]: 5), dan penegasan tentang dimuliakannya makhuk ini dibandingkan
dengan kebanyakan makhluk-makhluk Allah yang lain (QS Al-Isra [17]: 70). Tetapi, di
samping itu sering pula manusia mendapat celaan Allah swt, karena kelemehan yang
dimilikinya. Manusia tercipta sebagai makhluk yang lemah, terutama lemah iman sehingga ia
tergoda oleh orang-orang yang mengikuti nafsunya untuk berpaling sejauh-jauhnya dari
kebenaran. (QS An-Nisa : 28-29). Kekuatan yang dimilikinya harus dimaksimalkan untuk
melaksanakan amanah-amanah (tugas-tugas keagamaan), sehingga ia tidak termasuk kategori
manusia yang amat zholim dan bodoh. (QS Al-Ahzab : 72).
Manusia pun harus selalu meningkatkan keimannya, rasa syukur dan sabarnya,
sehingga tidak menjadi manusia yang berkeluh kesah lagi kikir. (QS Al-Ma’arij : 19-35).
Ketika Al-Qur’an memaparkan kelebihan dan kelemahan manusia sekaligus, ini bukan
berarti bahwa ayat-ayat Al-Qur'an bertentangan satu dengan lainnya, akan tetapi ayat-ayat
tersebut menunjukkan beberapa kelemahan manusia yang harus dihindarinya. Di samping
menunjukkan bahwa makhluk ini mempunyai potensi (kesediaan) untuk menempati tempat
tertinggi sehingga ia terpuji, atau berada ditempat yang rendah sehingga ia tercela. Dalam
tulisan yang sangat sederhana ini akan dipaparkan salah satu kelemahan manusia yang telah
ada dalam Al Qur’an.
Ini adalah suatu ujian yang berat dari Allah untuk menguji sampai mana teguhnya
keimanan mereka. Akhirnya Allah mengirimkan bantuan berupa tentara yang tidak kelihatan dan
angin topan, sehingga musuh-musuh itu menjadi kacau balau dan melarikan diri.
Perkataan “Al Ma’aarij” yang menjadi nama surat ini adalah kata jamak dari “Mi’raj”, di
ambil dari perkataan Al Ma’aarij yang terdapat pada ayat ke tiga yang artinya menurut bahasa
“tempat naik”. Sedang para ahli tafsir memberi arti bermacam-macam , diantaranya “langit”,
nikmat karunia dan derajat atau tingkatan yang diberikan Allah s.w.t. kepada ahli surga.
Pengertian Harta
Islam mempunyai konsep tersendiri terhadap harta (mal) yang berbeda dengan konsep
harta menurut perspektif sivil. Harta (mal) dari segi bahasa disebut dengan al-mal yang berasal
dari kata (– ) ميال – يميلyang berarti condong, cenderung dan miring.
Para fuqaha’ memberikan berbagai definisi tentang harta. Sebagian dari mereka
mendefinisikan harta sebagai sesuatu yang diingini oleh tabiat manusia dan boleh disimpan
untuk tempoh yang diperlukan atau sesuatu yang dapat dikuasai, disimpan dan dimanfaatkan.
Penggunaan Harta
Persoalan harta dimasukan ke dalam salah satu al-daruria al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri atas agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
Penggunaan harta dalam ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah
dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Pemanfaatan harta
pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi
sosial dalam rangka membantu sesama manusia.11 Dalam salah satu Hadits Rasulullah yang
artinya :
“Dari Musa al-’Asy’ari dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata. Nabi s.a.w. bersabda
bahwa kewajiban bagi setiap orang Muslim untuk bersedekah.” (HR. Al-Bukhari).
