Anda di halaman 1dari 11

TUGAS TAFSIR AHKAM

Nama : Novia Trimukti


Nim : 1220127
Kelas : HES D

1. PENGEMBANGAN KEKAYAAN ALAM

Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan. Oleh karena itu,
dengan segala potensi yang dimilikinya, ia berusaha maju dan berkembang untuk mencapai
keseimbangannya baik secara jasmani dan rohani. Manusia merupakan makhluk ciptaan
Allah yang dibekali dengan berbagai potensi fitrah yang tidak dimiliki makhluk lainnya.
Potensi istimewa ini dimaksudkan agar manusia dapat mengemban dua tugas utama, yaitu
sebagai khalifatullah di muka bumi dan juga abdi Allah untuk beribadah kepada-Nya.

Yang banyak dibicarakan oleh al-Qur'an tentang manusia adalah sifat-sifat dan
potensinya. Dalam hal ini, ditemukan sekian ayat yang memuji dan memuliakan manusia,
seperti pernyataan tentang terciptanya manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-
baiknya (QS Al-Tin [95]: 5), dan penegasan tentang dimuliakannya makhuk ini dibandingkan
dengan kebanyakan makhluk-makhluk Allah yang lain (QS Al-Isra [17]: 70). Tetapi, di
samping itu sering pula manusia mendapat celaan Allah swt, karena kelemehan yang
dimilikinya. Manusia tercipta sebagai makhluk yang lemah, terutama lemah iman sehingga ia
tergoda oleh orang-orang yang mengikuti nafsunya untuk berpaling sejauh-jauhnya dari
kebenaran. (QS An-Nisa : 28-29). Kekuatan yang dimilikinya harus dimaksimalkan untuk
melaksanakan amanah-amanah (tugas-tugas keagamaan), sehingga ia tidak termasuk kategori
manusia yang amat zholim dan bodoh. (QS Al-Ahzab : 72).

Manusia pun harus selalu meningkatkan keimannya, rasa syukur dan sabarnya,
sehingga tidak menjadi manusia yang berkeluh kesah lagi kikir. (QS Al-Ma’arij : 19-35).
Ketika Al-Qur’an memaparkan kelebihan dan kelemahan manusia sekaligus, ini bukan
berarti bahwa ayat-ayat Al-Qur'an bertentangan satu dengan lainnya, akan tetapi ayat-ayat
tersebut menunjukkan beberapa kelemahan manusia yang harus dihindarinya. Di samping
menunjukkan bahwa makhluk ini mempunyai potensi (kesediaan) untuk menempati tempat
tertinggi sehingga ia terpuji, atau berada ditempat yang rendah sehingga ia tercela. Dalam
tulisan yang sangat sederhana ini akan dipaparkan salah satu kelemahan manusia yang telah
ada dalam Al Qur’an.

A. Asbabun Nuzul Surat Al Ahzab


Surat Al Ahzab terdiri atas 73 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah,
diturunkan sesudah surat Al Imran. Dinamai “Al Ahzab” yang berarti “Golongan-golongan yang
bersekutu” karena dalam surat initerdapat beberapa ayat, yaitu ayat 9 sampai dengan ayat 27
yang berhubungan dengan peperangan Al Ahzab (Perang Khandak), yaitu peperangan yang
dilancarkan oleh orang-orang yahudi, kaum munafif dan orang-orang musyrik terhadap orng-
orang mukmin di Madinah. Mereka telah mengepung rapat orang-orang mukmin sehingga
sebahagian dari mereka telah berputus asa dan menyangka bahwa mereka akan dihancurkan oleh
musuh-musuh mereka itu.

Ini adalah suatu ujian yang berat dari Allah untuk menguji sampai mana teguhnya
keimanan mereka. Akhirnya Allah mengirimkan bantuan berupa tentara yang tidak kelihatan dan
angin topan, sehingga musuh-musuh itu menjadi kacau balau dan melarikan diri.

