Disusun Oleh:
Ranti Puspa Lestari
20712104
Pembimbing:
dr. Pramono Sargo, Sp. B
dr. Aji Pangki Asmaya, Sp. B
A. Identitas
Nama : Bp. r
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 51 th
Alamat : Duwet, Semin
Agama : Islam
Mondok di bangsal : Cempaka
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal masuk : 17/09/2021
Nomer CM : 00628xxx
B. Anamnesis
Diberikan oleh : Pasien dan keluarga pasien di bangsal
Cempaka 18-9-21 / pukul 08.00
Keluhan Utama : Benjolan di testis sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli Bedah RSUD Wonosari
dengan keluhan benjolan di testis seblah kanan. Keluhan dirasakan kurang lebih
2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan tersebut dirasakan membesar, dan
tidak bisa keluar masuk saat beraktivitas. Pasien menyangkal adanya keluhan
nyeri pada benjolan yang membesar tersebut. Benjolan tidak tampak kemerahan
ataupun membiru. Riwayat infeksi dan trauma pada testis disangkal oleh pasien.
Keluhan seperti demam, mual, muntah ndan nyeri perut disangkal. BAK dan BAB
normal.
2
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat keluhan serupa disangkal
- Riwayat keganasan atau tumor disangkal
- Riwayat operasi disangkal
- Riwayat Diabetus Melitus disangkal
- Riwayat Hipertensi disangkal
- Riwayat alergi disangkal
Anamnesis Sistem
Sistem Cerebrospinal : nyeri kepala (-), penglihatan kabur (-), demam (-)
Sistem Cardiovaskular : dada berdebar (-), tekanan darah tinggi (-), nyeri
dada (-)
Sistem Respiratorius : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
Sistem Gastrointestinal : nyeri perut (-), kembung (-), mual (-), muntah (-),
BAB (+), diare (-)
Sistem Urogenitale : nyeri berkemih (-), panas/rasa terbakar saat
berkemih (-), keluar cairan yang tidak biasanya dari
kemaluan (-)
Sistem Integumentum : gatal (-), kemerahan (-), plenting (-)
Sistem Musculoskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
Resume Anamnesis : Pasien datang dengan keluhan benjolan pada testis sebelah
kanan. Benjolan dirasa semakin membesar dalam 2 bulan terakhir. Benjolan tidak
terasa nyeri, dan tidak dapat keluar masuk. Riwayat trauma seperti terkena
benturan disangkal. Keluhan lain seperti demam, mual, muntah dan nyeri perut
disangkal.
3
C. Pemeriksaan Fisik
I. Status Generalis
Tanda vital :
Tekanan darah : 130/85 mmHg
Nadi : 90 x/Menit
Respirasi : 18 x/Menit
Suhu : 36,5
Warna Kulit : Sawo matang
Cephal : Normocephalic
CA (-/-), SI (-/-), epistaksis (-/-), sianosis (-)
Thorax :
Cor :
Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak
terlihat Palpasi: pulsasi iktus kordis teraba
Perkusi :
Batas jantung atas pada SIC II linea sternalis sinistra.
Batas pinggang jantung pada SIC III linea parasternalis
sinistra.
Batas kanan jantung pada SIC IV linea sternalis dextra
Batas kiri jantung pada SIC V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Kesan : tidak terdapat tanda pembesaran
jantung
Pulmo :
Inspeksi : normochest, pergerakan dada
simetris, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi : tidak ada pergerakan dada yang tertinggal, nyeri
tekan (-), fremitus teraba sama pada kedua lapang
paru
Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : SDV (+/+) normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : distensi abdomen (-), luka bekas operasi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
Palpasi : supel, hepatomegali (-), splenomegali (-)
Extremitas
Superior dextra : Superior sinistra :
Akral hangat (+) edema (-) Akral hangat (+) edema (-)
CRT <2 detik CRT <2 detik
Inferior dextra : Inferior sinistra :
Akral hangat (+) edema (-) Akral hangat (+) edema (-)
II. Status Lokalis
Regio : Genitalia
Inspectio : Testis kanan terlihat lebih besar dibanding testis kiri.
