Anda di halaman 1dari 10

RESUME MATERI LITHOSFER

Dosen Pengampu :
Arum Siwiendrayanti, S.KM., M. Kes.

Disusun Oleh :
Rafly Bangkit N.C. 6411419127

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2020
Litosfer berasal dari bahasa Yunani, yaitu lithos artinya batuan dan sphera artinya
lapisan. Dilansir dari National Geographic, litosfer adalah bagian terluar dari bumi yang padat.
Litosfer meliputi bagian atas mantel dan kerak bumi, menjadi bagian terluar dari struktur bumi.
Litosfer sendiri lapisan kulit bumi yang tersusun dari batuan dan mineral.

Batuan pada litosfer adalah batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Litosfer
sendiri memegang peranan penting dalam kehidupan tumbuhan. Tanah bisa terjadi jika batuan di
litosfer mengalami degradasi, erosi, maupun proses fisika lainnya. Batuan kecil dan pasir
bercampur dengan hasil komponen organis makhluk hidup yang kemudian membentuk tanah
untuk digunakan tempat hidup berbagai organisme.

Lapisan kerak bumi atau litosfer terbagi menjadi dua macam, yaitu: Lapisan sial
Tersusun dari logam silisium dan alumunium yang berbentuk senyawa SiO2 dan Al2O3. Pada
lapisan ini terdapat batuan sedimen, granit endesit, dan batuan lain yang ada di daratan benua.
Lapisan sial merupakan lapisan kerak bersifat padat dan berbatu. Litosfer ini terbagi menjadi dua
bagian:

Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di atas dan batuan
beku di bawah. Kerak ini sering dikenal sebagai benua.

Kerak samudra, merupakan benda padat yang terdiri dari endapan laut di atas, batuan
vulkanik di bawah, dan yang paling bawah lagi ada batuan beku gabro dan pridolit. Lapisan ini
terdapat di dasar samudra. Lapisan sima Disebut juga sebagai lapisan silisium magnesium.
Lapisan yang tersusun oleh logam silisium dan mengnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan
MgO. Lapisan ini lebih berat dibandingkan lapisan sial karena mengandung besi dan magnesium.
Lapisan ini bersifat elastis dan mempunyai ketebalan sekitar 65 kilometer. Material pembentuk
litosfer Litosfer terdiri dari tiga jenis material utama sebagai bahan dasar. berikut material batuan
penyusun litosfer

Batuan beku Terbentuk dari magma pijar yang membeku menjadi padat. Sekitar 80
persen batuan yang menyusun kerak bumi adalah batuan beku. Berdasarkan tempat terbentuknya
magma beku, terbagi menjadi tiga macam, yaitu: Batuan beku dalam, yang terjadi dari
pembekuan magma yang berada jauh di dalam kulit bumi. Seperti granit, diotit, dan gabro.
Batuan beku gang atau korok, terjadi dari magma yang membeku di lorong antara magma dan
permukaan bumi. Magma yang terserap di lapisan litosfer kemudian membentuk kristal mineral.
Campuran kristal mineral inilah ciri dari batuan korok.

Batuan beku luar, terjadi dari magma yang keluar ke permukaan bumi. Contohnya, basalt,
diorit, andesit, obsidin, scoria, dan batu apung.

Batuan sedimen Batuan mineral yang terbentuk di permukaan bumi dan mengalami
pelapukan. Bagian pelapukan yang lepas dan ditransportasikan oleh aliran air, angin, atau gletser
kemudian mengendap. Mengalami sedimentasi dan terjadilah proses diagenesis yang
menyebabkan endapan tersebut mengeras dan terjadi batuan sedimen

Batuan metamorf Kelompok batuan hasil transformasi dari satu tipe ke tipe sebelumnya.
batuan metamorf mrupakan bagian dari kerak bumi dan diklasifikassikan berdasarkan
terksturnya. Batuan jenis ini terbentuk akibat berada dalam kedalaman tinggi, mengalami suhu
tinggi dan tekanan besar dari lapisan batuan di atasnya.

Manfaat litosfer Litosfer atau kerak bumi menjadi bagian dari bumi yang secara langsung
memengaruhi kehidupan. Litosfer bagian atas merupakan tempat hidup bagi makhluk idup,
termasuk manusia. Litosfer bagian bawah mengandung bahan mineral yang juga bermanfaat bagi
makhluk hidup. Misalnya, minyak bumi, gas, batu bara, besi, nikel, dan timah.

