Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TAFSIR AYAT MUAMALAH

“Tafsir Ayat-Ayat Tentang Aqad Muamalah”

Dosen Pengampu:

Ustd. Achmad Syauqi Alfanzari, M.Ag

Disusun Oleh:

Muhammad Waras Danku (19651012)

Pareza (19651014)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Tafsir Ayat-Ayat Aqad Muamalah”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Tafsir Ayat Muamalah.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik pada
teknik penulisan maupun materi, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membaca.

Curup, 26 september 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................ 1

BAB II .......................................................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 2

A. Pengertian Aqad Muamalah .......................................................................................................... 2

B. Rukun-Rukun dan Syarat-Syarat Aqad ....................................................................................... 2

C. Tafsir Ayat Tentang Aqad Muamalah .......................................................................................... 4

BAB III....................................................................................................................................................... 10

PENUTUP .................................................................................................................................................. 10

Kesimpulan ............................................................................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang universal, Allah telah menciptakan manusia dengan berbagai
macam rupa, berbagai macam suku dan bangsa; semuanya itu dengan tujuan agar manusia bisa
saling tolong menolong, saling bahu membahu dalam melakukan sesuatu. Salah satu contoh dari
kegiatan yang dilakukan antar satu orang dengan orang yang lainnya adalah aqad.

Aqad secara etimologis: (1) mengikat (ar-rabtu), atau mengumpulkan dalam dau ujung tali
dan mengikat salah satunya dengan jalan lain sehingga tersambung, ke mudian keduanya menjadi
bagian dari sepotong benda, (2) sambungan (‘aqdatun), atau sambungan yang memegang kedua
ujung dan mengikatnya, (3) janji (al-‘ahdu). Suhendi (2008: 44-45) sebagaimana dijelaskan dalam
firman Allah:

‫ب ل ى م ْن أ ْو ف ى ب ِ ع ْه ِد هِ و ا ت َّق ى ف إ ِ َّن ّللاَّ ي ُِح ب الْ ُم ت َّقِ ين‬


Artinya:

“Bukan begitu! Siapa yang menepati janji dan bertakwa, sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bertakwa”. (QS. AliImran [3] : 76)

Dalam ayat ini mengandung kalimat perintah dan dijelaskan bahwa Allah memerintahkan semua
manusia untuk menepati janjinya, karena apabila telah membuat suatu perjanjian yang telah
disepakati maka akan menjadi kewajiban para pihak yang berjanji. Dengan demikian, memenuhi
perjanjian merupakan suatu perbuatan yang disukai oleh Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana pengertian Aqad Muamalah?
2. Apa saja ayat al-Quran yang menjelaskan mengenai aqad muamalah.?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian serta rukun dan syarat aqad!
2. Untuk mengetahui Ayat-ayat tentang aqad serta penafsirannya!

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqad Muamalah
Kata aqad berasal dari bahasa arab al-aqd yang secara etimologo berarti perikatan,
perjanjian, dan permufakatan (al-ittifaq). Sedangkan secara terminologi fiqih aqad didefinisikan
dengan “irtibat ijab bi qabulin ala wajhin masyru’ yasbutu fi mahallihi” yaitu ijab dengan qabul
menurut cara, metode, atau jalan yang disyariatkan yang memiliki pengaruh pada objeknya. Ijab
adalah ucapan yang dikeluarkan (diucapkan) oleh salah satu pihak yang menunaikan aqad sebagai
bentuk penjelasan terhadap kehendaknya dalam mengadakan aqad atau perjanjian. Sedangkan
qabul, yaitu ucapan yang keluar dari pihak yang beraqad pula ketika pihak pertama telah
mengucapkan ijab. Dalam sebuah aqad terdapat pengaruh yang terjadi pada objek seperti
perpindahan kepemilikan, misalnya seperti yang terjadi pada aqad jual beli, ataupun perpindahan
penggunaan barang seperti pada aqad sewa1.

Sedangkan menurut Hasbi Ash-Shiddieqy yang beliau mengutip dari al-Sanhury, aqad
ialah “Perikatan ijab dan qabul yang dibenarkan syara’ yang menetapkan kerelaan kedua belah
pihak”2. Ada juga yang mendifinisikan bahwa aqad adalah “ikatan atas bagian-bagian tasharruf
(pengolahan) menurut syara’ dengan cara serah terima”3.