Ukuran 7x5 cm kiri dan kanan 3x4 cm. Hiperemis (-).
Pasien diminta mengedan dan batuk, testis tidak semakin
membesar. Pasien diminta berbaring dari keadaan berdiri
testis yang membesar tidak berubah mengecil. Dilihat
pembesaran kantung testisnya bersifat unilateral
Palpasi : Palpasi pada testis yang membesar terasa ada fluktuasi dan
relative kenyal atau lunak, dan dirasakan sesuatu yang oval,
lembut, berbatas tegas dan tidak nyeri tekan. Pemeriksaan
transluminasi (+). Funikulus spermaticus teraba kecil.
F. DIAGNOSIS KERJA
- Hidrokel testis Dextra
- HIL dextra
I. Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di
antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan
normal, cairan yang berada didalam rongga ini memang ada dan berada
dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorsi oleh system limfatik
disekitarnya (Sjamsuhidajat, 2010).
II. Anatomi
Testis adalah organ genitalia pria yang normalnya berjumlah ada dua
masing-masing terletak di dalam skrotum kanan dan kiri. Bentuknya ovoid
dan pada orang dewasa ukurannya adalah 4 x 3 x 2,5 cm dengan volume
15-25 ml. Kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albugenia
yang melekat pada testis. Di luar tunika albugenia terdapat tunika
vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika
dartos. Otot kremaseter yang berada di sekitar testis memungkinkan testis
dapat digerakkan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan
III. Epidemiologi
Hidrokel lebih sering terjadi pada bayi laki-laki yang baru lahir,
sebagai akibat terlambatnya penutupan tunika vaginalis. Pada laki-laki
dewasa, hidrokel terjadi pada kurang lebih 1% populasi. Insidensi hidrokel
di Amerika Serikat terjadi kurang lebih 10-20 per 1000 kelahiran hidup
dan lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah
disebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara bilateral. Insidensi
PPPVP menurun seiring dengan bertambahnya usia. Pada neonatus,
kurang lebih 80%-94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada
bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram
dibandingkan dengan bayi aterm (Grace, 2006).
IV. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh
belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran
cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau belum sempurnanya sistem
limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel
(Sjamsuhidajat, 2010).
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan
pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi
atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu
memungkinkan suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis.
Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebih oleh
testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus (Grace, 2006).
V. Patofisiologi
Hidrokel adalah pengumpulan cairan pada sebagian prosesus
vaginalis yang masih terbuka. Kantong hidrokel dapat berhubungan
melalui saluran mikroskopis dengan rongga peritoneum dan berbentuk
katup. Dengan demikian cairan dari rongga peritoneum dapat masuk ke
dalam kantong hidrokel dan sukar kembali ke rongga peritoneum (Grace,
2006).
Pada kehidupan fetal, prosesus vaginalis dapat berbentuk kantong
yang mencapai scrotum. Ujung bawah kantong ini mengelilingi testis dan
disebut tunika vaginalis. Apabila terjadi atrofi pada ujung proksimal dan
tengah sehingga bagian distal yang mengelilingi testis tetap terbuka, maka
terjadi hidrokel testikularis (Grace, 2006).
Hidrokel dapat ditemukan dimana saja sepanjang funikulus
spermatikus, juga dapat ditemukan di sekitar testis yang terdapat dalam
rongga perut pada undesensus testis. Hidrokel infantilis biasanya akan
menghilang dalam tahun pertama, umumnya tidak memerlukan
pengobatan, jika secara klinis tidak disertai hernia inguinalis. Hidrokel
testis dapat meluas ke atas atau berupa beberapa kantong yang saling
berhubungan sepanjang prosesus vaginalis peritonei. Hidrokel akan
tampak lebih besar dan kencang pada sore hari karena banyak cairan yang
masuk dalam kantong sewaktu anak dalam posisi tegak, tapi kemudian
akan mengecil pada esok paginya setelah anak tidur semalaman
(Sjamsuhidajat, 2010).
