Anda di halaman 1dari 245

BAB III

LAPORAN PRODUKSI

3.1. Lembar Kerja Produser

Menurut (Latief & Utud, 2017:3) “Produser hanya sebuah kata, tetapi dalam

dunia broadcasting dan film kata produser terkandung makna kuat, daya tarik, dan

pengaruhnya pada pengembangan karier dan nasib pekerja dan pelaku seni”.

Sedangkan menurut Widagdo dalam (Mabruri, 2018:52) mengemukakan


bahwa “Produser adalah orang yang bertugas menjadi fasilitator dan menyiapkan
segala kebutuhan produksi dari tahap awal hingga tahap akhir, termasuk didalamnya
menyiapkan segala formulir, dan catatan produksi untuk kelancaran syuting”.
Yang dapat disimpulkan dari kedua kutipan di atas adalah bahwa seorang

produser memiliki peran penting yang besar dalam sebuah proses pembuatan sebuah

karya.

Tugas seorang produser sangat luas mulai dari mengkoordinir dari fase

pengembangan yaitu ide sampai skrip jadi, dilanjutkan ke fase persiapan produksi

yaitu memilih dan merekrut kru inti maupun penunjang, lalu masuk ke fase produksi

yaitu proses pengambilan gambar atau syuting, hingga mengkoordinir di fase paska

produksi yaitu proses penyuntingan, finalisasi audio-visual, dan penggandaan.

Pada program drama televisi dalam hal membuat cerita, produser

menyerahkan kepada penulis naskah akan tetapi produser harus tetap melakukan

evaluasi terhadap ide cerita tersebut. Pada saat tahap produksi, yang lebih dominan

adalah sutradara karena produser hanya berperan sebagai fasilitator kebutuhan

produksi, mengawasi penggunaan dana, penentuan jadwal kerja, dan menyediakan


15
16

segala fasilitas dari produksi hingga paska produksi. Bisa dikatakan produser harus

memiliki keahlian perencanaan, pengawasan dan strategi produksi.

Menurut (Latief & Utud, 2017:23) menjelaskan bahwa “menjadi produser

berarti siap menghasilkan karya artistik yang dapat memberikan kebahagiaan

hiburan, informasi, dan pendidikan kepada masyarakat”.

Dari kutipan diatas maka dalam produksi FTV yang berjudul “FAREWELL

COFFEE” ini, penulis memilih jabatan untuk menjadi produser karena keinginan

penulis untuk menghasilkan karya yang dapat memberikan kebahagiaan dan hiburan

untuk penonton dan dengan adanya pengalaman menjadi produser di beberapa tugas

sebelumnya yang ada di Universitas Bina Sarana Informatika, dan juga karena

mendapat dukungan dari kru yang lain.

3.1.1. Pra Produksi

Menurut (Mabruri, 2018:336) “Praproduksi adalah berbagai kegiatan

persiapan sebelum pelaksanaan produksi dimulai”.

Praproduksi disini mempersiapkan segala kebutuhan syuting baik yang

bersifat administrasi maupun teknik. Praproduksi dimaksudkan agar kerja eksekusi

atau produksi dilapangan lebih efisien dalam hal waktu, tenaga, biaya, dan untuk

mekanisme kerja antar kru produksi menjadi lebih efektif.

Menurut (Latief & Utud, 2017:243) menyatakan bahwa “dengan adanya

rencana, maka sistematika pekerjaan dapat diatur dan terjadwal dengan baik, proses

kerja dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan”.


17

Praproduksi digunakan sebagai pedoman bagi kru untuk dapat mengetahui

apa saja yang harus dicapai, dengan siapa harus bekerja sama, dan untuk efisiensi

dan efektivitas kerja. Praproduksi biasanya membutuhkan waktu yang cukup banyak

dan bahkan terkadang lebih lama dari pada waktu untuk produksinya. Dikarenakan

praproduksi merupakan pengumpulan semua data dan elemen yang berkaitan dengan

produksi saat syuting baik yang bersifat administrasi maupun teknik.

Praproduksi dimaksudkan agar pada saat eksekusi atau produksi dapat

dilaksanakan secara efisien dalam hal waktu, tenaga, biaya, dan mekanisme kerja

antar kru produksi menjadi lebih efektif.

Pada tahap praproduksi ini, setelah pemilihan ide cerita selanjutnya produser

menyerahkan kepada penulis naskah untuk mengembangkan cerita tersebut.

Selanjutnya produser menyusun perencanaan dan penjadwalan. Dalam

perencanaannya produser melakukan beberapa pertimbangan yang matang untuk

menghindari hal-hal yang sekiranya akan mengganggu kelancaran produksi.

Produser juga merancang anggaran untuk mengetahui seberapa besar dana yang

dibutuhkan dari mulai tahap praproduksi, produksi, sampai paska produksi.

Ditahap praproduksi ini pula lah produser melakukan pencarian lokasi untuk

dijadikan sebagai lokasi syuting yang sesuai dengan cerita yang dibuat dan dengan

diskusi bersama para kru. Dilanjutkan dengan pengurusan izin lokasi yang sudah

dipilih, melakukan casting untuk menemukan talent yang cocok untuk cerita yang

telah dibuat, dan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk proses syuting agar

prosesnya berjalan dengan lancar.


18

3.2.1. Produksi

Setelah praproduksi siap, dilanjutkan dengan rapat produksi yang ditujukan

sebagai kesiapan seluruh kru agar semuanya tersosialisasikan dengan baik dan semua

kru yang terlibat paham apa yang akan dilakukan pada saat proses syuting dan proses

syuting pun dapat terlaksana sesuai prosedur yang diinginkan.

Setelah semua persiapan produksi selesai, selanjutnya proses syutingpun

dimulai. Proses praproduksi yang matang memungkinkan pelaksaan proses syuting

tidak membuang waktu yang banyak. Bisa dikatakan pelaksaan syuting akan berjalan

dengan baik dengan hanya mengikuti apa yang telah direncanakan secara matang

pada saat tahap praproduksi.

Yang terpenting tugas produser pada saat proses syuting yaitu bertanggung

jawab terhadap keseluruhan proses produksi dan mengarahkan serta memantau

jalannya produksi. Setelah selesai syuting produser juga melakukan evaluasi kerja

pada saat produsksi tadi.

Setelah proses produksi selesai, selanjutnya produser melakukan pengecekan

kelengkapan alat yang ditulis pada saat praproduksi. Lalu melakukan pengecekan

data dan dipindahkan kedalam hardisk atau laptop sebagai backup data.

3.1.3 Pasca Produksi

Menurut (Mabruri, 2018:336) menjelaskan bahwa “pasca produksi adalah

proses penyelesaian akhir dari produksi”. Atau yang biasa dikatakan proses editing.

Seperti yang dikatakan (Latief & Utud, 2017:236) “Pasca produksi tahapan terakhir
19

dari produksi”. Pasca produksi ini dilakukan pada saat proses produksi selesai

dilaksanakan.

Pada tahap ini bukan hanya sekedar memilih lalu menggabungkan gambar

saja, tetapi termasuk pemberian efek khusus, pengoreksian warna, pemberian suara

dan musik yang mendukung jalannya cerita.

Tugas produser selanjutnya pada tahap pasca produksi ini adalah melakukan

beberapa evaluasi akhir yang bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan

dalam proses pelaksanaan pada saat produksi. Tidak lupa pada saat proses editing

berlangsung, produser juga mengawasi jalannya proses editing tersebut.

Setelah proses pengeditan selesai, produser melanjutkan menyusun laporan

selama masa produksi yang sudah dilakukan. Mulai dari menghitung, meyusun, dan

menggabungkan daftar lampiran pembiayaan yang dikeluarkan mulai dari

praproduksi, produksi, hingga paska produksi.

Kemudian setelah selesai editing, produser melanjutkan pembuatan

persyaratan yang sudah ditentukan sebelum proses sidang. Seperti pembuatan poster,

cover CD dan hard cover penulisan dispro.

3.1.4. Peran dan Tanggung Jawab Produser

Menurut (Mabruri, 2018:55) dalam bukunya yang berjudul Produksi Program

TV drama menyatakan bahwa ada beberapa pedoman profesi sebagi produser yaitu:

1. Tugas dan tanggung jawab produser


20

a. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk di produksi.

b. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau skenario film atau

program televisi.

c. Menyusun rancangan produksi.

d. Menyusun rencana pemasaran.

e. Mengupayakan anggaran dana untuk produksi.

f. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari

semua departemen.

g. Bertanggung jawab atas kontrak secara hukum dengan berbagai pihak

dlam produksi yang dikelola.

h. Bertanggung jawab atas seluruh produksi.

2. Hak produser

a. Memilih dan menetapkan penulis skenario dan sutradara.

b. Menetapkan pemain dan kru produksi utama berdasarkan calon yang

telah ditetapkan dalam rancangan produksi dan juga berdasarkan

usulan sutradara dan manager produksi.

c. Mengarahkan dan memberikan pandangan (guide) kepada manager

produksi, serta meletakkan dasar-dasar strategi bagi pelaksanaan

produksi dan pengolahan produksi (administrative).

d. Mendapatkan laporan dari semua departemen berupa progress report.

e. Berhak memberikan keputusan bila terjadi konflik dilapangan,

terutama bila produksi terganggu.


21

f. Memberhentikan/mengganti pemain/kru produksi apabila terjadi

penyimpangan dalam pelaksanaan produksi tersebut yang merugikan

jalannya produksi.

g. Memberikan keputusan atas sebuah konsep kreatif sutradara yang

menyimpang dari rencana produksi.

h. Mengehentikan produksi apabila dalam pelaksanaan produksi terjadi

penyimpangan dari rencana produksi yang telah disepakati.

Dalam program drama televisi yang berjudul “FAREWELL COFFEE” ini,

penulis melakukan peran dan tanggung jawab mulai dari pra hingga paska. Yaitu

menyusun perencanaan, konsep, ide, mengkontrol pembuatan skenario, menyusun

anggaran dana, menentukan pemain dan lokasi, jadwal produksi, mengatur dan

mengecek segala kebutuhan produksi, mengevaluasi segala kegiatan produksi,

membuat laporan, hingga melakukan pengawasan pada saat proses editing.

3.1.5. Proses Penciptaan Karya

a. Konsep Kreatif

Menurut (Latief & Utud, 2017:1) “sesuatu yang menarik, indah, artistik, dan

mengesankan, selalu erat hubungannya dengan kaka kreatif”.

Dari kutipan diatas, penulis pada proses penemuan ide, harus bisa

menggabungkan ide-ide yang diusulkan dari setiap kru. Tujuan dari penggabungan

ide ini adalah untuk menemukan satu ide cerita yang menarik, mengesankan dan

kreatif. Kemudian produser akan berdiskusi bersama sutradara dan penulis naskah
22

untuk mendiskusikan cerita tersebut. Setelah berdiskusi dengan sutradara dan penulis

naskah, produser akan memberitahu kru yang lain agar tidak terjadi percekcokan

antar kru yang dikarenakan perbedaan pendapat sehingga dapat meminimalisir ego

setiap kru.

Penulis menyadari konsep ide cerita yang kreatif sangat dibutuhkan saat ini

untuk menarik perhatian penonton. Hal tersebut yang membuat penulis sebagai

seorang produser bekerja sama dengan penulis naskah dan sutrada untuk

menciptakan sebuah cerita yang memiliki alur cerita lebih fresh.

Sedangkan dalam urusan biaya, penulis berusaha meminimalisir anggaran

biaya tersebut. Dimulai dari penentuan waktu shooting yang dilakukan sehari,

pencarian tempat penyewaan alat yang memberikan diskon, hingga pencarian lokasi

shooting yang biaya sewanya murah dan terjangkau. Dengan harapan anggaran biaya

yang terbatas ini dapat dimaksimalkan untuk menciptakan karya yang bagus.

b. Konsep Produksi

Dalam sebuah tim, kerjasama adalah kunci utama suksesnya sebuah produksi.

Oleh karena itu secara garis besar, produser melibatkan semua kru dalam penciptaan

sebuah konsep untuk produksi.

Menurut (Latief & Utud, 2017:248) menjelaskan bahwa “pada program

drama hal-hal teknis seperti komposisi gambar, penempatan kamera, bloking artis,

dan lainnya akan lebih terinci sehingga saat dilapangan seorang sutradara

menerjemahkan naskah tersebut menjadi audio visual”.


23

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa keberhasilan sebuah film drama

televisi terletak pada kedisiplinan tim dalam membuat dan menerapkan desain

produksi yang telah dibuat. Kerjasama dan saling mengingatkan satu sama lain

dalam pengecekan alat atau ketersediaan kebutuhan artistik yang digunakan dan

sebagainya. Produser juga harus mengingatkan untuk saling menyemangati dalam

proses produksi suatu film agar proses pembuatan film dapat berjalan dengan lancar.

Produksi film televisi “FAREWELL COFFEE” dilaksanakan pada tanggal 17

Juni 2019, sebelumnya penulis sudah melakukan pengecekan kesiapan kru, kesiapan

alat, hingga kesiapan lokasi yang digunakan. Dengan konsep yang hanya di dalam

sebuah coffee shop, maka dari itu proses syuting tidak perlu berpindah-pindah tempat

sehingga memudahkan kru dan dapat menghemat waktu sehingga memang bisa

diselesaikan dalam sehari.

c. Konsep Teknis.

Menurut (Latief dan Utud, 2017:253), “memproduksi program televisi harus

memperhitungkan format program yang akan di produksi karena berhubungan

peralatan (equiptment) yang digunakan diantaranya, jenis kamera, lighting, dan

sound system”.

Dari kutipan diatas, dalam pemilihan alat, produser tidak menentukan

pilihannya sendiri tetapi berdiskusi dengan seluruh tim. Pada produksi ini

menggunakan kamera Sony pxw-fs5 mark II yang menjadi pilihan DOP, selain

karena pilihan penata kamera yang sudah menguasi kamera jenis tersebut juga
24

dikarenakan fungsi dari kamera itu sendiri. Serta penggunaan tiga lighting LED

Lightpanels 16 inch yang disesuaikan dengan kebutuhan produksi dikarenakan

konsep produksi yang memilih waktu dimalam hari. Dan tidak lupa bagian terpenting

dari audio yang menggunakan empat clip on sennheiser mengikuti jumlah pemain

yang berjumlah empat orang serta zoom H6N. Dengan kesiapan teknis yang

digunakan, penulis yakin bahwa setiap proses pada tahap produksi ini dapat berjalan

dengan lancar.

3.1.6. Kendala dan Solusinya

a. PraProduksi

1) Kendala : Dikarenakan pada tim ini hanya ada 7 orang sedangkan yang

dibutuhkan adalah 8 orang untuk mengisi semua jobdesk yang ada.

Solusi : Penulis berdiskusi dengan tim untuk menentukan siapa yang

akan dan bisa menempatati jobdesk yang kosong sehingga tim tersebut

mengerjakan dua jobdesk sekaligus, tetapi tetap dibantu bersama-sama

dengan tim yang lain.

b. Produksi

1) Kendala : Produksi yang dilakukan dalam satu hari membuat kru

kekurangan waktu istirahat.

Solusi : Berusaha membuat situasi selama proses produksi terasa

menyenangkan dan tidak membosankan sehingga semua kru dan pemain

tidak jenuh dan tidak merasakan lelah.


25

3.1.7. Lembar Kerja Produser

1. Working Schedule

2. Breakdown Budget

3. Shooting Schedule

4. Equiptment List

5. Daily Production Report

6. Call Sheet

7. Foto Lokasi
Tabel III.1
WORKING SCHEDULE

Production Company : Ruang Sinema Cameraman : Reza Harya Saputra


Project Tittle : Farewell Coffee Lighting : Reza Harya Saputra
Producer : Arivia Nanda Ridhola Sound Director : Anggie Djodi Prabhata
Director : Adnan Bajrie Art Director : Tyo Dwi Julianto
Script Writer : Yunis Aristia Putri Editor : Ramonzah

Target Per Minggu


No Tahap Aktivitas Maret April Mei Juni juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Merekrut tim Produksi
2 Pembagian Jobdesk
3 Pembahasan genre ide cerita
4 Pencarian lokasi
Pra Produksi
5 Membuat budget Produksi
6 Menyiapkan proposal produksi
7 Membuat jadwal shooting
8 Membuat director treatment

26
9 Reading talent
10 Recce produksi
11 Persiapan sewa alat dan akomodasi
1 Shooting
2 Mengamankan lokasi
Produksi
3 Menyiapkan logistik
4 Membuat daily production report
1 Offline editing
2 Online editing
3 Mixing dan scooring
4 Pasca Produksi Pengumpulan laporan produksi
5 Softcover
6 Final laporan hardcover
7

27
Tabel III.2
BREAKDOWN BUDGET

Production Company : Ruang Sinema Cameraman : Reza Harya Saputra


Project Tittle : Farewell Coffee Lighting : Reza Harya Saputra
Producer : Arivia Nanda Ridhola Sound Director : Anggie Djodi Prabhata
Director : Adnan Bajrie Art Director : Tyo Dwi Julianto
Script Writer : Yunis Aristia Putri Editor : Ramonzah

HARGA SATUAN JUMLAH


NO URAIAN KEGIATAN VOLUME
(Rp) (Rp)
I Persiapan / Koordinasi / Pra Produksi

Hunting lokasi 1.000.000 1.000.000


Casting -

Reading 400.000
-

Sub. Total 1.400.000


II Pelaksanaan / Produksi
1. Pelaksana Produksi / Crew

28
- Talent Rara 1 Orang x 1 Hari 500.000 500.000

- Talent Gilang 1 Orang x 1 Hari 500.000 500.000

- Talent Iko 1 Orang x 1 Hari 500.000 500.000

- Talent Putri 1 Orang x 1 Hari 500.000 500.000

2. Peralatan / Perlengkapan / Sewa


a. Divisi Kamera
- Sewa Camera Sony FS 5 1 Hari x 1 Paket 650.000 650.000

- Sewa Lensa EF 50 mm 1.2 1 Hari x 1 Paket 125.000 125.000

- Sewa Lensa EF 16-35 mm 2.8 1 Hari x 1 Paket 125.000 125.000

- Sewa LED Lightpanels 20 inch 1 Hari x 3 Paket 100.000 300.000

- Sewa Monitor 7” 1 Hari x 1 Paket 100.000 100.000

- Sewa Slider 80cm 1 Hari x 1 Paket 150.000 150.000

- Sewa Ballhead 1 Hari x 1 Paket 45.000 45.000


- Sewa Magic Arm 1 Hari x 1 Paket free free
-Sewa Tripod 1 Hari x 1 Paket 50.000 50.000
b. Divisi Audio

29
- Sewa zoom H6N 1 Hari x 1 Paket 150.000 150.000

- Sewa clip on sennheiser 1 Hari x 4 Paket 150.000 600.000

3. Akomodasi

- Coffee Shop 1 Hari 400.000 400.000

- Art 600.000 1.000.000

- Unit 900.000 900.000

- Konsumsi 1 Hari 1.000.000 1.000.000

- Transport 1 Hari 100.000 100.000

- Keamanan 1 Hari 250.000 250.000

Sub. Total 7.945.000


III Pasca Produksi

1. Editing 100.000 100.000

2. Scooring 550.000 550.000

30
Sub. Total 650.000
IV Pelaporan

- Laporan Design Produksi + DVD 1 Eks x 1 Paket 1.000.000

Sub. Total 1.000.000

Jumlah Total 10.995.000

Catatan: Jumlah Total – discount alat divisi kamera


10.995.000 – 772.500 = 10.222.500 JUMLAH TOTAL

31
Tabel III.3
SHOOTING SCHEDULE

Production Company : Ruang Sinema Cameraman : Reza Harya Saputra


Project Tittle : Farewell Coffee Lighting : Reza Harya Saputra
Producer : Arivia Nanda Ridhola Sound Director : Anggie Djodi Prabhata
Director : Adnan Bajrie Art Director : Tyo Dwi Julianto
Script Writer : Yunis Aristia Putri Editor : Ramonzah
NO Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Keterangan
1 Senin - 17 Juni 2019 10.00-12.00 Pengambilan alat Pecah tim
2 10.00-14.00 Tim art set lokasi Pecah tim
3 12.00-14.00 Alat tiba dilokasi, pengecekan alat, set alat
4 14.00-15.00 Crew call dan briefing persiapan shooting
5 15.00-15.30 Makeup talent
6 15.30-17.00 persiapan shooting
7 17.00-18.00 Istirahat, sholat, makan
8 18.00-19.00 Pengambilan gambar montage
9 19.00-23.00 Pengambilan gambar
10 23.00-00.00 Istirahat, sholat, makan, backup data

32
11 Selasa-18 Juni 2019 00.00-05.00 Pengambilan gambar
12 05.00-06.00 Shooting selesai, istirahat, sholat, makan,
backup data
13 06.00-07.00 Preview dan briefing, talent pulang
14 07.00-08.00 Merapikan alat Pecah tim
15 07.00-09.00 Merapikan set Pecah tim
16 09.00-10.00 Pengembalian alat
17 10.00 Pulang

33
Tabel III.4
EQUIPTMENT LIST

Production Company : Ruang Sinema Cameraman : Reza Harya Saputra


Project Tittle : Farewell Coffee Lighting : Reza Harya Saputra
Producer : Arivia Nanda Ridhola Sound Director : Anggie Djodi Prabhata
Director : Adnan Bajrie Art Director : Tyo Dwi Julianto
Script Writer : Yunis Aristia Putri Editor : Ramonzah

NO NAMA SERI JUMLAH KETERANGAN


1 Kamera Sony FS 5 1 Sewa
2 Lensa EF 50 mm 1.2 1 Sewa
3 Lensa EF 16-35 mm 2.8 1 Sewa
4 LED Lightpanels 16” 1 Sewa
5 Monitor 7” 1 Sewa
6 Slider 80cm 1 Sewa
7 Ballhead 1 Sewa
8 Magic Arm 1 Sewa
9 Zoom H6N 1 Sewa

34
10 Clip on Sennheiser 4 Sewa
11 Memory card 4 Sewa
12 Kabel roll 3 Milik sendiri

35
Tabel III.5
Daily Production Report

Production Company : Ruang Sinema Cameraman : Reza Harya Saputra


Project Tittle : Farewell Coffee Lighting : Reza Harya Saputra
Producer : Arivia Nanda Ridhola Sound Director : Anggie Djodi Prabhata
Director : Adnan Bajrie Art Director : Tyo Dwi Julianto
Script Writer : Yunis Aristia Putri Editor : Ramonzah

Keterangan Terjadwal Pelaksanaan


Crew call 14.00 14.30
Make up talent 15.00 15.00
Istirahat, sholat, makan 17.00 17.00
Pengambilan gambar montage 18.00 18.00
Pengambilan gambar 19.00 19.30
Istirahat, sholat, makan, backup data 23.00 23.30
Pengambilan gambar 00.00 00.15
Shooting selesai, ishoma, backup data 05.00 09.00
Preview, briefing, talent pulang 06.00 09.15

36
Merapikan alat 07.00 10.30
Merapikan set 07.00 10.30
Mengembalikan alat 09.00 12.00
Pulang 10.00 13.00

Porsi Catering Dipesan Realisasi


Makan pertama Dipesan 22 bungkus
Makan kedua Dipesan 22 bungkus
Makan ketiga Dipesan 22 bungkus

Peran Pemeran Usia Kostum On set Pulang


Rara Novi Muda Seragam coffee shop 17.30 09.00
Gilang Ofan Muda Seragam coffee shop 17.30 09.00
Putri Nazla Muda Seragam coffee shop 17.30 09.00
Iko Alex Muda Seragam coffee shop 17.30 09.00

37
Tabel III.6

CALL SHEET

Production Company : Ruang Sinema Cameraman : Reza Harya Saputra


Project Tittle : Farewell Coffee Lighting : Reza Harya Saputra
Producer : Arivia Nanda Ridhola Sound Director : Anggie Djodi Prabhata
Director : Adnan Bajrie Art Director : Tyo Dwi Julianto
Script Writer : Yunis Aristia Putri Editor : Ramonzah
No Pemain Pemeran Dijemput/kendaraan pribadi Make up Costume On set
1 Rara Novi Kendaraan pribadi Natural Seragam coffee shop 17.30
2 Gilang Ofan Kendaraan pribadi Natural Seragam coffee shop 17.30
3 Putri Nazla Kendaraan pribadi Natural Seragam coffee shop 17.30
4 Iko Alex Kendaraan pribadi Natural Seragam coffee shop 17.30

Art Dept/Props/Dressing : Sesuai instruksi (Tyo Dwi Julianto)

Camera Departement : Sesuai instruksi (Reza Harya Saputra)

Sound : Sesuai instruksi (Anggie Djodi Prabhata)

Costume : Sesuai instruksi (Tyo Dwi Julianto)

38
39

FOTO LOKASI

Gambar III.4

Gambar III.5
40

3.2 Proses Kerja Sutadara

Menurut (Naratama, 2018 : 5) Sutradara televisi adalah sebutan bagi

seseorang yang mempunyai profesi menyutradarai program acara televisi baik

untuk drama ataupun nondrama, dalam produksi single ataupun multi-camera.

Ada pun menurut Oakey (Naratama, 2018 : 11) “director adalah seseorang

yang bertanggung jawab terhadap kualitas gambar (film) yang tampak dilayar

dimana didalamnya ia bertugas mengontrol tenik sinematik, penampilan

pemeran, kredibilitas dan kontinuitas cerita yang disertai elemen-elemen

dramatik pada produksinya”

Penulis dapat menyimpulkan bahwa sutradara merupakan kepala untuk

semua crew yang terlibat dalam proses produksi, Sutradara juga merupakan

komando dalam setiap produksi drama, dari pra produksi hingga pasca produksi.

3.2.1 Pra Produksi

Pada tahap pra produksi, sutradara dan penulis naskah mencari ide yang

nantinya akan diproduksi ke dalam drama televisi, tapi itu semua harus disetujui

oleh produser. Ide drama televisi ini berasal dari sutradara dan penulis. Penulis

sebagai Sutradara mengajak penulis nakah untuk bertukar pikiran. Sampai

akhirnya kami menemukan ide untuk mengangkat sebuah cerita yang bertemakan

drama romance tentang 4 orang barista yang bekerja di coffe shop. Rara

menyimpan rasa terhadap iko dan iko menyukai wanita lain. Malam itu hari

terakhir Rara kerja di coffe shop tersebut.

Sutradara akan terlibat mulai dari awal pembuatan ide visual seperti

penulisan naskah, penentuan pemain hingga ke urusan rekayasa artistik yang


41

dirancang untuk memenuhi kebutuhan keindahan karya seni itu sendiri. Pada

periode pra produksi, Sutradara wajib hadir pada setiap diskusi kreatif acara,

pembuatan rundown, analisis naskah, dan penentuan pemain (Naratama, 2018 :

12-13).

Penulis dapat menyimpulkan bahwa pada tahapan pra produksi

Sutradara harus bekerja sama dengan semua crew untuk mempersiapkan segala

sesuatu secara terancang dan terencana yang akan diperlukan pada saat proses

pembuatan film televisi. Sebelum menjalani proses produksi, tahap awal untuk

menghasilkan karya yang di inginkan adalah membentuk tim lalu menentukan

jobdesk (peran) masing-masing.

Tahap pra produksi adalah semua kegiatan mulai dari pembahasan &

pengumpulan ide-ide atau brainstorming dengan semua crew lalu digabung dan

dibuat menjadi konsep yang akan penulis ceritakan kepada dosen pembimbing.