B. Asbabun Nuzul Surat Al Israa’


Surat Al Israa’ terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah,
dinamakan dengan “Al Israa” yang berarti “memperjalankan di malam hari”, berhubung
peristiwa Israa’ Nabi Muhammad s.a.w. di Masjidil haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di
Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Penuturan cerita Israa’ pada
permulaan surat ini, mengandung isyarat bahwa Nabi Muhammad s.a.w. beserta umatnya
kemudian hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar.
Surat ini dinamakan pula “Bani Israil” artinya “Keturunan Israil” berhubung dengan
permulaan surat ini, yakni pada ayat ke dua sampai ayat kedelapan dan kemudian dekat dengan
akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan 104, Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang
setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadikan bangsa yang terhina karena
menyimpang dari ajaran Allah s.w.t. dihubungkannya kisah Israa’ dengan riwayat “Bani Israil”
pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islm akan mengalami keruntuhan,
sebagaimana Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.

C. Asbabun Nuzul Surat Al Ma’aarij


Surat ini terdiri dari atas 44 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan
sesudah Surat Al Haaqqah.

Perkataan “Al Ma’aarij” yang menjadi nama surat ini adalah kata jamak dari “Mi’raj”, di
ambil dari perkataan Al Ma’aarij yang terdapat pada ayat ke tiga yang artinya menurut bahasa
“tempat naik”. Sedang para ahli tafsir memberi arti bermacam-macam , diantaranya “langit”,
nikmat karunia dan derajat atau tingkatan yang diberikan Allah s.w.t. kepada ahli surga.

D. Asbabun Nuzul Surat Al Mu’minuun


Surat Al Mu’minuun terdiri atas 108 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah.
Dinamai “Al Mu’minuun” karena permulaan surat ini menerangkan bagaimana seharusnya sifat-
sifat orang mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan ketentraman jiwa
mereka di dunia. Demikian tingginya sifat-sifat itu, hingga ia telah menjadi akhlak bagi Nabi
Muhammad s.a.w.

E. Asbabun Nuzul Al ‘Aadyaat


Surat Al ‘Aadyaat terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah.
Dinamai “Al ‘Aadyaat” yang artinya berlari kencang.

2. Eksisteni Harta Dalam Kehidupan Perspektif Al-Qur’an Kajian QS: Al-Hujurat


ayat 14-15

Pengertian Harta
Islam mempunyai konsep tersendiri terhadap harta (mal) yang berbeda dengan konsep
harta menurut perspektif sivil. Harta (mal) dari segi bahasa disebut dengan al-mal yang berasal
dari kata (–‫ ) ميال – يميل‬yang berarti condong, cenderung dan miring.

Para fuqaha’ memberikan berbagai definisi tentang harta. Sebagian dari mereka
mendefinisikan harta sebagai sesuatu yang diingini oleh tabiat manusia dan boleh disimpan
untuk tempoh yang diperlukan atau sesuatu yang dapat dikuasai, disimpan dan dimanfaatkan.

Penggunaan Harta
Persoalan harta dimasukan ke dalam salah satu al-daruria al-khamsah (lima keperluan
pokok), yang terdiri atas agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

Penggunaan harta dalam ajaran Islam harus senantiasa dalam pengabdian kepada Allah
dan dimanfaatkan dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah. Pemanfaatan harta
pribadi tidak boleh hanya untuk pribadi pemilik harta, melainkan juga digunakan untuk fungsi
sosial dalam rangka membantu sesama manusia.11 Dalam salah satu Hadits Rasulullah yang
artinya :

“Dari Musa al-’Asy’ari dari bapaknya, dari kakeknya, ia berkata. Nabi s.a.w. bersabda
bahwa kewajiban bagi setiap orang Muslim untuk bersedekah.” (HR. Al-Bukhari).

(Maktabah al-Samilah: Sahih al-Bukhari Juz. 20: hal. 139).

Dari uraian di atas terlihatlah bahwa Islam telah memberikan perhatian khusus terhadap
harta baik dari segi cara mendapatkannya maupun penggunaannya sehingga harta yang dimiliki
itu mempunyai nilai ibadah di sisi Allah dalam rangka pencapaian kehidupan yang lebih bahagia
di akhirat. Seorang Muslim diperintahkan untuk mencari nafkah dan menghasilkan harta dengan
berjuang sekuat tenaga. Tangan yang memberikan bantuan, dalam pandangan Islam jauh lebih
baik dari tangan yang menerima kucuran bantuan. Harta tidak saja berkedudukan untuk
mendekatkan diri kepada Allah tetapi harta juga berfungsi dalam kehidupan ini.

Fungsi harta
-perhiasan hidup yang memungkinkan manusia boleh menikmatinya dengan baik dan
tidak berlebih-lebihan.
-Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini terutama menyangkut tentang cara mendapatkan
dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. -Harta sebagai bekal
ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan melaksanakan muamalah di antara sesama
manusia, melalui kegiatan zakat, infak dan sedekah.

