Disusun oleh:
YOGYAKART
A 2021
KONSEP KEBUTUHAN RASA NYAMAN
A. Pengertian
Kenyamaan merupakan suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia yang bersifat individual dan holistik sehingga menyebabkan
perasaan sejahtera pada diri individu tersebut (Kolcaba, 2011 dalam
Maunaturrohmah & Yuswatiningsih, 2018). Kenyamanan adalah pola
kesenangan, kelegaan, dan kesempurnaan dalam dimensi fisik, lingkungan,
dan sosial (NANDA, 2018).
Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian komprehensif
seseorang terhadap lingkungannya. Dalam hal ini yang terlibat tidak hanya
masalah fisik biologis, namun juga perasaan. Rangsang suara, cahaya, bau,
suhu dan lain-lain akan memberikan penilaian relatif apakah kondisi tersebut
nyaman atau tidak (Satwiko, 2011 dalam Maunaturrohmah & Yuswatiningsih,
2018).
Menurut Kolcaba (2011) dalam Maunaturrohmah & Yuswatiningsih,
(2018) aspek kenyamanan terdiri dari:
1. Kenyamanan fisik
Berkenaan dengan sensasi tubuh yang dirasakan oleh individu itu sendiri
seperti nyeri, sakit, mual, muntah, dan mengigil.
2. Kenyamanan psikospiritual
Apabila terbebas dari kecemasan, ketakutan, dan stess. Kenyamanan
psikospiritual juga mencakup kepercayaan diri dan motivasi agar pasien
lebih tenang ketika menjalani prosedur invasif yang menyakitkan (Herlina,
2012 dalam Rahmawati et al., 2014).
3. Kenyamanan lingkungan
Berkenaan dengan lingkungan, kondisi dan pengaruh dari luar kepada
manusia seperti temperatur, warna, suhu, pencahayaan, suara, dll.
4. Kenyamanan sosial kultural
Berkenaan dengan hubungan interpesonal, keluarga, dan sosial atau
masyarakat (keuangan, perawatan kesehatan individu, kegiatan religius,
serta tradisi keluarga).
Faktor- faktor yang mempengaruhi kenyamanan:
1. Kecemasaan
Karakteristik seseorang dengan kecemasaan sedang diantaranya yaitu:
nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia,
diare dan konstipasi, sakit kepala dan berkemih.
2. Usia
Usia akan mempengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk
berpartisipasi dalam pemeriksaan fisik praoperatif juga akan dipengaruhi
oleh usia.
3. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam merespon
nyeri dan tingkat kenyamanannya.
4. Keluarga
Dukungan sosial baik dari orang yang dicintai akan memberikan kontribusi
pasien dalam meningkatkan kenyamanan. Dukungan keluarga adalah
sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit
(Maunaturrohmah & Yuswatiningsih, 2018).
Beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi kenyamanan yaitu:
1. Sirkulasi
Kenyamanan dapat berkurang karena sirkulasi yang kurang baik, seperti
tidak ada pembagian sirkulasi antara ruang satu dengan lainnya.
Sirkulasi dibedakan menjadi dua yaitu sirkulasi di dalam ruang dan
sirkulasi di luar ruang atau peralihan antara dalam dan luar seperti
foyer atau lobby, koridor, atau hall.
2. Daya alam atau iklim (radiasi matahari, angin, curah hujan, temperatur,
kebisingan, aroma/bau, kebersihan, keindahan dan penerangan) (Hakim,
2011 dalam Maunaturrohmah & Yuswatiningsih, 2018).
B. Nilai-Nilai Normal
Pengukuran nyeri dapat menggunakan Numeric Pain Rating Scale (NRS)
dan Wong-Baker FACES Pain Rating Scale yang menilai intensitas tingkat
nyeri dalam 24 jam terakhir.
C. Hal-Hal Yang Perlu Dikaji Pada Klien Yang Mengalami Gangguan
Kebutuhan Rasa Nyaman
1. Pengkajian Kenyamanan Fisik
a. Kondisi umum (keadaan umum, tingkat kesadaran, GCS, risiko jatuh)
b. Tanda-tanda vital (berat badan, tinggi badan, tekanan darah, nadi,
frekuensi napas, suhu tubuh)
c. Nyeri (ada tidaknya keluhan nyeri, lokasi, skala nyeri, durasi, kualitas)
d. Pencernaan (muntah, bising usus, diare, konsistensi feses, warna feses,
konstipasi)
e. Cairan dan elektrolit (turgor kulit, membran mukosa, edema, intake,
output, BAK, hasil lab)
f. Oksigenasi (jalan napas, pernapasan, penggunaan otot bantu napas,
irama, batuk, suara napas, nyeri saat napas, alat bantu napas)
g. Aktifitas dan gerak (keterbatasan pergerakan, fraktur, ekstremitas,
skala barthel indeks, skala norton)
2. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual
a. Kondisi pasien (tenang atau cemas)
b. Kondisi keluarga
3. Pengkajian Kenyamanan Sosial
a. Tanyakan orang terdekat pasien
b. Hubungan dengan keluarga
c. Interaksi dengan pasien lain
d. Pengetahuan terhadap penyakit
4. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan
a. Yang dirasakan pasien terhadap lingkungan
b. Keramaian pengunjung
c. Kebersihan kamar
d. Suhu lingkungan
e. Pencahayaan
f. Ventilasi udara
g. Pembatas/sekat ruang (Yuminah, 2014).