Penulis naskah mengembangkan ide tersebut kedalam treatment dan dialog

setelah mendengar cerita dari Sutradara dan mengajak Produser untuk membahas

dari ide-ide cerita yang sudah di diskusikan. Produser dan Sutradara mulai

mencari talent yang sesuai dengan film yang akan dibuat dan juga mencari set

lokasi yang sesuai dengan keinginan Sutradara. Pada proses pra produksi yang

Sutradara lakukan sebelum melakukan produksi, diantaranya :

1. Rapat

Setelah pembagian jobdesk sudah ditentukan, Sutradara dan team divisi

lainnya melakukan rapat mingguan yang dilaksanakan disalah satu rumah crew

atau di kampus. Semua divisi memberikan masukan ide untuk produksi nanti dan

Sutradara memberikan arahan kepada masing-masing department sebelum


42

jalannya proses shooting.

2. Survei Lokasi

Sebelum produksi dilakukan, Produser, Penulis dan tim lainnya mencari

lokasi yang dibutuhkan. Semua tim membantu mengkontek kedai coffe shop yang

ada di Jakarta, akhirnya tim mendapatkan lokasi yang sesuai dengan scenario

yang dibuat di bilangan Pancoran Jakarta Selatan. Ada satu tahapan penting

dalam praproduksi yang sebaiknya mulai diterapkan di produksi berikutnya, yaitu

recce.

Menurut studioantelope.com (diakses pada tanggal 11 Juli 2019 pukul

18.43) Recce (dibaca reki) adalah proses mengunjungi lokasi. Setelah Penulis /

Produser menemukan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan cerita, dan telah

disetujui oleh Sutradara, maka rombongan crew akan datang mengunjungi lokasi

tersebut. Biasanya crew yang dibutuhkan hadir di recce adalah Sutradara,

Produser, Penata kamera, Penata artistik, dan Penata suara. Recce berguna untuk

menentukan hal teknis di lapangan. Dari sisi kreatif tentu apa yang ditulis di

naskah tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi di lapangan. Oleh karena itu tim

kreatif perlu melakukan beberapa penyesuaian di lapangan agar cerita tetap dapat

tersampaikan sesuai kebutuhan.

Pada tahap ini Sutradara melakukan penempatan adegan, apa yang sudah

ditulis di naskah tidak mungkin sama dengan kondisi di lapangan. Taste

Sutradara dibutuhkan untuk bisa menerjemahkan naskah menjadi visual. Oleh

karena itu, Sutradara harus melakukan beberapa penyesuaian, antara lain

membuat bloking pemeran & penempatan adegan. Sutradara harus mampu

mengorganisir tim sehingga cerita bisa diterjemahkan dengan baik.


43

2.2.2 Produksi

Produksi adalah proses pengambilan gambar. Semua unsur teknis yang

sudah disiapkan dan ditentukan digabungkan dibawah pengawasan Sutradara.

Dalam menjalankan proyek produksi, Sutradara berperan memimpin langsung

pelaksanaan proses produksi. ‘Stand by! Cut! Panning kanan! Fokus! CloseUp!’

menjadi bahasa komando untuk seluruh crew. Semuanya di lakukan untuk

memenuhi keindahan karya audio visual. (Naratama, 2018 : 13). Kegiatan

pengambilan gambar atau shoting yang harus disiapkan adalah :

1. Desain produksi termasuk skenario yang akan menjadi panduan selama

shoting, untuk mengetahui apa saja yang harus dikerjakan

2. Kesiapan tim dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

3. Kesiapan perlengkapan yang juga merupakan tanggung jawab masing-

masing.

Hal yang harus dilakukan Penulis selama proses produksi film televisi “Farewell

Coffee” adalah :

1. Penulis memberikan pola adegan kepada asisten Sutradara dan tim

utama lainnya perihal urutan shoot yang akan diambil. Sebelum

pengambilan gambar dilakukan Sutradara, Director Of Photography,

lighting berdiskusi untuk blocking kamera dan lighting, apakah lighting

nya cukup atau kurang, jika kurang Sutradara konfirmasi kepada tim

lighting jika gambar masih kekurangan cahaya.

2. Berkordinasi dengan seluruh tim untuk melakukan latihan blocking

pemain yang disesuaikan dengan blocking kamera. Sutradara kembali


44

melakukan blocking dengan pemain dilokasi, setelah semua sudah sesuai

dengan blocking kamera, Sutradara kembali ke layar monitor untuk

melihat dari segi sinematografi dengan Director Of photography sampai

proses pengambilan gambar selesai. Ketika produksi, ada beberapa

kemunginan Sutradara meminta ulang dalam pengambilan gambar

karena mungkin saja kendala dapat terjadi. Misalnya, ada dialog yang

salah dari pemain atau kendala teknis diluar dugaan dan lain-lain.

3. Penulis memberikan pengarahan kepada pemain apabila ada kekurangan

yang dirasakan kurang memuaskan dalam melakukan adegan. Sutradara

juga menjelaskan kembali mengenai cara berdialog, pergerakan tubuh,

penekanan serta memancing emosi pemain menurut kebutuhan naskah.

Misalnya, adegan mimic penyesalan, sedih dan lain-lain.

4. Penulis harus bisa mengambil keputusan yang tepat dan cepat apabila

ada persoalan di lapangan. Pada saat proses produksi, Sutradara sering

banyak mengalami kendala seperti keterlambatan pemain atau kendala

yang tidak bisa diduga. Lalu Sutradara juga harus mempunyai trik untuk

mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan.

5. Selanjutnya melihat hasil shooting. Sutradara melakukan cek file

kembali dari hasil gambar yang sudah diperoleh, agar Sutradara bisa

mengetahui ada kekurangan dan kesalahan yang terjadi dalam

pengambilan gambar. Sutradara juga harus bisa mengambil tindakan

yang cepat jika terjadi kesalahan.

6. Penulis bertanggung jawab pada penyutradaraan dari unsur video, unsur

audio, dan produksi.


45

Seorang sutradara harus bisa memberikan komando penyutradaraan kepada

seluruh tim produksi, khususnya kepada Penata Kamera. Untuk itu, sebaiknya

sebelum shoting, pada saat technical meeting, Sutradara harus menjelaskan

komando-komando penyutradaraan kepada kru produksi (Naratama, 2018 : 75-

76).

Berikut adalah 9 shot size (Ukuran Gambar) yang harus Sutradara pahami

(Naratama, 2018 : 79-85) :

1. ELS : Extreme Long Shot, digunakan apabila anda ingin mengambil

gambar sangat jauh dan berdimensi lebar.

2. VLS : Verry Long Shot sebagai tata bahasa gambar yang jauh dan luas,

biasa untuk gambar cantik dan indah.

3. LS : Long Shot adalah gambar manusia seutuhnya dari ujung rambut

hingga ujung sepatu.

4. MLS : Medium Long Shot kita mengambil garis imajiner dari posisi

Long Shot lalu di zoom menjadi lebih padat.

5. MS : Medium Shot biasanya digunakan sebagai komposisi gambar

terbaik untuk shoting wawancara.

6. MCU : Middle Close Up adalah potret setengah badan dengan

background yang masih bisa dinikmati untuk memperdalam gambar.

7. CU : Close Up adalah komposisi gambar yang paling popular dan

useful.

8. BCU : Big Close Up ini lebih tajam dari Close Up.

9. ECU : Extreme Close Up untuk kedekatan dan ketajaman yang hanya


46

focus pada satu objek.

2.2.3 Pasca Produksi

Pada tahap pasca produksi Sutradara melakukan kegiatan untuk

mempersunting gambar dan editing. Editing video merupakan proses menyusun

dan menata hasil rekaman gambar dan audio menjadi satu keutuhan berdasarkan

naskah. Pekerjaan editing meliputi pemotongan, penggabungan, penyisipan

gambar, transmisi dan gambar pendukung lainnya seperti audio.

Hal yang dilakukan oleh Sutradara pada tahap pasca produksi, diantaranya :

1. Bila ada catatan khusus dari editor, maka Sutradara harus mengevaluasi

hasil shoting/materi editing.

2. Melihat dan mendiskusikan dengan editor hasil rought cut (potongan

kasar) dan fine cut (potongan halus).

3. Melakukan evaluasi kembali pada tahap akhir dan berdiskusi dengan

penata musik dan editing perihal ilustrasi musik scoring yang telah

dibuat konsepnya terlebih dahulu pada saat pra produksi oleh Sutradara

dan audioman.

4. Melakukan evaluasi terhadap preview hasil mixing berdasarkan konsep

suara yang sudah ditentukan pada saat pra produksi.

2.2.4 Peran dan Tanggung Jawab Sutradara

Seorang Sutradara harus memiliki jiwa kepemimpinan, karena itulah modal

utama. Tanpa leadership penulis tidak akan pernah bisa menciptakan karya seni

dengan cara memvisualisasikan yang penulis inginkan. Dalam memimpin sebuah

tim yang memiliki berbagai macam latar belakang kru, kadang kala Sutradara

harus bisa bersikap rendah hati dan menghargai orang-orang yang dalam tim
47

tersebut.

Menurut (Naratama, 2018 :29-44) peran dan tanggung jawab seorang

Sutradara adalah sebagai berikut:

1. Sutradara sebagai Pemimpin

Jiwa kepemimpinan seorang Sutradara merupakan modal utama dalam

menciptakan sebuah karya seni yang sesuai dengan yang diinginkan.

2. Sutradara sebagai Seniman

Seorang Sutradara dituntut menjadi seorang seniman yang mempunyai

cita rasa yang tinggi tentang suatu nilai kesenian dan kebudayaan.

3. Sutradara sebagai Pengamat Program dan Pemasaran Televisi

Seorang Sutradara harus membatasi diri dari pribadi seniman dengan

imajinasi tanpa batas saat menjadi seorang pengamat. Karena seorang

Sutradara tidak hanya berkreasi tetapi juga dituntut menjadi pengamat

yang mengerti kondisi serta kebutuhan dari berbagai pihak.

4. Sutradara sebagai Penasihat Teknik

Sutradara harus mampu menentukan pilihan dalam menggunakan alat

yang sesuai dengan kebutuhan produksi, karena seorang Sutradaralah

yang menjadi penanggung jawab karya audio visual.

Ada pun dari peran dan tangggung jawab Sutradara yang telah disebutkan di atas,

penulis menerapkannya dalam film televisi “FAREWELL COFFE”. Penulis

memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya dari mulai

pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Hal ini juga dipertegas dengan tugas

pokok seorang Sutradara adalah sebagai berikut :


48

1) Sutradara sebagai pengarah kru dan pemain

2) Sutradara menterjemahkan tulisan dalam naskah ke dalam bentuk materi

audio visual.

3) Memahami jenis dan isi naskah dengan mengetahui cerita apa yang ingin di

sampaikan oleh naskah tersebut.

4) Memahami dan meresapi suasana hati, jiwa, atau mood dengan cerita yang

terdapat di dalam naskah yang akan di buat visualnya.

5) Berusaha untuk dapat menentukan gaya pemaparan yang tepat dalam

bercerita melalui pemaparan visual.

6) Berusaha menempatkan posisi Sutradara sebagai penulis naskah dan orang

menonton film yang akan dibuat.

7) Sutradara adalah kapten yang mengatur jalannya produksi berlangsung.

8) Dapat mem backup seluruh divisi jika kru tidak ada yang mengerti

tugasnya.

2.2.5 Proses Penciptaan Karya

1. Konsep Kreatif

a. Tiga Konsep Dasar Penonton

Dalam produksi film televisi “FAREWELL COFFEE” ide cerita yang

digunakan adalah drama romance (percintaan). Dengan segala keterbatasan

penulis memperkaya referensi sebagai penunjang untuk mengasah kepekaan

tentang kontinuitas, kesinambungan serta kebutuhan gambar sehingga menarik

untuk ditayangkan meski minim akan pengalaman, penulis tetap berusaha

mengajukan tiga konsep dasar penonton yang harus dipahami. Ketiga konsep

tersebut, sebagai berikut (Naratama, 2018 : 62) :

1) What People Want To See : Apa yang ingin dilihat penonton adalah
49

konsep pertama yang harus terekspresikan dalam sebuah shot. Yang

dibutuhkan bukanlah keindahan sudut pengambilan gambar, melainkan

lebih kepada perekaman gambar atas ekspresi penonton.

Sutradara harus memenuhi shot yang diinginkan penonton yaitu full

shot dimana semua pemain berada didalam satu frame menjelaskan situasi

dan kondisi latar setting café yang didalamnya mempunyai kegiatan

dalam film.

2) What People Need To See : Apa yang perlu dilihat oleh penonton.

Sebenarnya, perbedaan antara Want dan Need sangatlah transparan.

Fungsi shot ini adalah untuk memperkaya emosi dan variasi gambar agar

pemirsa tidak muda bosan.

Dalam pengertian ini, Sutradara memberikan shot atau gambar

untuk memberikan informasi di dalam film untuk menambah emosi di

dalamnya. Seperti saat Iko ingin membuatkan kopi untuk temannya lalu

direbut oleh Rara, dan akhirnya Rara yang membuatkan kopi untuk

temannya karena malam itu terakhir Rara kerja di café.

3) What People Want And Need To See : Apa yang ingin dan perlu dilihat

oleh penonton. Dengan kata lain, Sutradara televisi harus memutuskan

untuk mengambil gambar yang harus dan perlu untuk ditonton.

Konsep ini merupakan suatu kesatuan apa yang ingin dan perlu

dilihat oleh penonton, disini penonton akan merasakan bagaimana jika

menyukai seseorang namun orang itu suka dengan orang lain. Kopi yang

Rara buat mempunyai makna dan karakteristik tersendiri untuk Iko,


50

Gilang, Putri, dan Rara. Seperti cappuccino Rara “orang-orang gak akan

pernah tahu seberapa tebal foam diatas cappuccino begitu juga perasaan

Rara ke Iko”

b. Element Of The Shot

Untuk mendukung peran dan makna dari sebuah shot, Thomson telah

membedah shot menjadi beberapa element yang tertekandung di dalamnya yang

disebut sebagai The Element Of The Shot yang dipaparkan sebagai berikut :

1) Motivasi

Dalam film ini, motivasi yang akan diberikan oleh Sutradara adalah 4 orang

barista yang berteman sangat dekat dan malam itu adalah hari terakhir Rara kerja

di coffe shop sebelum dia di mutasi ke Bandung. Dan Rara mempunyai rahasia

mereka semua, malam itu akan menjadi malam yang sangat di ingingkan Rara.

Penggambaran tentang suasana Rara yang malam itu ingin menyampaikan

sesuatu kepada 3 orang sahabat nya. Iko, gilang dan putri heran tiba-tiba karena

perubahan tingkah Rara yang membuatkan kopi untuk teman nya.

2) Informasi

Dalam film ini Sutradara berusaha menyampaikan informasi saat gilang

menutup tulisan caffe open menjadi close menandakan bahwa coffe shop itu

sudah tutup dan juga pengambilan gambar kopi yang di buat Rara untuk teman

teman nya, dan di dalam kopi itu memiliki karakteristik untuk Iko, Gilang, Putri

dan Rara sendiri. Seperti mochacino yang di minum putri, Americano Iko dan

ekspreso di dalam loki gilang. Dalam kopi tersebut mempunyai arti untuk

mereka.
51

3) Composition

Komposisi dalam sebuah shot tentu mencakup sebuah motivasi dan

informasi.

a) Framing : Framing yang akan ditampilkan dalam film ini kebanyakan

menggunakan frame 1/3 ½ dan ¼ karena banyak adegan dialog.

b) Illusion of Depth : Kedalaman dimensi gambar akan sangat mempengaruhi

film ini untuk menunjukkan ke penonton dengan mengambil shot yang detail.

Seperti ada keraguan untuk Rara berbicara dan dia memainkan jari nya di

cangkir kopi dan Iko yang memutar jari nya di atas loki ekspresonya.

c) Subject or Object : Mengambil gambar pada scene 1 ketika Rara dan Iko

sedang berada di meja bar lalu gilang masuk ke dalam dan kamera mengikuti

objek. Kamera ditempatkan di ujung kiri dan ketika objek utama bergerak,

kamera mengikuti (follow) pergerakan objek utama. Agar gambar lebih

dinamis dan tidak membosankan dibanding kamera still.

d) Colour : Warna dalam sebuah film juga penting dalam pembuatan film. Hal

ini demi menunjukkan suasana-suasana yang ada dalam sebuah film. Dalam

film ini digunakan pewarnaan yang sangat natural. Film ini berkonsep indoor

maka menggunakan warna tungsten.

4) Camera Angle

Sudut pengambilan gambar pada film ini menggunakan tiga sudut yaitu High

Angle, Low Angle dan Eye Level.

a) High Angle : Ketika Rara merasa sendiri menyesal apa yang telah di

lalukan Rara ke teman nya itu berlebihan dan memutuskan untuk

meninggalkan Rara sendiri.


52

b) Low Angle : Saat Iko marah dan penuh rasa kecewa kepada Gilang

apa yang telah gilang perbuat kepada Putri.

c) Eye Level : Saat Rara dan Putri melakukan banyak percakapan di

café.

5) Sound

Konsep sound yang digunakan adalah backsound yang bernuansa upbit.

Penulis memilih soundtrack band Senar Senja berjudul “dialog hujan”

berdasarkan realitas cerita. Karena mempunyai emosi yang kuat ketika Rara

ingin meninggalkan teman-teman nya untuk pergi ke bandung namun karena

attitude nya lah Rara di tinggal oleh teman-teman nya.

6) Continuity

a. Content continuity adalah kontinuitas atau kesinambungan gambar pada isi

cerita yang terangkum dalam sambungan berbagai shot. Content continuity

bisa berbentuk benda (tata artistic-properti), sinar cahaya (tata cahaya),

wardrobe, dan make up.

b. Movement continuity adalah kontinuitas atau kesinambungan gambar pada

gerakan yang di rekayasa ataupun yang terjadi dengan sendirinya atau

(natural). Gerakan dalam adegan di perankan oleh pemain dan figuran,

sedangkan gerakan natural merupakan gerakan yang terjadi karena factor

alam, misalnya awan ditiup angin, riak dan air terjun ataupun burung terbang

bebas.

c. Position continuity adalah kontinuitas atau kesinambungan gambar untuk

blocking pemain, posisi property (tata artistic), dan berbagai posisi lainnya

yang di sesuaikan dengan komposisi gambar dalam berbagai sudut arah

kamera.
53

d. Sound continuity adalah kontinuitas atau kesinambungan suara dalam gambar,

baik yang bersifat direct sound (suara yang di rekam langsung pada saat

shoting) maupun indirect sound (sound effect & ilustrasi music).

e. Dialogue continuity adalah kontinitas atau kesinambungan dialog yang

terwujud dalam percakapan para pemeran susuai dengan tuntunan cerita dan

logika visual (kebutuhan gambar sesuai dengan naskah).

Cerita dalam karya drama romance televisi “FAREWELL COFFEE” penulis

mengaplikasikan 4 tahap shot yaitu : shot motivasi, shot teknis, shot beauty, dan shot

informasi. Dalam film televisi ini gambaran besar yang ditampilkan adalah serealistis

mungkin agar penonton dapat larut dalam cerita dan merasakan sensasi dalam film

yang ditayangkan. Pemilihan lokasi dalam film televise “FAREWELL COFFEE”

dibuat sedemikian rupa seperti coffee shop sesungguhnya agar teresan realistis dan

natural. Konsep yang dibuat oleh penulis sama dengan konsep penyutradaraan,

sehingga dalam pengadeganan dan alur cerita sutradara bisa me-treatment film ini

sesuai dengan scenario dengan kualitas yang tinggi.

Konsep Kreatif awal dari film televisi ini adalah menampilkan shot montage,

dalam teknik penampilan gambar ini penonton dimanjakan dengan shot yang detail

dan menggunakan musik upbit.

a. Aktor

Aktor dalam drama romance televisi ini tidak menggunakan banyak

karakter pemain karena drama televisi ini adalah drama romance atau

percintaan.
54

b. MakeUp

MakeUp yang digunakan untuk semua karakter Iko, Rara, Putri, Gilang

dalam film televisi ini adalah makeup natural karena adegan yang digunakan

kegiatan sehari-hari di dalam coffe shop sehingga tidak membutuhkan make

up yang berlebihan atau bermacam-macam.

c. Wardrobe

Wardrobe yang digunakan para pemain drama televisi “FAREWELL

COFFEE” adalah pakaian yang digunakan layaknya barista coffe shop yaitu

menggunakan apron, polo shirt, celana panjang.

d. Setting

Setting tempat yang digunakan adalah ruangan dalam kehidupan barista

coffee shop. Drama romance televisi “FAREWELL COFFEE” ini hanya

menggunakan setting tempat didalam ruangan yaitu coffee shop.

e. Editing

Berdasarkan alur cerita dalam drama film televisi “FAREWELL

COFFEE” ini adalah menggunakan konsep editing continuity, konsep

tersebut sengaja digunakan untuk menghilangkan konsep interupsi sehingga

proses rought cut menjadi halus dan membuat penonton tidak menyadari

adanya potong sambung adegan dalam film.

2. Konsep Produksi

Pada saat proses pembuatan film televisi penulis bekerja sama dengan seluruh

tim agar mendapatkan hasil yang maksimal dan terbaik. Sebelum pengambilan

gambar penulis melakukan reading agar acting para pemain terlihat lebih natural dan

para pemain mengetahui isi dari naskah yang mereka mainkan dan menjiwai setiap

adegan yang dilakukan dalam film “FAREWEL COFFE”.


55

3. Konsep Teknis

Teknis dalam pembuatan karya film “FAREWELL COFFEE” penulis beserta tim

yang lainnya bersepakat untuk menggunakan kamera jenis SONY FS 5 menggunakan

S LOG 3 sehingga gambar terlihat mentah dan natural. Untuk menyempurnaan

warna dalam film ini menggunakan LED Light Panel 16 inc. untuk audio penulis

menggunakan clip on sennheiser dan juga audio zoom H6N untuk merekam dialog

dan atmosfer agar suara yang dihasilkan jernih dan juga menambah backsound dan

soundtrack agar karya film ini lebih bernyawa.

2.2.6 Kendala Produksi dan Solusi

1. Keterlambatan dari cafe karna padaa saat akan produksi, cafe belum

tutup yang membuat mundurnya jam mulai produksi dari jadwal yang

sudah ditentukan. Solusi yang dilakukan Sutradara adalah terus

berkoordinasi dengan pihak cafe tentang last order customer cafe, selain

itu Sutradara menggunakan waktu untuk reading dan blocking pemain.


3.2.7. Lembar Kerja Sutradara

TABEL III.7

CASTING LIST

Production Company : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridhola

Project Title : FAREWELL COFFEE Director : Muhammad Adnan

No Tokoh Karakter Talent


Nama Di Sifat Fisik Calon Pemain Kontak person
Naskah
1 Iko Flat, kaku saat bicara, jago 25 tahun bertubuh Alexander Odniel as
buat kopi, bartender ideal, 168cm, kulit Iko
utama, tidak mau di saingi, putih, hidung (082211191719)
ambisius. mancung, rambut
hitam pendek, rapih.

56
2 Gilang Tampan, Flamboyan, 24 tahun Sofyan Yusuf as
humble, care, lemah berperawakan ideal, Gilang
lembut, bahasa sehari-hari berbrewokan, hidung (08988615587)
banget. mancung berkulit
sawo matang
3 Rara Cantik, introvert, sedikit 23 tahun dengan Novia alfiani as Rara
bicara, dingin, pendengar tinggi 160cm, (087878660302)
curhat, ragu saat bicara ke berkulit putih,
orang lain, orang hidung mancung,
kepercayaan boss, rambut hitam
memakai kacamata. panjang ikal

4 Putri Cantik, humoris, ramah, 23 tahun dengan Najla as Putri


innocent tinggi 160cm, (085782037899)
berkulit putih,
berhidung mancung,
rambut hitam lurus
panjang,
berperawakan rapi.

57
Tabel III.8

DIRECTOR TREATMENT

Production Company : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridholah

Project Title : Farewell Coffee Director : Muhammad Adnan

No DIRECTION AUDIO
SCENE CAST D/N SET & DESCRIPTION
Int. Coffee Shop
1 1 N Montage Suara mesin kopi, ambience, mesin steam susu,
backsound
2 1 Rara, Gilang,extras N Rara yang sedang berada di depan Dialog rara “thnks ya kak.
kasir lalu extras pulang dari coffe
shop.
3 1 Gilang, Rara N Gilang membersihkan sisa gelas Dialog Gilang “seharian kerja masih cantik
yang ada di meja depan lalu masuk ajar ra”. Rara “Apaan sih lang rese deh”
ke dalam coffe shop sambil
menggoda rara

58
4 1 Rara, gilang N Rara memperkenalkan teman VO Rara for Gilang “Ini Gilang, cowo paling
teman nya satu persatu humble di café ini. Banyak pelanggan cewe
yang ngefans sama dia.”

5 1 Rara,Gilang,Putri N Putri duduk di meja sambil Gilang menggoda putri, putri menolak godaan
menebalkan make-up nya. Lalu gilang, “apaansi lo lang, rese banget” (dengan
Gilang berjalan menuju putri wajah kesal karna alat make-upnya di tutup).
untuk menutup kaca make-up
yang dipakai putri.
6 1 Gilang, Putri N Setelah Putri selesai make-up dia VO Rara For Putri “Nah ini putri, dia selalu
tersadar bahwa lupa menaruh memperhatikan penampilannya, dia baik dan
handphone nya satu lagi dia itu pelupa”.

7 1 Rara, Putri N Putri tersadar bahwa dia lupa “OHH MY GOD HANDPHONE GUE!!!!”
menaruh hp nya dan reflek
mencari, Rara yang dari tadi
memperhatikan putri hanya
menggelengkan kepala

59
8 1 Iko,Rara N Iko membuatkan kopi untuk “Gaisss kopi kalian kaya biasakan?”
teman teman nya

9 1 Rara N Rara merebut kopi yang di buat “Eeeehhhh udah…. Malam ini aku ya yang
oleh iko. Dan langsung menyuruh jadi barista nya”
iko duduk bersama Putrid an
Gilang
10 1 Rara N Rara membuatkan kopi untuk “guys..it’s our timeee to coffee! Well, ini kopi
mereka, dan membawakan kopi buat kalian semua.”
ke meja
11 1 Gilang N Gilang terheran karena tidak biasa “kenapa si Rara ? tumben buatin kopi buat kita
nya rara membuatkan kopi ?”

12 1 Putri N` Putri juga berfikiran hal yang “gatau tuhhh,….”


sama

13 1 Rara N Rara menjelaskan kopi-kopi yang Ini ekspreso untuk Gilang, Mochacinno untuk
dibuat kopi untuk anak-anak, lalu Putri, dan Americano untuk Iko.
menjelaskan Rara hari trakhir
kerja.
60
14 1 Iko N Lalu iko datang dan duduk Ambience
bersama mereka

15 1 Rara N Sambil duduk dan menjelaskan “jadi..malem ini hari trakhir aku kerja di café
kalau…. ini.”

16 1 Gilang N Semua kaget mendengar ucapan “hah! Serius lo Ra?”


rara lalu gilang sontak
menanyakan kebenaran itu
17 1 Putri N Putri yang mencoba menanyakan “hah! Serius lo Ra?”

18 1 Rara N Rara menjelaskan kepada mereka “so guys..cafe kita buka cabang di Bandung..”

19 1 Gilang N Gilang yang menunggu kabar itu “wiiihh mantep si boss.. terus-terus Ra ?”
langsung menyambar…

61
20 1 Rara N Rara mencoba menjelaskan lagi “Nahh aku di mutasi dan disuruh ngelead
disana..”

1 Putri N Putri yang kecewa teman kerja “yaahhh..ilang deh satu diantara kita”
21 nya di mutasi ke bandung

22 1 Iko N Iko melihat-lihat kopi yang IKO


dibuat oleh Rara. “lo buatin gue Americano Ra?”