Pada orang dewasa hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer)
dan sekunder. Penyebab sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada
testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau
reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan tersebut mungkin suatu
tumor, infeksi atau trauma pada testis atau epididimis. Dalam keadaan
normal cairan yang berada di dalam rongga tunika vaginalis berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi dalam sistem limfatik
(Sjamsuhidajat, 2010).
VI. Klasifikasi
Hidrokel dapat diklasifikasi berdasarkan kapan terjadinya,
berdasarkan kejadian dan berdasarkan letak kantong hidrokel terhadap
testis, yaitu sebagai berikut:
a. Hidrokel berdasarkan kapan terjadinya, yaitu:
Hidrokel primer
Pada anak-anak terjadi karena akibat kegagalan penutupan
prosesus vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu
diverticulum peritoneum embrionik yang melintasi kanalis
inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini
tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini
akan dapat menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorbsi
(Jenkins, 2008).
Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang
lambat dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap
obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan
epididimis atau testis. Keadaan ini dapat terjadi karena radang
atau bahkan karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan
mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi
cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam
jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika
(Jenkins, 2008).
b. Hidrokel berdasarkan kejadian, yaitu:
Hidrokel akut
Berlangsung secara cepat dan menimbulkan rasa nyeri. Berisi
cairan kemerahan yang mengandung protein, fibrin, eritrosit
dan sel polimorf (Jenkins, 2008).
Hidrokel kronis
Pada jenis ini menyebabkan peregangan tunika secara perlahan
dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat,
jarang menyebabkan rasa nyeri (Jenkins, 2008).
c. Hidrokel berdasarkan letak kantong terhadap testis, secara klinis dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
Hidrokel testis
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga
testis tidak dapat teraba diraba. Pada anamnesis, besarnya
kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari (Jenkins, 2008).
Hidrokel funikulus
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak disebelah
kranial dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan
berada diluar kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong
hidrokel besarnya tetap sepanjang hari (Jenkins, 2008).
Hidrokel komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan
peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat
berubah-ubah, yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada
palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan kedalam rongga abdomen (Jenkins, 2008).
VIII. Pemeriksaan
a. Anamnesis
Pada anamnesis keluhan utama pasien adalah adanya pembesaran
di zakar dan tidak nyeri. Biasanya pasien mengeluh pembesaran yang
berat dan besar di zakar. Konsistensi pembesaran tersebut adalah
kistik, lunak, dan kecil pada pagi hari dan membesar serta tegang pada
malam hari. Tergantung pada jenis hidrokel biasanya benjolan tersebut
berubah ukuran atau volume sesuai waktu tertentu (James, 2008).
Pada hidrokel testis besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari. Pada hidrokel komunikan, kantong hidrokel besarnya
dapat beruba-ubah yang bertambah besar pada saat anak menangis.
Pada riwayat penyakit dahulu, hidrokel testis biasa disebabkan oleh
penyakit seperti infeksi atau riwayat trauma pada testis (Basuki, 2003).
b. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi skrotum yang hidrokel akan tampak lebih besar dari
yang lain. Palpasi pada skrotum yang hidrokel terasa ada fluktuasi, dan
relatif kenyal atau lunak tergantung pada tegangan di dalam hidrokel,
permukaan biasanya halus (Basuki, 2003).
Palpasi hidrokel seperti balon yang berisi air. Bila jumlah cairan
minimun, testis relatif mudah diraba. Sedangkan bila cairan yang
tekumpul banyak, testis akan sulit diraba. Juga penting dilakukan
palpasi korda spermatikus di atas insersi tunika vaginalis.
Pembengkakan kistik karena hernia atau hidrokel atau padat karena
tumor. Normalnya korda spermatikus tidak terdapat penonjolan, yang
membedakannya dengan hernia skrotalis yang kadang-kadang
transiluminasinya juga positif. Pada auskultasi dilakukan untuk
mengetahui adanya bising usus untuk menyingkirkan adanya hernia
(Basuki, 2003).