A. Makna QS. Al Hujurat ayat 14-15

Secara garis besar surat al-hujurat ayat 14-15 menjelaskan tentang pengakuan orang arab
badui yang baru saja masuk Islam dan mereka mengatakan telah beriman, kemudian Allah
memberitahu kepada mereka bahwa mereka masuk Islam karena kalah dan Islam mereka belum
masuk kedalam hatinya hingga mencapai keimanan yang sesungguhnya. Meskipun mereka
berdusta Allah tidak mengurang karunianya sedikitpun, sungguh Allah Maha pengampun lagi
Maha Penyayang. Iman yang sejati harus timbul dari lubuk hati. Orang yang telah beriman
dengan sungguh-sungguh ialah mereka yang beriman kepada Allah dan rasulNya, kemudian
tidak ragu-ragu dan berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.

B. Asbabun Nuzul QS.Al-Hujurat 14-15

Asbabun Nuzul adalah kejadian atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat
alqur’an, dalam rangka menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dari kejadian tersebut. Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya alqur’an
sangat beragam, diantaranya berupa konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi anatara suku
aus dan suku khazraj, kesalaahan besar, seperti kasus seorang sahabat yang mengimani shalat
dalam keadaaan mabuk, dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat
kepada nabi, baik berkaitan dengan sesuatu yang telah lewat, sedang dan yang akan terjadi. Al-
Qur’an diturunkan melalui sebab musabab (Asbabun nuzul), tetapi tidak semua ayat yang
terdapat di Al-Qur’an memiliki asbabun nuzul.

C. Tafsir QS Al-Hujarat 14-15

Menurut Sayyid Quthb dalam kitabnya “Tafsir Fi Zhilalil Qur‟an” telah dijelaskan ayat
ini berkenaan dengan orang Badui dari bani Asad. Pada awal mereka masuk islam mereka
berkata, “Kami beriman.” Mereka juga memberikan harapan kepada rasulullah. Mereka berkata,
“Kami telah masuk Islam. Orang-orang Badui memerangimu, padahal kami tidak
memerangimu.” Allah hendak memberi tahu mereka akan hakikat perkara yang ada dalam
dirinya saat mereka melontarkan pernyataan itu. Allah menjelaskan bahwa mereka masuk Islam
karena kalah, dan Islamnya itu belum sampai kekalbunya hingga mencapai martabat keimanan.
meskipun begitu, karunia Allah menghendaki untuk membalas setiap amal saleh yang mereka
lakukan tanpa dikurangi sedikit pun.Hal itu karena Allah kebih dekat dengan ampunan dan
rahmat. Maka, maka diterimalah hamba mulai dari langkah pertama, diridhai pula ketaatan dan
kepasrahannya, hingga kalbunya merasakan keimanan dan ketentraman.

Iman berarti membenarkannya kalbu terhadap Allah dan Rasul-Nya, membenarkan yang
tidak ada bercampur dengan keraguan dan kebimbangan, membenarkan yang menentramkan,
kokoh, sempurna, dan tidak menimbulkan kegelisahan, membenarkan yang dapat mendorong
seseorang berjihad dengan harta dan nyawanya dijalan Allah. Jika kalbu telah merasakan
lezatnya keimanan dan kegandrungan kepadanya serta telah mengakar, niscaya akan mendorong
untuk mewujudkan kebenaran itu diluar kalbu. Yakni, dalam aneka praktik persoalan dan dalam
realitas kehidupan

3. MOTIVASI DAN ANJURAN BEKERJA DAN USAHA EKONOMI, PERSPEKTIF


AL QUR’AN (KAJIAN Q.S AN-NAHL:97, Q.S QHOSOS 76-77, Q.S AL-JUMUAH
9-11)

Pengertian Motivasi kerja


Bekerja merupakan kewajiban setiap muslim. Pekerja termotivasi bahwa bekerja adalah
ibadah dan Allah mngamati semua yang mereka lakukan sehingga mereka berusaha untuk
mencapai keunggulan dan mencurahkan waktu dan energy untuk bekerja

Asbabun Nuzul An-Nahl (16) ayat 97.