B. Rukun-Rukun dan Syarat-Syarat Aqad


1. Rukun-Rukun Aqad

Rukun-rukun aqad sebagai berikut:4

a. Aqid, adalah orang yang beraqad: terkadang masing-masing pihak terdiri dari satu orang,
terkadang terdiri dari beberapa orang. Misalnya, penjual dan pembeli beras dipasar
biasanya masing-masing satu orang.

1
Dwi Suwiknyo, Kompilasi Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010) hlm.
66.
2
T.M Hasbi Ash- Shieddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 21.
3
Lihat Hendi Suhendi, Op. Cit., hlm. 46.
4
Ibid., hlm. 47-48.
2
b. Ma’qud ‘alaih, ialah benda-benda yang diaqadkan, seperti benda-benda yang dijual dalam
aqad jual beli, dalam aqad hibah (pemberian), gadai, utang yang dijamin seseorang dalam
aqad kafalah.
c. Maudhu’ al-‘aqd, yaitu tujuan atau maksud pokok mengaqadkan aqad. Berbeda aqad maka
berbedalah tujuan pokok aqad. Dalam aqad jual beli misalnya, tujuan pokoknya yaitu
memindahkan barang dari penjual kepada pembeli dengan diberi ganti bisa berupa uang
atau barang (barter).
d. Shighat al-‘aqd ialah ijab kabul. Ijab ialah permulaan penjelasan yang keluar dari salah
seorang yang beraqad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan aqad. Adapun
kabul ialah perkataan yang keluar dari pihak yang beraqad pula yang diucapkan setelah
adanya ijab. Hal-hal yang harus diperhatikan dlaam shighat al-‘aqd adalah:
1. Shighat al-‘aqd harus jelas pengertiannya. Kata-kata dalam ijab kabul harus jelas dan
tidak memiliki banyak pengertian, misalnya seseorang berkata: “Aku serahkan benda
ini kepadamu sebagai hadiah atau pemberian”.
2. Harus bersesuaian antara ijab dan qabul
3. Menggambarkan kesungguhan kemauan dari pihak-pihak yang bersangkutan, tidak
terpaksa, dan tidak karena diancam atau ditakut-takuti.
2. Syarat-Syarat Aqad

Setiap aqad mempunyai syarat yang ditentukan syara’ yang wajib disempurnakan. Syarat-
syarat terjadinya aqad ada dua macam:5

a. Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna wujudnya
dalam berbagai aqad. Syarat umum yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Kedua orang yang melakukan aqad cakap bertindak (ahli).
2. Yang dijadikan objek aqad dapat menerima hukumnya.
3. Aqad itu diizinkan oleh syara’.
4. Janganlah aqad itu aqad yang dilarang oleh syara’.
5. Aqad dapat memberikan faedah.
6. Ijab itu tetap berjalan terus, dan tidak dicabut sebelum terjadinya kabul.
7. Ijab dan kabul harus bersambung.

5
Lihat Hasbi Ash-Shiddieqy, Op. Cit., hlm. 27-28.
3
b. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam
sebagian aqad. Syarat khusus ini dapat juga disebut syarat idhafi (tambahan) yang harus
ada disamping syarat-syarat umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan.

C. Tafsir Ayat Tentang Aqad Muamalah


1. QS. Al-Maidah (5) : 1

ْ ُ ‫ب ِه يم ة‬
‫اْل نْ ع ا ِم إ ِ َّّل م ا ي ُت ْ ل ى‬ ‫ت ل ك ُ ْم‬ ْ َّ ‫ي ا أ ي ه ا ال َّ ِذ ين آم ن ُوا أ ْو ف ُوا ب ِ الْ ع ُ ق ُو ِد أ ُ ِح ل‬
ُ ‫ُح ُر م إ ِ َّن ّللاَّ ي ْح كُ مُ م ا ي ُِر ي د‬ ‫ص يْ ِد و أ نْ ت ُ ْم‬ َّ ‫ع ل يْ ك ُ ْم غ يْر ُم ِح ل ِ ي ال‬
Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu


binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan
hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.

a. Tafsir Al-Maragi

‫أ ْو ف ُوا ب ِ الْ ع ُق ُو ِد‬: Penuhilah aqad-aqad itu.