Dari uraian di atas terlihatlah bahwa Islam telah memberikan perhatian khusus terhadap
harta baik dari segi cara mendapatkannya maupun penggunaannya sehingga harta yang dimiliki
itu mempunyai nilai ibadah di sisi Allah dalam rangka pencapaian kehidupan yang lebih bahagia
di akhirat. Seorang Muslim diperintahkan untuk mencari nafkah dan menghasilkan harta dengan
berjuang sekuat tenaga. Tangan yang memberikan bantuan, dalam pandangan Islam jauh lebih
baik dari tangan yang menerima kucuran bantuan. Harta tidak saja berkedudukan untuk
mendekatkan diri kepada Allah tetapi harta juga berfungsi dalam kehidupan ini.
Fungsi harta
-perhiasan hidup yang memungkinkan manusia boleh menikmatinya dengan baik dan
tidak berlebih-lebihan.
-Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut tentang cara mendapatkan
dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. -Harta sebagai bekal
ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan muamalah di antara sesama
manusia, melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah.
Secara garis besar surat al-hujurat ayat 14-15 menjelaskan tentang pengakuan orang arab
badui yang baru saja masuk Islam dan mereka mengatakan telah beriman, kemudian Allah
memberitahu kepada mereka bahwa mereka masuk Islam karena kalah dan Islam mereka belum
masuk kedalam hatinya hingga mencapai keimanan yang sesungguhnya. Meskipun mereka
berdusta Allah tidak mengurang karunianya sedikitpun, sungguh Allah Maha pengampun lagi
Maha Penyayang. Iman yang sejati harus timbul dari lubuk hati. Orang yang telah beriman
dengan sungguh-sungguh ialah mereka yang beriman kepada Allah dan rasulNya, kemudian
tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
Asbabun Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat
alqur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dari kejadian tersebut. Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya alqur’an
sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi anatara suku
aus dan suku khazraj, kesalaahan besar, seperti kasus seorang sahabat yang mengimani shalat
dalam keadaaan mabuk, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat
kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang dan yang akan terjadi. Al-
Qur’an diturunkan melalui sebab musabab (Asbabun nuzul), tetapi tidak semua ayat yang
terdapat di Al-Qur’an memiliki asbabun nuzul.
Menurut Sayyid Quthb dalam kitabnya “Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an” telah dijelaskan ayat
ini berkenaan dengan orang Badui dari bani Asad. Pada awal mereka masuk islam mereka
berkata, “Kami beriman.” Mereka juga memberikan harapan kepada rasulullah. Mereka berkata,
“Kami telah masuk Islam. Orang-orang Badui memerangimu, padahal kami tidak
memerangimu.” Allah hendak memberi tahu mereka akan hakikat perkara yang ada dalam
dirinya saat mereka melontarkan pernyataan itu. Allah menjelaskan bahwa mereka masuk Islam
karena kalah, dan Islamnya itu belum sampai kekalbunya hingga mencapai martabat keimanan.
meskipun begitu, karunia Allah menghendaki untuk membalas setiap amal saleh yang mereka
lakukan tanpa dikurangi sedikit pun.Hal itu karena Allah kebih dekat dengan ampunan dan
rahmat. Maka, maka diterimalah hamba mulai dari langkah pertama, diridhai pula ketaatan dan
kepasrahannya, hingga kalbunya merasakan keimanan dan ketentraman.
Iman berarti membenarkannya kalbu terhadap Allah dan Rasul-Nya, membenarkan yang
tidak ada bercampur dengan keraguan dan kebimbangan, membenarkan yang menentramkan,
kokoh, sempurna, dan tidak menimbulkan kegelisahan, membenarkan yang dapat mendorong
seseorang berjihad dengan harta dan nyawanya dijalan Allah. Jika kalbu telah merasakan
lezatnya keimanan dan kegandrungan kepadanya serta telah mengakar, niscaya akan mendorong
untuk mewujudkan kebenaran itu diluar kalbu. Yakni, dalam aneka praktik persoalan dan dalam
realitas kehidupan
4. ETIKA PRODUKSI QS. AL-QHOSOS AYAT 73, AL-AN'AM AYAT 141-144 DAN
AN-NAHL AYAT 5-9
Pengertian
Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi
barang-barang dan jasa-jasa yang disebut output. Proses perubahan bentuk faktor-faktor produksi
tersebut disebut dengan proses produksi. Produksi pada dasarnya merupakan proses penciptaan
atau penambahan faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga dapat
lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Proses perubahan bentuk faktor-faktor
produksi tersebut disebut proses produksi. Selain itu produksi dapat ditinjau dari dua pengertian,
yaitu pengertian secara teknis dan pengertian secara ekonomis.