Dengan firman-Nya (Qs.An-Nahl[16] tersebut) Allah Subhanahu wa Ta’alamemberi
petunjuk sekaligus jaminan kepada hamba-Nya bahwasanya kebahagiaan hidup dan jalan yang
haq untuk mencapainya adalah berada diatasjalan iman dan amalsholeh,bukan melaluijalan-jalan
lain yang dikarang-karang oleh manusia.Akan tetapikebanyakan manusia jahil terhadap perkara
ini.kebanyakan mereka memperturutkan selera nafsunya yang rendah dalam menafsirkan
kebahagiaan dan jalan mencapainya. Sebagian mereka salah kaprah tentang perkara inidengan
berpendapat bahwa“kebahagiaan itu adalah seperti ini dan begini cara mencapainya”,akan tetapi
ternyata maksud mereka itu keliru dan jauh dari kesejatian. Adapula para pemikir yang hamper
benar dalam menafsirkan kebahagiaan akan tetapi mereka sama sekali tidak peduli dengan jalan
apapun untuk mencapainya dengan berpendapat “yang penting tujuannya sama”.Dan bahkan ada
yang paling parah yakni tidak hanya salah dalam menafsirkan kebahagiaan tapi juga mengajak
manusia dalam kesalahan tersebut dan meng-klaim “ini adalah agama” sehingga jadilah mereka
orang yang sesat lagi menyesatkan. Naudzubillahimindzalik, Padahal tidak lah pokok-pokok
agama dan kehidupan ini tegak kecuali dibangun diatas 2 perkara, yakni; Benarnya tujuan, dan
ke-2; Benarnya jalan untuk mencapai tujuan tersebut.

Asbabun Nuzul Surah AL Qashah Ayat 76-77


Surat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai
dengan AlQashash,karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata Al Qashash yang berarti
cerita.Ayat ini menerangkan bahwa setelah Nabi Musaa.s. bertemu dengan NabiSyua’iba.s.ia
menceritakan cerita yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan
Fir’aun, sampai waktu ia diburu olehFir’aun karena membunuh seseorang dari bangsa Qibthi
tanpa disengaja, Syua’iba.s. menjawab bahwa Musa a.s. telah selamat dari pengejaran
orangorang zalim. Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi Muhammad s.a.w.dan
bagi sahabat-sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah keyakinan
mereka,bahwa akhirnya orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan bahwa
barangsiapa yang berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pastiakan
berhasil dalam perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama.Kepastian kemenangan
bagikaum muslimin itu,ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah
hijrah keMadinah kaum muslimin akan kembali keMekah sebagai pemenang dan penegak agama
Allah. Surat Al Qashash ini adalah surat yang paling lengkap memuat cerita Nabi Musa a.s

Asbabun Nuzul Surah Al Jumu’ah Ayat 9-11


ketika Nabi Muhammad sedang berkhutbah.Lalu rombongan unta dagang dari syam
dengan membawa mirah (jenis makna untuk perjalnaan dan perbekalan lain).Pemilik unta-unta
tersebut adalah Dhihyah bin Khalifahal-Kalbi. Para rombongan keluar dari masjid dan hanya ada
12 orang yang bertahan mendengar khutbah NabiMuhammad.Salah satunya adalah jabirbin
Abdullah.

Tafsir Menurut Para Ulama

Surat An-Nahl ayat 97


Menurut imam nashiruddin abu Al-khair Abdullah bin umarbin Muhammad bin
AlialBaidhawi Al-syairazi menerangkan lebih terperinci dalam kitabnya Albaidhawi. Dengan
kehidupanyan baik diduniawai aupun dalam kesusahan mereka akan menerimanya dengan
qona’ah dan mengharap pahala diakherat nanti,berbeda dengan orang kafir. Dan menurut
jalaluddinal-Suyuti dan jalaluddin Al-Mahalli dalam kitabnya tafsir jalalain. Maksud kehidupan
disini ada yang mengatakan kehidupan surge ada juga yang mengatakan kehidupan dunia dan
qana’ah atau rizqi yang halal. Pengertian kehidupan yang baik ialah kehidupan yang
mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai aspeknya.Telah diriwayatkan dari ibnuabbas
dan sejumlah ulama,bahwa mereka menafsirkannya denganp engertian rezeqi yang halal lagi
baik.