Berkenaan dengan ayat diatas, Al -Maraghi menjelaskan ayat ini dengan
menukil dari Ibnu Abbas, bahwa makna al-uqud disini adalah janji-janji yang telah
ditetapkan oleh Allah untuk hamba-Nya yang janji itu berupa sesuatu yang dihalalkan,
sesuatu yang diharamkan, dan sesuatu yang diwajibkan serta sesuatu yang dilarang
oleh Allah yang hal itu sudah termaktub dalam kitab suci Al -Quran. Dengan menukil
dari al-Raghib al-Isfahani , al-Maraghi menambahkan bahwa aqad itu terbagi menjadi
tiga macam ; aqad antara Tuhan dan hamba-Nya, aqad antara seorang hamba dengan
dirinya sendiri, dan aqad antara seorang hamba dengan orang lain. Memenuhi aqad
merupakan dasar atau asas Islam yang diwajibkan bagi setiap Mukmin, baik berupa
perkataan ataupun perbuatan yang dalam hal ini dapat dikatakan bahwasanya aqad
merupakan sesuatu yang mengikat. Hal ini sesuai dengan perintah atau ketetapan
Allah untuk tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal, seperti

4
aqad untuk tidak memakan harta orang lain secara zalim, seperti ri ba, judi, atau
bahkan korupsi, dan lain sejenisnya 6.

b. Tafsir Al-Munir

Sedangkan menurut pendapat Wahbah Az -Zuhaili ‫الْ ع ُ ق ُو ِد‬ merupakan sebuah

perjanjian dan kesepakatan yang dikuatkan antara seorang hamba dengan Allah dan
dengan orang lain, yakni setiap seseorang yang melakukan kesepakatan seperti
kesepakatan menjalin hubungan, persekutuan, dan lainnya. Hal ini mencakup aqad -
aqad syariat menyangkut apa saja yang dihalalkan, diharamkan, dan apa saja yang
diwajibkan oleh syariat, juga aqad-aqad dengan orang lain seperti aqad transaksi,
aqad pernikahan dan lain sebagainya 7.

c. Tafsir Ath-Thabari

Lain halnya dengan yang dikemukakan oleh at-Thabari bahwa ayat ini bisa
menjadi peringatan bagi orang -orang yang mengakui keesaan Allah, beribadah
kepada-Nya, membenarkan kenabian Rasul -Nya dan ajaran-ajaran yang ia bawa dari
Tuhan-Nya. Dalam hal ini hendaknya mereka memenuhi aqa d atau janji-jani yang
telah dibuat dan disepakati dengan Tuhan -Nya. Dengan kata lain wajib bagi setiap
manusia untuk memenuhi hak-hak dalam sebuah aqad perjanjian dan melaksanakan
kewajiban-kewajiban dalam aqad tersebut. Disamping itu, ayat ini juga mengandung
perintah untuk menyempurnakan janji-janji dalam aqad tersebut dengan cara
menepatinya, melengkapi dan melaksanakan apa yang menjadi tanggungan para
pelaku aqad. Bagi individu atau mereka yang telah melaksanakan sebuah aqad baik
itu aqad jual beli, aqad pernikahan maka mereka harus melakukan kewajibannya dan
tidak melanggarnya. Jika salah satu diantaranya melanggar, maka ia telah merusak
setelah menguatkannya.

6
Ahmad Mushtafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maragi, (Kairo: Matba’ah Mustafa al-Babi al-Halabi, 1936),
juz. VI, hlm. 43
7
Wahbah Az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir, (Jakarta: Gema Insani, 2013), hlm. 399
5
Lebih lanjut ath-Thabari menegaskan para ulama berbeda pendapat tentang makna aqad
yang diperintahkan Allah dengan menepatinya dalam ayat ini. Kemudian mereka bersepakat
dengan makna aqad adalah janji8.

d. Pendapat Para Ahli Tafsir

‫ي ا أ ي ه ا ال َّ ِذ ين آم ن ُوا أ ْو ف ُوا ب ِ الْ ع ُق ُو ِد‬


Artinya:

Wahai orang-orang yang beriman penuhilan janji-janji!

Ibnul Arabi Rahimullah menyatakan, “ikatan transaksi (aqad) terkadang


berhubungan dengan Allah, terkadang dengan manusia dan terkadang dengan lisan
serta dengan perbuatan”.

Dan bahkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimullah menyatakan komit men
untuk membebaskan budak, aqad wala’, ketaatan, nadzar, dan sumpah dalam kategori
aqad. Beliau juga menyebutkan kesepakatan damai antara kaum muslimin dan orang -
orang kafir sebagai aqad 9.

Setiap penjual dan pembeli melakukan transaksi (aqad) memiliki tujuan dasar
yang hendal direalisasikan dalam praktek kehidupan sehari -harinya. Hal ini dapat
terwujud dengan perpindahan kepemilikan dalam jual beli, memiliki manfaat bagi
penyewa dalam suatu barang, hak untuk menahan barang aqad dalam gadai (rah n),
dan lainnya 10.