Selain sebagai tempat kehidupan mahkluk hidup, litosfer juga menyediakan bahan-bahan
yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan. Contohnya, bercocok tanam dan
membangun tempat tinggal. Lempeng tektonik Litosfer pada bumi sangat berkaitan erat dengan
aktivitas tektonik. Aktivitas tersebut menggambarkan interaksi lempengan besar litosfer.
Pergerakan lempeng tektonik dimungkinkan oleh energi panas dari bagian mantel litosfer. Energi
panas membuat batuan litosfer lebih elastis. Aktivitas tektonik memberikan dampak geologis di
bumi, seperti gempa bumi, gunung berapi, pembentukan gunung (orogeni), dan parit laut.
Aktivitas tektonik dapat membentuk litosfer atau kerak bumi yang baru. Pada litosfer samudera
dan benua, lempeng tektonik sering bergeser satu sama lain.

Pengaruh litosfer pada lingkungan Komponen pada lingkungan, seperti biosfer (makhluk
hidup), cyrosphere (daerah beku dan tanah beku), hidrosfer (air), dan atmosfer (udara) saling
berhubungan dan mampu memengaruhi litosfer. Batuan keras dari litosfer dapat dihancurkan
melalui pergerakan gletser (cyrosphere) yang kuat. Pelapukan dan erosi yang disebabkan angin
(atmosfer) atau hujan (hidrosfer) juga dapat merusak lapisan litosfer. Komponen organik biosfer,
sisa tumbuhan dan hewan yang bercampur dengan batuan yang terkikis juga bisa menciptakan
tanah yang subur. Litosfer yang berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, dan cyrosphere
memengaruhi perbedaan suhu di bumi. Gunung-gunung tinggi sering memiliki suhu lebih rendah
dibandingkan lembah atau bukit. Zona iklim suatu wilayah juga diperlukan untuk organisme
makhluk hidup yang berada di kawasan tersebut.

Daftar Pustaka

- Catur Puspawati, P. Haryono. 2018. Penyehatan Tanah dalam Bahan Ajar Kesehatan
Lingkungan. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
- Eviati dan Sulaeman. 2012. Petunjuk Teknis : Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan
Pupuk Edisi 2. Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian. Bogor.
- Santosa, R.H. 2008. Penelitian Pengendalian Pencemaran Air Limbah Industri Organik.
Prosiding Kolokium Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air. Adaptasi
Pengelolaan Sumber Daya Air Menyongsong Perubahan Iklim Global. Bandung.
- Kabata-Pendias, A. 2011.Trace Element in Soils and Plants : Fourth Edition. CRC Press.
505p.
- Abdelfattah, A., Malacrinò, A., Wisniewski, M., Cacciola, S.O., Schena, L., 2017.
Metabarcoding: a powerful tool to investigate microbial communities and shape future
plant protection strategies. Biological Control.
1. Jurnal Internasional

A. Judul

Soil quality – A critical review

B. Nama Jurnal

Soil Biology and Biochemistry

C. URL : https://www.journals.elsevier.com/soil-biology-and-biochemistry

D. Level Scopus : Quartile 1 (scimagojr.com)

E. Abstrak :

Sampling and analysis or visual examination of soil to assess its status and use potential is
widely practiced from plot to national scales. However, the choice of relevant soil attributes and
interpretation of measurements are not straightforward, because of the complexity and site-
specificity of soils, legacy effects of previous land use, and trade-offs between ecosystem
services. Here we review soil quality and related concepts, in terms of definition, assessment
approaches, and indicator selection and interpretation. We identify the most frequently used soil
quality indicators under agricultural land use. We find that explicit evaluation of soil quality with
respect to specific soil threats, soil functions and ecosystem services has rarely been
implemented, and few approaches provide clear interpretation schemes of measured indicator
values. This limits their adoption by land managers as well as policy. We also consider novel
indicators that address currently neglected though important soil properties and processes, and
we list the crucial steps in the development of a soil quality assessment procedure that is
scientifically sound and supports management and policy decisions that account for the multi-
functionality of soil. This requires the involvement of the pertinent actors, stakeholders and end-
users to a much larger degree than practiced to date.
2. Jurnal Nasional

