MAKALAH
Ditulis Oleh:
Nim : 19150047
Unit : II (Dua)
Semester : II (Dua)
1441 H / 2020 M
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ……………………………………………………… 13
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keyakinan dalam agama Islam yang memiliki kedudukan strategis. Kalam sebagai
sebuah bidang studi menjadi cukup urgen dibahas karena bertujuan untuk
yang memiliki ruang sendiri-sendiri. Untuk itu kiranya perlu dibahas secara
komprehensif mengenai kalam dalam Islam, agar tidak salah memahami dan
menjadi pijakan yang benar untuk mempelajari Islam secara utuh dan
hingga sekarang mengalami masa dan proses dengan dinamikanya yang sangat
panjang seiring perputaran waktu. Kalam tidak muncul begitu saja, tetapi melalui
proses yang keras serta peristiwa demi peristiwa yang melatar belakangi
munculnya.
al-Jama’ah lah yang merupakan golongan yang selamat, maka banyak ulama yang
tersebut. Bahkan, tidak jarang ada orang yang secara gegabah menghukum orang
lain atau golongan lain sebagai ahli bid’ah atau di luar golongan najiyah. Padahal
hawa nafsu, melainkan harus berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan
oleh Rasulullah saw. atau sesuai dengan apa yang disepakati oleh umat Islam.
B. Rumusan Masalah
wal Jamaah.
C. Tujuan Makalah
BAB II
PEMBAHASAN
pengertian ilmu kalam, ilmu tauhid, ilmu ushuluddin, ilmu akidah dan teologi
sebagai sebuah ilmu. Karena pada dasarnya istilah tersebut dipakai untuk
menyebut kalam sebagai sebuah bidang kajian. Hal itu perlu dilakukan untuk
menghindari salah pengertian tentang kalam, perlu juga penulis tegaskan bahwa
kalam dimaksud bukan kalam dalam artian firman Tuhan dalam hal ini al-Qur’an.
Karena al-Qur’an juga sering disebut dengan kalam Allah atau kalam Ilahi. Oleh
karena itu, penulis membatasi pengertian kalam dengan arti ilmu kalam yang
memiliki nama lain seperti ilmu tauhid, ilmu aqaid, ilmu ushuluddin dan teologi
Islam. Berikut penulis akan memberi penjelasan nama kalam dan sebutan lainnya.
Allah dan Rasul. Secara bahasa ilmu kalam berarti perkataan atau pembicaraan
suatu masalah atau topik tertentu. Ilmu kalam pun juga sering kalai di identikkan
dengan teologi atau ilmu tauhid. Sebutan ilmu dengan nama kalam digunakan
oleh Ja’far al-Shadiq, Imam Malik, dan Imam Syafi’i. Sementara itu, al-Farabi
mendefinisikan ilmu kalam sebagai sebuah disiplin ilmu yang membahas tentang
4
zat dan sifat-sifat Allah, serta eksistensi semua yang mukmin, mulai yang
berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan
doktrin Islam.1
utama ilmu kalam ialah rasional atau logis. Karena kata kalam sendiri memang
dimaksudkan sebagai terjemahan kata dan istilah Yunani logos yang juga secara
harfiah berarti pembicaraan, tapi dari kata itulah diambil kata logika dan logis
sebagai derivasinya. Kata Yunani logos juga disalin ke dalam bahasa Arab
menjadi mantiq.2
2. Ilmu Tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, soal-
soal yang wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan Rasul-Nya, serta mengupas
dalil-dalil yang mungkin sesuai dengan akal, guna membuktikan adanya zat yang
Menurut Muhammad Abduh, ilmu tauhid yang juga disebut Ilmu Kalam,
memberikan definisi tauhid sebagai sebuah ilmu yang membahas tentang wujud
Allah tentang sifat-sifat yang wajib tetap bagi-Nya, sifat-sifat yang jaiz disifatkan
kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib ditiadakan pada-Nya;
1
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 21.
2
Supiana & Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009), h. 161.