23 1 Rara N Rara yang spontan pede dengan “iyaa..cobain laahh..”


kopi buatan nya menjawab

24 1 Iko N Iko dengan nada sinis langsung “emang lo paham Ra berapa gram takaran kopi
menyambar pertanyaan kritis untuk buat Americano? airnya harus berapa
nya…. ML? trus tingkat panasnya berapa derajat?”
25 1 Rara N Rara yang mencoba meyakinkan RARA
iko bahwa kopi buatan dia enak “udahlah minum aja, ga seburuk yang kamu
pikir Ko.”

62
26 1 Gilang,Putri N Males dengan sikap iko yang “kenapa lagi sih ini orang??”
perfeksionis, putri yang “ga tau ahh… males.”
melepaskan ikatan rambut
27 1 Iko N Iko dengan nada tegas “karna lo ga biasa buat kopi, dan kalo lo mau
menjelaskan buat kopi harus dari hati Ra”

28 1 Rara N Rara mencoba untuk membalas “Koo..ga ada satu hal pun yang aku lakuin ga
pernyataan iko pake hati.”

29 1 Rara,Iko,Gilang N Hening mencoba minum kopi ambience


dan Putri buatan Rara

30 1 Putri N Memcoba membela Rara dengan PUTRI


muka sinis “udah lah Ko..Cuma kopi ga usah
dipermasalahin. Ra maklumin Iko ya dia kan
barista yang perfeksionis.”
(muka sinis)

63
31 1 Iko N Mencoba membantah kalau IKO
semua ini tuh soal rasa “bukan gitu Put, ini tuh soal rasa, dan ...”

32 1 Putri N Memotong omongan iko dan… PUTRI


“aroma! Gue tau kok..”

33 1 Rara N Rara yang tak terima di bela Putri “kamu tau apa sih Put? Setiap hari kan kamu
langsung menyanggah Cuma perhatiin penampilan.”

34 1 Gilang N Gilang mencoba melerai GILANG


pertikaian mereka “sudah-sudah kita ini lagi our time.
(Gilang menatap Rara)
“Ra.. come ooonn..”

35 1 Rara N Rara mencoba berargument RARA


“yaa emang benerkan ?! Putri ga pernah buat
kopi selama kerja disini

64
36 1 Gilang N Gilang yang mencoba membela (suara di tekan dan tegas)
Putri “kok lo ngomong gitu? seharusnya lo bisa
terima masukkan dari orang dong, niat kita
semua juga baik kok ke lu ra ”

37 1 Rara N Rara yang ga nyangka kalau RARA


gilang membela putri “kamu kenapa jadi ga asik gini si Lang ?
Dan kenapa jadi belain si Putri ?”

38 1 Gilang N Gilang yang mencoba GILANG


menjelaskan kalau Putri itu belain “yaahh karna lo langsung sewot sama Putri,
Rara padahal Putri belain lo.”

39 1 Rara N Rara yang merasa dirinya tidak di RARA


bela siapapun “seistimewa apa sih putri dimata kamu ? atau
jangan-jangan… kamu suka sama Putri ya,
Lang?”

65
40 1 Iko N Iko yang dari tadi melihat IKO
berdebatan mereka langsung “lo kenapa jadi childish gini si ra? Gue Cuma
merespon tingkah rara ngasih tau lo soal kopi, dan gilang sama putri
Cuma nengahin kita.”

41 1 Rara N Rara yang sepontan menanyakan RARA


pertanyaan itu “atau jangan-jangan kamu Ko, yang punya
perasaan sama putri?”

42 1 Putri N Insert Putri kaget mendengar PUTRI


kata-kata Rara dan menatap Rara. “apaansi Ra ?? kok lo ngomomg kaya gitu ? ga
mungkin laah.. Iko ituu cuma ngasih tau lo...”

43 1 Obrolan Putri di N Iko menatap rara tajam dengan “terus..? kenapa kalo gue beneran suka sama
potong oleh Iko. ketegasan Putri ??”

44 1 Semua terkejut N Insert Rara ga terima mendengar RARA


mendengar pernyataan Iko. “HAHH..??!! maksud kamu Ko ?”
penjelasan Iko. Putri dan Gilang wajah heran.

66
45 1 Gilang N Gilang menanyakan kebenaran itu
GILANG
“lo beneran suka sama Putri Bro ??”

46 1 Putri N Putri yang heran mendengar itu PUTRI


langsung berdialog “lo...serius Ko ? lo ga lagi bercanda kan ?”

47 1 Rara N Menegaskan kata kata iko RARA


“kamu yakin Ko suka sama Putri ? kamu ga tau
Putri sama Gilang ada hubungan ??”

48 1 Iko N Iko yang terkejut medengar IKO


spontan kaget “hubungan apa ?? mereka berdua pacaran??”

49 1 Putri N Putri yang mencoba mengelak PUTRI


“lo ngomong apa sih Ra ?”

67
50 1 Gilang N Gilang langsung mencoba GILANG
menjelaskan “iya Ra… lo ngomong apa sih ? kita ga ada
hubungan apa-apa”

51 1 Rara N Rara langsung menembak RARA


pernyataan itu “loh bukannya kalian saling suka ?”

52 1 Iko N Langsung kaget dan sontak IKO


menanyakan kepada putri “Put.. beneran yang dibilang Rara ? lo suka
sama Gilang??”

53 1 Putri N Putri mencoba mengelak dari PUTRI


pertanyaan iko “enggga nnggggaaaaa..gue ga ada hubungan
apa-apa sama Gilang.”

54 1 Rara N Rara dengan lantang berbicara


RARA
“Tapi… Gilang pernah nidurin kamu kan
Put..”

68
55 1 Iko N Iko terkejut mendengar ucapan
rara, langsung menanyakan nya IKO
ke Gilang “HAH!! Lang...itu bener yang di bilang Rara
?”

56 1 Putri , iko, rara, N Putri menatap Iko gugup, lalu


dan gilang menatap Rara lagi. IKO
Rara memalingkan mata dan (suara di tekan)
membenarkan kacamata. “gila ya Lang gue ga nyangka apa yang udah lo
Gilang hanya menaikkan alis. lakuin!”

57 1 Gilang N Mencoba menjelaskan kalau,…. GILANG


“yaaaa...gue ga tau Bro kalo lo suka sama
Putri..dan lo ga pernah cerita sama sekali ke
gue”

58 1 Semua terkejut N Heninggg…. ambience


mendengar Rara, dan
semua menatap Rara
tegas.
69
59 1 Putri sedikit N Putri ga nyangka dengan nada PUTRI
menggelengkan lirih “gue ga nyangka ya Ra, lo bakal ngomong
kepala dan kaya gini. Gue kira lo...”
menyipitkan mata
ke Rara tidak
nyangka.

60 1 Putri, rara N Obrolan putri di potong oleh Rara RARA


“loh emang kenyataannya bener kan ? yaaa aku
Cuma ga mau aja, ngeliat Iko berharap sama
kamu Put, sedangkan kamu ga ada perasaan
apa-apa sama Iko.”

61 1 Putri N PUTRI
“tapi lo ga perlu ngomong begitu Ra. Apa
perlu lo bicara selebih itu ?!

70
62 1 Semua N Putri minum kopi. ambience

Suasana berubah menjadi


berantakkan. Mereka bertiga
menunduk kesal.
Gilang memutarkan jari ke bibir
gelas loki.
Iko memegang kepala dengan
kesal.
Putri menundukkan kepala.
Semua terdiam beberapa saat.

63 1 Iko N Iko mencoba menjelaskan sikap IKO


putri dengan kopi yang di minum (menatap putri)
nya “Put...lo tau ga si mocchacino yang lu minum
itu mempunyai dua sisi? mampu merahasiakan
sesuatu yang pahit di balik manisnya rasa.
Yaaa.. kaya lo gini”

71
63 1 Putri, iko N Putri hanya memandang Iko PUTRI
dengan kesal dan tidak “gue minta maaf dengan perilaku gue yang ga
menyangka. Lalu menghela nafas baik selama di café ini. gue berharap perspektif
perlahan. kalian semua ke gue ga ngerubah pertemanan
kita.
Buat lo Ra, terimakasih udah jadi partner kita
selama ini, sukses ya di Bandung.”

64 1 Putri N Putri meninggalkan café dengan AMBIENCE


rasa kecewa

65 1 Iko,Gilang, Rara N Iko bangun ambil jaket dan helm IKO


di belakang. (sambil menunjuk ke Gilang dan ke hati
Lalu Iko pergi meninggalkan café Iko)
tanpa sepatah kata pun. Serta “Oya Lang, semanis apapun hidup, rasa pahit
menatap Gilang dengan sinis. akan selalu ada, kaya espresso di loki lu”
Setelah berjalan sedikit, Iko
mundur kembali dan bicara ke
Gilang.

72
66 1 Rara, Gilang N Gilang menghela nafas panjang GILANG
dan menatap ke Rara. “Ra..kenapa sih lo kaya gini ? harusanya kita
Rara hanya menunduk dan ngopi-ngopi bareng dan rayain kebersamaan
memegang cangkir. kita.”

67 1 Rara N Menjelaskan ke gilang kalau RARA


selama ini perasaan dia di pendam (suara agak di tekan dan sedih)

ke iko “ya seperti yang Iko bilang tadi, ini semua tentang
rasa. Orang-orang hanya mementingkan soal
perpaduan rasa yang ada di cappuccino, tapi ga
pernah peduli sama ketebalan foam diatasnya. Dan
sekarang aku sendiri ngerasa bagaikan foam diatas
cappuccino.
Kamu tau ga Lang, selama ini aku suka sama Iko,
tapi aku ga berani ngungkapin perasaan ke dia,
karna aku sendiri pun ga yakin sama diri aku
sendiri, aku takut Iko ga ada rasa ke aku.
Ketika Iko bilang dia suka sama Putri, perasaan aku
hancur banget Lang, aku ga bisa terima kenyataan
orang yang aku suka selama ini suka sama orang
lain, dan itu partner kerja aku sendiri.”
73
68 1 Gilang N Gilang menatap Rara, lalu GILANG
menundukkan kepala. Gilang “mengungkapkan perasaan itu benar Ra, dan
mengangkat kepala kembali, ga ada yang salah sama perasaan lo ke Iko,
sambil mengeluss berewok. tapi… waktu dan caranya
kurang tepat. Seperti Americano favoritnya
Iko, ga pernahkan Iko menikmati Americano di
siang hari?
Goodluck yaa Ra di Bandung and Thankou
buat farewell coffee nya.”

69 1 Gilang,Rara N Gilang membuka celemek nya AMBIENCE


dan menghela nafas pelan. Lalu
berdiri meletakkan celemeknya
diatas meja.

Lalu Gilang meninggalkan Rara


sendiri.

74
70 1 Rara N Sendirian sedih ga menyangka soundtrack
bahwa teman teman nya
meniggalkan dia, Rara galau

75
Tabel III.9

BREAKDOWN SHEET

Production Company : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridhola

Project Title : FAREWELL COFFEE Director : Muhammad Adnan

No Scene Cast Wardrobe Make Setting Property Vehicle/ Special Notes


Up Animal Equipment
1 1 Extras 1 1 kaos, celana Natural Coffe Meja panjang,
Extras 2 panjang shop bangku 4,kopi 4,

kacamata jam pajangan dinding,


jam dinding, papan
tangan
menu,gelas 4,
2. kaos hitam
sendok 4
panjang celana
panjang

76
2 1 Iko Kaos polo putih Natural Coffe Mesin kopi, gelas,
Celana hitam shop toples kopi,

panjang pajangan coffee


bar, alat kasir,
Apron dan pin
kulkas,kompor,
dispenser,alat
dapur, rak gelas,
papan menu,
nampan
3 1 Rara Kacamata Natural Coffe Mesin kopi, gelas,
Kaos polo putih shop toples kopi,

Celana hitam pajangan coffee


bar,alat dapur, rak
panjang
gelas,nampan
Apron dan pin
Jam tangan
4 1 Gilang Kaos polo putih Natural Coffe Open/close ,
Celana hitam shop nampan, meja,

panjang gelas,
sendok,bangku
Apron dan pin

77
5 1 Putri Kaos polo putih Natural Coffe Alat Make Up
Celana hitam shop Putri,

panjang
Apron dan pin
Jam tangan
Rambut di
kuncir

78
Tabel III.10

STORY BOARD

Production Company : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridhola

Project Title : FAREWELL COFFEE Director : Muhammad Adnan

Gambar III.6 Gambar III.7

79
Gambar III.8 Gambar III.9

Gambar III.10 Gambar III.11

80
Gambar III.12 Gambar III.13

Gambar III.15
Gambar III.14

81
Gambar III.17
Gambar III.16

Gambar III.18 Gambar III.19

82
Gambar III.20

83
84

3.3. Proses Kerja Penulis Naskah


Menurut (Mabruri, 2018:75) “Penulis skenario adalah orang yang
bertanggung jawab menuangkan ide/gagasan ke dalam bentuk tulisan sesuai dengan
pakem – pakem (kaidah-kaidah) penulisan naskah.”

Jadi dapat penulis pahami bahwa dalam membuat sebuah film televisi
langkah pertama adalah pencarian sebuah ide cerita berdasarkan referensi yang
dilakukan oleh penulis naskah.

Pada saat pra produksi menurut (Mabruri, 2018:214) “Hal pertama yang perlu
dilakukan adalah mengolah ide cerita menjadi sebuah skenario dengan beberapa
tahap yang biasa dilalui agar arahnya jelas, tidak melenceng jauh dari ide dasar
(basic story), dan agar kerangka ceritanya terkunci.”

Penulis naskah setelah menentukan ide cerita, selanjutnya


mengembangkannya menjadi sebuah naskah yang baik. Dengan menentukan judul,
tema, plot atau alur, penokohan, sudut pandang, latar dan premise cerita. Hal ini
dilakukan agar naskah memiliki cerita yang baik dan jelas pesan yang akan
disampaikan oleh ceritanya.

Proses selanjutnya penulis membuat treatment. Treatment merupakan


rangkuman naskah yang dibuat untuk menjelaskan alur atau plot utama dalam sebuah
naskah. Setelah naskah dan treatment sudah selesai, penulis naskah memberikan
kepada sutradara dan produser. Setelah disetujui, naskah diberikan kepada semua
kru. Jika semua kru sudah menyetujui, masuk ke tahap bedah. Untuk memudahkan
menentukan apa saja yang dibutuhkan sampai film televisi selesai.

Menurut (Aristo & Ash Shiddiq, 2017:69) “Sebagai penulis naskah film, kita
membuat serangkaian instruksi bagi orang - orang yang memahami bahasa naskah
film sehingga mereka (kru dan talent) dapat membayangkan bagaimana
penyampaiannya dalam sebuah film”.
Pada saat produksi, penulis naskah juga memiliki tanggung jawab untuk
membantu sutradara dalam memberikan pengadegan untuk para talent agar sesuai
dengan naskah. Dalam naskah film memiliki struktur yang sedemikian rupa,
sehingga dapat diterjemahkan menjadi rangkaian gambar dan suara yang bisa terlihat
pada layar.
85

Menurut (Mabruri, 2018:75) “Setelah shooting selesai, bila diperlukan


penulis dapat mendampingi editor dengan tugas sebagai narasumber mengenai
catatan yang dibuat pada saat shooting.”

Seperti kutipan diatas, sama proses pasca produksi, penulis naskah membantu
editor agar editing berjalan dengan lancar dan sesuai dengan cerita yang sudah
dibuat.

3.3.1. Pra Produksi


Menurut (Aristo & Ash Shiddiq, 2017:100) “Langkah pertama adalah
membangun ide cerita, membangun cerita dimulai dengan menentukan empat elemen
dramatik, yaitu karakter, tujuan, metode, dan konflik. Keempat elemen dramatik ini
harus dibuat saling bertautan dalam interaksi yang ketat sehingga mengikat ide yang
sebelumnya.”
Dari kutipan diatas, penjelasan dari keempat elemen dramatik yaitu :
Pertama, karakter dapat dikatakan sebagai keadaan yang sebenarnya dari dalam diri
seorang individu, seperti watak, sifat, ataupun kepribadiannya, yang membedakan
antara dirinya dengan individu. Kedua, Tujuan yang ingin penulis bahwa keinginan
karakter terhubung dengan tujuannya, tujuan tersebut menghasilkan usaha, dan
kemudian usaha itu memunculkan hambatan yang kini karakter harus hadapi. Ketiga,
Metode dalam sebuah naskah film penulis membuat prosedur atau cara yang
ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Keempat, konflik yang dibuat oleh seorang
penulis naskah merupakan sebuah halangan yang hadir di sepanjang perjalanan
mencapai tujuan yang di lalui oleh karakter.
Langkah awal ketika akan membuat sebuah film televisi saat pra produksi
merupakan tahapan yang dilakukan sebelum dilakukannya produksi. Sebagai penulis
naskah, bertugas mencari ide cerita dan mengembangkannya menjadi naskah yang
matang untuk produksi nanti.
Ide awal yang penulis buat yaitu berawal dari genre yang ingin dibuat. Genre
adalah bentuk, kategori atau klasifikasi tertentu dari beberapa film yang memiliki
kesamaan bentuk, latar, tema, suasana dan lainnya Genre yang ingin penulis buat
yaitu “Drama”. Drama adalah yang sebagian besar tergantung pada pengembangan
mendalam karakter realistis yang berurusan dengan tema emosional. .
86

Selanjutnya setelah menentukan ide cerita dan genre, masuk ke tahap


pengembangan naskah, yang memiliki dua unsur, yaitu unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur instrinsik terdiri dari, judul, tema, plot atau alur, penokohan, sudut
pandang, latar, dan premise. Dan unsur ekstrinsik sendiri memiliki beberapa faktor
yang mempengaruhi karya sastra, yaitu faktor psikologi dan faktor sosial.
Unsur instrinsik sebuah drama adalah unsur – unsur yang turut serta
membangun sebuah cerita. Berikut unsur instrinsik drama, diantaranya :
1) Judul
Sering disebut juga kepala tulisan, sebagai identitas atau cermin dari jiwa
seluruh karya tulis, bersifat menjelaskan diri dan yang menarik perhatian.
Dalam film televisi ini penulis menggunakan judul “Farewell Coffee”. Alasan
penulis menggunakan judul ini karena film ini mengisahkan sebuah
perpisahan dari empat orang sahabat, yang dimana satu orang
menghancurkan persahabatannya sendiri.
2) Tema
Menurut Mabruri (2018:213) “Bobot sebuah ide pokok dan penyajiannya
menentukan nilai dari film”.
Sesuai kutipam diatas penulis memahami, tema merupakan suatu gagasan ide
pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan. Proses
penciptaan karya naskah drama dimulai dari menetepakan tema sebagai
rancangan ceritanya. Dalam film televisi ini penulis mengangkat tema cinta
dan persahabatan, yaitu drama tentang perpisahan dari empat orang sahabat,
yang dimana satu orang menghancurkan persahabatannya sendiri.
3) Plot dan Alur
“Plot adalah jalan cerita atau alur cerita dari awal, tengah, dan akhir.”
Mabruri (2018:221).
Di dalam film televisi “Farewell Coffee” alur yang digunakan adalah maju.
Alur maju adalah suatu alur yang peristiwa ditampilkannya secara kronologis,
maju secara berurutan dari tahap awal, tahap tengah, sampai dengan tahap
akhir cerita. Dalam plot atau alur dibagi menjadi beberapa babak yang
disebut juga struktur tiga babak, yaitu :
a) Babak 1 – Awal pengenalan tokoh dan cerita.
87

Awal cerita dimulai Rara yang memperkenalkan teman – teman kerjanya


di sebuah coffee shop. Dan Rara membuat acara minum kopi bersama
saat café sudah tutup.

b) Babak 2 – Pertengahan atau kompikasi masalah.


Masalah dimulai ketika Iko yang memiliki sifat perfeksionis dalam
membuat kopi, dan ketika Rara membuatkan kopi untuk semua
temannya, Iko meragukan kopi buatan Rara tersebut, yang berujung
banyak komentar tentang kopi buatan Rara. Seiring berjalannya waktu
Putri dan Gilang menengahkan Rara dan Iko, tetapi Rara tidak terima dan
menyangka Gilang dan Iko menyukai Putri. Dan akhirnya Rara membuka
suatu rahasia Putri yang seharusnya tidak boleh dibongkar ke siapapun.
Karena ke childish-an Rara, Iko, Putri, dan Gilang tidak menyangka
dengan perilaku Rara, serta menghancurkan kebersamaan minum kopi
mereka.

c) Babak 3 – Akhir resolusi masalah.


Akhir masalah dalam drama ini yaitu akhirnya Putri dan Iko pergi
meninggalkan Rara, tetapi Gilang orang terakhir bersama Rara, disitu
Gilang tetap humble dan menasehati Rara. Rara menyesal dengan apa
yang sudah diperbuatnya.
4) Penokohan
Karakter seorang tokoh cerita diciptakan oleh penulis untuk diwujudkan oleh
para pemain drama. Penulis menggambarkan karakter tokoh-tokoh cerita
dalam film televisi “Farewell Coffee”, antara lain :
a) Protagonis
Merupakan tokoh, pelaku, dan pemeran yang sifatnya baik dan menonjol.
Dalam film televisi “Farewell Coffee”, Tokoh ini yaitu Putri. Seorang wanita
cantik yang mempunyai rahasia dengan Gilang.

b) Antagonis
Tokoh ini merupakan lawan dari tokoh protagonist. Ia memerankan sifat
buruk, menjadi musuh dan menyebabkan konflik. Dalam film televisi
“Farewell Coffee”. Tokoh ini yaitu Rara, seorang wanita cantik dan introvert
88

yang menyimpan semua rahasia teman – temannya, termasuk rahasia Putri


dan Gilang.

c) Tritagonis
merupakan tokoh pembantu atau penengah dalam cerita baik untuk tokoh
protagonist dan antagonis. Dalam film televisi “Farewell Coffee”. Tokoh ini
yaitu Gilang dan Iko, dua lelaki tampan dan baik yang menjadi penengah saat
tokoh Rara dan Putri mendapatkan sebuah kesalah pahaman.

5) Sudut pandang atau point of view


Sudut pandang adalah posisi pengarang sebagai penulis dalam membawakan
cerita. Dalam film televisi “RARA” penulis menggunakan sudut pandang
orang pertama yaitu aku.
6) Latar
Setting cerita merupakan lokasi tempat dimana cerita ini ingin ditempatkan.
Dalam film televisi “Farewell Coffee”, menggunakan setting tempat berupa
coffee shop.

7) Premise
Premise adalah kalimat singkat yang menjelaskan tentang tujuan dan isi
cerita. Premise dalam film televisi yang berjudul “Farewell Coffee” tentang
sebuah persahabatan yang rusak karena sebuah rahasia.

Unsur ekstrinsik di film merupakan unsur – unsur yang berada di luar karya
sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
karya sastra. Berikut faktor yang mempengaruhi karya sastra :
1) Faktor Psikologi
Dalam film televisi “Farewell Coffee” tokoh - tokoh memiliki karakter
psikologis yang berbeda namun sesuai dengan situasi, kondisi dan latar cerita.

2) Faktor Sosial
Dalam film televisi “Farewell Coffee” penulis membuat latar cerita yang
bersinggungan dengan keadaan sosial yang kini tengah terjadi di masyarakat.

Setelah menemukan ide – ide seperti penjelasan diatas, seorang penulis


naskah menyampaikan idenya kepada produser dan sutradara. Jika sudah disetujui,
89

naskah selanjutnya disampaikan kepada semua kru. Ketika ide cerita sudah disetujui
oleh semua kru, masuk ke tahap pembuatan treatment dan skenario. Arti Treatment
sendiri merupakan rangkuman naskah yang dibuat untuk menjelaskan alur atau plot
utama dalam sebuah naskah.
Jika treatment dan skenario sudah disetujui oleh produser, sutradara, dan
semua kru. Langkah selanjutnya yaitu membedah naskah untuk mengetahui apa saja
yang dibutuhkan pada saat produksi agar berjalan sesuai dengan naskah.

3.3.2. Produksi
Menurut (Mabruri, 2018:74) mengatakan bahwa “Yang paling terpenting
dalam mengingatkan sutradara atau asisten sutradara mengenai kesinambungan
(continuity)”.

Seperti yang penulis pahami continuity dalam film dapat membuat sebuah
cerita dan pergerakkan objek akan tersusun baik hingga akhir cerita.

Sebelum shooting dimulai, penulis naskah membantu kru yang bertugas dan
sutradara untuk mengarahkan adegan kepada talent, atau yang di sebut dengan
reading talent. Dengan adanya reading, agar talent bisa memaksimalkan aktingnya
sesuai dengan naskah yang telah dibuat.
Penulis naskah juga mendistribusikan naskah kepada pemain dan kru yang
membutuhkan, karena naskah adalah salah satu yang terkuat dan membuat siaran
berjalan lancar serta menjadi hidup. Naskah di setiap jobdesk adalah patokkan dari
semua kegitan berjalannya acara.

Selain itu, Penulis naskah saat produksi ikut serta membantu penata artistik
dalam setting lokasi, agar penggambaran sesuai dengan naskah yang sudah ada.

3.3.3. Pasca Produksi

Setelah tahap produksi selesai, kemudian kru dimasukkan tahap pasca


produksi. Pada tahap ini, penulis naskah peran sebagai pembimbing dan membantu
editor dalam proses penyuntingan. Penulis berusaha untuk tetap menjaga alur dan isi
berita yang ada dalam scenario. Penulis juga bertanggung jawab terhadap alur cerita
kompilasi proses pengeditan. Semua yang dilakukan atas dasar persetujuan bersama
dan tidak sampai menghilangkan cerita awal dan juga pesan yang ingin disampaikan.
90

Pada tahap pasca produksi, penulis terlibat langsung dalam proses editing dan
penulis kembali melihat hasil shot yang telah diambil oleh penata kamera bersama
kru. Penulis naskah membantu editor agar hasil dari editing sesuai dengan naskah.

3.3.4. Peran dan Tanggung Jawab Penulis Naskah

Menurut (Mabruri, 2018:73) “Penulis skenario memiliki tugas dan kewajiban,


diantaranya :

1. Menciptakan dan menulis dasar acuan dalam bentuk naskah atau dasar ide
cerita sendiri atau ide dari pihak lain.
2. Bagi penulis, dasar acuan itu bisa dilakukan secara bertahap mulai dari ide
cerita, basic story, sinopsis, treatment, dan skenario.
3. Bekerja dari tahap pengembang ide sampai jangka waktu terakhir dari
praproduksi.
4. Membuat skenario dengan format yang telah ditentukan.
5. Menjadi narasumber bagi pelaksanaan produksi bila diperlukan.
Berdasarkan kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa penulis naskah
bertanggung jawab untuk membuat dan mengembangkan ide cerita menjadi sebuah
skenario yang baik, dengan format yang telah ditentukan. Penulis naskah juga
berperan dalam proses produksi yaitu membantu kru yang bertugas dan sutradara
untuk mengarahkan adegan kepada talent. Agar talent bisa memaksimalkan
aktingnya sesuai dengan naskah yang sudah ada. Tidak hanya sampai di tahap
produksi, tetapi di tahap pasca produksi, penulis naskah juga berperan untuk
membantu editor agar menyusun shot yang sesuai dengan naskah yang sudah dibuat
dan disepakati oleh semua kru.

3.3.5. Proses Penciptaan Karya

a. Konsep Kreatif

Kreatif menjadi salah satu segmen terpenting yang harus dimiliki sebuah
penulisan naskah, kreatif bukan hanya sebagai modal awal dalam memulai akan
tetapi akan mendorong meningkatkan hasil yang akan di dapatkan.