Langkah diagnostik yang paling penting adalah transiluminasi
massa hidrokel dengan cahaya di dalam ruang gelap. Hidrokel berisi
cairan jernih, straw-coloured dan mentransiluminasi (meneruskan)
berkas cahaya. Kegagalan transiluminasi dapat terjadi akibat
penebalan tunika vaginalis karena infeksi kronik atau massa di
skrotum tersebut bukan hidrokel (Basuki, 2003).
Hidrokel biasanya menutupi seluruh bagian dari testis. Jika
hidrokel muncul antara 18-35 tahun harus dilakukan aspirasi. Massa
kistik yang terpisah dan berada di pool atas testis dicurigai
spermatokel. Pada aspirasi akan didapatkan cairan kuning dari massa
skrotum. Berbeda dengan spermatokel, akan didapatkan cairan
berwarna putih, opalescent dan mengandung spermatozoa (Basuki,
2003).
c. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
Gelombang suara dapat dikirimkan melewati skrotum dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel),
vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya tumor (Hata,
2004).
IX. Diagnosis Banding
a. Varikokel
Varikokel adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis
akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika interna. Pada
anamnesis pasien mengeluh adanya benjolan di atas testis yang tidak
nyeri, testis terasa berat dan pasien dengan varikokel biasanya juga
mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun
menikah.Pada pemeriksaan fisik pasien berdiri dan diminta untuk
manuver valsava. Pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti
kumpulan cacing di dalam kantung, yang letaknya di sebelah kranial
dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis (Sjamsuhidajat,
2010).
Gambar 3 Varicocele
b. Spermatocele
Spermatocele adalah benjolan kistik yang berasal dari epididimis
dan berisi sperma. Pada anamnesa pasien mengeluhkan adanya
benjolan kecil yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik teraba masa
kistik, mobile, lokasi di cranial dari testis, transiluminasi (+). Pada
aspirasi didapatkan: cairan encer, keruh keputihan (Sjamsuhidajat,
2010).
Gambar 4 Spermatocele
c. Torsio Testis
Gambar 6 Hematocele
e. Tumor testis
Tumor testis merupakan keganasan pada pria yang terbanyak
mengenai pria usia 15-35 tahun. Pada anamnesa didapatkan keluhan
adanya pembesaran testis yang tidak nyeri. Terasa berat pada kantong
skrotum. Terkadang juga sering diikuti dengan keluhan penurunan
berat badan dan nafsu makan menurun (Sjamsuhidajat, 2010).
X. Tatalaksana
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak berusia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh
sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu
dipikirkan untuk dilakukan koreksi (Schwartz, 2000).
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi
dan operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka
kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa
infeksi (Charles, 2010).
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah:
Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
Indikasi kosmetik
Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu
pasien dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari
Pada hidrokel primer pada anak dilakukan pendekatan inguinal
karena seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga
pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi (Charles,
2010).
Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan skrotal dengan
melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara
Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord.
Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in
toto.
Gambar 9 Hidrokelektomi
Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-2. Jakarta : CV. Sagung Seto.
2003. Hal 140-142, 14
Charles L. Snyder. Inguinal Hernias and Hydroceles in Ashcraft’s Pediatric
Surgery. Fifth Ed. 2010; 51:669-75.
Grace, Borley, At a Glance ILMU BEDAH. Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit
Erlangga. 2006
Hata S, Takahashi Y, Nakamura T, dkk. Preoperative sonographic evaluation is a
useful method in detecting contralateral patent processus vaginalis in
pediatric patients with unilateral inguinal hernia. J Pediatr Surg. Sep
2004;39(9):1369-9.
James M Becker. 2008. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
Jenkins JT, O’Dwyer PJ. Inguinal hernias. BMJ. Feb 2008 2;336(7638):269-72.
Schwartz. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : EGC 2000.
Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.2010.
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.