5
apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal yang jaiz dihubungkan (dinisbatkan),
pada diri mereka dan hal-hal yang terlarang menghubungkannya kepada diri
mereka.3
Qur’an (Surat al-Anbiya’ [21]: 22).4 Ilmu tauhid adalah bahwa Allah itu Esa
dalam ZatNya, tidak terbagi-bagi, Esa dalam sifat-sifat-Nya yang azali, tiada tara
bagi-Nya. Di dalamnya juga dikaji pula tentang asma’ (nama-nama) dan af’al
Secara objektif ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid. Tetapi argumentasi ilmu
kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.6 Oleh sebab itu, sebagian
teolog membedakan antara ilmu kalam dan ilmu tauhid. Istilah ilmu tauhid
Allah. Karena menurutnya Ilmu Tauhid membahas bagian terpenting dalam Islam
3. Ilmu Aqa’id adalah bentuk jamak dari aqidah yang berarti ikatan.
Dinamakan ilmu aqa’id karena sasaran yang utama dari ilmu ini adalah berupaya
3
Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), h. 1-2.
4
Nurcholish, Khazanah Intelektual Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 104.
5
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid,(Jakarta: Bulan Bintang, 1965), h. 25.
6
Musthafa ‘Abd al-Raziq, Tamhid li Tarikh al-Falsafah al-Islamiyah (Kairo: Lajnah al-
Ta’lif wa al-Tarjamah wal-Nasyr, 1959), h. 268.
6
Allah, baik dari segi zat, sifat maupun perbuatan-Nya, sehingga akidah dan
keyakinan tersebut benar-benar terhujam dalam hati sanubari secara kokoh dan
kemudian mendasari setiap amal perbuatan atau tingkah laku seharihari. Sebutan
ilmu ini adalah mengenai keyakinan atau keimanan yang dianggap menjadi dasar
struktur ajaran Islam. Dalam membahas masalah ini dikemukakan dalil-dalil baik
untuk memurnikan keesaan Allah. Ilmu ini menempati kedudukan yang sangat
dengan kalam. Teologi itu sendiri sebagaimana disebutkan dalam kamus New
fakta-fakta dan gejala-gejala agama dan hubungan antara Tuhan dengan manusia. 7
7
Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h. 11.
8
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah (Jakarta: UI Press,
1987), h. 43.
7
Sedangkan dalam dunia akademik istilah teologi Islam lebih sering digunakan.
Istilah ini umum dipakai oleh setiap agama, karena pada dasarnnya setiap agama
Qadir Jailani dalam kitabnya, Al-Ghunyah bahwa sunnah ialah segala sesuatu
yang dilakukan oleh Rasulullah saw., sedangkan al-Jama’ah ialah apa yang
disepakati oleh para jama’ah sahabat Nabi pada masanya khalifah yang empat (al-
khulafa ar-rasyidin).9
Syihab menjelaskan ada beberapa pendapat para ahli mengenai kapan awal
Jama’ah telah ada sejak masa Rasulullah saw. Bahkan beliau sendiri yang
9
Z. A. Shihab, Akidah versi Salaf-Khalaf dan posisi Asya’irah diantara keduanya
(Jakarta: Bumi Aksara, 1998).
8
lahir pada akhir windu kelima tahuan Hijriyah, yakni tahun terjadinya kesatuan
jamaah dalam Islam, atau yang lebih dikenal dalam sejarah Islam dengan nama
‘am al-jama’ah (tahun persatuan). Sejarah mencatat bahwa bahwa pada akhir
tahun V H., Hasan ibn Ali meletakkan jabatannya sebagai khalifah, dan
saudara sesama Islam. Jadi, dari kata ‘am al-jama’ah itulah lahirnya istilah wa al-
lahir pada abad akhir abad II H. atau awal abad III H., yaitu di masa puncak
aliran modern dalam teologi Islam yang dipelopori oleh kaum Mu’tazilah
(rasionalisme). Oleh karena itu, dalam rangka mengimbangi aliran Mu’tazilah ini,
maka Imam Abu Hasan al-Asy’ari tampil membela aqidah Islam. Para
Jama’ah. Akan tetapi, oleh sebagian kalangan lain yang tidak menyukai teologi
paham golongan Mu’tazilah yang tidak begitu banyak berpegang pada sunnah
mereka ini bukan dikarenakan mereka tidak percaya pada tradisi Nabi dan para
mengandung sunnah atau tradisi tersebut. Bisa jadi karena faktor inilah yang
pada sunnah lagi merupakan mayoritas, sebagai lawan bagi golongan Mu’tazilah
keberanian dan usaha Imam al-Asy’ari sekitar tahun 300 H., karena ia lahir di
tahun 260 H., dan menjadi pengikut Mu’tazilah selama 40 tahun. Atau dengan
kata lain, Imam al-Asy’ari keluar dari golongan Mu’tazilah sekitar tahun 300 H.,
dan kemudian membentuk aliran teologi yang kemudian dikenal dengan namanya
10
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta:
UI Press, 1986), h. 64.