Konsep yang dibuat penulis dalam menentukan genre, yaitu drama. Di dalam
drama film televisi yang berjudul “Farewell Coffee” ini merupakan film yang
91

pengadeganannya cenderung ke bicara, point dan keseluruhan cerita diberitahu


melalui dialog.

Film televisi “Farewell Coffee” ini berdurasi 18 menit ini, penulis ingin
membuat konsep cerita hanya di satu lokasi saja, setting tempat di cafe shop dan di
mainkan hanya empat orang talent. Alasan membuat satu lokasi karena sesuai konsep
genre yang dibuat, yaitu cinta dan persahabatan ke empat orang karyawan di café
shop. Dan pengadeganannya lebih banyak berdialog, agar konteks yang dibicarakan
menjadi lebih fokus, serta setting tempat café shop karena naskah yang dibuat juga
menyangkut pautkan tentang kopi ke sebuah kehidupan nyata. Begitupun juga judul
yang dibuat penulis ialah “Farewell Coffee”, yang artinya kopi perpisahan.

Tema yang diambil oleh penulis merupakan cinta dan persahabatan. Farewell
coffee mengisahkan tentang empat orang yang sudah lama bersahabat selama mereka
bekerja di cafe shop tersebut. Tetapi persahabatan mereka tidak berakhir dengan
baik, karena salah satu dari mereka yang membongkar rahasia salah satu dari
mereka, yang membuat semuanya menjadi sebuah masalah yang besar.
Dan di dalam sebuah cerita farewell coffee, juga membawakan istilah –
istilah kopi yang sesuai di kehidupan nyata, yang dialami oleh empat orang sahabat
ini. penulis juga menceritakan sebuah perasaan dan emosi serta di sangkut pautkan
oleh kopi yang mereka minum atau kopi yang mereka sukai.
b. Konsep Produksi

Penulis naskah tidak hanya melakukan kewajiban tugasnya, tetapi juga harus
mengikuti jalannya produksi hingga selesai. Saat produksi, penulis naskah membantu
sutradara untuk memberikan pengadegan kepada para talent agar tidak beradegan
diluar jalur skenario. Sehingga, produksi bisa berjalan dengan semestinya.

Saat sebelumnya produksi di mulai, penulis naskah juga harus membantu


talent dalam membaca naskah, serta membantu pengadeganan agar saat shooting
berjalan sesuai dengan naskah.

Selain membantu sutradara dan talent, penulis juga siap dalam perubahan
naskah secara tiba – tiba, jika ada naskah yang tidak tepat atau penambahan dialog.
Sehingga penulis siap merubahnya dengan sigap dan memikirkan perubahannya yang
lebih baik lagi.
92

c. Konsep Teknis

Konsep teknis juga harus dimiliki oleh seorang penulis naskah. Hal ini
dilakukan agar dapat memudahkan bagian alat, lokasi dan artistik yang dibutuhkan.
Ketika penulis naskah membuat skenario, penulis naskah juga menentukan lokasi
yang digunakan. Dalam drama televisi “Farewell Coffee” diawali dengan lokasi cafe
shop.

Teknis yang dibuat oleh penulis pertama menulis treatment di sebuah buku
catatan, dan setelah semua sudah rangkum lanjut ke penulisan skenario. Penulis
membuat naskah skenario hanya menggunakan laptop, mengetik tanpa menggunakan
software apapun. Karena menulis merupakan sesuai kenyamanan dan selera si
penulis sendiri dalam menuangkan idenya.

3.3.6. Kendala Produksi Dan Solusinya

Kendala yang terjadi ketika pembuatan film televisi “Farewell Coffee” adalah

1. Perubahan dialog karena pengucapan yang terasa kaku.

2. Penambahan dialog untuk menyatukan bagian kata ke kata lainnya yang


kurang jelas agar menjadi jelas dan tepat.

3. Penambahan beberapa dialog dan adegan agar mencapai target durasi yang
telah di tentukan.

Solusi :

1. Berkonsultasi dengan sutradara untuk mencari pengucapan dialog yang lebih


pas untuk para talent pada saat produksi.

2. Berdiskusi dengan sutradara, produser dan membantu mencari kata dialog


agar menjadi tepat.

3. Bersama-sama dengan tim mengembangkan alur yang sudah ada menjadi


lebih panjang agar mencapai durasi yang seharusnya.
93

3.3.7. Lembar Kerja Penulis Naskah

 Konsep Penulisan Naskah


 Sinopsis
 Karakteristik Tokoh
 Treatment
 Skenario / Naskah
94

Konsep Penulisan Naskah

Dalam film televisi Farewell Coffee, pertama penulis membuat konsep ide
cerita dasar dari sebuah pembuatan naskah cerita. Cerita yang dibuat penulis ialah
“Farewell Coffee” dan memiliki genre cinta dan persahabatan. Untuk setting hanya
satu lokasi saja, yaitu cafe shop yang berlokasi di Pancoran Jakarta Selatan. Alasan
penulis membuat cerita di café shop, karena di dalam ceritanya juga memasukkan
istilah – istilah kopi sesuai dengan kehidupan nyata. Film televisi farewell coffee di
perankan oleh empat pemain, yaitu dua orang wanita dan dua orang pria, yang sudah
memiliki pengalaman dalam berakting.

Dari keempat pemain, masing – masing memiliki karakter yang berbeda –


beda. Yang pertama bernama Rara yang memiliki sifat antagonis, Putri memiliki sifat
Protagonis, Iko dan Gilang memiliki sifat tritagonis.
95

SINOPSIS

“FAREWELL COFFEE”

Empat orang sahabat bernama Rara, Putri, Iko dan Gilang. Mereka ber empat
bekerja di salah satu coffee shop di Jakarta. Saat cafe sudah tutup Rara mengajak
minum kopi bersama, dan Rara juga yang membuatkan kopi untuk teman temannya.

Mereka ber empat memulai obrolan dengan secangkir kopi yang masing –
masing kopinya berbeda rasa. Selama obrolan berlangsung terjadi kesalah pahaman
yang berujung perdebatan.
96

KARAKTERISTIK TOKOH

RARA

Seorang wanita cantik berusia 23 tahun, dengan tinggi 160 cm, berkulit putih,
hidung mancung, rambut hitam panjang keriting gantung, berkacamata.
Berperawakkan tidak terlalu tinggi, kurus. Mempunyai sifat dingin, introvert
dan sedikit bicara. Bekerja di sebuah coffee shop.

GILANG

Seorang lelaki tampan berusia 24 tahun, dengan tinggi 168 cm, berkulit sawo
matang, hidung mancung, rambut hitam pendek, berewokkan.
Berperawakkan rapi dan tidak terlalu tinggi, tidak terlalu kurus. Mempunyai
sifat humble, lemah lembut dan flamboyan.

PUTRI

Seorang wanita cantik berusia 23 tahun, dengan tinggi 164 cm, berkulit putih,
hidung mancung, rambut hitam lurus panjang. berperawakkan rapid an tidak
terlalu tinggi, kurus. Mempunyai sifat ramah dan innocent.

IKO

Seorang lelaki manis berusia 25 tahun, dengan tinggi 168 cm, berkulit putih,
hidung mancung, rambut hitam pendek. Berperawakkan rapi dan tidak terlalu
tinggi, tidak terlalu kurus. Mempunyai sifat ambisius dan flat.
97

TREATMENT FAREWELL COFFEE

SCENE 1. INT – COFFEE SHOP – NIGHT/MALAM

(Rara – Putri – Gilang – Iko)

1. Semua karyawan di coffee shop bersiap – siap menutup café nya. Mereka
semua membagi tugas untuk membersihkan café. Gilang yang membersihkan
gelas – gelas kotor di meja, Rara menghitung struk – struk hasil penjualan,
Iko membersihkan alat – alat kopi, dan Putri duduk karena merasa lelah.

2. Sebelum semuanya pulang kerumah masing – masing, Rara berniat


membuatkan kopi untuk teman –temanya. Tetapi Iko mencoba menawarkan
dirinya saja yang mebuatkan kopi, karena meragukan kopi yang akan dibuat
oleh Rara. Tetapi Rara tetap ingin yang membuatkan kopinya.

3. Akhirnya Iko mengalah, Rara membuat kopi dan yang lain duduk menunggu
Rara selesai membuat kopi.

4. Rara selesai membuat kopi. Semua heran kenapa Rara membuatkan kopi
untuk mereka semua. Karena Rara akan di mutasi kerja ke cabang coffee
shop yang berada di Bandung. Semuanya kaget saat mendengar berita dari
Rara.

5. Akhirnya Rara menceritakan kenapa ia bisa di mutasi. Obrolan panjang


dimulai lah darisana.

6. Saat di awal obrolan, Iko kembali menannyakan soal kopi yang dibuat oleh
Rara, Iko merasa kopi yang dibuat oleh Rara asal – asalan.

7. Akhirnya pertanyaakn Iko membuat obrolan menjadi masalah.

8. Rara dan Iko berdebat, Putri dan Gilang mencoba menengahkan mereka.

9. Tetapi Rara beranggapan Gilang dan Iko hanya membela Putri. Serta Rara
berfikir mereka berdua suka dengan Putri.
98

10. Saat Rara beranggapan seperti itu, Iko langsung memotong pembicaraan
Rara. Iko mengaku bahwa Iko memang menyukai Putri. Semua nya terkejut
tidak percaya.

11. Rara tidak terima mendengar Iko menyukai Putri. Rara akhirnya
membongkar rahasia Putri dengan Gilang ke Iko. Bahwa Gilang pernah
meniduri Putri. Iko pun terkejut mendengarnya.

12. Suasana menjadi tambah panas. Putri yang tidak menyangka bahwa Rara
membongkar rahasianya di depan Iko.

13. Akhirnya Putri meninggalkan café dengan perasaan kecewa dengan Rara.

14. Di sambung Iko yang pergi meninggalkan café, Iko kecewa dengan Gilang
yang telah meniduri wanita yang ia suka.

15. Terakhir Gilang, yang masih berdiam di café bersama Rara. Gilang tidak
marah dengan Rara, Gilang mengajak Rara mengobrol, menannyakan kenapa
bisa bicara seperti tadi.

16. Rara hanya tidak terima bahwa Iko menyukai Putri. Karena Rara sendiri
menyukai Iko. Semua tidak ada yang tau bahwa Rara menyukai Iko.

17. Akhirnya Gilang memberikan pesan kepada Rara, bahwa yang dilakukannya
adalah salah. Rara merasa menyesal dengan apa yang telah dilakukannya.

18. Gilang pergi meninggal Rara. Rara hanya sendiri di dalam café
dengan rasa bersalah yang menghantuinya.
99

NASKAH
“FAREWELL COFFEE”

MONTAGE :
- Rara di kasir terdapat pengunjung memesan minuman.
- Iko membuat coffee latte art menaruh di meja bar.
- Rara menempelkan kertas orderan ke iko
- Gilang mengantarkan kopi ke pelanggan.
- Iko membereskan alat-alat kopi nya.
- Gilang berjalan menuju Rara.

ESTABLISH lampu-lampu gedung mati.


BLACK VIDEO.
JUDUL : FAREWELL COFFEE.

SCENE 1 - INT – COFFEE SHOP – MALAM/NIGHT


(RARA – IKO – GILANG - PUTRI)

Rara berada di kasir, dan menyapa pelanggan terakhir


café.
RARA
(tersenyum sambil melambaikan tangan)
“Thanks ya kaa.. “

Gilang menutup pintu café, dan membalikkan tulisan open


menjadi closed.
Gilang menghampiri Rara dan menngodanya.

GILANG
“hai Ra..seharian kerja masih cantik aaja..”

RARA
“apasih?! Rese deh..”
100

(V.O) RARA (Meperkenalkan Gilang)


“Ini Gilang, cowo paling humble di café ini. Banyak
pelanggan cewe yang ngefans sama dia. yaa..wajar laahh,
liat aja tuh kelakuannya.”
Gilang yang iseng sama Putri. Dan lanjut membereskan
gelas-gelas.

(V.O) RARA (Memperkenalkan Putri)


“Nah itu Putri, dia selalu memperhatikan penampilannya,
dia baik tapiiii.. sayangnyaa dia itu pelupa.

Putri panik mencari hp nya, dia lupa ternyata hp nya


berada di meja bar dekat dengan Iko.

PUTRI
(gimmick mrncari hp di sekitarnya)
“Oh my Goooodd handphone gueeee.”
mencabut hp nya dekat meja bar terdapat Iko sedang
membersikan mesin kopi nya.

(V.O) RARA (Memperkenalkan Iko)


“Kalo yang ini, adalah barista utama di café ini, dia tuh
perkfeksionis banget orang nya, apalagi soal kopi.
Yaaaa.. gitu deh Iko.”

Lalu Iko ingin membuatkan kopi untuk teman-teman.

IKO
“temen-temen kopi kalian kaya biasa kan ?”

Lalu Rara langsung merebut atau menggeser Iko untuk tidak


membuat kopi nya.
101

RARA
“ehhh…. Malem ini aku ya yang jadi baristanya”
Iko langsung melirik Rara, dan langsung menuju meja
Gilang dan Putri.

(V.O) RARA (Memperkenalkan Diri Sendiri)


“and, the last one, aku.. orang kepercayaan boss, tempat
curhatan paling aman untuk temen-temen, sampee semuanya
ngejulukkin aku si trashbag Rara. Dan
Ini malem trakhir aku di sini.”

Gilang lewat depan Rara sambil nyanyi dan benerin rambut,


serta berjalan kearah Putri dan duduk bersama.

Rara membuat kopi untuk Gilang, Putri dan Iko.

RARA
“guys..it’s our timeee to coffee! Well, ini kopi buat
kalian semua.”

GILANG
“kenapa si Rara ? tumben buatin kopi buat kita ?”

PUTRI
“ga tau tuhh..”

Rara menjelaskan kopi-kopi yang dibuat kopi untuk anak-


anak, lalu menjelaskan Rara hari trakhir kerja.

Rara
Ini ekspreso untuk Gilang, Mochacinno untuk Putri, dan
Americano untuk Iko.
102

Iko datang dan ikut duduk bersama mereka, sambil menatap


Rara.

RARA
“jadi..malem ini hari trakhir aku kerja di café ini.”

Semua kaget mendengar ucapan Rara.

GILANG
“hah! Serius lo Ra?”

PUTRI
“lo mau kemana Ra?”

RARA
“so guys..cafe kita buka cabang di Bandung..”

GILANG
“wiiihh mantep si boss.. terus-terus Ra ?”

RARA
“Nahh aku di mutasi dan disuruh ngelead disana..”

PUTRI
“yaahhh..ilang deh satu diantara kita”

Iko melihat-lihat kopi yang dibuat oleh Rara.

IKO
“lo buatin gue Americano Ra?”

RARA
103

“iyaa..cobain laahh..”
IKO
“emang lo paham Ra berapa gram takaran kopi untuk buat
Americano? airnya harus berapa ML? trus tingkat panasnya
berapa derajat?”

RARA
“udahlah minum aja, ga seburuk yang kamu pikir Ko.”

Insert Gilang dan Putri yang malas melihat Iko yang


perfeksionis.
GILANG
“kenapa lagi sih ini orang??”

PUTRI
“ga tau ahh… males.”
Putri yang sambil melepas ikatan rambutnya.

IKO
“karna lo ga biasa buat kopi, dan kalo lo mau buat kopi
harus dari hati Ra”

RARA
“Koo..ga ada satu hal pun yang aku lakuin ga pake hati.”
Insert semua hening dan meminum kopi buatan Rara.

PUTRI
“udah lah Ko..Cuma kopi ga usah dipermasalahin. Ra
maklumin Iko ya dia kan barista yang perfeksionis.”
(muka sinis)

IKO
“bukan gitu Put, ini tuh soal rasa, dan ...”
104

Putri memotong obrolan Iko.


PUTRI
“aroma! Gue tau kok..”

RARA
(sanggahhan)
“kamu tau apa sih Put? Setiap hari kan kamu Cuma
perhatiin penampilan.”

GILANG
“sudah-sudah kita ini lagi our time.
(Gilang menatap Rara)
“Ra.. come ooonn..”

RARA
“yaa emang benerkan ?! Putri ga pernah buat kopi selama
kerja disini”

GILANG
(suara di tekan dan tegas)
“kok lo ngomong gitu? seharusnya lo bisa terima masukkan
dari orang dong, niat kita semua juga baik kok ke lu ra ”

RARA
“kamu kenapa jadi ga asik gini si Lang ?
Dan kenapa jadi belain si Putri ?”

GILANG
“yaahh karna lo langsung sewot sama Putri, padahal Putri
belain lo.”

RARA
105

“seistimewa apa sih putri dimata kamu ? atau jangan-


jangan… kamu suka sama Putri ya, Lang?”

IKO
“lo kenapa jadi childish gini si ra? Gue Cuma ngasih tau
lo soal kopi, dan gilang sama putri Cuma nengahin kita.”

RARA
“atau jangan-jangan kamu Ko, yang punya perasaan sama
putri?”

Insert Putri kaget mendengar kata-kata Rara dan menatap


Rara.
PUTRI
“apaansi Ra ?? kok lo ngomomg kaya gitu ? ga mungkin
laah.. Iko ituu cuma ngasih tau lo...”

Obrolan Putri di potong oleh Iko.

IKO
(mata Iko menatap tajam Rara)
“terus..? kenapa kalo gue beneran suka sama Putri ??”

Semua terkejut mendengar penjelasan Iko.


Insert Rara ga terima mendengar pernyataan Iko.
Putri dan Gilang wajah terheran-heran.

RARA
“HAHH..??!! maksud kamu Ko ?”
Rara menyipitkan mata heran.

GILANG
“lo beneran suka sama Putri Bro ??”
106

PUTRI
“lo...serius Ko ? lo ga lagi bercanda kan ?”

RARA
“kamu yakin Ko suka sama Putri ? kamu ga tau Putri sama
Gilang ada hubungan ??”

IKO
“hubungan apa ?? mereka berdua pacaran??”

PUTRI
“lo ngomong apa sih Ra ?”

GILANG
“iya Ra… lo ngomong apa sih ? kita ga ada hubungan apa-
apa”

RARA
“loh bukannya kalian saling suka ?”

IKO
“Put.. beneran yang dibilang Rara ? lo suka sama
Gilang??”

PUTRI
“enggga..gue ga ada hubungan apa-apa sama Gilang.”

RARA
“Tapi… Gilang pernah nidurin kamu kan Put..”

IKO
“HAH!! Lang...itu bener yang di bilang Rara ?”
107

Putri menatap Iko gugup, lalu menatap Rara lagi.


Rara memalingkan mata dan membenarkan kacamata.
Gilang hanya menaikkan alis.

IKO
(suara di tekan)
“gila ya Lang gue ga nyangka apa yang udah lo lakuin!”

Semua terkejut mendengar Rara, dan semua menatap Rara


tegas.
GILANG
“yaaaa...gue ga tau Bro kalo lo suka sama Putri..dan lo
ga pernah cerita sama sekali ke gue”

Putri sedikit menggelengkan kepala dan menyipitkan mata


ke Rara tidak nyangka.

PUTRI
“gue ga nyangka ya Ra, lo bakal ngomong kaya gini. Gue
kira lo...”

Obrolan Putri di potong oleh Rara.

RARA
“loh emang kenyataannya bener kan ? yaaa aku Cuma ga mau
aja, ngeliat Iko berharap sama kamu Put, sedangkan kamu
ga ada perasaan apa-apa sama Iko.”

PUTRI
“tapi lo ga perlu ngomong begitu Ra. Apa perlu lo bicara
selebih itu ?!
Putri minum kopi.
108

Suasana berubah menjadi berantakkan. Mereka bertiga


menunduk kesal.
Gilang memutarkan jari ke bibir gelas loki.
Iko memegang kepala dengan kesal.
Putri menundukkan kepala.
Semua terdiam beberapa saat.

IKO
(menatap putri)
“Put...lo tau ga si mocchacino yang lu minum itu
mempunyai dua sisi? mampu merahasiakan sesuatu yang pahit
di balik manisnya rasa. Yaaa.. kaya lo gini”

Putri hanya memandang Iko dengan kesal dan tidak


menyangka. Lalu menghela nafas perlahan.

PUTRI
“gue minta maaf dengan perilaku gue yang ga baik selama
di café ini. gue berharap perspektif kalian semua ke gue
ga ngerubah pertemanan kita.
Buat lo Ra, terimakasih udah jadi partner kita selama
ini, sukses ya di Bandung.”

Putri meninggalkan café dengan wajah yang kesal.

Iko bangun ambil jaket dan helm di belakang.


Lalu Iko pergi meninggalkan café tanpa sepatah kata pun.
Serta menatap Gilang dengan sinis.
Setelah berjalan sedikit, Iko mundur kembali dan bicara
ke Gilang.
IKO
(sambil menunjuk ke Gilang dan ke hati Iko)
109

“Oya Lang, semanis apapun hidup, rasa pahit akan selalu


ada, kaya espresso di loki lu”

Lalu Iko pergi sambil membawa helm.


Gilang menghela nafas panjang dan menatap ke Rara.
Rara hanya menunduk dan memegang cangkir.

GILANG
“Ra..kenapa sih lo kaya gini ? harusanya kita ngopi-ngopi
bareng dan rayain kebersamaan kita.”

RARA
(suara agak di tekan dan sedih)
“ya seperti yang Iko bilang tadi, ini semua tentang rasa.
Orang-orang hanya mementingkan soal perpaduan rasa yang
ada di cappuccino, tapi ga pernah peduli sama ketebalan
foam diatasnya. Dan sekarang aku sendiri ngerasa bagaikan
foam diatas cappuccino.
Kamu tau ga Lang, selama ini aku suka sama Iko, tapi aku
ga berani ngungkapin perasaan ke dia, karna aku sendiri
pun ga yakin sama diri aku sendiri, aku takut Iko ga ada
rasa ke aku.
Ketika Iko bilang dia suka sama Putri, perasaan aku
hancur banget Lang, aku ga bisa terima kenyataan orang
yang aku suka selama ini suka sama orang lain, dan itu
partner kerja aku sendiri.”

Gilang menatap Rara, lalu menundukkan kepala. Gilang


mengangkat kepala kembali, sambil mengeluss berewok.
GILANG
“mengungkapkan perasaan itu benar Ra, dan ga ada yang
salah sama perasaan lo ke Iko, tapi… waktu dan caranya
110

kurang tepat. Seperti Americano favoritnya Iko, ga


pernahkan Iko menikmati Americano di siang hari?
Goodluck yaa Ra di Bandung and Thankou buat farewell
coffee nya.”

Gilang membuka celemek nya dan menghela nafas pelan. Lalu


berdiri meletakkan celemeknya diatas meja.

Lalu Gilang meninggalkan Rara sendiri.

Rara dengan rasa menyesal dengan diri sendiri, lalu


melepaskan kacamata dan Rara menutup wajahnya seraya
menangis.

-TAMAT-
111

3.4. Proses Kerja Penata Kamera

“Di Indonesia, selama bertahun-tahun jabatan Penata Fotografi/Videografi

sering disalahartikan sebagai operator kamera (Cameraman)”. Mabruri (2018:69).

Selanjutnya menurut Mabruri (2018:69) “operator kamera adalah orang yang

mengoperasikan kamera, sementara Penata Fotorafi/Videografi mengepalai

departemen yang terdiri dari sejumlah operator kamera”.

Penulis sebagai penata kamera sekaligus operator kamera dalam proses

produksi tugas akhir perlu berdiskusi dengan sutradara dalam hal penentuan

pengambilan gambar agar hasilnya tidak keluar dari shot list yang sudah dibuat dan

set yang telah disiapkan.

Adapun proses kerja penulis terbagi dalam tiga tahapan, yakni pra produksi,

produksi dan pasca produksi.

3.4.1. Pra Produksi

Pra produksi merupakan tahapan yang menentukan sebuah hasil gambar yang

baik. Menurut Nugroho (2014:106) “Tahapan ini menciptakan proses awal dari

seluruh kegiatan yang akan dating; bermula dari timbulnya gagasan atau lazimnya

disebtu ide”.

Saat pra produksi penulis dengan sutradara berdiskusi untuk menentukan

pengambilan gambar dengan semua aspek teknik dari segi angle camera, shoot size,

blocking camera, sampai movement camera. Dan dalam tahapan ini penulis harus

menyiapkan beberapa persiapan teknis maupun non teknis.


112

Dengan terjalannya semua ini di harapkan proses pengambilan gambar dapat

berjalan dengan baik dalam membuat keputusan teknis dan kreatif.

3.4.2. Produksi

Menurut Nugroho (2014:108) “Yang dimaksud dengan produksi ialah

pelaksanaan pengubahan bentuk naskah menjadi bentuk auditif dan visual sesuai

dengan kaidah-kaidah yang berlaku bagi pertelevisian”. Oleh karena itu penulis

bertanggung jawab dalam memvisualkan dan menciptakan gambar dari sebuah

skenario, yang tentu saja tetap berkomunikasi dengan seorang sutradara sesuai

arahannya.

Pada saat produksi penulis di bantu sutradara untuk mendapatkan gambar

yang sesuai dengan storyboard, shot list, dan blocking camera yang telah di buat.

Selain itu penulis mengoperasikan kamera dan memastikan bahwa ia mengambil

gambar yang tajam (fokus), komposisi gambar (framing) yang tepat, dan menjaga

kontinuiti gambar.

Pada tahapan ini penulis juga bekerjasama dengan tim penata cahaya dan

artistik untuk menciptakan komposisi framing yang bagus dan sesuai dengan naskah

yang telah dibuat.

3.4.3 Pasca Produksi

Pada pasca produksi penulis membantu dalam hal penyunting gambar dan

bertanggung jawab atas karya yang dihasilkan saat produksi dengan tujuan

mempermudah seorang Editor untuk memproses hasil akhir. Menurut Nugroho

(2014:110) “Tahapan post production ini merupakan suatu kerja pada tahapan akhir

dari bahan yang telah diproduksi, baik dengan satu maupun beberapa kamera”.
113

Tahap ini adalah tahap penyelesaian akhir dari semua kegiatan shooting yang

sudah dilaksanakan sebelumnya, kesalahan pada waktu shooting sebagian mungkin

di selesaikan pada tahap ini. Untuk memudahkan editor dalam bekerja, setalah

pengambilan gambar, penulis membuat camera report lengkap dengan

keterangannya agar memudahkan seorang editor dalam penyuntingan gambar.

3.4.4 Peran dan Tanggung Jawab Penata Kamera

Seorang penata kamera mempunyai tugas dan tanggung jawab berdiskusi

dengan produser serta sutradara, membahas tentang rencana produksi, mempelajari

naskah, memilih peralatan kamera serta penunjangnya, bekerjasama dengan

sutradara dalam membuat shoot list dan blocking camera, mempersiapkan alat – alat

dan mengecek kembali perlengkapan apa saja yang akan dibutuhkan pada saat

produksi, seperti kamera video, tripot, slider kamera, dan lainnya dalam kondisi baik.

Menurut Mabruri (2018:69) “Penata fotografilah yang mengkoordinasikan seluruh

anggota departemennya untuk menghasilkan gambar yang diinginkan untuk film

tersebut”.

Penulis dan sutradara bekerja sama dalam hal mengvisualisasikan naskah

dalam bentuk audio visual (AV), agar hasil adegan yang di buat tidak keluar dari

naskah yang telah dibuat. Penulis sangat bertanggung jawab dalam hal pengambilan

gambar dan mengikuti blocking camera dan shot list yang sudah dibuat agar gambar

yang dihasilkan sesuai arah sutradara dan pra produksi.