Surat Al Qashah Ayat 76-77


Yakni yang dihalalkan oleh Allah berupa makanan,minuman, pakaian, rumah dan
perkawinan. Karena sesungguhnya engkau mempunyai kewajiban terhadap Tuhanmu, dan
engkau mempunyai kewajiban terhadap dirimu sendiri, dan engkau mempunyai kewajiban
terhadap keluargamu, dan engkau mempunyai kewajiban terhadap orang-orang yang bertamu
kepadamu, maka tunaikanlah kewajiban itu kepada haknya masing-masing.

Surat Al Jumu’ah Ayat 9-11


Tafsir Jalalain (Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat
pada ) huruf min disini bermakna fi,yakni pada (hari Jumat maka bersegeralah kalian) yakni
cepat-cepatlah kalian berangkat (untuk mengingat Allah) yakni salat(dan tinggalkanlah jual beli)
tinggalkanlah transaksi jual beli itu.(Yang demikian itu lebih baik bagikalian jika kalian
mengetahui) bahwasanya hal ini lebih baik, maka kerjakanlahia.

4. ETIKA PRODUKSI QS. AL-QHOSOS AYAT 73, AL-AN'AM AYAT 141-144 DAN
AN-NAHL AYAT 5-9
Pengertian
Produksi adalah suatu proses dimana barang dan jasa yang disebut input diubah menjadi
barang-barang dan jasa-jasa yang disebut output. Proses perubahan bentuk faktor-faktor produksi
tersebut disebut dengan proses produksi. Produksi pada dasarnya merupakan proses penciptaan
atau penambahan faedah bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga dapat
lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Proses perubahan bentuk faktor-faktor
produksi tersebut disebut proses produksi. Selain itu produksi dapat ditinjau dari dua pengertian,
yaitu pengertian secara teknis dan pengertian secara ekonomis.
Ditinjau dari pengertian secara teknis, produksi merupakan proses pendayagunaan
sumber-sumber yang telah tersedia guna memperoleh hasil yang lebih dari segala pengorbanan
yang telah diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari pengertian secara ekonomis, produksi
merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk memperoleh hasil
yang terjamin kualitas maupun kuantitasnya, terkelola dengan baik sehingga merupakan
komoditi yang dapat diperdagangkan. Adanya hubungan antara faktorfaktor produksi yang
digunakan dengan output yang dihasilkan dinyatakan dalam suatu fungsi produksi.

Fungsi
Fungsi produksi didefinisikan sebagai hubungan teknis antara input dengan output, yang
mana hubungan ini menunjukkan output sebagai fungsi dari input. Fungsi produksi dalam
beberapa pembahasan ekonomi produksi banyak diminati dan dianggap penting karena
(Soekartawi, 1990)
1. Fungsi produksi dapat menjelaskan hubungan antara faktor produksi dengan produksi itu
sendiri secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
2. Fungsi produksi mampu mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (Q), dengan
variabel yang menjelaskan (X) serta sekaligus mampu mengetahui hubungan antar variabel
penjelasnya (antara X dengan X yang lain).

Makna Mufrodat dan Asbabunnuzul ayat

a. Makna Mufrodat dan Asbabunnuzul surah al-Qashas: 73


Di antara kasih sayang-Nya bahwa Dia -Subḥānahu- menjadikan untuk kalian malam
yang gelap untuk beristirahat setelah kalian merasa letih karena kerja di siang hari, dan
menjadikan siang yang terang agar kalian bisa berusaha untuk mencari rezeki pada waktu itu
dan agar kalian mensyukuri nikmat Allah atas kalian dan tidak mengkufurinya.(Dan karena
rahmat-Nya) rahmat Allah swt. (Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian
beristirahat padanya) yakni pada malam harinya (dan supaya kalian mencari sebagian dari
karunia-Nya) pada siang harinya, untuk mencari penghidupan (dan agar kalian bersyukur)
dengan adanya nikmat Allah pada kedua waktu itu, yaitu malam hari dan siang hari.
Asbabun nuzul Al Qhashas 73 Surah Al-Qasas (Arab: ‫“القصص‬, Cerita-Cerita”)
adalah surah ke-28 dalam Alquran.Surah ini diturunkan di Makkah setelah Surah An-Naml
dan terdiri dari 88 ayat. Surah ini diberi nama surah Al-Qasas karena mengambil kata dari
ayat 25 yang berarti:

“Kemudian salah seorang dari perempuan dua beradik itu datang mendapatkannya
dengan berjalan dalam keadaan tersipu-sipu sambil berkata: Sebenarnya ayahku
menjemputmu untuk membalas budimu memberi minum binatang ternak kami. Maka ketika
Musa datang mendapatkannya dan menceritakan kepadanya kisah-kisah kejadian yang
berlaku (mengenai dirinya) berkatalah orang tua itu kepadanya: ‘Janganlah engkau bimbang,
engkau telah selamat dari kaum yang zalim itu.’”