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa: Nyeri akut
NOC:
a. Tingkat nyeri
Kriteria hasil:
Nyeri yang dilaporkan
Panjangnya episode nyeri
Mengerang dan menangis
Ekspresi nyeri wajah
Tidak bisa beristirahat
Mengernyit
Denyut nadi radial
Tekanan darah
b. Kontrol nyeri
Kriteria hasil:
Mengenali kapan nyeri terjadi
Menggambarkan faktor penyebab
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
Melakukan teknik relaksasi efektif
2. Diagnosa: Hambatan rasa nyaman
NOC: Status kenyamanan: lingkungan
Kriteria hasil:
Suplai dan peralatan yang dibutuhkan berada dalam jangkauan
Suhu ruangan
Lingkungan yang kondusif untuk tidur
Kebersihan lingkungan
Pencahayaan ruangan
Privasi
Tempat tidur yang nyaman
Kontrol terhadap suara ribut
Mengontrol bau-bauan
NIC: Manajemen lingkungan: kenyamanan
Cepat bertindak jika terdapat panggilan bel, yang harus selalu dalam
jangkauan
Hindari gangguan yang tidak perlu dan berikan waktu untuk istirahat
Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan, seperti balutan yang
lembab, posisi selang, balutan yang tertekan, seprei kusut maupun
lingkungan yang mengganggu
Sesuaikan suhu ruangan yang paling menyamankan individu jika
memungkinkan
Sesuaikan pencahayaan untuk memnuhi kebutuhan kegiatan individu,
hindari cahaya langsung pada mata
Fasilitasi tindakan-tindakan kebersihan untuk menjaga kenyamanan
individu (mengoleskan krim kulit, atau membersihkan badan, rambut
dan rongga mulut)
Monitor kulit terutama daerah tonjolan tubuh terhadap adanya tanda-
tanda tekanan atau iritasi
3. Diagnosa: Mual
NOC: Kontrol mual dan muntah
Kriteria hasil:
Mengenali onset mual
Mendeskripsikan faktor penyebab
Mengenali pencetus stimulus (muntah)
Minum sedikit air
Mengonsumsi makanan sedikit
Memilih makanan tawar
Menggunakan jahe sebagai alternatif
Menghindari bau yang tidak menyenangkan
Menggunakan obat antiemetik
NIC: Manajemen mual
Dorong pasien untuk belajar strategi mengatasi mual sendiri
Lakukan pengkajian lengkap terhadap mual termasuk frekuensi, durasi,
tingkat keparahan, dan faktor-faktor pencetus
Identifikasi faktor yang menyebabkan mual
Pasyikan bahwa obat antiemetik yang efektif diberikan untuk
mencegah mual
Kendalikan faktor-faktor lingkungan (bau, suara, stimulasi visual)
Kurangi atau hilangkan faktor yang bersifat personal (kecemasan,
takut, kelelahan, kurangnya pengetahuan)
Tingkatkan istirahat dan tidur yang cukup
Lakukan kebersihan mulut sesring mungkin untuk meningkatkan
kenyamanan, kecuali hal ini merangsang mual
Dorong pola makan dengan porsi sedikit makanan yang menarik bagi
pasien
D. DAFTAR PUSTAKA
Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M & Wagner, C. M. (2018).
Nursing Interventions Classification (NIC). United Kingdom: Elsevier
Herdman, T. H & Kamitsuru, S. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Maunaturrohmah, A & Yuswatiningsih, E. (2018). Hubungan lama menderita
dengan kenyamanan fisik pada pasien PPOK di ruang Paviliun Cempaka
RSUD Jombang. Hospital Majapahit, 10(2), 34-45. Diakses pada 30 Agustus
2021 dari ejournal.stikesmajapahit.ac.id
McCaffery, M., Beebe, A., et al. (1989). Pain: Clinical manual for nursing
practice, Mosby St. Louis, MO. Diakses pada 30 Agustus 2021 dari
www.rehabmeasures.org
Moorhead, S., Swanson, E., Johnson, M & Maas, M. L. (2018). Nursing
Outcomes Classification (NOC). United Kingdom: Elsevier
Rahmawati, I. R., Widyawati, I. Y & Hidayati, L. (2014). Kenyamanan pasien pre
operasi di ruang rawat inap bedah Marwah RSU Haji Surabaya. Diakses pada
30 Agustus 2021 dari http://journal.unair.ac.id/
Yuminah. (2014). Aplikasi teori comfort Katherina Kolcaba dalam asuhan
keperawatan pada anak yang mengalami nyeri di ruang BCH RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo. Skripsi. Diakses pada 30 Agustus 2021 dari
http://lib.ui.ac.id/