114

3.4.5 Proses Penciptaan Karya

a. Konsep Kreatif

Konsep kreatif penulis dalam film televisi “Farewell Coffee”

mempersembahkan gambar yang statis dan movement dinamis yang terdapat di

beberapa scene. Gambar statis pada film televisi “Farewell Coffee” mewakili salah

satu manfaat kopi yang mampu membuat orang merasa tenang setalah meminumnya,

dan movement dinamis yang membuat film lebih dramatis.

b. Konsep Produksi

Penulis mendiskusikan pengambilan gambar kepada sutradara, penata cahata,

penata artistik, dan editor agar mendapatkan gambar sesuai dengan yang di butuhkan

pada film ini.

Angle camera pada film televisi “Farewell Coffee” banyak di lakukan dengan

memposisikan kamera berada sejajar dengan objek pada pandangan mata (eye level)

dengan tujuan untuk menerangkan kegiatan apa saja yang di lakukan oleh objek.

Teknik framing pada film televisi ini banyak menggunakan frame statis

dengan tujuan mewakili salah satu manfaat kopi yang mampu membuat orang

merasa tenang setelah meminumnya dan untuk memperlihatkan kegiatan objek

secara dinamis.

Movement camera pada film televisi ini menggunakan slider untuk movement

yang dilakukan dengan smoth agar gambar terlihat lebih dramatis.


115

c. Konsep Teknis

Pada perancangan film drama televisi yang berjudul “Farewll Coffee” ini

penulis menggunakan kamera Sony PXW-FS5. Hal ini dikarenakan kemera tersebut

memiliki rasio dari tingkat terang maksimum yang ditangkap sensor, dibanding

dengan tingkat minimumnya atau biasa disebut “Dynamic Range” yang baik, dan

menggunakan sensor 35 mm berukuran besar untuk citra sinematik, sony juga

menyediakan picture style S Log 3 yang mampu merubah warna menjadi lebih flat

berguna untuk memudahkan editor melakukan colour grading pada film ini.

3.4.6 Kendala Produksi dan Solusinya

Beberapa kendala yang terjadi pada saat produksi yang menghambat

terjadinya proses produksi, yaitu :

a. Kendala : Sunhood pada monitor LCD 7 inch tidak dapat terkunci, sehingga

ketika digunakan harus di tahan oleh tangan hal ini sangat mengganggu pada

proses produksi.

Solusi : Menahan sunhood dengan lakban agar dapat terkunci.


116

3.4.7 Lembar Kerja Penata Kamera

1. Konsep Penata Kamera

2. Camera Report

3. Blocking Kamera

4. Spesifikasi Alat
117

Konsep Penata Kamera

Dalam produksi film televisi “Farewell Coffee” penulis bertanggung jawab

sebagai penata kamera, pada tahap pra produksi penulis harus mendiskusikan sudut

pengambilan kamera bersama Produser, Sutradara, dan Penulis Naskah agar

mendapat sudut pengambilan yang paling baik didalam produksi, mendampingi

sutradara pada saat mencari lokasi lalu mengambil gambar lokasi untuk menentukan

posisi blocking camera serta pilihan sudut pengambilan gambar. Konsep yang dibuat

pada film televisi ini lebih menekankan kepada hal yang bersifat natural tidak ada hal

yang berlebihan dari segi pengambilan gambar, teknis, angle camera, komposisi

gambar, movement camera hingga pencahayaan lighting.

Selanjutnya, pada tahap produksi, penulis melakukan pengambilan gambar

sesuai blocking camera, angle camera, dan movement camera, yang sudah dibuat

saat pra produksi dan bertanggung jawab atas keseluruhan peralatan kamera,

sehingga konsep awal yang sudah dibuat saat pra produksi tercapai.

Ketika pasca produksi, penulis mendampingi editor dalam melihat hasil

pengambilan gambar saat produksi dilapangan dengan acuan camera report yang

telah penulis buat, mengikuti setiap tahap editing bersama editor untuk mengetahui

kebutuhan gambar, warna, letak shot dan shot pilihan yang diinginkan dalam naskah.
Tabel III.11

CAMERA REPORT

Production Company : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridhola

Project Title : FAREWELL COFFEE Sutradara : Adnan Bajrie

Penata Kamera : Reza Harya Saputra

VISUAL
SCENE SHOT TAKE DIRECTION AUDIO NOTE
SHOT SIZE MOVE ANGLE
Rara berada dikasir dan
F.S
1 Crabing Eye Level 3 menyapa pelanggan terakhir Thanks ya kaa.. G
(Group Shot)
cafe
Gilang merapihkan gelas
1
menutup pintu cafe dan
2 M.S Still Eye Level 1 G
membalikan tulisan open
menjadi close
3 M.C.U Still Eye Level 3 Gilang menghampiri rara dan Hai Ra..seharian kerja G
118
menggodanya masih cantik aaja
4 M.C.U Still Eye Level 2 Ekpresi rara Apasih?! Rese deh..” G
V.O rara
5 M.C.U Still Eye Level 1 Ekspresi gilang G
memperkenalkan gilang
V.O rara
6 M.C.U Still Eye Level 3 Ekspresi putri G
memperkenalkan putri
7 M.S Still Eye Level 2 Putri panik mencari hp nya G
8 C.U Still Eye Level 2 Gimik putri mencari hp G
Iko sedang membersihkan
V.O rara
9 M.C.U Still Eye Level 1 meja bar dan ingin membuat G
memperkenalkan iko
kopi
10 M.S Still Eye Level 3 Rara memperhatikan iko G
1 Iko menanyakan kopi kepada
11 M.C.U Still Eye Level 2 G
teman-temannya
Rara menggeser iko untuk
M.S
12 Crabing Eye Level 3 tidak membuat kopi agar rara G
(Two Shot)
yang membuatnya
M.C.U Iko melirik rara lalu langsung
13 Still Eye Level 1 G
(FG) menuju meja gilang dan putri

119
V.O rara
14 M.C.U Still Eye Level 1 Ekspresi rara membuat kopi memperkenalkan diri G
sendiri
Gilang lewat depan rara sambil
nyanyi dan benerin rambut,
15 F.S Still Eye Level 1 G
serta berjalan kearah putri dan
duduk bersama
Rara membuat kopi untuk
16 M.S Still Eye Level EST
teman-temannya
1
17 C.U Still Eye Level Rara mengrindra kopi EST
Rara membuat kopi di mesin
18 M.C.U Still Eye Level EST
kopi
High
19 C.U Still Rara mensteam susu EST
Angle
High
20 C.U Still Rara membuat latte art EST
Angle
Rara membuat kopi terakhir
21 M.S Still Top Angle EST
lalu menaruhnya ke nampan
1 22 M.S Follow Eye Level Rara menyiapkan kopi, EST

120
tersenyum lalu membawa ke
teman-temannya
Rara membawa kopi ke meja
23 F.S Still Eye Level 3 G
gilang, putri, iko
Guys...its our time to
Rara memberi kopi kepada
24 M.C.U Still Eye Level 3 coffee! Well ini kopi buat G
gilang, putri, iko
kalian semua
Kenapa si rara? Tumben
25 M.C.U Still Eye Level 4 Gilang bertanya G
buatin kopi buat kita?
Ekspresi putri menjawab
26 M.C.U Still Eye Level 3 Gatau tuhh G
pertanyaan gilang
Ini ekspreso untuk
Rara menjelaskan kopi-kopi
gilang, mochacinno
27 M.S Still Eye Level 3 yang dibuat untuk teman- G
untuk putri, dan
temannya
americano untuk iko
Rara memberitahu ke Jadi malam ini hari
28 M.C.U Still Eye Level 3 temannya bahwa hari ini hari terakhir aku kerja di cafe G
1
terakhir kerja. ini
29 M.C.U Still Eye Level 4 Ekspresi kaget gilang G

121
30 M.C.U Still Eye Level 3 Ekspresi kaget putri G
Ekspresi gilang bertanya
31 M.C.U Still Eye Level 4 Hah! Serius lo ra? G
kepada rara
Ekspresi putri bertanya kepada
32 M.C.U Still Eye Level 3 Lo mau kemana ra? G
rara
So guys cafe kita buka
Ekspresi rara menjawab cabang di bandung, nah
33 M.C.U Still Eye Level 3 G
pertanyaan teman-temannya aku dimutasi dan disuruh
ngelead disana
Yah ilang deh satu
34 M.C.U Still Eye Level 3 Ekspresi putri G
diantara kita
Iko melihat-lihat kopi yang Lo buatin gue americano
35 M.C.U Still Eye Level 1 G
dibuat oleh rara ra?
36 OTS Still Eye Level 3 Ekspresi rara Iyaa cobain lahhh G
Emang lo paham ra
berapa gram takaran kopi
1 37 M.C.U Still Eye Level 1 Iko bertanya kepada rara untuk buat americano? G
Airnya harus berapa ml?
Terus tingkat panasnya

122
berapa derajat?
Udahlah minum aja, gak
Rara menyuruh iko meminum
38 M.C.U Still Eye Level 3 seburuk yang kamu pikir G
kopi buatannya
ko
Gilang yang malas melihat iko Kenapa lagi sih ini
39 OTS Still Eye Level 4 G
yang perfeksionis orang?
Putri yang malas melihat iko
40 OTS Still Eye Level 3 yang perfeksionis lalu melepas Gatau ahh malesss G
ikatan rambutnya
Karena lo gak biasa buat
kopi, dan kalo lo mau
41 M.C.U Still Eye Level 1 Ekspresi iko G
buat kopi harus dari hati
ra
Koo gak ada satu hal pun
42 OTS Still Eye Level 3 Rara menjelaskan iko yang aku lakuin gak pake G
hati
1
F.S Semua hening dan meminum
43 Still Eye Level 3 G
(Master) kopi buatan rara
44 OTS Still Eye Level 3 Putri menengahi masalah Udahlah koo... Cuma G

123
dengan muka sinisnya kopi gak usah di
permasalahin. Ra
maklumin iko yaa dia
kan barista yang
perfeksionis
Bukan gitu put, ini tuh
45 M.C.U Still Eye Level 1 Iko menjelaskan maksudnya G
soal rasa, dan...
Putri memotong pembicaraan
46 O.T.S Still Eye Level 3 Aroma! Gue tau kok G
iko
Kamu tau apasih pu?
M.S Rara menyanggah omongan Setiap hari kan kamu
47 Still Eye Level 3 G
(Two Shot) putri Cuma perhatiin
penampilan
Sudah-sudah kita ini lagi
Gilang mencairkan suasana
48 OTS Still Eye Level 4 our time. G
dan menatap rara
Ra.. come ooonn.
1
Yaa emang benerkan ?!
Rara menyanggah omongan
49 OTS Still Eye Level 3 Putri ga pernah buat kopi G
gilang
selama kerja disini

124
Kok lo ngomong gitu?
seharusnya lo bisa terima
Gilang kaget dengar omongan
50 OTS Still Eye Level 4 masukkan dari orang G
putri
dong, niat kita semua
juga baik kok ke lu ra
Kamu kenapa jadi ga asik
gini si Lang ?
51 OTS Still Eye Level 3 Ekspresi rara G
Dan kenapa jadi belain si
Putri ?
Yaahh karna lo langsung
52 OTS Still Eye Level 4 Gilang kesal sewot sama Putri, G
padahal Putri belain lo
Seistimewa apa sih putri
dimata kamu ? atau
1 53 OTS Still Eye Level 3 Rara bertanya kepada gilang G
jangan-jangan… kamu
suka sama putri ya lang?
Lo kenapa jadi childish
54 M.C.U Still Eye Level 1 Iko kesal kepada rara gini si ra? Gue Cuma G
ngasih tau lo soal kopi,

125
dan gilang sama putri
Cuma nengahin kita
Atau jangan-jangan kamu
55 OTS Still Eye Level 3 Rara bertanya kepada iko Ko, yang punya perasaan G
sama putri?
Apaansi Ra ?? kok lo
Putri kaget mendengar
ngomomg kaya gitu ? ga
56 M.C.U Still Eye Level 3 perkataan rara dan menatap G
mungkin laah.. Iko ituu
rara
cuma ngasih tau lo...
Obrolan putri dipotong oleh Terus..? kenapa kalo gue
57 M.C.U Still Eye Level 1 iko, mata iko menatap tajam beneran suka sama Putri G
rara ??
Semua terkejud mendengar
58 F.S Still Eye Level 5 G
penjelasan iko
1
Rara gak terima mendengar HAHH..??!! maksud
59 OTS Still Eye Level 3 G
pernyataan iko kamu Ko ?
60 C.U Still Eye Level 4 Ekspresi heran gilang G
61 C.U Still Eye Level 3 Ekspresi heran putri G
62 OTS Still Eye Level 4 Gilang bertanya kepada iko Lo beneran suka sama G

126
Putri Bro ??
Ekspresi putri bertanya kepada Lo...serius Ko ? lo ga lagi
63 OTS Still Eye Level 3 G
iko bercanda kan ?
Kamu yakin Ko suka
Rara memeberitahu iko bahwa
sama Putri ? kamu ga tau
64 OTS Still Eye Level 3 putri dan gilang menjalin G
Putri sama Gilang ada
hubungan
hubungan ??
Iko menanyakan pernyataan Hubungan apa ?? mereka
65 M.C.U Still Eye Level 1 G
rara berdua pacaran??
66 M.C.U Still Eye Level 3 Putri menanyakan maksud rara Lo ngomong apa sih Ra ? G
Iya Ra… lo ngomong apa
Gilang juga menanyakan
67 OTS Still Eye Level 4 sih ? kita ga ada G
maksud rara
hubungan apa-apa
1
Loh bukannya kalian
68 OTS Still Eye Level 3 Rara menjelaskan maksudnya G
saling suka ?
Put.. beneran yang
Iko menanyakan kebenaran
69 M.C.U Still Eye Level 1 dibilang Rara ? lo suka G
rara kepada putri
sama Gilang??
70 OTS Still Eye Level 3 Putri menjawab pertanyaan iko Enggga..gue ga ada G

127
dengan ragu hubungan apa-apa sama
Gilang
Rara membocorkan rahasia Tapi… Gilang pernah
71 OTS Still Eye Level 3 G
putri nidurin kamu kan Put..
Iko kaget dan menanyakan HAH!! Lang...itu bener
72 M.C.U Still Eye Level 1 G
kebenaran kepada gilang yang di bilang Rara ?
Putri menatap iko dengan
73 OTS Still Eye Level 3 G
gugup lalu menatap rara
Rara memalingkan mata dan
74 OTS Still Eye Level 3 G
membenarkan kacamata
75 OTS Still Eye Level 4 Gilang hanya menaikkan alis G
gGla ya Lang gue ga
1 76 M.C.U Still Eye Level 3 Iko marah kepada gilang nyangka apa yang udah G
lo lakuin!
Yaaaa...gue ga tau Bro
Gilang berusaha menjelaskan kalo lo suka sama
77 OTS Still Eye Level 4 G
semuanya kepada iko Putri..dan lo ga pernah
cerita sama sekali ke gue
78 C.U Still Eye Level 3 Putri sedikit menggelengkan Gue ga nyangka ya Ra, lo G

128
kepala dan menyipitkan ke rara bakal ngomong kaya
tidak nyangka gini. Gue kira lo...
Loh emang kenyataannya
bener kan ? yaaa aku
Cuma ga mau aja, ngeliat
79 OTS Still Eye Level 3 Rara memotong omongan putri Iko berharap sama kamu G
Put, sedangkan kamu ga
ada perasaan apa-apa
sama Iko.
Tapi lo ga perlu
M.S Putri kesal kepada rara lalu ngomong begitu Ra. Apa
80 Still Eye Level 1 G
(Two Shot) minum kopi perlu lo bicara selebih itu
?!
Suasana berubah menjadi
1 F.S
81 Still Eye Level 5 berantakan, mereka bertiga G
(Group Shot)
menunduk kesal
Gilang memutarkan jari ke
82 C.U Still Eye Level 2 G
bibir gelas loki
83 M.C.U Still Eye Level 1 Iko memegang kepala dengan G

129
kesal
84 OTS Still Eye Level 3 Putri menundukkan kepala G
85 F.S Still Eye Level 5 Semua terdiam beberapa saat G
Put...lo tau ga si
mocchacino yang lu
minum itu mempunyai
dua sisi? mampu
86 M.C.U Still Eye Level 1 Iko menatap putri G
merahasiakan sesuatu
yang pahit di balik
manisnya rasa. Yaaa..
kaya lo gini
1
Gue minta maaf dengan
perilaku gue yang ga baik
Putri hanya memandang Iko
selama di café ini. gue
dengan kesal dan tidak
berharap perspektif
87 OTS Still Eye Level 3 menyangka. Lalu menghela G
kalian semua ke gue ga
nafas perlahan dan
ngerubah pertemanan
meninggalkan mereka
kita.
Buat lo Ra, terimakasih

130
udah jadi partner kita
selama ini, sukses ya di
Bandung.”
Iko kesal, bangun ambil jaket
88 M.C.U Still Eye Level 1 G
dibelakang
Lalu Iko pergi meninggalkan
café tanpa sepatah kata pun.
89 F.S Still Eye Level 1,5 G
Serta menatap Gilang dengan
sinis
Oya Lang, semanis
Setelah berjalan sedikit, Iko
Low apapun hidup, rasa pahit
1 90 M.S Still 3 mundur kembali dan bicara ke G
Angle akan selalu ada, kaya
Gilang, lalu iko pergi
espresso di loki lu
Gilang menghela nafas panjang
91 OTS Still Eye Level 4 G
dan menatap ke Rara
Rara hanya menunduk dan
92 C.U Still Eye Level 3 G
memegang cangkir
Ra..kenapa sih lo kaya
93 OTS Still Eye Level 4 Gilang heran dengan rara G
gini ? harusanya kita

131
ngopi-ngopi bareng dan
rayain kebersamaan kita
Ya seperti yang Iko
bilang tadi, ini semua
tentang rasa. Orang-
orang hanya
mementingkan soal
perpaduan rasa yang ada
di cappuccino, tapi ga
pernah peduli sama
1 94 OTS Still Eye Level 3 Rara menjelaskan maksudnya ketebalan foam G
diatasnya. Dan sekarang
aku sendiri ngerasa
bagaikan foam diatas
cappuccino.
Kamu tau ga Lang,
selama ini aku suka sama
Iko, tapi aku ga berani
ngungkapin perasaan ke

132
dia, karna aku sendiri
pun ga yakin sama diri
aku sendiri, aku takut Iko
ga ada rasa ke aku.
Ketika Iko bilang dia
suka sama Putri, perasaan
aku hancur banget Lang,
aku ga bisa terima
kenyataan orang yang
aku suka selama ini suka
sama orang lain, dan itu
partner kerja aku sendiri
Mengungkapkan
perasaan itu benar Ra,
Gilang menatap Rara, lalu
dan ga ada yang salah
menundukkan kepala. Gilang
1 95 OTS Still Eye Level 4 sama perasaan lo ke Iko, G
mengangkat kepala kembali,
tapi… waktu dan caranya
sambil mengeluss berewok
kurang tepat. Seperti
Americano favoritnya

133
Iko, ga pernahkan Iko
menikmati Americano di
siang hari?
Goodluck yaa Ra di
Bandung and Thankou
buat farewell coffee nya
Gilang membuka celemek nya
dan menghela nafas pelan.
F.S Lalu berdiri meletakkan
96 Still Eye Level 4 G
(Two Shot) celemeknya diatas meja. Lalu
Gilang meninggalkan Rara
1 sendiri
97 M.S Still Eye Level 5,3 Rara terdiam G
98 M.C.U Still Eye Level 2 Ekpresi rara merasa menyesal G
99 C.U Still Eye Level 2 Rara melepaskan kacamatanya G
Rara teridam sendiri di dalam
100 L.S Still Eye Level 2 G
cafe

134
BLOCKING CAMERA

Production Company : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridhola

Project Title : FAREWELL COFFEE Sutradara : Adnan Bajrie

Durasi : Penata Kamera : Reza Harya Saputra

Full shot kegiatan mereka (Gambar III.21) Two shot kegiatan iko dan rara (Gambar III.22)

135
Medium shot rara memperhatikan iko Full shot gilang dan putri

Gambar III.23 Gambar III.24

Over The Shoulder Putri Over The Shoulder Gilang

Gambar III.25 Gambar III.26

136
Over The Shoulder Rara Medium Close Up Iko

Gambar III.27 Gambar III.28

Full Shot Iko, Rara, Gilang, Putri Long Shot Rara sendiri di dalam cafe

Gambar III.29 Gambar III.30

137
138

Spesifikasi Kamera

Gambar III.31

Sony PXW-FS5

Imaging System : Sensor Super 35mm Single-Chip 11.6MP

Exmor CMOS

Effective Picture Size (H x V) : 3840 x 2160

LCD Monitor : 3.5″ / 8.8 cm

Approx: 1.56M dots

Viewfinder : 0.39″ / 0.99 cm OLED

Approx: 1.44M dots

ND Filter : Variable: 1/4 to 1/128

Presets: Clear, 1/4, 1/26, 1/64


139

Sensitivity : ISO Rating: 3200 (S-Log3 Gamma)

Lux: 2000 lx, 89.9% reflectance

Video Gamma: T14(3840 x 2160 @ 23.98p

mode, 3200K)`

Min. Illumination : 60i: 0.16 lx (iris f/1.4, gain auto, shutter speed

1/24)

50i: 0.18 lx (iris f/1.4, gain auto, shutter speed

1/25)

S/N Ratio : 57 db (Y) (typical)

Recording Format : XAVC Long

100Mb/s: 3840 x 2160p 29.97 / 25 / 23.98

60Mb/s: 3840 x 2160p 29.97 / 25 / 23.98

50Mb/s: 1920 x 1080p 59.94 / 50 / 29.97 / 25 /

23.98

50Mb/s: 1920 x 1080i 59.94 / 50

50Mb/s: 1280 x 720p 59.94 / 50

35Mb/s: 1920 x 1280p 59.94 / 50 / 29.97 / 25 /

23.98

25Mb/s: 1920 x 1080i 59.94 / 50XAVC Proxy

H.264 / AVC
140

4:2:0 8-bit

MP4 wrapper

1280 x 720: 3 to 6Mb/s

640 x 360: 1 to 3Mb/sAVCHD

28Mb/s (PS): 1920 x 1080p 59.94 / 50

24Mb/s (FX): 1920 x 1080p 29.97 / 25 / 23.98

24Mb/s (FX): 1920 x 1080i 59.94 / 50

24Mb/s (FX): 1280 x 720p: 59.94 / 50

17Mb/s (FH): 1920 x 1080p 29.97 / 25 / 23.98

17Mb/s (FH): 1920 x 1080i 59.94 / 50

17Mb/s (FH): 1280 x 720p: 59.94 / 50

9Mb/s (HQ): 1280 x 720p: 59.94 / 50

Audio Recording Format : XAVC Long

Linear PCM 2 ch, 24-bit, 48kHzAVCHD

Linear PCM 2 ch, 16-bit, 48kHz

Dolby digital 2ch, 16-bit, 48kHz

Shutter Speed : 60i: 1/8 to 1/10,000

50i/24p:1/6 to 1/10,000
141

Gain Selection : 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18, 24,27, 30dB, AGC

Gamma Curve : Selectable

White Balance : Preset

Memory A

Memory B (1500K-50000K)/ATW

Slow & Quick Motion Function : 3840 x 2160 30p: Frame rate selectable 1, 2,

4, 8, 15, 30

3840 x 2160 25p: Frame rate selectable 1, 2, 3,

6, 12, 25

1920 x 1080 60i: Frame rate selectable 1, 2, 4,

8, 15, 30, 60

1920 x 1080 50i: Frame rate selectable 1, 2, 3,

6, 12, 25, 50

Super Slow Motion : 60i: Frame rate selectable ( 120, 240, 480,

960)

50i: Frame rate selectable ( 100, 240, 400, 800)

WiFi Compatible : Format: IEEE 802.11 b/g/n

Frequency Band: 2.4 GHz

Security: WEP / WPA-PSK / WPA2-PSK

NFC: NFC Forum Type 3 Tag Compliant


142

Media Card Slots : 1 x MS/SD (dual Memory Stick/SD)

1 x SD

Input and Output Connectors : Audio Input

2 x 3-pin XLR

Line/mic/mic +48

SDI Output

1 x BNC HD/3G-SDI

SMTPE292M/424M/425MHDMI 2.0

1 x Type AUSB

1 x Multi/Micro (composite video integrated

into Multi/Micro USB jack)Headphone

1 x Stereo mini jackRemote

Stereo mini jack (Φ2.5 mm)Wired LAN

1 x RJ-45 (100Base-TX/10Base-T

Accessory Shoe : Multi-Interface (MI) shoe

Power Requirement : Battery Pack: 14.4 VDC

AC Adapter: 12 VDC

Power Consumption : NTSC: Approx 11.8W

PAL: Approx 11.5W


143

Note: While recording with LCD on, EVF off,

when external device connector is not used.

Temperature : Operating: 32 to 104°F / 0 to 40°C

Storage: -4 to 140°F / -20 to 60°C)

Dimensions : Body Only: 4.50 x 5.13 x 6.88″ / 11.43 x

13.02 x 17.46 cm (approx)

Body, Lens & Accessories: 7.38 x 8.63 x 6.88″

/ 18.73 x 21.91 x 17.46 cm (with 18 to 105mm

lens, lens hood, large eyecup, LCD viewfinder,

top handle, grip)

Weight : Body Only: 29.2 oz / 827.8 g

Body, Lens & Accessories: 4.9 lb / 2.23 kg

(with 18 to 105mm lens, lens hood, large

eyecup, LCD viewfinder, top handle, grip)


144

3.5. Lembar Kerja Penata Cahaya

Dalam produksi film televisi Farewell Coffee penulis bertanggung jawab

sebagai penata cahaya.

Menurut (Nugroho, 2014:142) “Penata cahaya yang baik untuk drama televisi
adalah agar dapat menghasilkan gambar yang menarik sesuai dengan tuntutan naskah
serta rencana produksinya. Dengan demikian, penata cahaya (lighting operator)
dituntut untuk terus mengembangkan daya reka dan daya ciptanya.
Sedangkan penulis menyimpulkan penata cahaya adalah orang yang

mengatur dan bertanggung jawab atas pencahayaan yang ada pada film televisi ini.

Seperti halnya mata manusia, kamera membutuhkan cahaya yang cukup agar agar

bisa berfungsi secara efektif. Dengan adanya cahaya kita bisa mewujudkan keinginan

sang Sutradara dan kita dapat memvisualkan cerita yang sudah dibuat.

3.5.1. Pra Produksi

Salah satu tugas penata cahaya menurut (Kusumawati dkk, 2017:38) yaitu

“Membuat konsep pencahayaan dan blocking lighting yang tepat sesuai dengan yang

tertera pada naskah”.

Berdasarkan kutipan tersebut penulis harus memahami dan mendalami

naskah yang akan diproduksikan, mengadakan rapat dengan sutradara dan

cameramen untuk menyatukan persepsi dan mengetahui apa keinginan sutradara dan

cameraman. Tidak lupa membuat konsep pencahayaan dan blocking lighting yang

tepat sesuai dengan tertera pada naskah, melakukan hunting lokasi untuk

mendapatkan gambaran penempatan pencahayaan yang tepat.

Setelah penulis membaca naskah, penulis mendapat gambaran untuk

menggunakan lighting LED Lightpanels 16 inch, penulis juga akan memastikan


145

apakah sesuai dengan kemauan cameraman. Penulis melakukan dan menentukan

blocking lighting pada saat recce, penulis berdiskusi ditempat dengan cameraman

untuk mendapatkan blocking lighting yang tepat sesuai dengan konsep pencahayaan.