Jadi berdasarkan beberapa penafsiran dari para ulama fiqih, bahwasanya setiap orang yang
telah melakukan aqad; baik itu aqad jual beli, aqad hibah dan lainnya; Hendaklah kedua belah
pihak menepati perjanjian yang terjadi didalam aqad tersebut. Dan apabila salah seorang dari
kedua belah pihak melanggar janji, maka aqad tersebut menjadi batal. Nabi Muhammad Saw

8
Ibnu Jarir At-Thabari, Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayy Al-Qur’an, tahqiq: Abdullah Ibn Abdul Muhsin
At-Turkiy, (Kairo: Markaz al-Buhus Wa ad-Dirasah al-‘Arabiyyah wa al-Islamiyyah, 2001), juz, VIII,
hlm.5
9
https://almanhaj.or.id/3621-akad-dan-rukunnya-dalam-pandangan-islam.html/09/01/2020
10
Ismail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Cet 2, hlm. 29
6
menegaskan dalam hadistnya mengenai ciri-ciri orang munafik yang salah satunya ialah ketika ia
berjanji ia mengingkari janji tersebut, maka perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang tercela
dan dilarang.

2. QS. Ali Imran: 76

‫ب ل ى م ْن أ ْو ف ى ب ِ ع ْه ِد هِ و ا ت َّق ى ف إ ِ َّن ّللاَّ ي ُِح ب الْ ُم ت َّقِ ين‬


Artinya :

(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa,
maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.

a. Tafsir Al-Maragi

ِ‫ م ْن أ ْو ف ى ب ِ ع ْه ِد ه‬: Siapa yang menepati janji


Ayat diatas ini menunjukkan salah satu dari ciri -ciri orang yang bertaqwa,
yaitu menepati sebuah janji yang telah ia buat baik itu janji dengan Allah, janji
dengan diri sendiri, ataupun janji dengan sesama manusia , dan juga janji
menyampaikan amanah yang telah orang lain amanahkan kepadanya. Maka, barang
siapa yang telah meminjamkan beberapa hartanya kepadamu sampai batas waktu yang
ditentukan; baik harta tersebut berupa uang atau barang, atau menjual kepadamu
dengan metode paylater atau bayar dikemudian hari, atau ada seseorang yang
menitipkan sesuatu kepadamu, hendaklah kamu memenuhi dan menep atinya, dan
menunaikan hak itu pada waktunya. Hal ini seperti yang dikemukakan al -Maraghi
dalam tafsirnya 11.

b. Pendapat Al-Biqa’i

Menurut Ibrahim Ibnu Umar al-Biqa’i dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada orang-
orang beriman untuk berperilaku jujur dalam segala perbuatan, dalam segala hal di kehidupannya,
terutama dalam memenuhi sebuah aqad yang telah dibuat, disepakati dan disetujui bersama-sama.
Maka, ketika orang itu menepati janji ia akan mendapatkan nikmat-nikmat dari Allah swt, nikmat

11
Ahmad Musthafa Al-Maraghi , Tafsir Al-Maragi., juz. III, hlm. 186.
7
dari hal-hal yang bersifat halal, nikmat dari menjauhi hal yang haram, dan nikmat dari hal-hal yang
telah disunnahkan oleh Allah swt. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam ayat yang lain yaitu dalam
QS. Al-Baqarah ayat 40 :

ِ ‫ت ع ل يْ كُ ْم و أ ْو ف ُوا ب ِ ع ْه ِد ي أ ُو‬
‫ف‬ ُ ‫ي ا ب ن ِ ي إ ِ سْر ا ئ ِ يل ا ذ ْ كُ ُر وا ن ِ عْ م ت ِ ي ال َّ ت ِ ي أ نْ ع ْم‬
ْ ‫ب ِ ع ْه ِد كُ ْم و إ ِ ي َّاي ف‬
‫ار ه ب ُو ِن‬
Artinya:

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan
penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah
kamu harus takut (tunduk)12.

Penafsiran-penafsiran tentang makna aqad diatas cenderung memaknai aqd dan ahd dengan
makna yang sama, yaitu sebuah perjanjian antara Allah dengan manusia dalam melaksanakan yang
diperintahkannya berupa sesuatu yang halal dan mengindari larangannya berupa sesuatu yang
haram. Tetapi, menurut pendapat penulis aqad disini memiliki makna luas, tidak hanya perjanjian
antara penjual dan pembeli, melainkan sebuah kesepakatan yang telah disepakati antar manusia
baik itu kesepakatan jual beli, kesepakatan dalam bidang ekonomi ataupun aqad-aqad dalam
bidang lainnya.