Surah ini diturunkan ketika kaum muslimin masih dalam keadaan lemah ketika
mereka masih dibelenggu kekejaman kaum Musyrikin Makkah sebagai kuasa besar, mewah
dan kuat. Maka, Allah menurunkan surah ini sebagai perbandingan dengan riwayat hidup
Nabi Musa dengan kekejaman Fir’aun dan akibat dari kemewahan Qarun serta memberikan
janji akan kemenangan Nabi Muhammad kelak.

b. Makna Mufrodat surah al-An’am: 141-144


Asbabunnuzul ayat 141 seperti dari Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abul’Aliyah,
Katanya, “Dahulu selain zakat, mereka juga mendermakan sesuatu, kemudian mereka
berlebih-lebihan. Maka turunlah ayat ini. Ia juga meriwayatkan dari Ibnu Juraij bahwa ayat
ini turun tentang Tsabit bin Qais bin Syammas uang pada waktu kebun kurmanya panen ia
memberi makan kepada orang-orang hingga sore harinya ia tidak kebagian sebuah pun’.

Pada ayat 142 Dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menciptakan untuk
hambaNya binatang ternak, di antaranya ada yang besar dan panjang kakinya, dapat dimakan
dagingnya, dapat pula dijadikan kendaraan untuk membawa mereka ke tempat yang mereka
tuju, dan dapat pula mengangkut barang-barang keperluan dan barang-barang perniagaan
mereka dari suatu tempat ke tempat lain. Ada pula di antara binatang-binatang itu yang kecil
tubuhnya dan pendek kakinya seperti domba dan kelinci untuk dimakan dagingnya, ditenun
bulunya menjadi pakaian dan diambil kulitnya menjadi tikar atau alas kaki dan sebagainya.
Kemudian Allah menyuruh hamba-Nya untuk makan rezeki yang telah dianugerahkan-Nya,
tetapi jangan sekali-kali mengikuti langkah-langkah setan, baik dari jin maupun dari
manusia.

5. ETIKA DISTRIBUSI

Distribusi merupakan bagian yang penting dalam membentuk kesejahteraan. Dampak


dari distribusi pendapatan bukan saja pada aspek ekonomi tetapi juga aspek sosial dan politik.
Maka Islam memperhatikan berbagai sisi dari perilaku manusia dalam memenuhi
kebutuhannya, misalnya dalam jual beli, utang piutang, dan sebagainya. Dalam ekonomi
konvensional distribusi diartikan sebagai pergerakan barang dari perusahaan manufaktur
hingga kepasar dan akhirnya di beli konsumen.

Dalam perspektif Ekonomi Islam distribusi memiliki makna yang luas, yaitu
mencakup pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi dan sumber- sumber kekayaan.
Adapun kesejahteraan dalam Ekonomi Islam diukur berdasarkan prinsip pemenuhan
kebutuhan setiap individu masyarakat, bukan atas dasar penawaran dan PPTermintaan,
pertumbuhan Ekonomi, cadangan devisa, nilai mata uang ataupun indeks harga-harga di
pasar non-riil, sebagaimana dialami dalam sistem Ekonomi Kapitalisme.

Tujuan Distribusi

1. Menyampaikan barang atau jasa dari produsen ke konsumen.


2. Mempercepat sampainya hasil produksi ketangan konsumen.
3. Tercapainya pemerataan produksi.
4. Menjaga kontinuitas produksi.
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
6. Meningkatkan nilai guna barang dan jasa

Asbabunnuzul ayat seperti yang diriwayatkan oleh Said bin Mansyur dalam suatu
riwayat dikemukakan bahwa kepada Rasulullah saw beliau seorang dermawan pakaian itu
dibagi-bagikan. Setelah Nabi membagi-bagikannya, datanglah serombongan orang yang
meminta bagian, tapi ternyata telah habis. Ayat di atas turun berkenaan dengan peristiwa itu
yang menegaskan bahwa apa yang didapat janganlah dihabiskan seluruhnya.Dan janganlah
kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu.Dengan kata lain, janganlah kamu
menjadi orang kikir dan selalu menolak orang yang Meminta serta tidak pernah sekalipun
memberikan sesuatu kepada seseorang.