3.5.2. Produksi

Pada saat produksi sebagai seorang penata cahaya harus dapat

“Mengoperasikan perlengkapan peralatan lighting dengan baik dan benar sesuai

dengan blocking lighting yang telah dibuat pada saat pra produksi agar didapat hasil

yang memuaskan” (Kusumawati dkk, 2017:38).

Berdasarkan kutipan diatas penulis menyimpulkan bahwa seorang penata

cahaya harus dapat mengoperasikan peralatan lighting yang dibutuhkan dengan

sebaik-baiknya dan juga menempatkan lighting pada posisi blocking yang telah

dibuat, dan tetap mengikuti keinginan sutradara dan cameraman agar mendapatkan

hasil yang sesuai dan maksimal.

Pada film televisi ini penulis memiliki konsep yang sesuai untuk memberikan

cahaya yang sama dengan keadaan asli dilokasi yang akan digunakan untuk

pengambilan gambar. Pada saat adegan meja bar cafe penulis menggunakan lampu

LED Lightpanels 16 inch sebanyak 3 buah sebagai key light, fill light, dan back light

dengan intensitas cahaya yang berbeda serta memanfaatkan lampu yang terdapat

pada ruangan agar pencahayaan terlihat lebih natural. Penulis juga tidak lupa

melakukan komunikasi dengan crew teknis yang lainnya agar tidak ada kesalah

pahaman pada saat prroduksi


146

3.5.3 Pasca Produksi

“Pemeriksaan ulang hasil gambar untuk melihat penataan cahaya yang telah

diproduksi, menganalisa hasil akhir garmbar, dan mendata kekurangan dari gambar

yang telah diambil serta mengevaluasi hasil akhir gambar”. (Nugroho, 2014:110).

Pada tahap pasca produksi penulis mereview hasil gambar untuk melihat

penataan cahaya yang telah diproduksi. Tidak banyak hal yang dapat dilakukan oleh

seorang penata cahaya, pada tahap ini selain melihat hasil gambar bersama seorang

editor serta menganalisa dan mengevaluasi tetapi juga mendata apa saja yang

menjadi kekurangan pencahayaan pada gambar yang telah diambil.

3.5.4 Peran dan Tanggung Jawab Penata Cahaya

Dalam pra produksi film Farewell Coffee peran dan tanggung jawab penulis

menyiapkan lighting dan beberapa alat lainnya, penulis juga berdiskusi dengan

sutrdara dan kemaramen untuk mengatur penempatan pencahayaan yang tepat sesuai

dengan blocking lighting agar dapat menghasilkan ruang dan dimensi yang

diinginkan, serta mengatur cahaya agar terlihat seperti warna aslinya.

Dalam tahap produksi penulis sebagai penata cahaya memaksimalkan cahaya

yang terdapat pada lampu cafe dan menggunakan LED Lightpanels dengan

menggunakan prinsip dasar Theree Points Lighting yaitu Key Light, Fill Light, dan

Back Light. Dan melakukan komunikasi dengan crew teknis yang lainnya agar tidak

terjadi kesalah pahaman.

Dalam pasca produksi penulis mereview hasil gambar untuk melihat penataan

cahaya yang telah diproduksi, menganalisa hasil akhir gambar, dan mendata

kekurangan dari gambar yang telah diambil serta mengevaluasi hasil akhir gambar.
147

3.5.5 Proses Penciptaan Karya

a. Konsep Kreatif

Pada film ini penulis memiliki konsep yang sesuai untuk memberikan cahaya

yang sama dengan keadaan asli di lokasi yang akan digunakan untuk pengambilan

gambar (natural light). Theree Point Lighting: Key light, Fill Light, dan Back light

pada film ini menggunakan LED Lightpanels 16 inch, dikarenakan daya watt listrik

yang tidak memadai untuk menggunakan lampu dengan watt yang besar dan budget

yang tidak cukup untuk menyewa genset sehingga penulis memanfaatkan daya batre

pada LED Lightpanles 16 inch dan watt yang tidak terlalu besar.

b. Konsep Produksi

Pada pembutan film televisi Farewell Coffee memiliki konsep cahaya yang

diinginkan sutradara adalah bersifat natural dan hangat (warm). Penulis

memanfaatkan warna orange pada lampu cafe sebagai ambient dan menambahkan

Color Temperature Orange (CTO) pada Key light untuk memberikan kesan hangat

pada sebuah frame yang diinginkan oleh sutrdara, dan fill light yang ditambah

dengan difusser untuk mengurangi intensitas bayangan yang di hasilkan oleh lampu

Key light. Lalu Back Light yang di gunakan untuk memisahkan objek pada

background agar terlihat tidak menempel dengan background.

c. Konsep Teknis

Konsep teknis pada pembuatan film Farewell Coffee penulis menggunakan

lampu LED Lightpanels 16 inch sebanyak 3 buah dengan teknik dasar there point

lighting. Kenapa penulis memilih lampu LED Lightpanels karena konsumsi daya

watt lampu ini rendah pada saat dinyalakan secara bersamaan dan kemampuan
148

kontrol cahaya pada lampu panel LED dapat dikendalikan oleh pengendali eksternal

untuk berbagai program dinamis, peraturan tingkat cahaya dan bayangan

penyesuaian suhu warna.

3.5.6 Kendala Produksi dan Solusinya

Beberapa kendala yang terjadi pada saat produksi yang menghambat

terjadinya proses produksi, yaitu :

a. Kendala : Port batre pada salah satu lampu error sehingga lampu tidak dapat

menyala.

Solusi : Menahan batre dengan lakban agar lampu tetap menyala.

b. Kendala : Keterbatasan waktu pada saat produksi memaksakan menjaga

kontinitui pengambilan gambar dan set malam hari di lakukan pada pagi hari

(day for night).

Solusi : Memblock cahaya yang masuk melalui jendela menggunakan kain

hitam dan sterofoam agar produksi tetap berjalan dan memanfaatkan waktu

yang ada.
149

3.5.7 Lembar Kerja Penata Cahaya

1. Konsep Penata Cahaya

2. Lighting Sheet

3. Floor Plan

4. Spesifikasi Alat
150

Konsep Penata Cahaya

Pada pembuatan film televisi Farewell Coffee penulis melakukan tugasnya

dari pra produksi yaitu mulai dari membedah naskah sampai diakhiri dengan

membuat blocking lighting. Penulis berdiskusi produser, sutradara, dan penata

kamera untuk menentukan warna cahaya apa yang nantinya akan digunakan, dan

penulis juga berdiskusi untuk mengatur tentang tata letak posisi lighting dan

equipment yang akan digunakan pada saat proses produksi nantinya.

Pada saat produksi penulis mempersiapkan perlengkapan lighting yang

telah disepakati bersama pada tahap pra produksi, kemudian mengatur tata letak

lighting sesuai dengan apa yang telah di konsepkan pada saat pra produksi

bersama produser, sutradara, dan penata kamera.

Pada tahap terakhir yaitu bagian tahap pasca produksi, tidak banyak hal

yang dapat dilakukan oleh penulis. Hal-hal yang dapat dilakukan penulis pada saat

pasca produksi hanya melihat kembali hasil gambar yang telah masuk proses

editing kemudian mengevaluasi bagian mana saja yang mengalami masalah dalam

proses pengambilan gambar pada saat produksi. Ketiga tahap tersebut berjalan

dengan sangat baik karena adanya bantuan semua tim yang begitu solid sehingga

terciptalah hasil yang memuaskan .


Tabel III.12

LIGHTING SHEET

Production Company : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridhola

Project Title : FAREWELL COFFEE Sutradara : Adnan Bajrie

Penata Cahaya : Reza Harya Saputra

NO SCENE SHOT KEY LIGHT FILL LIGHT BACK LIGHT NOTES


Fill light diarahkan 45 derajat ke objek dan menggunakan
1 1 Lampu cafe Led 16 inch
difusser.
Key light diarahkan langsung ke objek, fill light
2 2-8 Led 16 inch Led 16 inch Led 16 inch
menggunakan difusser, back light diarahkan ke background
1 Key light di arahkan 45 derajat ke objek, fill light
3 9-16 Led 16 inch Led 16 inch Led 16 inch menggunakan difusser, back light diarahakan ke
background
4 17-22 Establish rara membuat kopi
5 23-81 Led 16 inch Led 16 inch Led 16 inch Key light di arahkan 45 derajat ke objek, fill light
151
menggunakan difusser, back light diarahakan ke
background
6 82 Gilang memutarkan jari di gelas kopi
Key light di arahkan 45 derajat ke objek, fill light
7 83-99 Led 16 inch Led 16 inch Led 16 inch menggunakan difusser, back light diarahakan ke
1 background
Fill light diarahkan 45 derajat ke objek dan menggunakan
8 100 Lampu cafe Led 16 inch Lampu cafe
difusser.

152
BLOCKING CAHAYA

Production Company : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridhola

Project Title : FAREWELL COFFEE Sutradara : Adnan Bajrie

Penata Cahaya : Reza Harya Saputra

Suasana di dalam cafe (Gambar III.32) Kegaiatan iko dan rara (Gambar III.33)

153
Adegan rara duduk dimeja (Gambar III.34) Putri duduk dimeja (Gambar III.35)

154
Iko duduk dimeja (Gambar III.36) Gilang duduk dimeja (Gambar III.37)

155
Rara sendirian di dalam cafe (Gambar III.38)

156
157

Spesifikasi Alat

Gambar III.39

LED Light 16 Inch Bi-Color (Hualin HL-30DL)

Jumlah LED : 3

- Color temperature 3200k~5600k

- 50° Flood

- Only 1.75" Thick

- Heat & Flicker Free

- Dims from 100 to 0%

- Low 40W Draw Gambar III.57 LED

- Lightweight at 3 Pounds

- Batre tahan hingga 8 jam (non stop)


158

LED Set :

- Light Stand (1x)

- AC/DC Adaptor (1x)

- Battery V-Mount (2x) + Charger (1x)


159

3.6. Lembar Penata Suara

Program televisi dan film mengandung dua unsur yang penting yaitu gambar dan
suara. Kedua komponen ini harus seimbang dan menjadi satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan”. (Kusumawati, dkk, 2017:123) “

Penulis dalam tugas akhir ini bertanggung jawab sebagai penata suara yang

bertugas dalam pengambilan audio, rancangan musik serta memberi efek suara

yang sesuai dengan kebutuhan yang akan dimasukan kedalam film televisi

“Farewell Coffee” agar menghasilkan suara yang jelas dan nyaman didengar pada

setiap adegan yang ada.

(Kusumawati dkk, 2017:123-124) membagi audio kedalam 9 fungsi

diantaranya:

1. Menyampaikan pesan tentang keadaan yang sebenarnya kepada pendengar

atau penonton.

2. Tanpa audio sebagian besar gambar akan kehilangan unsur realismenya.

3. Tanpa audio kita sebagai penonton akan kehilangan konsentrasi.

4. Menekankan sebuah adegan atau peristiwa tertentu dalam sebuah adegan, baik

melalui efek suara atau alunan music yang di buat untuk menggambarkan

suasana atau atmosfir suatu tempat kejadian

5. Menentukan tempat dan suasana tertentu, keadaan tenang,tegang, gembira,

maupun sedih, misalnya seperti suara ombak, camar, dan angina memperkuat

latar cerita di tepi pantai,

6. Menentukan atau memberikan informasi waktu, contoh: bunyi kokok ayam.


160

7. Untuk menjelaskan datang dan perginya seorang pemain. Contoh suara

ketukan pintu, suara motor menjauh, dan suara langkah kaki, gebrakan meja,

dan lain sebagainya,

8. Sebagai tanda pengenal suatu acara atau music identitas acara (soundtrack).

9. Menciptakan efek khayalan atau imajinasi.

Penulis dalam tugas akhir ini berdiskusi dengan sutradara mendengarkan

hasil audio yang di record. Penulis juga melakukan seleksi suara yang sesuai

dengan gambar dan memilih audio yang tidak banyak noisenya, melihat dan

mensingkronkan audio dengan hasil gambar.

3.6.1. Pra Produksi

Pada tahap pra produksi penulis dan seluruh anggota tim berkumpul untuk

membahas tentang ide cerita untuk film televisi “Farewell Coffee”, setelah ide cerita

disepakati kemudian dilanjutkan oleh penulis naskah untuk pembuatan naskah.

Setelah naskah selesai dan membedah naskah bersama seluruh anggota tim,

penulis merancang konsep pengambilan suara sesuai dengan naskah dan permintaan

sutradara.

Menurut (Kusumawati, dkk, 2017:127-128) ada beberapa tugas penata suara

di pra produksi sebagai penata suara, yaitu:

1. Memahami dan mendalami naskah yang akan di produksi.

2. Membuat perencanaan pengelompokan suara dan sound effect.


161

3. Memilih backsound, theme song dan scoring music yang tepat untuk naskah yang

akan di produksi.

4. Mengadakan rapat koordinasi dengan crew yang lain (sutradara, produser, dan

penanggung jawab teknis).

5. Melakukan hunting lokasi untuk mendapatkan gambaran suasana.

6. Mendata perlatan teknis

Penulis membuat treatment audio dimana treatment audio tersebut penulis

mengkreasikan diri untuk menentukan dimana sound fx, backsound, beserta volley,

dan dialog yang bertujuan pada saat proses produksi berlangsung penulis tidak akan

bingung untuk apa saja yang akan di record. Setelah selesai membuat treatment

audio, penulis berkordinasi dengan Director apakah diterima atau ada perubahan

dari sudut pandang penadeganan. Penulis juga membuat sebuah audio report, yang

bertujuan untuk mencatat file audio mana yang oke atau pilihian untuk di masukan

ke dalam proses editing. Dan setelah membuat treatment audio, penulis akan

melakukan recce ke lokasi bersama tim lainnya, yang bertujuan untuk alat tapa saja

yang akan di pakai pada saat produksi nanti, lalu selesesai recce penulis akan

membuat list alat yang akan di gunakan pada saat produksi nanti.

3.6.2. Produksi

Pada tahap produksi, penulis menyiapkan semua alat yang akan digunakan

untuk pengambilan audio ketika shooting, penulis juga berkordinasi dengan penata

kamera untuk mengatur posisi yang tepat agar ketika perekaman suara berlangsung

posisi penulis tidak mengganggu letak kamera dan pengambilan gambar.


162

Selain itu penulis juga bertugas merapihkan, menjaga serta memeriksa segala

peralatan yang digunakan pada saat sebelum dan setelah shooting. Penulis juga selalu

melihat dan mendengar kondisi sekitar lokasi shooting pada saat pengambilan gambar

untuk memastikan agar tidak ada suara lain yang mengganggu. Penulis sebagai penata

suara juga tidak lupa mengambil suara atmosfer di lokasi shooting karna dengan

adanya atmosfer memberitahu lokasi shooting dimana.

Selama proses produksi penulis selaku penata suara menyiapkan alat yang

digunakan saat shooting, mengecek kembali semua alat apakah berfungsi dengan baik

atau tidak, Sebelum shooting dimulai penulis terlebih dahulu bergerak mencari atmosfer

sekitar lokasi shooting.

Pada saat jeda shooting penulis juga merekam voice over, volley yang sesuai

dengan kebutuhan scene per scenenya pada saat produksi berlangsung. Dalam tahap

produksi film televisi “Farewell Coffee” seluruh audio yang terekam menggunakan

ZOOM H6n, dan clip on Sennheiser G3.

3.6.3 Pasca Produksi

Menurut Kusumawati, dkk (2017:129) terdapat 5 peranan saat pasca produksi,


diantaranya:

1. Mendampingi editor untuk memilih audio yang tepat.

2. Membantu editor untuk memilih dan menempatkan pemisahan antara sound effect

dan sumber suara asli.

3. Membantu editor untuk menempatkan backsound, theme song, dan scoring music

yang tepat.

4. Menganalisa hasil gambar akhir.


163

5. Mengevaluasi hasil perekaman suara.

Pada saat tahap pasca produksi penulis dan editor saling memberikan saran saat

memasukan musik di dalam tugas drama televisi “Farewell Coffee”.

Di tahap ini penulis berkordinasi dengan editor untuk melakukan seleksi suara

yang sesuai dengan gambar, mengatur level suara dan memilih audio yang tidak banyak

noise serta menyamakan ambients dalam tiap scene

3.6.4. Peran dan Tanggung Jawab Penata Suara

Menurut (Kusumawati, dkk, 2017:126-127) ada 5 hal peran dan tanggungjawab

penata suara, yaitu:

1. Bertanggung jawab terhadap kualitas audio baik secara teknis maupun non

teknis.

2. Memahami instalasi jaringan distribusi audio secara teknis dan dapat

mengatasi apabila terjadi gangguan.

3. Mengetahui karakter mic, dan peralatan audio yang lainnya, dan

mempersiapkan peralatan audio sesuai dengan yang dibutuhkan.

4. Berkoordinasi dengan Program Director/ Produser dan rekan kerja yang lain

selama proses produksi program televisi berlangsung.

5. Mengoprasikan mixer audio dengan baik dan professional.

Penulis bertanggung jawab akan hal-hal yang berhubungan dengan audio seperti

suara, noise, musik, efek suara, dan lain-lain. Dalam pembuatan film televisi “Farewell

Coffee”, baik pada saat pra produksi, produksi hingga pasca produksi, seorang penata
164

suara memiliki peran penting serta tanggung jawab seperti membuat treatment audio

sebagai panduan saat proses produksi.

3.6.5. Proses Penciptaan Karya

a. konsep Kreatif

Penulis akan membuat sebuah soundtrack dimana soundtrack tersebut


untuk ditempatkan pada adegan terakhir yang bertujuan untuk memberikan kesan
tersendiri kepada penonton tentang film ini, dan membawa penonton hanyut
dalam suasana ceritanya. Soundtrack yang akan dibuat oleh penulis yang bernada
minor dikarenakan pada cerita yang akan diproduksi alurnya sendu, jadi jika
penulis menetapkan sebuah soundtrack yang minor dengan tempo yang lambat
akan cocok dengan cerita yang di produksi.

b. Konsep Produksi

Penulis pada saat produksi akan menggunakan alat audio diantaranya


audio zoom h6n sebagai alat perekaman, dan clip on Sennheiser G3 sebagai mic
yang di gunakan, penulis memilih alat tersebut dikarenakan lokasi yang akan di
pakai untuk shooting sangat ramai dan dekat sekali dengan jalan protocol, jadi
agar tidak terlalu noise pada saat pengrecordan maka dari itu penulis akan
menggunakan alat audio zoom h6n, dan clip on shennheiser G3 pada saat proses
produksi berlangsung.

c. Konsep Teknis

Sebelum proses produksi dimulai penulis membuat konsep teknis

berdasarkan imajinasi dan permintaan sutradara, Penulis di tuntut untuk tepat

dalam memposisikan mikrofon berdasarkan type of shot, agar suara terdengar

bagus dan terekam dengan baik. Penulis juga membuat laporan produksi guna

kebutuhan sound-past.
165

Pada perancangan film televisi yang berjudul “Farewell Coffee” ini

penulis menentukan untuk menggunakan media perekam seperti ZOOM H6n,

dan clip on Sennheiser G3 dikarenakan sesuai dengan lokasi shooting yang di

pinggir jalan yang banyak gangguan suara bising di sekitar lokasi.

3.6.6. Kendala dan Solusinya

Dalam proses produksi film televisi “Farewell Coffee” ini ada

beberapa kendala seperti:

1. Tim produksi hanya berjumlah 7 orang, sementara penulis membuuhkan orang

lagi untuk memasangkan clip on pada talent wanita

2. Tempat produksi yang sempit, di tambah perlatan divisi kamera dan lampu

yang banyak, susah untuk menentukan posisi untuk record audio

3. Tim produksi yang hanya berjumlah sedikit sehingga memakan waktu untuk

mendekorasi set

4. Lokasi yang sangat dekat dengan jalan protokol, membuat suara bising dari

kendara terdengar

Adapun solusi dari kendala yang terjadi saat produksi adalah:

1. Meminta tolong kepada tim wanita yang tidak terlalu sibuk pada saat produksi,

seperti meminta tolong kepada penulis yang kebutulan penulisnya itu seorang

wanita, untuk memasangkan clip on kepada talent wanita.

2. Dikarenakan pada saat produksi menggunakan clip on yang wireless, maka

dari itu penulis mengrecord adegan dari luar set produksi


166

3. Maka dari itu tim produksi datang lebih awal untuk memulai dekorasi set, dan

semua tim ikut untuk membantu set dekorasi agar tidak memakan waktu yang

lama.

4. Meminimalisir suara bising kendaraan masuk kedalam rekaman audio yang di

rekam.

3.6.7. Lembar Kerja Penata Suara

Treatment Audio
Spesifikasi Kebutuhan Penata Suara
Mic : Shennheiser G3
Type Of Mic : Clip on

Mixer :-

Amplifer :-

Sound Monitor : Headphone

Kable Audio :-

Headphone : shennheiser Hd202


Komputer Recording : Zoom H6n

Gambar III.40 Gambar III.41


167


Gambar III.42
Tabel III.13
AUDIO TREATMENT
Produksi : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridhola

Project Title : Farewell Caffee Director : Adnan Bajrie

Durasi : 18 Menit Audioman : Anggie Djodi Prabhata

No Scene Treatment Equipment Speech Music Sound Effect


Dialog Monol Voic Ilustrasi/ Foley Atmosphere
og e Scorring /Ambience
Over
1 1 INT- COFFEE SHOP - Clip On RARA, - - BGM Suara tutup pintu -
MALAM GILAN
Shot 1 G
Rara berada di kasir, dan menyapa
pelanggan terakhir café.
Gilang menutup pintu café, dan
membalikkan tulisan open
menjadi closed.
Gilang menghampiri Rara dan
menngodanya.

168
2 Shot 2 Clip on - - RAR BGM
Putri panik mencari hp nya, dia A
lupa ternyata hp nya berada di
meja bar dekat dengan Iko.
Gilang yang iseng sama Putri.
Dan lanjut membereskan gelas-
gelas.
Putri panik mencari hp nya, dia
lupa ternyata hp nya berada di
meja bar dekat dengan Iko.
mencabut hp nya dekat
mencabut hp nya dekat meja bar
terdapat Iko sedang membersikan
mesin kopi nya.
Lalu Iko ingin membuatkan kopi
untuk teman-teman
Lalu Rara langsung merebut atau
menggeser Iko untuk tidak
membuat kopi nya.
Iko langsung melirik Rara, dan
langsung menuju meja Gilang dan
Putri

169
3 Shot 3 Clip on RARA, BGM Suara mesin kopi
Gilang lewat depan Rara sambil GILAN
nyanyi dan benerin rambut, serta G,
berjalan kearah Putri dan duduk PUTRI,
bersama.
Rara membuat kopi untuk Gilang,
Putri dan Iko.
Rara menjelaskan kopi-kopi yang
dibuat kopi untuk anak-anak, lalu
menjelaskan Rara hari trakhir
kerja.
Iko datang dan ikut duduk
bersama mereka, sambil menatap
Rara.
Semua kaget mendengar ucapan
Rara.

170
4 Shot 4 Clip on IKO, BGM
Iko melihat-lihat kopi yang dibuat RARA,
oleh Rara. GILAN
Insert Gilang dan Putri yang G,
malas melihat Iko yang PUTRI
perfeksionis.
Putri yang sambil melepas ikatan
rambutnya.
Insert semua hening dan
meminum kopi buatan Rara.
Putri memotong obrolan Iko.

171
5 Shot 5 Clip On PUTRI, BGM
Insert Putri kaget mendengar kata- RARA,
kata Rara dan menatap Rara. IKO,
Obrolan Putri di potong oleh Iko. GILAN
Semua terkejut mendengar G
penjelasan Iko.
Insert Rara ga terima mendengar
pernyataan Iko.
Putri dan Gilang wajah terheran-
heran.
Rara menyipitkan mata heran.
Putri menatap Iko gugup, lalu
menatap Rara lagi.
Rara memalingkan mata dan
membenarkan kacamata.
Gilang hanya menaikkan alis.
Semua terkejut mendengar Rara,
dan semua menatap Rara tegas
Putri sedikit menggelengkan
kepala dan menyipitkan mata ke
Rara tidak nyangka
Obrolan Putri di potong oleh
Rara.

172
6 Shot 6 Clip on IKO, BGM Suara tutup pintu
Putri minum kopi. PUTRI,
GILAN
Suasana berubah menjadi G,
berantakkan. Mereka bertiga RARA
menunduk kesal.
Gilang memutarkan jari ke bibir
gelas loki.
Iko memegang kepala dengan
kesal.
Putri menundukkan kepala.
Semua terdiam beberapa saat.
Putri hanya memandang Iko
dengan kesal dan tidak
menyangka. Lalu menghela nafas
perlahan.
Putri meninggalkan café dengan
wajah yang kesal.

Iko bangun ambil jaket dan helm


di belakang.

173
Lalu Iko pergi meninggalkan café
tanpa sepatah kata pun. Serta
menatap Gilang dengan sinis.
Setelah berjalan sedikit, Iko
mundur kembali dan bicara ke
Gilang.
Lalu Iko pergi sambil membawa
helm.
Gilang menghela nafas panjang
dan menatap ke Rara.
Rara hanya menunduk dan
memegang cangkir.
Gilang menatap Rara, lalu
menundukkan kepala.
Gilang mengangkat kepala
kembali, sambil mengeluss
berewok.

174
Gilang membuka celemek nya
dan menghela nafas pelan. Lalu
berdiri meletakkan celemeknya
diatas meja.

Lalu Gilang meninggalkan Rara


sendiri.

Rara melepaskan celemeknya


kasar, serta dengan rasa
menyesal dengan diri sendiri,
lalu melepaskan kacamata dan
Rara menutup wajahnya seraya
menangis.

175
176

3.7. Proses Kerja Editor

Menurut (Irwanto dkk, 2019:10) “Editor adalah seorang yang bertanggung

jawab dan bertugas menyunting gambar bergerak melalui proses selesksi, memilih,

memilah, untuk dijadikan sebagai rangkaian kesatuan film yang utuh”.

Sedangkan menurut (Mabruri, 2018:152) “editor adalah orang yang

bertanggung jawab pada saat pasca produksi dengan melakukan editing atau proses

penyuntingan gambar, hingga suatu program TV layak untuk ditayangkan atau

disiarkan”.

Dari dua kutipan di atas penulis memahami bahwa seorang editor seorang

yang merangkai keseluruhan hasil rekaman agar menjadi sebuah karya yang siap

untuk disajikan kepada penonton.

Seorang editor harus mengerti apa yang diinginkan sutradara dalam

penyatuan gambar yang ingin penulis kerjakan. Konsep editing yang sudah dibuat

sutradara merupakan acuan untuk penggabungan gambar nanti. Kreatifitas yang

dimiliki oleh editor merupakan kunci untuk mendapatkan konsep editing yang baik,

maka dari itu kreativitas itulah yang harus penulis penuhi. Penulis diharapkan

mampu menerjemahkan setiap pola visual sehingga tercipta sebuah drama televisi

yang sesuai dengan konsep yang diinginkan.

Proses editing merupakan posisi penting dalam menghasilkan karya yang

menarik dan tidak membosankan. Dalam proses editing seorang editor harus mampu

menata ulang potongan-potongan gambar yang diambil oleh cameraman. Proses

editing dapat dilakukan jika shot dan unsur pendukung lainnya seperti audio, sound

effect, dan musik sudah mencukupi. Editor juga mempunyai hak untuk
177

menyampaikan usulan kepada sutradara untuk mengubah konsep yang sudah ada

pada saat prose pengeditan.