A. Judul

REMEDIASI TANAH TERCEMAR LOGAM BERAT DENGAN MENGGUNAKAN


BIOCHAR

B. Nama Jurnal

Jurnal Pertanian Tropik

C. URL : sinta.ristekbin.go.id/journals/detail?id=948

D. Level Sinta : Sinta 2

E. Abstrak :

Pembangunan industri dan urbanisasi selain dapat meningkatkan kesejahteraan manusia, tetapi
juga memberikan efek negatif kepada lingkungan yaitu menghasilkan limbah dalam jumlah yang
sangat besar, dan hal ini akan menjadi masalah yang serius bila tidak tangani dengan segera.
Penangangan limbah pun masih belum di lakukan dengan serius dan bertanggung jawab
sehingga sering dilaporkan adanya lahan yang tercemar akan limbah khususnya limbah logam
berat. Logam- logam berat merupakan unsur yang tidak biodegradable sehingga limbah- limbah
yang mengandung logam berat bila tertumpah ke lingkungan sedikit demi sedikit akan
terakumulasi pada tanah dan air, bila ketersediaanya meningkat akan di serap oleh tanaman dan
akan memberikan efek negative kepada kehidupan manusia. Banyak usaha yang telah dilakukan
dalam menangani pencemaran logam berat ini dan pemberian biochar merupakan solusi yang
sangat menjanjikan, karena biochar memiliki potensi dengan luas permukaan yang besar,
morfologi yang sangat porous serta gugus fungsionalnya yang berpotensi untuk mengurangi
bioavailabilitas dan pelindian logam berat melalui adsorpsi dan reaksi fisikokimia lainnya dan
juga dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan perbaikan sifat sifat tanah. Biochar merupakan
bahan basa yang dapat meningkatkan pH tanah dan berkontribusi terhadap stabilisasi logam
berat. Aplikasi biochar untuk perbaikan dari tanah yang tercemar logam berat dapat memberikan
solusi baru untuk masalah polusi tanah. Tulisan ini memberikan gambaran tentang pemanfaatan
biochar dalam mengurangi mobilitas dan bioavailibiltas logam berat pada tanah tercemar
Kaitan dengan sudut pandang kesehatan

Litosfer adalah kulit terluar dari bumi. Secara harfiah litosfer adalah lapisan bumi yang
paling luar atau biasa disebut dengan kulit bumi. Pada lapisan ini pada umumnya terjadi dari
senyawa kimia yang kaya akan Si02, itulah sebabnya lapisan litosfer sering dinamakan lapisan
silikat dan memiliki ketebalan rata-rata 30 km yang terdiri atas dua bagian, yaitu Litosfer atas
(merupakan daratan dengan kira-kira 35% atau 1/3 bagian) dan Litosfer bawah (merupakan
lautan dengan kira-kira 65% atau 2/3 bagian).

Polusi tanah terjadi ketika ada penumpukan senyawa beracun yang terus-menerus, garam,
bahan radioaktif, bahan kimia atau agen penyebab penyakit dalam tanah yang mempengaruhi
manusia, hewan dan kesehatan tanaman. Polusi tanah terutama akibat aktivitas manusia, seperti
aplikasi pestisida seperti atrazin, yang merupakan obat pembunuh rumput-rumputan yang
populer, dan generasi limbah industri yang tidak diinginkan seperti arsenik. Polusi tanah
perubahan komposisi tanah dan menciptakan lingkungan tanah patogen, menyebabkan
penyebaran penyakit kanker.

Pestisida, benzena, kromium dan pembunuh gulma bersifat karsinogen yang telah
dibentuk untuk menyebabkan semua jenis kanker. Paparan jangka panjang benzena bertanggung
jawab untuk siklus haid tidak teratur pada wanita, leukemia dan anemia.Tingkat tinggi paparan
terhadap benzena adalah fatal. Benzene adalah cairan kimia yang ditemukan dalam minyak
mentah, bensin dan asap rokok. Hal ini digunakan dalam sintesis kimia dan mengganggu fungsi
seluler dengan mengurangi produksi sel darah merah, sel darah putih dan antibodi, sehingga
mengorbankan imunitas tubuh.