Korelasi ayat Al-Qur’an, hadist dan UU

Sistem ekonomi islam merupakan sistem ekonomi yang terlahir dari sistem sosial
islami yang diharapkan dapat memberikan solusi terhadap berbagai permasalahan yang ada,7
dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kemashlahatan dan menciptkan keadilan
dalam ekonomi umat. Begitu pula kebijakan distribusi dalam sistem Ekonomi Islam
menjunjung tinggi nilai keadilan, sehingga pada konsep distribusi landasan penting yang
dijadikan pegangan yakni agar kekayaan tidak tertupuk hanya pada satu kelompok saja,
sebagaimana tertuang dalam Q.S. al-Hasyr (59) ayat 7, yang mengatakan: Artinya: “Supaya
harta itu jangan hanya beredar diantara golongan kaya diantara Kamu”.

Korelasi UU Indonesia

Dalam pasal 4 UU No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian dijelaskan bahwa,


koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khusunya dan masyarakat pada
umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian
nasional yang demokratis dan berkeadilan.Dari tujuan diatas jika kita lihat dari segi syariah
dapat disimpulkan menjadi empat.

Poin penting.
1. Mensejahterakan ekonomi anggota.
2. Keadilan dan persaudaraan menyeluruh.
3. Keadilan distribusi pendapatan.
4. Kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan social.

6. ETIKA KONSUMSI
Kata konsumsi “konsumsi” berasal dari bahasa Belanda consumptive, yang artinya suatu
kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa
barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung Konsumsi dalam
ekonomi Islam adalah upaya memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga
mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT untuk mendapatkan
kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) (Amir,2017).

Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 168

a. Tafsir Al-Muyassar (Kementrian Agama Saudi Arabia)


Manusia Makanlah dari rizki Allah yang Dia halalkan bagi kalian yang terdapat di bumi,
dalam keadaan bersih dan bukan najis, yang bermanfaat dan tidak memadorotkan, dan janganlah
kalian mengikuti jalan-jalan setan dalam penetapan halal dan haram, bid’ah serta maksiat-
maksiat. Sesungguhnya ia adalah musuh kalian yang amat nyata permusuhannya.

c. Tafsir Al-Mukhtasar (Markaz Tafsir Riyadh)

Wahai manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi, baik dari hewan, tumbuh-tumbuhan
maupun pohon-pohonan yang diperoleh dengan cara yang halal dan memiliki kandungan yang
baik, tidak jorok. Dan janganlah kalian mengikuti jalan setan yang menggoda kalian secara
bertahap. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Dan orang yang berakal
sehat tidak boleh mengikuti musuhnya yang selalu berusaha keras untuk mencelakakan dan
menyesatkannya.

c. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah (Markaz Ta’dzhim al-Qur’an)

Allah berfirman kepada seluruh manusia: “Makanlah dari rezeki Allah yang halal, lezat,
dan bersih; dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan setan, karena ia adalah musuh kalian yang
nyata. Bukti daripermusuhannya terhadap kalian adalah ia memerintahkan kalian untuk
melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa besar dan membuat kedustaan terhadap Allah dengan
mengharamkan yang Dia halalkan dan menghalalkan yang Dia haramkan. B. Korelasi Dengan
Ayat Lain, Hadits Nabi, dan UU Indonesia Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a., bahwa Rasulullah
SAW, telah bersabda.“Apabila makan maka makanlah dengan tangan kanan, apabila seseorang
minum maka minumlah dengan tangan kanan.”.(HR. Muslim) Diriwayatkan dari Iyas bin
Salamah bin al-Akwa’ r.a., bahwa dia diberitahui oleh ayahnya, bahwa ada seorang laki-laki
makann dengan tangan kirinya di sisi Rasulullah SAW., beliau bersabda, “Makanlah dengan
tangan kananmu.” Orang itu menjawab, “Saya tidak bisa.” Tanya beliau, “Kau tidak bisa?” Kata
Salamah: Orang tersebut tidak bisa memakan dengan tangan kanannya karena sudah tua dan dia
tidak bisa mengangkat tangannya ke mulutnya. (HR. Muslim)

Anda mungkin juga menyukai