Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ngaji Alip

NIM: A1D019014

Pengangkutan Edamame (Glycine max (L.) Merr.)

Edamame adalah kedelai spesial (Glycine max (L.) Merr.) yang dipanen
sebagai sayuran. Edamame merupakan jenis kedelai yang memiliki ukuran polong
lebih besar dibandingkan dengan kedelai biasa. Sebagian besar varietas edamame
yang banyak dibudidayakan di dunia berasal dari Jepang, meskipun tanaman ini
sesungguhnya berasal dari daratan Cina pada masa lampau. Edamame dipanen
setelah berumur 99-120 hari sejak ditanam, atau sekitar 35-39 hari setelah
pembungaan (Zeipina et al., 2017; Djanta et al., 2020; Wibowo et al., 2020). Salah
satu proses yang sangat mempengaruhi hasil produksi edamame adalah penanganan
pascapanen edamame. Penanganan pascapanen mencakup semua proses atau
langkah yang harus dilalui tanaman yang dipanen dari produsen hingga ke
konsumen akhir, meliputi penanganan bahan mentah, penyimpanan, pengangkutan,
distribusi, dan pemasaran.
Produk pasca panen masing masing komoditi memiliki karakteristik
tersendiri, ada yang perlu segera diolah setelah dipanen dan ada yang dapat ditunda
sampai beberapa waktu tanpa mengalami penurunan mutu dari hasil yang
diperolehnya. Penundaan hasil panen edamame tiba di pabrik untuk diolah dapat
menyebabkan penurunan mutu hasil olahannya. Selama proses pengangkutan hasil
panen edamame dari kebun ke gudang atau pabrik akan berpengaruh terhadap hasil
panen, terutama terhadap kualitas hasil panen. Dengan cara pengangkutan yang
sembarang saja menyebabkan tingkat kerusakan hasil panen lebih besar. Oleh
karena itu, upaya mengangkut hasil panen tanaman edamame perlu mendapat
perhatian khusus.
Transportasi merupakan sarana dalam menjalankan pengangkutan barang
yang sepenuhnya memberikan pelayanan dalam urusan mengantar. Tahapan ini
mengambil waktu yang cukup lama dari masa simpan edamame sekitar 50-75%
masa simpan buah berada pada transportasi dan distribusi (Cantwell, 2007). Oleh
karena itu, menjaga kualitas buah selama transportasi dan distribusi menjadi bagian
penting. Kebutuhan angkutan bahan-bahan pokok dan komoditas harus dapat
dipenuhi oleh sistem transportasi yang berupa jaringan jalan dan alat angkut yang
efisien (Rahayu, 2013).
Pengemasan edamame perlu dilakukan sebelum dilakukannya transportasi.
Kemasan transportasi adalah kemasan yang dimaksudkan untuk memudahkan dan
mengamankan produk selama dalam perjalanan Adanya wadah atau pembungkus
dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang
ada di dalamnya dan melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik
(gesekan, benturan, dan getaran). Berbagai jenis bahan digunakan untuk keperluan
kemasan, diantaranya adalah bahan dari logam, kayu, gelas, kertas, plastik, film,
foil, karung goni dan kain. Untuk produk edamame, bahan kayu, kertas/karton, dan
plastik lebih banyak digunakan. Persyaratan bahan kemasan, diantaranya dapat
melindungi dan mempertahankan mutu dari pengaruh luar, dan terbuat dari bahan
yang tidak melepaskan unsur yang berpengaruh terhadap kesehatan dan bahan yang
dikemasnya.
Jenis moda transportasi pengangkutan edamame sebenarnya sudah dimulai
dari kebun menuju pengumpul atau bangsal pengemasan (packing house) di sentra
produksi. Kondisi pengangkutan sangat tergantung dari fasilitas lokal yang tersedia
atau yang dimiliki petani/pekebun. Beragam cara pengangkutan buah dari kebun,
antara lain diangkut dengan dipikul langsung oleh petani, gerobak dorong, diangkut
dengan sepeda/sepeda motor, mobil bak terbuka dan lainnya. Setelah pengemasan
di tempat pengumpul atau bangsal pengemasan, berbagai jenis alat transportasi
yang lebih besar dapat digunakan untuk pengiriman.
Pemilihan moda transportasi untuk pengiriman buah didasari oleh beberapa
faktor antara lain tempat tujuan, nilai ekonomi buah, tingkat kepekaan/kemudahan
produk menjadi rusak, kuantitas, kondisi transportasi yang dipersyaratkan, kondisi
iklim tempat asal dan tempat tujuan, waktu tempuh yang diinginkan sampai tujuan,
tarif/biaya angkutan, dan kualitas pelayanan (Hui, et al., 2003). Beberapa moda