A. Transmisi Penyakit Melalui Tanah (Litosfer)

Banyak agen infeksi penyakit yang berkembang dengan baik dalam tanah. Karena tanah
mengandung unsur hara yang dibutuhkan beberapa agen pencetus infeksi penyakit tersebut.
Misalnya agen biologis cacaing dalam tanah (Soil Transmitted Helmints). Penyakit infeksi
cacing usus yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminths) adalah infeksi umum
yang termasuk dalam kelas nematode dan melibatkan banyak penduduk dunia. Estimasi terbaru
menunjukkan Ascaris lumbricoides menginfeksi lebih dari satu milyar orang, Trichuris trichiura
795 juta orang dan cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) 740 juta
orang. Jumlah terbanyak infeksi cacing berlaku pada sub- Saharan Afrika, Amerika, China dan
Asia Timur (WHO, 2011).

Dalam beberapa kasus, dijelaskan bahwa cacing yang termasuk dalam STH (Soil
Transmitted Helmints) sangat dapat memengaruhi status gizi anak. Cacing-cacing ini juga sangat
mudah ditularkan pada anak-anak karena anak-anak cenderung menyukai tanah sebagai tempat
bermain. Anak-anak juga jarang yang terbiasa menggunakan alas kaki dan mencuci tangan
setelah bermain. Pada infeksi cacing tertentu seperti cacing tambang, sangat mudah dapat terjadi
karena jenis cacing ini dapat menembus kulit.

Selain agen infeksi berupa cacing, dalam tanah juga terdapat banyak agen infeksi lai.
Misalnya zat radioaktif (radioisotop) yang dapat disimpan permanen dalam tanah dan sangat
membahayakan karena dapat mematikan sel tubuh. Radioaktivitas ini dapat menyebabkan bahya
sebagai berikut:

1. Dapat merusak sel-sel penting seperti sel tulang sumsum /penghasil sel darah,
akibat radiasi tinggi yang tidak terkendali (termasuk juga radiasi sinar gamma)

2. Dapat merusak/mematikan jaringan atau sel-sel pada makhluk hidup

3. Dapat merusak/mengubah struktur  DNA makhluk hidup

4. Dapat mengakibatkan tumor atau kanker

5. Radon yang terhirup paru-paru memancarkan alpha dapat menimbulkan


kerusakan dan pertumbuhan kanker

6. Dapat menimbulkan luka bakar (akibat radiasi dosis tinggi)

B. Faktor yang Dapat Mendukung Mikroba Patogen di Litosfer

Hal lain yang dapat menyebabkan tanah menjadi media transmisi penyakit adalah
karakteristik patogen yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tanah. Berikut karakteristik
tanah yang dapat menguntungkan mikroba patogen berkembang biak antara lain:

1. antagonisme mikroflora tanah (tahan hidup dalam tanah )


2. Kelembaban

3. kapasitas menahan kelembaban

4. zat organik

5. sinar matahari

6. Temperatur

Selain hal itu, sampah juga menjadi salah satu pencentus infeksi penyakit dalam tanah. Bahaya
sampah bagi manusia adalah Sampah bisa membahayakan manusia: Sebagai sarang lalat dan
tikus, serta emisi gas beracun.

C. Dampak Polusi Tanah

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk
ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida
dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya
pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh
populasi. Kuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa
bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada
keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan ganguan pada saraf otot.
Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta
penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti
sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di
atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan kematian.

Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan


kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan
pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan
perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik danantropoda yang hidup di lingkungan
tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai
makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah,
bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat
pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur,
meningkatnya tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.

Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan
pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
Beberapa bahan pencemar ini memilikiwaktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-
bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

D. Pencegahan Penyakit yang Ditularkan dengan Media Tanah

Penyakit yang ditularkan/ disebarkan melalui tanah sangat bisa dicegah dengan
menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu juga membiasakan diri selalu menggunakan alas kaki
setiap pergi keluar rumah, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, mencuci tangan setelah
BAB/ BAK, melakukan pembuangan sampah yang benar agar tidak merusak ekosistem tanah.
Cara-cara tersebut dapat dilakukan dengan baik apabila pengetahuan seseorang cukup. Sehingga
dalam hal ini tenaga medis dan aktivis lingkungan juga harus turut serta dalam usaha
menyehatkan masyarakat dengan lingkungan yang bersih dan sehat.

Anda mungkin juga menyukai