Menurut (Irwanto dkk, 2019:149) menjelaskan fungsi editing sebagai berikut:

1. Untuk menggabungkan atau menyatukan gambar.

2. Untuk memotong gambar sesuai durasi yang dibutuhkan.

3. Untuk memperbaiki shot sesuai yang diinginkan.

4. Untuk membangun serangkaian shot dan sequence yang utuh.

3.7.1. Pra Produksi

Menurut (Mabruri, 2018:336) “Praproduksi adalah berbagai kegiatan

persiapan sebelum pelaksanaan produksi dimulai”.

Praproduksi merupakan tahap yang penting dalam pembuatan suatu karya,

baik yang bersifat administrasi maupun teknik.

Menurut (Suriyadi dkk, 2014:166) tugas editor pada tahap pra produksi terdiri

dari 6 tahapan antara lain:

1. Setelah menerima naskah kemudian editor merencanakan konsep editing

seperti apa yang akan dipakai kemudian melihat dan mengingatkan sutradra

shot apa yang penting dan tidak boleh di hilangkan.

2. Berdiskusi dan memberi masukan dengan sutradara untuk mencari stock

shoot yang dapat digunakan serta angle yang tepat untuk produksi yang akan

dilaksanakan.

3. Berdiskusi dengan depertemen dan crew yang lain untuk pembahasan secara

teknis.
178

4. Bersama produser dan sitradara membicarakan proses pasca produksi yang

berlangsung baik dari sisi peralatan maupun dari sisi lighting.

5. Bersama tim yang lain melaksanakan survey lokasi untuk menentukan

kesesuaian dengan gambaran dari naskah yang telah dibuat.

6. Menentukan tim editing.

Pada prapoduksi ini pula penulis sudah harus mempersiapkan perangkat yang

akan digunakan pada saat proses editing seperti hardware, software, dan alat atau

media penunjang lainnya.

Dan setelah penulis menerima naskah dari sutradara, penulis langsung

memikirkan konsep seperti apa yang nantinya akan dipakai. Kemudian penulis ikut

serta untuk recce supaya penulis tahu suasana nantinya seperti apa. Lalu penulis

memberikan masukan atau ide baru dalam hal shoot yang akan digunakan pada saat

produksi nanti. Selanjutnya, penulis sudah harus menentukan team editing supaya

lebih memudahkan pada saat produksi.

3.7.2. Produksi

Setalah praproduksi siap, selanjutnya tugas editor pada saat produksi yaitu

membantu atau mengawal sutradara dalam hal shot yang akan diambil agar jangan

sampai terlewat. Dan penulis membantu sutradara dalam hal transisi shoot dan

penulis harus back up semua hasil shooting. Penulis harus memperhatikan dimana

waktunya untuk transisi shot agar tidak terjadi jumping didalam suatu cerita dan

perpindahannya menjadi lebih halus. Pada saat produksi pula penulis ikut memberi

saran kepada DOP tentang gambar seperti apa yang dibutuhkan pada saat editing

nanti.
179

Pada saat produksi setelah pengambilan gambar selesai penulis berperan

untuk memindahkan video yang sudah diambil kedalam laptop dan hardisk agar

memori kamera tidak penuh dan meninjau kembali gambar yang sudah diambil pada

saat produksi. Hal ini juga dilakukan agar semua file yang nantinya dibutuhkan untuk

proses editing dalam keadaan siap digunakan dan tidak ada kendala seperti terhapus,

eror, maupun hilang.

3.7.3. Pasca produksi

Pada tahap pasca produksi, editor memegang peranan penting dalam

penyusunan gambar hingga menjadi satu kesatuan cerita yang utuh dan sesuai

dengan cerita yang diinginkan atau biasa disebut dengan rafkat. Selanjut penulis

melakukan synchronize audio dengan video.

Penulis harus memiliki kreativitas yang sangat bagus untuk membangun

sebuah konsep yang telah disepakati bersama, penulis juga melakukan review ulang

untuk memperhatikan cuttingan agar tidak terjadi kejumpingan di dalam video.

Penulis harus memperhatikan shot transisi dimana shot transisi tersebut sangat

penting untuk pergantian scene. Selanjutnya langkah-langkah kerja yang penulis

lakukan adalah sebagai berikut :

A. Offline

Menurut (Irwanto dkk, 2019:150) menyatakan bahwa “offline editing

merupakan sebuah proses menata gambar digitized sesuai dengan skenario dan

urutan shot yang telak ditentukan sutradara”.


180

Dari penjelasan diatas dapat dikatan bahwa offline editing merupakan dimana

editor akan mulai melakukan proses editing dari data yang masih bersifat tidak rapi

sampai proses final cut. Dalam tahap ini terdapat beberapa tahapan :

a) Logging

Merangkum seluruh hasil shot yang sudah dicatat. Proses ini sangat

dibutuhkan supaya penulis dapat melakukan penyuntingan gambar yang

sudah terbagi dalam setiap shot yang terdapat di materi gambar.

b) Assembling

Pada tahap ini penulis mulai menyusun, menggabungkan, menghilangkan,

membuang, atau menambah gambar berdasarkan scene pada konsep cerita

yang sudah ada sehingga menjadi rangkaian gambar yang bercerita secara

logis.

c) Rough cut

Penulis mulai memotong dan membuang gambar yang tidak terpakai lalu

memilih atau menambah gambar untuk menggabungkan menjadi satu konsep

yang sudah ada.

d) Final cut

Penulis review hasil penggabungan gambar dari rought cut yang bertujuan

untuk merapihkan setiap potongan gambar. Dalam proses ini penulis

memasukan efek transisi yang berguna untuk pergantian scene

B. Online

Menurut (Irwanto dkk, 2019:150) “online editing adalah proses editing ketika

seorang editor mulai memperhalus hasil offline memperbaiki kualitas hasil

dan memberikan tambahan transisi atau efek khusus yang di butuhkan”.


181

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan penulis mulai memperhalus atau

memperbagus hasil offline dan menambahkan efek yang dibutuhkan serta

memberkani warna pada gambar. Beberapa tahapan pada tahap ini adalah sebagai

berikut:

a) Colour grading

Atau yang biasa disebut proses pengkoreksian warna.

b) Title

Pada tahap ini penulis memunculkan title nama–nama yang terlibat selama

proses produksi dimana penulis menggunakan software ADOBE PREMIER

PRO CC 2018.

c) Audiomixing

Dalam proses ini penulis menyatukan dan menyempurnakan suara serta

menambah sound effect yang dibutuhkan supaya gambar jadi lebih hidup

d) Realese master

Pada tahap ini penulis akan mengekspor hasil yang sudah sempurna

kedalam bentuk movie/mp4.

Setalah melakukan proses online editing penulis melihat hasil yang sudah di

export ke dalam bentuk movie/mp4. Kemudian penulis melihatkan hasil yang sudah

di export kepada Team inti.

3.7.4. Peran dan Tanggung Jawab Editor

Peran seorang penulis harus bisa menentukan durasi suatu program,

menentukan titik potongan gambar, menentukan transisi yang cocok digunakan, dan

penulis harus bisa membikin kontinuitas yang baik sehingga memberikan nyawa

disebuah program. Penulis juga memiliki tanggung jawab antara lain menjawab

keinginan sutradara dalam tahap editing, berdiskusi sangatlah penting dalam proses
182

editing karena sangat berpengaruh dalam hal shot-shot yang layak di tampilkan.

Penulis harus siap dengan kendala teknis yang pada umumnya terjadi seperti

softrware error, komputer mati dengan sendirinya, hardisk mengalami kendala,

ataupun mengedit ulang kembali. Hal ini sudah tidak asing untuk para editor dan

tanggung jawab editor sepenuhnya adalah pada hasil akhir sebuah program yang

sedang dikerjakan serta memperhitungkan penggambungan, audio, dan kontras pada

sebuah gambar.

3.7.5. Proses Penciptaan Karya

a. Konsep Kreatif

Penulis akan memberi potongan gambar yang jadi satu kesatuan cerita yang

sesuai dengan konsep yang sudah dengan tujuan dapat dinikmati dalam hal

pengeditan. Konsep kreatif yang penulis gunakan adalah :

1. Cut to cut

Penulis akan memberikan potongan gambar yang enak dan pergerakan

dinamis.

2. Musik/Sound Effect

Penulis akan menambah musik/soundeffect yang bertujuan untuk

menghidupkan suatu program dan untuk memberi kesan emosi disuasana

yang ada pada gambar.

3. Colouring

Penulis akan memperbagus atau memperindah suatu gambar dan akan

menggambarkan suatu objek pada gambar tersebut.

b. Konsep Produksi

Pada produksinya nantinya penulis akan mengingatkan sutradara mengenai

shot-shot yang akan di ambil serta penulis juga dapat memberikan saran kepada
183

sutradara untuk mengambil shot dan detail di suatu adegan supaya memudahkan

penulis saat pasca produksi.

c. Konsep Teknis

Dalam proses pengeditan penulis akan menggunakan software editing Adobe

Premiere Pro cc 2018 dan colour grading menggunakan Davinci Resolve. Adapun

alat yang digunakan selain perangkat computer sebagai pendukung adalah speaker

dan hardisk eksternal supaya memudakan proses editing. Spesifikasi computer yang

akan ginuakan pada saat proses editing yaitu :

HARDWARE

1. Prosesor : Inter(R) Core(TM) i5 CPU

2. RAM : 8,00 GB

3. Hardisk : WD My Passport 2TB

4. VGA card : AMD Radeon HD 5500 Series

ACCESSORIES

1. Speaker : Logitech 100-240V 50-60 Hz

2. Mouse : Logitech MX Anywhere 2S

3. Keyboard : Logitech G213 Prodigy

SOFTWARE

1. Editing : Adobe Premiere Pro CC 2018

2. Colour grading : DaVinci Resolve 12.5


184

3.7.6.Kendala dan Solusinya

Dalam pembuatan drama televisi ”FARAWELL COFFE” ini penulis

mengalami kendala-kendala sebagai berikut

1) Kendala : Penulis tidak menemukan ide pada saat produksi pada pengambilan

transisi. Solusi untuk memecahkan kendala ini penulis berdiskusi dengan sutradara

untuk menemukan konsep editing yang sesuai dengan plot yanng sudah di tentukan

2) Kendala : Penulis mengalami not responding di Adobe Premiere Pro cc 2018

dikarenakan data video terlalu besar sehingga sering mengalami not responding

solusi : untuk kendalan ini penulis meminjam komputer/pc yang spek komputernya

lebih tinggi dari spek komputer penulis.


3.7.7 Lembar kerja editor

Tabel III.14

Konsep Editor

Produksi : Ruang Sinema Producer : Arivia Nanda Ridhola

Project Title : Farewell Caffee Director : Adnan Bajrie

Durasi : 16 Menit Editor : Ramonzah

NO SHOT EXT/ VISUAL AUDIO SFX TRANSISI VIDEO DURASI LOGGING


INT EFEK TIME
1 1 Opening Instrumen - - - 1 menit 5 00:00:20:00-
detik 00:01:25:00
2 2 INT (Slider 80cm –Wide Shot) - Atmo - - 5detik 00:01:25:00-
Suasna coffe 00:01:30:00

185
3 3 INT (Medium Shot,Tripod Still) - Atmo - - 5detik 00:01:30:00-
RARA 00:01:35:00
sedang menulis di meja
resepsionis
4 4 INT (Wide Shot, Tripod Still ) - Atmo - - 3detik 00:01:35:00-
GILANG 00:01:38:00
sedang merapihkan gelas di
atas
5 5 INT (Medium Shot,Tripod Still) RARA Atmo - - 3detik 00:01:38:00-
RARA Thank ya ka 00:01:41:00
tersenyum sambil
melambaikan tangan

186
6 6 INT (Wide Shot,Close up GILANG Atmo, - - 12detik 00:01:38:00-
Shot,Tripod,Still,Slider “hai Ra.. Instrumen 00:01:50:00
80CM )
GILANG
Gilang menutup pintu cafe,
dan membalik kantulisan
open menjadi closed.
Gilang menghampiri Rara
dan mengodanya.

7 7 INT (Medium Shot,Tripod Still) GILANG Atmo, - - 4detik 00:01:50:00-


RARA, GILANG Gue perhatiin Instrumen 00:01:54:00
Rara dan Gilang ngobrol ya..

187
8 8 INT (Medium Poto Still) Ini Gilang, VO(RARA) - - 11detik 00:01:54:00-
RARA cowo paling 00:02:04:00
Rara VO humble di cafe
ini. Banyak
pelanggan
cewe yang
ngefans sama
dia. yaa..wajar
laahh, liat aja
tuh
kelakuannya.

188
9 9 INT (Medium Shot,Tripod Still) GILANG, Atmo, - - 6detik 00:02:04:00-
RARA, GILANG seharian kerja Instrumen 00:02:10:00
Rara dan Gilang ngobrol masih cantik
aaja.
RARA
apasih?! Rese
deh..

10 10 INT (Slider 80cm –WideShot) GILANG Atmo - - 14detik 00:02:10:00-


RARA, Ko.. ko.. liat 00:02:24:00
GILANG,IKO,PUTRI tuh.. hey ciat
Sedang melakukan aktifitas set set widih
dan gilang menghampiri widih
putri dan mengodanya

189
11 11 INT (Close up Shot, Tripod GILANG Atmo - - 4detik 00:02:24:00-
Still,Slider 80 CM ) Udah.. udah 00:02:28:00
GILANG, PUTRI cantik..
Iko menggoda putri yang
lagi dandan PUTRI
rese deh lo lang
lagi dan juga

GILANG
Yaelah
ngambek mulu

12 12 INT (Slider 80cm –Wide Shot) - Atmo, - - 5detik 00:02:28:00-


RARA, GILANG, IKO, Instrumen 00:02:33:00
PUTRI
Sedang melakukan aktifitas

190
13 13 INT (Close up Shot, Tripod - Atmo, - - 3detik 00:02:33:00-
Still,) Instrumen 00:02:36:00
PUTRI
Putri sedang dandan
14 14 INT (Medium Shot,Tripod Still) RARA Atmo, - - 11detik 00:02:36:00-
RARA, PUTRI Nah itu Putri, Instrumen 00:02:47:00
Rara VO,Rara ngeliatin dia selalu
putri yang lagi dandan memperhatikan
penampilannya,
dia baik tapiiii..
sayangnyaa dia
itu pelupa.

191
15 15 INT (Close up Shot, Tripod - Atmo, - - 4detik 00:02:47:00-
Still,) Instrumen 00:02:51:00
PUTRI
Putri panik mencari hp nya,
dia lupa ternyata hp nya
berada di meja bar dekat
dengan Iko.
16 16 INT (Close up Shot,Tripod Still) - Atmo, - - 4detik 00:02:51:00-
RARA Instrumen 00:02:54:00
Rara menggelengkan kepala

192
17 17 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo, - - 14detik 00:02:51:00-
RARA, ,IKO Kalo yang ini, Instrumen 00:03:04:00
Rara VO adalah barista
Rara lagi ngeliatin iko yang utama di café
sedang membereskan alat ini, dia tuh
coffe perkfeksionis
banget orang
nya, apalagi
soal kopi.
Yaaaa.. gitu
deh Iko.
18 18 INT (Wide Shot, Tripod Still ) - Atmo, - - 4detik 00:03:04:00-
GILANG, PUTRI Instrumen 00:03:08:00
Gilang Menghampiri putri
yang lagi duduk

193
19 19 INT (Close up Shot, RARA Atmo, - - 10detik 00:03:08:00-
Medium Shot,Tripod Still) Ko mala mini Instrumen 00:03:18:00
RARA, IKO ngopi lagi yuk
IKO
Rara dan iko lagi temen-temen
melakukan aktifitas dan kopi kalian
kemudian rara mengajak iko kaya biasa kan
minum coffe malam ini
RARA
Lalu Rara langsung merebut ehhh…. Malem
atau menggeser Iko untuk ini aku ya yang
tidak membuat kopi nya. jadi baristanya

20 20 INT RARA - Atmo, - - 12detik 00:03:18:00-


Rara buatin kopi Instrumen 00:03:30:00

194
21 21 INT (Close up Shot, Atmo, - - 5detik 00:03:30:00-
Medium Shot,Tripod Still) 00:03:35:00
RARA, GILANG, IKO,
PUTRI
Rara mengantar coffe ke
meja iko, putri, dan, gilang

23 23 INT (Medium Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 10detik 00:03:35:00-


RARA men 00:03:45:00
Rara mengantar coffe ke guys..it’s our
meja putri, dan, gilang timeee to
coffee! Well,
ini kopi buat
kalian semua.
24 24 INT (Close up Shot,Tripod Still) GILANG - - 6detik 00:03:45:00-
GILANG kenapa si Rara 00:03:52:00
Gilang heran karena putri ? tumben
tumben bikini coffe buatin kopi
buat kita

195
25 25 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI Atmo,instru - - 4detik 00:03:52:00-
PUTRI men 00:03:56:00
Putri juga heran karena putri ga tau tuhh..
tumben bikini coffe
26 26 INT (Wide Shot, Close up Shot, RARA
Tripod Still ) Ini ekspreso
RARA, IKO, untuk Gilang,
PUTRI Mochacinno
Rara menjelaskan kopi-kopi untuk Putri,
yang dibuat kopi untuk dan Americano
anak-anak, lalu menjelaskan untuk Iko
Rara hari trakhir kerja

196
27 27 INT (Wide Shot, Tripod Still ) Atmo,instru - - 7detik 00:03:56:00-
RARA, GILANG, IKO, men 00:03:02:00
PUTRI
Iko datang dan ikut duduk
bersama mereka, sambil
menatap Rara.

28 28 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA - -- 10detik 00:03:02:00-


RARA jadi..malem ini 00:03:10:00
Rara duduk dan memulai hari trakhir aku
obrolan. kerja di cafe
ini.
29 29 INT (Close up Shot,Tripod Still) GILANG - - 5detik 00:03:10:00-
GILANG hah! Serius lo 00:03:15:00
Gilang minum kopi dan Ra?”
kaget denger omongan rara

197
30 30 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI - - 6detik 00:03:15:00-
PUTRI lo mau kemana 00:03:21:00
Semua kaget mendengar Ra?
ucapan Rara
31 31 INT (Wide Shot, Tripod Still ) RARA Atmo,instru - - 10detik 00:03:21:00-
RARA, GILANG, IKO, so guys..cafe men 00:03:31:00
PUTRI kita buka
Iko mengendus coffe yang cabang di
dibuatin rara Bandung..
32 32 INT (Close up Shot,Tripod Still) GILANG - - 15detik 00:03:31:00-
GILANG wiiihh mantep 00:03:45:00
Gilang menggapi obrolan si boss.. terus-
rara terus ra ?
33 33 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA - - 14detik 00:03:31:00-
RARA Nahh aku di 00:03:45:00
Rara Melanjutkan mutasi dan
disuruh ngelead
disana..

198
34 34 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI Atmo,instru - - 15detik 00:03:45:00-
PUTRI yaahhh..ilang men 00:04:00:00
Expresi putri dan menjawab deh satu
diantara kita
35 35 INT (Wide Shot, Tripod Still )
RARA, GILANG, IKO,
PUTRI
Iko melihat-lihat kopi yang
dibuat oleh Rara.
36 36 INT (Close up Shot,Tripod Still) - - 10detik 00:04:00:00-
IKO IKO 00:04:10:00

Iko mengomentari coffe lo buatin gue


yang dibuatin rara Americano Ra

37 37 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 7detik 00:04:10:00-


RARA iyaa..cobain men 00:04:17:00
Menjawab pertanyaan iko laahh

199
38 38 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO 13detik 00:04:17:00-
IKO emang lo 00:04:30:00
Iko menjawab paham Ra
berapa gram
takaran kopi
untuk buat
Americano?
airnya harus
berapa ML?
trus tingkat
panasnya
berapa derajat
39 39 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 10detik 00:04:30:00-
RARA udahlah minum men 00:04:45:00
Rara menjawab aja, ga seburuk
yang kamu
pikir ko

200
40 40 INT (Wide Shot, Tripod Still ) - - 30detik 00:04:45:00-
RARA, GILANG, IKO, 00:05:10:00
PUTRI
Gilang dan Putri yang malas
melihat Iko yang
perfeksionis.

41 41 INT (Close up Shot,Tripod Still) GILANG Atmo,instru - - 15detik 00:05:10:00-


GILANG kenapa lagi sih men 00:05:25:00
Gilang kesal sama putri dan ini orang
iko

42 42 INT (Close up Shot, Wide Shot, PUTRI Atmo,instru - - 10detik 00:05:25:00-


Tripod Still) men 00:05:35:00
PUTRI
Putri males melihat iko dan ga tau ahh…
Putri lalu melepas ikatan males
rambutnya

201
43 43 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO Atmo,instru - - 00:05:25:00-
IKO karna lo ga men 00:05:35:00
Iko menjelaskan biasa buat kopi,
dan kalo lo
mau buat kopi
harus dari hati
Ra
44 44 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 25detik 00:05:35:00-
RARA Koo..ga ada men 00:06:00:00
Rara menjawab satu hal pun
yang aku
lakuin ga pake
hati

202
45 45 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI Atmo,instru - - 30detik 00:06:00:00-
PUTRI men 00:06:30:00
Putri menengahi rara dan udah lah
iko yang lagi berdebat Ko..Cuma kopi
ga usah
dipermasalahin.
Ra maklumin
Iko ya dia kan
barista yang
perfeksionis.
46 46 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO Atmo,instru - - 8detik 00:06:30:00-
IKO bukan gitu men 00:06:38:00
Iko menjelaskan Put,ini tuh soal
rasa, dan ...
47 47 INT (Close up Shot,Wide Shot PUTRI Atmo,instru - - 3detik 00:06:38:00-
Tripod Still) “aroma! Gue men 00:06:41:00
PUTRI tau kok.
Putri memotong obrolan Iko

203
48 48 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 10detik 00:06:41:00-
RARA men 00:06:51:00
Rara menjawab kamu tau apa
sih Put? Setiap
hari kan kamu
Cuma perhatiin
penampilan.
49 49 INT (Close up Shot,Tripod Still) GILANG Atmo,instru - - 9detik 00:06:51:00-
GILANG sudah-sudah men 00:07:00:00
Gilang menengahi rara dan kita ini lagi our
putri time. Ra.. come
ooonn..
50 50 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 10detik 00:07:00:00-
RARA yaa emang men 00:07:10:00
Rara menjawab benerkan ?!
Putri ga pernah
buat kopi
selama kerja
disini

204
61 61 INT (Close up Shot,Tripod Still) GILANG - - 15detik 00:07:10:00-
GILANG 00:07:25:00
Gilang menatap Rara kok lo
lalu suara di tekan dan tegas ngomong gitu?
seharusnya lo
bisa terima
masukkan dari
orang dong,
niat kita semua
juga baik kok
ke lu ra
61 61 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA - - 7detik 00:07:25:00-
RARA kamu kenapa 00:07:32:00
Rara menjawab jadi ga asik gini
si Lang ?
Dan kenapa
jadi belain si
Putri

205
62 62 INT (Close up Shot,Tripod Still) GILANG - - 9detik 00:07:32:00-
GILANG 00:07:41:00
Gilang merespon
yaahh karna lo
langsung sewot
sama Putri,
padahal Putri
belain lo
63 63 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 8detik 00:07:41:00-
RARA seistimewa apa men 00:08:09:00
Rara menjawab sih putri dimata
kamu ? atau
jangan-
jangan… kamu
suka sama Putri
ya, Lang?

206
64 64 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO Atmo,instru - - 6detik 00:08:09:00-
IKO lo kenapa jadi men 00:08:15:00
Iko merespon childish gini si
ra? Gue Cuma
ngasih tau lo
soal kopi, dan
gilang sama
putri Cuma
nengahin kita.
65 65 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 5detik 00:08:15:00-
RARA atau jangan- men 00:08:20:00
Rara menjawab jangan kamu
Ko, yang punya
perasaan sama
putri?”

207
66 66 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI Atmo,instru - - 7 detik 00:08:20:00-
PUTRI apaansi Ra ?? men 00:08:27:00
Insert Putri kaget kok lo
mendengar kata-kata Rara ngomomg kaya
dan menatap Rara. gitu ? ga
mungkin laah..
Iko ituu cuma
ngasih tau lo
67 67 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO Atmo,instru - - 4detik 00:08:27:00-
IKO men 00:08:31:00
Iko merespon dan terus..? kenapa
memotong obrolan putrid an kalo gue
rara beneran suka
sama Putri

208
68 68 INT (Wide Shot, Tripod Still ) 7detik 00:08:31:00-
RARA, GILANG, IKO, 00:08:38:00
PUTRI
Semua terkejut mendengar
penjelasan Iko.
Insert Rara ga terima
mendengar pernyataan Iko.
Putri dan Gilang wajah
terheran-heran.

69 69 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA - - 3detik 00:08:38:00-


RARA HAHH..??!! 00:08:41:00
Rara merespon maksud kamu
Ko
70 70 INT (Close up Shot,Tripod Still) GILANG Atmo,instru - - 3detik 00:08:41:00-
GILANG lo beneran suka men 00:08:44:00
Gilang merespon sama Putri
Bro??

209
71 71 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI 5detik 00:08:44:00-
PUTRI lo...serius Ko ? 00:08:49:00
Putri merespon lo ga lagi
bercanda kan ?
72 72 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA - - 6detik 00:08:49:00-
RARA kamu yakin Ko 00:08:55:00
Rara merespon suka sama Putri
? kamu ga tau
Putri sama
Gilang ada
hubungan
73 73 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA 5detik 00:08:55:00-
IKO hubungan apa 00:09:00:00
Iko menjawab ?? mereka
berdua pacaran
74 74 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI - - 3detik 00:09:00:00-
PUTRI lo ngomong 00:09:03:00
putri merespon apa sih Ra

210
75 75 INT (Close up Shot,Tripod Still) GILANG Atmo,instru - - 10detik 00:09:03:00-
GILANG iya Ra… lo men 00:09:10:00
Gilang merespon ngomong apa
sih ? kita ga
ada hubungan
apa-apa
76 76 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 3detik 00:09:10:00-
RARA loh bukannya men 00:09:13:00
Rara menjawab kalian saling
suka
77 77 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO Atmo,instru - - 6detik 00:09:13:00-
IKO Put.. beneran men 00:09:19:00
Iko merespon dan Kaget yang dibilang
Rara ? lo suka
sama Gilang??

211
78 78 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI 5detik 00:09:19:00-
PUTRI enggga..gue ga 00:09:24:00
putri merespon ada hubungan
apa-apa sama
Gilang.
79 79 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - - 4detik 00:09:24:00-
RARA Tapi… Gilang men 00:09:28:00
Rara merespon pernah nidurin
kamu kan Put..
80 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO Atmo,instru - - 3detik 00:09:28:00-
IKO HAH!! men 00:09:31:00
Iko Kaget dan tidak Lang...itu bener
menyangka yang di bilang

212
81 81 INT (Wide Shot, Close up Shot Atmo,instru - - 7detik 00:09:31:00-
Tripod Still ) men 00:09:38:00
RARA, GILANG, IKO,
PUTRI
Putri menatap Iko gugup,
lalu menatap Rara lagi.
Rara memalingkan mata
dan membenarkan
kacamata

82 INT (Close up Shot,Tripod Still) Atmo,instru - 3detik 00:09:38:00-


GILANG men 00:09:41:00
Gilang merespon
Gilang hanya menaikkan
alis

213
83 83 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO Atmo,instru - - 5detik 00:09:41:00-
IKO gila ya Lang men 00:09:46:00
Iko merespon dan emosi gue ga nyangka
apa yang udah
lo lakuin!
84 84 INT (Wide Shot, Close up Shot Atmo,instru - - 4detik 00:09:46:00-
Tripod Still ) men 00:09:50:00
RARA, GILANG, IKO,
PUTRI
Semua terkejut mendengar
Rara, dan semua menatap
Rara tegas

214
85 85 INT Close up Shot,Tripod Still) GILANG Atmo,instru - - 4detik 00:09:50:00-
GILANG yaaaa...gue ga men 00:09:54:00
Gilang menjawab tau Bro kalo lo
suka sama
Putri..dan lo ga
pernah cerita
sama sekali ke
gue
86 86 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI Atmo,instru - - 4detik 00:09:54:00-
PUTRI gue ga nyangka men 00:09:58:00
Putri kesal sama rara yang ya Ra, lo bakal
membongkar rahasia putri ngomong kaya
dengan gilang gini. Gue kira
lo...