transportasi dalam pengangkutan edamame adalah sebagai berikut.
1. Kendaraan truk bak terbuka
Pengangkutan edamame menggunakan truk dengan bak terbuka masih
banyak dilakukan. Umumnya edamame diangkut menggunakan truk dengan
penutup kain terpal pada bagian atas untuk mengurangi pengaruh suhu
lingkungan dan pada jarak tempuh pendek dapat dilakukan pada malam hari.
Untuk mengurangi kerusakan mekanis selama pengangkutan pada pemuatan
secara curah, bak truk dapat dilapisi dengan jerami atau daun pisang kering,
demikian juga pada tiap lapisannya. Saat pembongkaran muatan dilakukan
sortasi untuk memisahkan buah yang mengalami kerusakan mekanis dan
kerusakan lainnya. Seringkali pengangkutan menempuh jarak cukup jauh,
bahkan antar pulau yang dapat memakan waktu 1-5 hari.
2. Truk/ trailer berpendingin
Pengangkutan edamame pada negara maju atau pada perusahaan besar
telah memerhatikan rantai dingin, sehingga untuk pengiriman antar kota/daerah
umumnya telah menggunakan truk atau trailer berpendingin. Truk
berpendingin memiliki kapasitas angkut lebih kecil dari trailer, berupa boks
berinsulasi dan dilengkapi pendingin. Trailer berpendingin berupa boks
berinsulasi memiliki roda di bagian belakang dan digandengkan dengan
kendaraan penggandengnya. Trailer berkapasitas 40, 45 , 48, atau 53 ft (Hui et
al., 2003). Pengangkutan dengan moda tranportasi ini memiliki waktu tempuh
yang tidak berbeda dengan bak terbuka, tetapi terdapat perbedaan dalam masa
simpan edamame. Buah yang diangkut dengan truk berpendingin memiliki
daya simpan lebih lama daripada buah dengan pengangkutan tanpa pendingin.
3. Kapal laut dengan container berpendingin
Container berpendingin umumnya digunakan untuk pengiriman jarak
jauh dengan waktu pengiriman cukup lama dan dapat dimuat dalam kapal.
Tujuan pengiriman menggunakan kapal laut umumnya antar benua. Moda
transportasi ini paling murah dan mampu mengangkut edamame dalam jumlah
banyak, asalkan pengelolaan suhu dan kelembaban dalam container sesuai
persyaratan untuk pengiriman. Untuk tujuan ekspor yang memerlukan waktu
kurang lebih beberapa minggu umumnya digunakan angkutan kapal dengan
fasilitas container berpendingin.
4. Pengangkutan dengan pesawat udara
Jenis angkutan ini paling mahal dibandingkan dengan moda transportasi
lainnya, tetapi memiliki keuntungan waktu tempuh yang pendek dan jangkauan
pengiriman antar benua. Transportasi udara dapat dipilih jika harga dan
permintaan edamame dari luar negeri lain sedang tinggi, misalnya saat buah
berada di luar musim atau kebutuhan khusus dan mendesak. Untuk keperluan
ini, buah setelah sortasi dan grading, mendapat perlakuan emulsi lilin dan
dikemas menggunakan kotak karton. Kewaspadaan dalam pengiriman udara
adalah waktu tunggu dan penanganan di bandara untuk pemuatan dalam
pesawat yang seringkali tidak difasilitasi dengan pendingin. Rentang waktu ini
menjadi titik kritis, karena memutus rantai dingin. Apabila waktu tunggu cukup
lama, maka edamame dapat mengalami peningkatan suhu yang menyebabkan
peningkatan aktivitas respirasi yang berakibat memperpendek masa simpan
(Wisnu Broto, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Cantwell, M. 2007. Pendinginan dan Penyimpanan. Lokakarya Teknologi


Penanganan Pascapanen Hortikultura USAID-AMARTA.

Lisa Kitinoja dan Adel A. Kader. 2002. Praktik-Praktik Penanganan Pascapanen


Skala Kecil: Manual untuk Produk Hortikultura. Postharvest Horticulture
Series 8, California.

Qory Zuniana, dan Tidar Aden Hawa. 2020. Analisi rantai pasok (supply chain)
kedelai edamame sebagai kedelai unggulan kabupaten jember. Jurnal
Agribest, 4(1): 22-29.

Salmiaty Taty. 2013. Analisis efisiensi perdagangan komoditas kedelai edamame


di kabupaten gowa. Jurnal Ilmiah, 104-110.

Wisnu Broto. 2009. Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Yuli Wibowo, Winda Amilia, Dyah Rizki Karismasari. 2020. Manajemen resiko
kehilangan panen edamame (Glycine max (L) Merr.) di PT. Mitratani Dua
Tujuh, Jember. Jurnal Agroteknologi, 14(2).

Anda mungkin juga menyukai