Pada hakikatnya menurut jumhur ulama’ aqad berbeda dengan janji, janji itu bersifat tidak
mengikat sedangkat aqad itu sifatnya mengikat. Misalnya, seseorang menjanjikan kan memberikan
suatu benda , akan tetapi orang itu tidak menepatinya maka ia tidak bisa dituntut, karena perjanjian
diantara mereka tidak dilakukan secara tertulis. Berbeda dengan aqad ketika kedua belah pihak
telah melakukan ijab dan kabul maka akan tersebut bersifat mengikat dan kedua belah pihak harus
sama-sama menepati perjanjian dalam aqad tersebut.

Dengan pengertian tersebut, aqad disini lebih cenderung mengarah pada transaksi-transaksi
yang dilakukan antara dua orang atau lebih. Sebagaimana dikemukakan oleh ahmad az-Zarqa,
bahwa suatu aqad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak
yang sama-sama berkeinginan untuk mengikatkan diri . Kehendak atau keinginan pihak-pihak

12
Ibrahim ibn Umar al-Biqa’i , Nadzm al-Durar fi Tanasub al-Ayat wa as-Suwar, (Kairo: Dar Al-Kutub al-
Islamiyah, tt), juz. VI, hlm. 3.
8
yang mengikatkan diri tersebut sifatnya tersembunyi didalam hati. Oleh sebab itu, untuk
menyatakan kehendak masing-masing harus diungkapkan dalam suatu pernyataan. Pernyataan
pihak-pihak yang beraqad itu disebut dengan ijab dan kabul.

Dilihat dari aspek hak dan kewajibannya, aqad dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Aqad dua piha yang keduanya sama-sama mempunyai hak dan kewajiban, misalnya jual-
beli, sewa-menyewa, perkawinan, dan lain-lain.
2. Aqad sepihak, maka hanya ada satu pihak saja yang mempunyai hak dan kewajiban,
misalnya hibah, wakaf, dan lain-lain.

Apabila dilihat dari segi penamaannya, Ulama’fiqih membagi aqad menjadi dua macam,
yaitu : al-‘uqud al-musammah, yaitu aqad-aqad yang ditentukan nama-namanya oleh syara’ serta
menjelaskan hukum-hukumnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, musyarakah, hibah, wakalah,
wakaf, hiwalah, ji’alah, wasiat, dan pernikahan. Sedangkan al-‘uqud gair al-musammah, yaitu
aqad-aqad yang penamaannya dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan mereka
disepanjang zaman dan tempat, seperti ba’i al-wafa’13.

13
Abdul Aziz Dahlan (ed.), Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), jilid
I, hlm. 68.
9
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
1. Aqad merupakan sebuah kesepakatan atau perjanjian yang dilakukan oleh dua atau
beberapa pihak melalui ijab dan kabul.
2. Ijab akan terus berlanjut ketika pihak lainnya belum mengucapkan kabul, akan tetapi ketika
pihak yang lain tidak mengucapkan kabul maka status ijab dalam sebuah aqad menjadi
batal.
3. Dalam sebuah Aqad, kedua belah pihak wajib melaksanakan dan memenuhi kesepakatan
yang telah dibuat, dan apabila ada pihak yang mengingkari maka aqad tersebut dibatalkan
4. Salah satu tanda orang munafik dalam hadits Rasulullah saw adalah orang yang apabila ia
telah berjanji ia mengingkari janji tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shieddieqy, T. M Hasbi, Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Ayob, Syeikh Hasan, Fiqh Muamalah, Abdurrahman Saleh S, (Pent.), Selangor: Berlian
Publications, 2008.

Prof. DR. H. Rachmat Syafe’i, M.A, Fiqih Muamalah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2001.

Prof. DR. H. Abdul Rahman Ghazaly, M.A, Drs. H. Ghufran Ihsan, M.A, Drs. Sapiudin Shidiq,
M.A, Fiqh Muamalat, Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2010

Abu Bakar al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Tahqiq: Abdullah ibn Abdul Muhsin at-
Turkiy, Beirut: Muassasah ar-Risalah, 2006

https://media.neliti.com/media/publications/285650-metode-ijtihad-t-m-hasbi-ash-shiddieqy-s-
f6d5c1f0 diakses pada 26 September 2021

https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/nhk/article/download/5477/5469

https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/medsyar/article/download/1875/1396

11

Anda mungkin juga menyukai