215
87 87 INT (Close up Shot,Tripod Still) RARA Atmo,instru - 10detik 00:09:58:00-
RARA loh emang men 00:10:08:00
Rara merespon dan kenyataannya
memotong omongan putri bener kan ?
yaaa aku Cuma
ga mau aja,
ngeliat Iko
berharap sama
kamu Put,
sedangkan
kamu ga ada
perasaan apa-
apa sama Iko.
88 88 INT (Close up Shot,Tripod Still) PUTRI - - 6detij 00:10:08:00-
PUTRI tapi lo ga perlu 00:10:14:00
Putri menjawab dan lalu ngomong
meminum coffe begitu Ra. Apa
perlu lo bicara
selebih itu ?!

216
89 89 INT (Wide Shot, Close up Shot Lagu SENAR - - 36detik 00:11:00:00-
Tripod Still ) SENJA-Dialog 00:11:14:00
RARA, GILANG, IKO, hujan
PUTRI
Suasana berubah menjadi
berantakkan. Mereka
bertiga menunduk kesal.
Gilang memutarkan jari ke
bibir gelas loki.
Iko memegang kepala
dengan kesal.
Putri menundukkan kepala.
Semua terdiam beberapa
saat

217
90 90 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO - - 14detik 00:11:14:00-
IKO Put...lo tau ga 00:11:25:00
Iko menatap putri si mocchacino
yang lu minum
itu mempunyai
dua sisi?
mampu
merahasiakan
sesuatu yang
pahit di balik
manisnya rasa.
Yaaa.. kaya lo
gini
91 91 INT (Close up Shot,Tripod Still) Lagu SENAR - - 35detik 00:11:25:00-
PUTRI SENJA-Dialog 00:12:00:00
Putri hanya memandang Iko hujan
dengan kesal dan tidak
menyangka. Lalu menghela
nafas perlahan

218
92 INT Close up Shot,Tripod Still) PUTRI Lagu - - 30detik 00:12:00:00-
PUTRI Gue minta maaf SENAR 00:12:30:00
Putri minta maaf dan dengan perilaku SENJA-
meninggalkan café dengan gue yang ga Dialog hujan
wajah yang kesal baik selama di
café ini. gue
berharap
perspektif
kalian semua ke
gue ga ngerubah
pertemanan
kita.
Buat lo Ra,
terimakasih
udah jadi
partner kita
selama ini,
sukses ya di
Bandung

219
93 INT (Wide Shot, Close up Shot Lagu SENAR - - 30detik 00:12:30:00-
Tripod Still ) SENJA-Dialog 00:13:00:00
RARA, GILANG, IKO, hujan
Iko bangun ambil jaket dan
helm di belakang.
Lalu Iko pergi
meninggalkan café tanpa
sepatah kata pun. Serta
menatap Gilang dengan
sinis.
Setelah berjalan sedikit, Iko
mundur kembali dan bicara
ke Gilang.

220
94 94 INT (Close up Shot,Tripod Still) IKO Lagu - - 20detik 00:13:00:00-
IKO Oya Lang, SENAR 00:13:20:00
Sebelum meninggalkan café semanis apapun SENJA-
iko menyampaikan sesuatu hidup, rasa Dialog
kata-kata ke gilang pahit akan hujan
selalu ada, kaya
espresso di
loki lu
95 INT Close up Shot,Tripod Still) GILANG Lagu - - 15detik 00:13:20:00-
GILANG Ra..kenapa sih SENAR 00:13:35:00
Gilang menghela nafas lo kaya gini ? SENJA-
panjang dan menatap ke harusanya kita Dialog
Rara. ngopi-ngopi hujan
Rara hanya menunduk dan bareng dan
memegang cangkir rayain
kebersamaan
kita.

221
96 INT (Close up Shot,Tripod Still) ya seperti yang Lagu - - 1menit 00:13:35:00-
RARA Iko bilang tadi, SENAR 00:14:30:00
ini semua tentang
Rara merespon SENJA-
rasa. Orang-orang
Dialog
hanya
hujan
mementingkan
soal perpaduan
rasa yang ada di
cappuccino, tapi
ga pernah peduli
sama ketebalan
foam diatasnya.
Dan sekarang aku
sendiri ngerasa
bagaikan foam
diatas
cappuccino.
Kamu tau ga
Lang, selama ini
aku suka sama
Iko, tapi aku ga
berani

222
ngungkapin
perasaan ke dia,
karna aku sendiri
pun ga yakin
sama diri aku
sendiri, aku takut
Iko ga ada rasa ke
aku.
Ketika Iko bilang
dia suka sama
Putri, perasaan
aku hancur
banget Lang, aku
ga bisa terima
kenyataan orang
yang aku suka
selama ini suka
sama orang lain,
dan itu partner
kerja aku sendiri.

223
97 INT Close up Shot,Tripod Still) GILANG - - 1menit 00:14:30:00-
GILANG mengungkapka 00:15:30:00
Gilang menjawab n perasaan itu
benar Ra, dan
ga ada yang
salah sama
perasaan lo ke
Iko, tapi…
waktu dan
caranya
kurang tepat.
Seperti
Americano
favoritnya Iko,
ga pernahkan
Iko menikmati
Americano di
siang hari?
Goodluck yaa

224
Ra di Bandung
and Thankou
buat farewell
coffee nya
98 98 INT (Wide Shot,Close up Lagu SENAR - - 32detik 00:15:30:00-
Shot,Long Shot TripodStill) SENJA-Dialog 00:16:02:00
RARA, GILANG hujan
Gilang membuka celemek nya
dan menghela nafas pelan.
Lalu berdiri meletakkan
celemeknya diatas meja.

Lalu Gilang meninggalkan


Rara sendiri.

Rara melepaskan celemeknya


kasar, serta dengan rasa
menyesal dengan diri sendiri,
lalu melepaskan kacamata dan
Rara menutup wajahnya
seraya menangis.

225
Bars and Tone

Gambar III.43

226
Logo UBSI

Gambar III.44

227
Program ID

Gambar III.45

228
Counting Leader

Gambar III.46

229
Judul Film Drama Televisi

Gambar III.47

230
231

3.8. Lembar Kerja Penata Artistik

Penata artistik secara teknis adalah koordinator lapangan yang melaksanakan

eksekusi atas semua rancangan desain tata artistik/gambar kerja yang menjadi

tanggung jawab pekerjaan production designer. Seluruh proses penyediaan material

artistik sejak persiapan (pra-produksi) hingga berlangsungnya perekaman gambar

dan suara saat produksi menjadi tanggung jawab seorang penata artistik (art

director). (Avikomfilm, 2017)

Dari sumber di atas yang menggambarkan pekerjaan seorang penata artistik,

penulis dapat memahami bahwa dalam pelakasaan produksi penata artistik

mengkoordinir tim dalam men-setting lokasi sesuai kebutuhan yang ada di dalam

cerita dan juga menyediakan material artistik dari mulai perisapan sampai produksi.

Dalam produksi film televisi ini, penulis sebagai penata artistik dan sekaligus

penulis merangkap sebagai production designer, yang artinya segala bentuk

rancangan dan pengaplikasian pada produksi dilakukan oleh penulis sendiri.

3.8.1. Pra Produksi

Menurut (Muslimin, 2018:032) Pra Produksi adalah “tahapan pertama yang

dilakukan oleh penata artistik dan tim produksi sebelum eksekusi pengambilan

gambar (shooting) dalam membuat sebuah film televisi (sebelum produksi)”.

Pada tahap ini adalah tahap merencanakan sebuah produksi film televisi

sebelum proses pengambilan gambar, berikut ada beberapa tahapan praproduksi yang

diterapkan oleh (Muslimin, 2018:030) :

1. Membuat Tema Film


232

Tema dalam film sama dengan tema dalam tulisan buku,novel atau cerita apa

saja, berisi tentang inti dari sebuah gagasan ide. Bisa tema keluarga, drama

persahabatan, percintaan, kepahlawanan, lingkungan, petualangan, dan lain

sebagainya. Tema inilah yang menjadi ruh dalam sebuah drama film televisi.

2. Ide Cerita

Setelah proses membuat konsep film dan tema film sudah ditentukan, kita

mulai mencari ide cerita. Ide cerita bisa datang dari siapa saja;

teman,keluarga,pacar,pengalaman sendiri,atau apa siapa saja yang telah

menginspirasi kamu untuk memproduksi sebuah film. Contoh nya, kamu

dikhianati oleh pacar kamu yang sudah lama bersama kamu.

3. Judul Film

Menentukan judul film juga perlu kecermatan. Judul mana yang sekiranya

bisa membuat penonton kita penasaran dengan judul yang kita buat, tetapi ingat

dengan jangan meninggalkan identik konten dengan judul yang akan dibuat.

Judul semestinya ada benang merah yang terhubung dengan isinya.

4. Bedah Naskah

Bedah Naskah yaitu mengkaji atau mengidentifikasi secara teknis terhadap

bagian-bagian naskah atau scene dari beberapa unsur untuk mengetahui

kebutuhan-kebutuhan teknis dilapangan (pada waktu produksi). Bedah naskah

juga menjadi media untuk menyinkronkan kemuan sutradara atau produser

dengan pemahaman-pemahaman lain; Director of Photography (D.O.P), Art

Director (Penata Artistik), Sound Director (Penata Suara), Wardrobe (Penata

Busana), Make-Up (Penata Rias), Editor.


233

5. Membuat Breakdown Artistik

Sebuah film televisi tentu bermaksud menyampaikan sebuah pesan, dan pesan

ini menuntu beberapa hal terkait era/waktu dimana visualisasi film akan

menyampaikannya, ini termasuk setting dasar sebuah film televisi, dan ini akan

memengaruhi setting dan property apa saja yang akan digunakan dalam film

televisi yang akan dibuat. Setting dan property pasti harus disesuaikan dengan

zamannya, jangan sampai membuat setting ditahun 90-an tetapi menggunakan

property nya di tahun 2000-an. Maka dari itu penata artistik membuat breakdown

artistik nya, seperti wardrobe make-up, dan set yang sesuai dengan naskah yang

dibuat.

6. Recce & Survey Lokasi

Recce dalam istilah yang dibaca Nurul Muslimin yaitu mencari lokasi yang

sesuai untuk produksi film televisi terkait dengan hal-hal teknis produksi. Misal

nya dengan kebutuhan kamera, lampu, alat serta property lainnya. Setelah

membedah naskah, maka akan muncul gambar lokasi yang diinginkan dan

disepakati oleh sutradara dan tim yang lain. Maka dari itu tim lokasi, penata

artistik, penata kamera, penata suara dan sutradara bertugas untuk survei lokasi

untuk melihat lokasi yang sesuai dengan naskah yang dibuat.

7. Pembiayaan / Budgetting

Setelah bedah naskah dilakukan, maka produser bisa melakukan budgetting

kebutuhan-kebutuhan produksi, sekaligus menyusun budget produksi. Sesuai

dengan hasil bedah naskah, penata artistik bisa menginvestasikan kebutuhan-

kebutuhan art dan property setiap scene. Ini juga perlu kejelian melihat schedule

shooting dan tingkat kebutuhannya. Perlu identifikasi property mana yang sudah

ada (tidak perlu beli/sewa), property mana yang harus sewa atau beli.
234

8. Pendataan Ulang List Property

Setelah semua selesai dilakukan, penata artistik memastikan sebelum

melangkah ke tahap produksi, semua komponen dan prosedur yang telah

dipaparkan tadi telah tersedia dan siap untuk dilanjutkan ke tahap produksi.

Di tahap awal atau pra produksi, penulis dan seluruh anggota tim berkumpul

untuk membahas tentang ide cerita untuk drama film televisi “farewell coffee”,

setelah ide cerita disepakati kemudian dilanjutkan oleh penulis naskah untuk

pembuatan naskah.

Setelah naskah selesai dibuat oleh penulis naskah dan membedah naskah

bersama seluruh anggota tim, penulis membuat breakdown artistik untuk

menentukan wardrobe dan property sesuai dengan naskah dan permintaan sutradara.

Penulis membuat breakdown artistik dimana untuk menentukan set, dekorasi,

tata busana (wardrobe) , dan tata rias (make up) yang bertujuan untuk pada saat

proses produksi berlangsung tidak akan bingung untuk apa saja yang akan digunakan

dalam adegan. Setelah membuat breakdown artistik berkordinasi lagi dengan

sutradara apakah diterima atau ada perubahan set artistik yang siapkan di adegan.

Setelah membuat breakdown artistik, penulis akan melakukan recce ke lokasi

bersama tim lainnya, yang bertujuan untuk melihat set, apakah ada

tambahan/perubahan property pada saat produksi nanti. Lalu selesai recce penulis

akan membuat susunan anggaran untuk biaya dari property,wardrobe apa saja yang

akan dibeli/sewa. Selesai membuat anggaran biaya artistik penulis melakukan

pendataan ulang list property apa sudah siap/belum digunakan sebelum proses

produksi dimulai.
235

3.8.2. Produksi

Menurut Muslimin (2018:104) Tahap ini fokus pada pengambilan

gambar/visual (Shooting) dari sebuah film televisi yang akan dibuat. Catatan penting

sebelum tahap produksi dimulai yaitu tahap sebelumnya (pra produksi) telah

matang/siap, diusahakan tidak ada perubahan lagi jika sudah masuk dalam wilayah

produksi. Mulai dari produser dan tim lainnya semua harus sepakat untuk pada

pekerjaanya masing-masing. Disini penata artistik harus tetap/stand by disamping

sutradara manakala ada kesulitan yang timbul didalam set dan penata artistik juga

harus menjaga kontiniti artistiknya pada saat produksi.

Pada tahap ini penulis selalu didekat sutradara manakala harus cepat dan

cermat mengatasi kesulitan yang timbul didalam set, penulis juga harus menjaga

kontiniti artistik. Pada saat produksi maka tiap adegan penata artistik perlu ada dan

berada didekat sutradara untuk memastikan gambar yang diambil sesuai dengan yang

diharapkan sesuai dengan skenario dan dalam tampakkan gambarnya pun terlihat

nyata bisa saja ia terlibat langsung misalnya membetulkan letak set/properti yang

dirasa tidak pas di adegan yang dimaksud kegiatan ini terus diikuti oleh Penata

Artistik mulai dari bongkar pasang set sampai ke penataan set sepanjang

pengambilan gambar masih berlangsung.

3.8.3 Pasca Produksi

Menurut (Muslimin, 2018:119) “Pasca Produksi adalah bagian akhir dari

pembuatan film televisi atau karya digital lainnya yang dikerjakan setelah proses

perekaman visual”.
236

Ditahap ini tugas penata artistik adalah merapikan dan mengembalikkan

semua properti dan peralatan seperti semula, penata artistik ditahap pasca produksi

juga mengecek kembali alat-alat apa saja yang hilang atau rusak pada saat produksi.

Selain itu ditahap ini penata artistik dan tim yang terdapat dalam penata artistik

seperti tim penata busana (Wardrobe) dan penata rias (Make-Up) untuk melakukan

evaluasi dilihat dari kekurangan-kekurangan pada saat pengambilan gambar.

Kemudian mengembalikkan semua properti dan peralatan lainnya yang telah disewa.

Pada tahap ini penulis untuk merapikan dan mengembalikan semua properti

dan peralatan, penulis juga mengecek kembali alat-alat apa ada yang hilang atau

rusak pada saat produksi berlangsung.

Pada tahap ini dilakukan evaluasi dari semua divisi yang terdapat dalam

penata artistik, dilihat dari kekurangan-kekurangan pada saat pengambilan gambar.

Kemudian juga mengembalikkan dan merapikan semua property dan peralatan

lainnya, pada tahap ini dilihat juga balance pembiayaannya.

3.8.4. Peran dan Tanggung Jawab Penata Artistik

Menurut (Muslimin, 2018:156) Tim Penata Artistik yang mengoordinasi dan

bertanggung jawab pada kebutuhan properti artistik film televisi.

1. Bertugas mengawasi langsung kinerja seniman dan pengrajin.

2. Berperan aktif dalam menerjemahkan nashkah dan kemuan sutradara.

3. Bertanggung jawab pada perlengkapan dalam mendukung setting dalam visual

gambar.

4. Bertanggung jawab dalam kontiniti artistik.

5. Menjadi kepala bagian dari tim penata busana dan penata rias.
237

Pada dasarnya baik Pengarah Artistik, Property Master, Penata Busana dan

Penata Rias itu masuk dalam satu departemen yakni Departemen Art yang dikepalai

oleh Art Director.

3.8.5. Proses Penciptaan Karya

Penulis menjelaskan proses penciptaan karya terdiri

a. Konsep Kreatif :

Setelah penulis naskah membacakan naskah yang sudah dibuat oleh penulis

naskah dengan judul “Farewell Coffee”, penulis tertarik dengan jalan ceritanya dan

dari segi kreatif penulis akan menata set cafe, dengan set cafe tersebut penulis akan

menata Set dengan minimalis, konsep dengan kesan yang sederhana namun nampak

elegan sesuai dengan kehidupan masa sekarang yang serba ingin cepat,simple tapi

mengutamakan kualitas dengan bahan sederhana tapi terlihat mewah. Ketika mulai

mengimajinasikan beberapa konsep yang akan dibuat penulis melakukan riset seperti

sebuah set cafe seperti di film “Filosofi Kopi” versi lebih sederhana tapi tetap terlihat

mewah. Property yang digunakan dalam pembuatan film “Farewell Coffee” juga

property asli dan dibuat senyaman mungkin agar terlihat cocok untuk melakukan

aktifitas yang santai.

b. Konsep Produksi :

Ketika proses produksi seorang Art Director harus cekatan dalam hal

menanggapi dan mempersiapkan kostum apa saja dan make up yang akan digunakan

talent pada setiap scene yang berbeda waktu tempat dan adegan. Begitu pula dengan

menyiapkan dan menata set lokasi yang akan dipakai untuk take pada setiap scene.

Maka penulis harus sangat cekatan dalam mengerjakan jobdesk nya, dan
238

memanfaatkan setiap waktu untuk menyiapkan Wardrobe, Make Up, Property dan

Hand Property.

c. Konsep Teknis

Dari segini teknis beberapa properti yang digunakan dalam Film Televisi

“Farewell Coffee” adalah properti asli artinya pada setiap adegan ada beberapa

menggunakan properti yang ada di lokasi shooting. Sebagai penambah, di set adapun

penulis menambahkan dan membuat alat sebagai pelengkap untuk menyerupai set

yang dibutuhkan. Untuk menunjang terciptanya sebuah karya yang bagus penulis

selalu mencoba untuk membuatnya seperti asli penulis bekerja sama dengan Lighting

untuk menciptakan suasana yang pas sesuai kebutuhan dan kemauan Sutradara dan

Penata Kamera. Untuk set Cafe tidak terlalu banyak penambahan Properti, karena

dilokasi sudah cukup tersedia properti-properti yang di inginkan oleh Penulis

maupun Sutradara.

3.8.6. Kendala dan Solusinya

1. Kendala : Waktu proses pengambilan gambar (Shoot) di Cafe, ada

Crew kita yang memecahkan barang (Property) yang dipinjam dari tempat

Cafe tersebut.

Solusi : Produser mengadakan rapat langsung untuk membahas apa

yang terjadi, dan kami semua pun setuju untuk mengganti barang (Property)

yang sudah dipecahkan oleh Crew kami.

2. Kendala : Pada saat pengambilan gambar (Shoot) terdapat papan iklan

jalan yang terlihat di kamera.


239

Solusi : Penata Kamera memberitahu kami (Penata Artistik) untuk

menutup papan iklan tersebut sehingga tidak terlihat lagi dikamera saat

pengambilan gambar, kami menutup papan iklan tersebut dengan kain dan

mematikan lampu luar set sehingga tidak terjadi refleksi pada kamera.

3. Kendala : Pada saat proses pembuatan Art dikopi untuk adegan, ketika

Crew kami membawa kopi tersebut ke meja set dengan terburu-buru sehingga

Art pada kopi memudar sehingga tidak terbentuk gambar lagi.

Solusi : Kami membuat ulang Art pada kopi tersebut dengan jumlah

yang lebih sehingga kejadian itu tidak terulang lagi, jika terulang masih ada

stok yang dibuat lebih.

3.8.7. Lembar Kerja Penata Artistik

1. Konsep Tata Artistik

2. Breakdown Artistik

3. Set Lokasi

4. Floor Plan

5. Set desain

A. Konsep Tata Artistik

Dalam drama Film Televisi yang berjudul “Farewell Coffee”, penulis

melakukan bedah naskah kemudian melakukan riset dan survei lokasi, dari hasil

survei lokasi, tim lokasi kami menemukan Cafe yang diinginkan Sutradara. Penulis

menambahkan beberapa properti untuk memberi kesan nyata pada seluruh set yang

dibuat oleh penulis, Penulis juga menyiadakan properti tambahan, Make-Up,

Wardrobe sesuai dengan kebutuhan naskah penulis akan buat.


240

1. Property & Hand Property

Untuk Property & Hand Property, penulis menyiapkan barang atau bahan

cadangan apabila terjadi pengulangan Take pada bahan atau barang yang harus

diganti dengan yang baru.

Berikut referensi Property & Hand Property yang disarankan oleh Penulis:

 Hand Property Rara

Gambar III.48 Gambar III.49

Gambar III.50
241

 Hand Property Putri

Gambar III.51 Gambar III.52

Gambar III.53 Gambar III.54

 Hand Property Gilang

Gambar III.55 Gambar III.56


242

Gambar III.57

 Hand Property Iko

Gambar III.58

Gambar III.59
243

2. Wardobe

Untuk Wardrobe sendiri ingin kostum yang lebih terlihat sebagai pegawai Cafe

yang modern dengan menggunakan seragam khas Cafe itu supaya sesuai dengan

jalan cerita Film Televisi “Farewell Coffee”.

Berikut referensi yang diberikan Penulis untuk Penata Kostum :

 Kostum Rara

Gambar III.60 Gambar III.61

 Kostum Putri

Gambar III.62 Gambar III.63


244

 Kostum Iko

Gambar III.64 Gambar III.65

Gambar III.66

 Kostum Gilang

Gambar III.67 Gambar III.68


245

3. Make Up (Penata Rias)

Untuk Make Up penulis memilih lebih Natural, karena sesuai dengan masing-

masing karakter yang ada didalam cerita Film Televisi “Farewell Coffee”.

A. Jenis-jenis Make Up yang digunakan

1. Foundation

Gambar III.69

Digunakan untuk sebelum memakai bedak atau Make Up lainnya.

2. Lipstic Matte

Gambar III.70
246

3. Bedak Padat

Gambar III.71

Digunaka untuk bedak pemain Laki-laki, agar terlihat lebih fresh

4. Blush On

Gambar III.72

Digunakan untuk pipi agar terlihat lebih fresh

5. Maskara

Gambar III.73

Digunakan untuk bulu mata, agar lebih terlihat.


247

B. Set Lokasi

- Set Meja Cafe

Gambar III.74

- Set Meja Bar Pembuatan Kopi

Gambar III.75

Gambar III.76
248

- Set Pintu Masuk/Keluar

Gambar III.77

- Set Depan Cafe

Gambar III.78

C. Floor Plan

Menurut Anton Mabruri KN (2016:076) Floor Plan adalah istilah untuk

menyebut panduan Blocking atau peta lapangan produksi.


249

Floor Plan merupakan pentunjuk bagi perangkat produksi (Penata Kamera,

Penata Cahaya, Penata Artistik, dll) dan talent pada saat pengambilan gambar.

Tujuannya mempermudah dan mengefektifkan jalannya produksi.

a) Floor Plan Art 1

Keterangan Set Meja Kafe

Gambar III.79

b) Floor Plan Art

Keterangan Set Meja Bar Pembuatan Kopi

Gambar III.80
250

c) Floor Plan Art 3

Keterangan Set Pintu Masuk/Keluar

Gambar III.81

d) Floor Plan Art 4

Keterangan Set Depan Kafe

Gambar III.82
251

e) Floor Plan Art 5

Keterangan Keseluruhan

Gambar III.83

f) Floor Plan Art 6

Keterangan Set Kafe

Gambar III.84
252

D. Set Desain

a) Set Desain 1

Keterangan : Set Meja

Gambar III.85

b) Set Desain 2

Keterangan : Set Meja Bar Pembuatan Kopi

Gambar III.86
253

Gambar III.87

c) Set Desain 3

Keterangan : Set Pintu Masuk/Keluar

Gambar III.88
254

d) Set Desain 4

Keterangan : Set depan Kafe

Gambar III.89
Tabel III.15

BREAKDOWN ARTISTIK

Production Company : Ruang Sinema Produser : Arivia Nanda Ridhola

Judul : Farewell Coffee Sutradara : Adnan Bajrie

Art Director : Tyo Dwi Julianto

Scene No Lokasi Set Int/ext Waktu Cast Wardrobe Property Hand Make Up Special Notes
Property Equipment
Rara, Seragam Meja panjang, Alat make Natural
Putri, Cafe, Bangku 4, up, jam PIN Logo
1 1 Cafe Meja Int Night Iko, Apron, Kopi 4, tangan Foudation,
Gilang Celana Pajangan dinding, rara, jam bedak
levis, jam dinding, tangan padat,
sepatu papan menu, putri, blush on,
gelas 4, jaket iko maskara,
sendok 4 lipstik
matte

255
1 2 Cafe Coffee Int Night Rara, Seragam Mesin kopi, jam Natural PIN Logo
Bar Iko Cafe, gelas, tangan
Apron, toples kopi, rara Foudation,
Celana pajangan bedak
levis, coffee bar, padat,
sepatu alat kasir blush on,
,kulkas, maskara,
kompor, lipstik
dispenser, matte
alat dapur,
rak gelas,
papan menu,
nampan

256
Natural PIN Logo,
1 3 Cafe Depan Ext Night Rara Seragam Meja, bangku Motor Iko
cafe cafe, Foudation,
apron, bedak
celana padat,
levis, blush on,
sepatu maskara,
lipstik
matte

Seragam Open/close, Foudation, PIN Logo


1 4 Cafe Pintu Ext Night Gilang cafe, nampan, bedak
Masuk apron, meja, padat,
celana gelas, sendok, blush on,
levis, bangku maskara,
sepatu lipstik
matte

257
1 5 Cafe Coffee INT Night Rara Seragam Mesin kopi, Jam Foudation, PIN Logo
Bar cafe, gelas, tangan bedak
apron, toples kopi, rara padat,
celana pajangan blush on,
levis, coffee bar, maskara,
sepatu alat dapur, lipstik
rak gelas, matte
nampan

258
1 6 Cafe Cafe INT Night Rara, Seragam Meja panjang, Alat Foudation, PIN Logo Montage
Iko, Cafe, bangku 4, Make Up bedak
Putri, Apron, kopi 4, Putri, Jam padat,
Gilang Celana pajangan dinding, Tangan blush on,
levis, jam dinding, Rara, Jam maskara,
sepatu papan menu, Tangan lipstik
gelas 4, Gilang matte
sendok 4,
Mesin kopi,
gelas,
toples kopi,
pajangan
coffee bar,
alat kasir,
kulkas,kompor,
dispenser,alat
dapur, rak gelas,
papan menu,
nampan

259

Anda mungkin juga menyukai