Ditinjau dari pengertian secara teknis, produksi merupakan proses pendayagunaan
sumber-sumber yang telah tersedia guna memperoleh hasil yang lebih dari segala pengorbanan
yang telah diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari pengertian secara ekonomis, produksi
merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk memperoleh hasil
yang terjamin kualitas maupun kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan
komoditi yang dapat diperdagangkan. Adanya hubungan antara faktorfaktor produksi yang
digunakan dengan output yang dihasilkan dinyatakan dalam suatu fungsi produksi.
Fungsi
Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan teknis antara input dengan output, yang
mana hubungan ini menunjukkan output sebagai fungsi dari input. Fungsi produksi dalam
beberapa pembahasan ekonomi produksi banyak diminati dan dianggap penting karena
(Soekartawi, 1990)
1. Fungsi produksi dapat menjelaskan hubungan antara faktor produksi dengan produksi itu
sendiri secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
2. Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (Q), dengan
variabel yang menjelaskan (X) serta sekaligus mampu mengetahui hubungan antar variabel
penjelasnya (antara X dengan X yang lain).
“Kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya
dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata: Sebenarnya ayahku
menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami. Maka ketika
Musa datang mendapatkannya dan menceritakan kepadanya kisah-kisah kejadian yang
berlaku (mengenai dirinya) berkatalah orang tua itu kepadanya: ‘Janganlah engkau bimbang,
engkau telah selamat dari kaum yang zalim itu.’”
Surah ini diturunkan ketika kaum muslimin masih dalam keadaan lemah ketika
mereka masih dibelenggu kekejaman kaum Musyrikin Makkah sebagai kuasa besar, mewah
dan kuat. Maka, Allah menurunkan surah ini sebagai perbandingan dengan riwayat hidup
Nabi Musa dengan kekejaman Fir’aun dan akibat dari kemewahan Qarun serta memberikan
janji akan kemenangan Nabi Muhammad kelak.
Pada ayat 142 Dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan untuk
hambaNya binatang ternak, di antaranya ada yang besar dan panjang kakinya, dapat dimakan
dagingnya, dapat pula dijadikan kendaraan untuk membawa mereka ke tempat yang mereka
tuju, dan dapat pula mengangkut barang-barang keperluan dan barang-barang perniagaan
mereka dari suatu tempat ke tempat lain. Ada pula di antara binatang-binatang itu yang kecil
tubuhnya dan pendek kakinya seperti domba dan kelinci untuk dimakan dagingnya, ditenun
bulunya menjadi pakaian dan diambil kulitnya menjadi tikar atau alas kaki dan sebagainya.
Kemudian Allah menyuruh hamba-Nya untuk makan rezeki yang telah dianugerahkan-Nya,
tetapi jangan sekali-kali mengikuti langkah-langkah setan, baik dari jin maupun dari
manusia.
5. ETIKA DISTRIBUSI
Dalam perspektif Ekonomi Islam distribusi memiliki makna yang luas, yaitu
mencakup pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi dan sumber- sumber kekayaan.
Adapun kesejahteraan dalam Ekonomi Islam diukur berdasarkan prinsip pemenuhan
kebutuhan setiap individu masyarakat, bukan atas dasar penawaran dan PPTermintaan,
pertumbuhan Ekonomi, cadangan devisa, nilai mata uang ataupun indeks harga-harga di
pasar non-riil, sebagaimana dialami dalam sistem Ekonomi Kapitalisme.