11
Harun Nasution, Teologi Islam… h. 65.
10
Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Oleh karena itu, referensi terkait dengan aqidah itu
harus pula dirujuk dari karya-karya Imam al-Asy’ari sendiri, seperti al-Luma’ dan
Ghazali dan lainnya yang pada umumnya selalu disebut sebagai tokoh-tokoh
Ahlussunnah.
dengan sifat-sifat seperti sifat hidup, berkuasa, mendengar, dan melihat. Kedua,
argumen bahwa sifat-sifat yang tidak dapat diberikan kepada Tuhan hanyalah
sifat-sifat yang akan membawa kepada arti diciptakannya Tuhan. Sifat dapatnya
Tuhan dilihat tidak membawa kepada hal ini, karena apa yang dapat dilihat tidak
manusia selalu berusaha untuk bersikap kreatif dalam kehidupannya, akan tetapi
tangan, mata dan sebagainya dengan tidak ditentukan bagaimana (bila kaifa)
11
yakni dengan tidak mempunyai bentuk dan batasan (la yukayyaf wa la yuhad)
berkuasa mutlak dan tak ada satu pun yang wajib bagi-Nya. Tuhan dapat berbuat
maka tidak dapat dinyatakan bahwa Tuhan tidak adil. Atau sebaliknya, jika Ia
memasukkan seluruh manusia ke dalam neraka juga tidak dapat dikatakan bahwa
bain al-manzilatain. Ini artinya, orang yang berdosa besar tetaplah mukmin,
karena imannya masih ada, tetapi karena dosa besar yang dilakukannya ia menjadi
fasiq. Seandainya orang berdosa besar bukan mukmin dan bukan pula kafir, maka
di dalam dirinya tidak didapati kufr atau iman, dan ini tidaklah mungkin.12
dan Maturidiyah, seperti: Tuhan bisa dilihat dengan mata kepala di akhirat; sifat-
sifat Tuhan seperti qudrat, iradat, dan seterusnya adalah sifat-sifat yang lain dari
zat Tuhan, tetapi bukan juga lain dari zat; al-Qur’an sebagai manifestasi
kalamullah yang qadim adalah qadim, sedang al-Qur’an yang berupa huruf dan
suara adalah baru; Ciptaan Tuhan tidak karena tujuan; Tuhan menghendaki
kebaikan dan keburukan; Tuhan tidak berkewajiban membuat yang baik dan yang
terbaik, mengutus utusan (rasul-rasul), memberi pahala kepada orang yang taat
dan menjatuhkan siksa atas orang yang durhaka; Tuhan boleh memberi beban di
12
Harun Nasution, Teologi Islam… h. 69-71.
12
atas kesanggupan manusia; Kebaikan dan keburukan tidak dapat diketahui akal
manusia di dalamnya; Ada syafaat pada hari kiamat; Utusannya Nabi Muhammad
manusia (hasyr), pertanyaan Munkar dan Nakir di kubur, siksa kubur, timbangan
amal perbuatan manusia, jembatan (shirath) kesemuanya adalah benar; Surga dan
Sepuluh orang sahabat yang dijanjikan masuk surga oleh Nabi pasti terjadi; Ijma
adalah suatu kebenaran yang harus diterima; Orang mukmin yang mengerjakan
dosa besar, akan masuk neraka sampai selesai menjalani siksa, dan akhirnya
masuk surga.13
aqidah yang selamat (najiyah) dan aqidah yang sesat menyesatkan (dhalalah)
Perbedaan prinsip dalam bidang aqidah (ushul) antara sunni dan non-sunni
membawa dampak dan konsekuensi logis dalam bidang ketata negaraan atau
politik. Dalam peta politik negara-negara Islam terlihat dengan jelas adanya
13
Harun Nasution, Teologi Islam… h. 127-128.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu kalam memiliki beberapa sebutan yaitu: ilmu tauhid, ilmu ‘aqaid,
ilmu ushuluddin, dan teologi Islam. Namun dari berbagai sebutan tersebut secara
dan Islam tradisional lebih senang menyebut istilah ilmu tauhid dengan mata
lebih sering digunakan. Istilah ini umum dipakai oleh setiap agama, karena pada
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rozak & Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2012
Ahmad Hanafi, Pengantar Teologi Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1989
Harun Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah Jakarta: UI
Press, 1987
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan,
Jakarta: UI Press, 1986