Tujuan Distribusi
Asbabunnuzul ayat seperti yang diriwayatkan oleh Said bin Mansyur dalam suatu
riwayat dikemukakan bahwa kepada Rasulullah saw beliau seorang dermawan pakaian itu
dibagi-bagikan. Setelah Nabi membagi-bagikannya, datanglah serombongan orang yang
meminta bagian, tapi ternyata telah habis. Ayat di atas turun berkenaan dengan peristiwa itu
yang menegaskan bahwa apa yang didapat janganlah dihabiskan seluruhnya.Dan janganlah
kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu.Dengan kata lain, janganlah kamu
menjadi orang kikir dan selalu menolak orang yang Meminta serta tidak pernah sekalipun
memberikan sesuatu kepada seseorang.
Sistem ekonomi islam merupakan sistem ekonomi yang terlahir dari sistem sosial
islami yang diharapkan dapat memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang ada,7
dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kemashlahatan dan menciptkan keadilan
dalam ekonomi umat. Begitu pula kebijakan distribusi dalam sistem Ekonomi Islam
menjunjung tinggi nilai keadilan, sehingga pada konsep distribusi landasan penting yang
dijadikan pegangan yakni agar kekayaan tidak tertupuk hanya pada satu kelompok saja,
sebagaimana tertuang dalam Q.S. al-Hasyr (59) ayat 7, yang mengatakan: Artinya: “Supaya
harta itu jangan hanya beredar diantara golongan kaya diantara Kamu”.
Korelasi UU Indonesia
Poin penting.
1. Mensejahterakan ekonomi anggota.
2. Keadilan dan persaudaraan menyeluruh.
3. Keadilan distribusi pendapatan.
4. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan social.
6. ETIKA KONSUMSI
Kata konsumsi “konsumsi” berasal dari bahasa Belanda consumptive, yang artinya suatu
kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa
barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung Konsumsi dalam
ekonomi Islam adalah upaya memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga
mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan
kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) (Amir,2017).
Wahai manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi, baik dari hewan, tumbuh-tumbuhan
maupun pohon-pohonan yang diperoleh dengan cara yang halal dan memiliki kandungan yang
baik, tidak jorok. Dan janganlah kalian mengikuti jalan setan yang menggoda kalian secara
bertahap. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Dan orang yang berakal
sehat tidak boleh mengikuti musuhnya yang selalu berusaha keras untuk mencelakakan dan
menyesatkannya.
Allah berfirman kepada seluruh manusia: “Makanlah dari rezeki Allah yang halal, lezat,
dan bersih; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan setan, karena ia adalah musuh kalian yang
nyata. Bukti daripermusuhannya terhadap kalian adalah ia memerintahkan kalian untuk
melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa besar dan membuat kedustaan terhadap Allah dengan
mengharamkan yang Dia halalkan dan menghalalkan yang Dia haramkan. B. Korelasi Dengan
Ayat Lain, Hadits Nabi, dan UU Indonesia Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., bahwa Rasulullah
SAW, telah bersabda.“Apabila makan maka makanlah dengan tangan kanan, apabila seseorang
minum maka minumlah dengan tangan kanan.”.(HR. Muslim) Diriwayatkan dari Iyas bin
Salamah bin al-Akwa’ r.a., bahwa dia diberitahui oleh ayahnya, bahwa ada seorang laki-laki
makann dengan tangan kirinya di sisi Rasulullah SAW., beliau bersabda, “Makanlah dengan
tangan kananmu.” Orang itu menjawab, “Saya tidak bisa.” Tanya beliau, “Kau tidak bisa?” Kata
Salamah: Orang tersebut tidak bisa memakan dengan tangan kanannya karena sudah tua dan dia
tidak bisa mengangkat tangannya ke mulutnya. (HR. Muslim)