0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan18 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang definisi belajar, pembelajaran, dan matematika menurut beberapa ahli. Secara ringkas, belajar adalah proses perubahan kemampuan seseorang, pembelajaran adalah kegiatan belajar secara terstruktur, dan matematika adalah ilmu yang melatih pola berpikir secara logis dan kuantitatif.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi belajar, pembelajaran, dan matematika menurut beberapa ahli. Secara ringkas, belajar adalah proses perubahan kemampuan seseorang, pembelajaran adalah kegiatan belajar secara terstruktur, dan matematika adalah ilmu yang melatih pola berpikir secara logis dan kuantitatif.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi belajar, pembelajaran, dan matematika menurut beberapa ahli. Secara ringkas, belajar adalah proses perubahan kemampuan seseorang, pembelajaran adalah kegiatan belajar secara terstruktur, dan matematika adalah ilmu yang melatih pola berpikir secara logis dan kuantitatif.
NPM : 212151045 Kelas : 2021-B Mata Kuliah : Filsafat dan Sejarah Matematika Dosen Pengampu : Drs. Dedi Nurjamil., M.Pd.
Hakikat Belajar dan Pembelajaran Matematika
A. Definisi Belajar dan Pembelajaran matematika
1. Definisi Belajar Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur efektif, dalam matra efektif berkaitan dengan sikap, niai-nilai, interes, apresiasi, dan penyesuaian perasaan sosial. Berdasarkan definisi belajar yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006), saya setuju bahwa belajar merupakan pengefektipan komponen-komponen kehidupan manusia yang meliputi sikap, nilai-nilai, apresiasi, minat dan bakat, serta perasaan yang peka terhadap kehidupan sosial melalui sebuah proses interaksi dan komunikasi transfer ilmu dalam lingkup internal yang kompleks dimana terdapat berbagai individu-individu yang tergabung dalam sebuah aktivitas yang sama dengan tujuan yang sama dan dalam keadaan lingkungan dan sosial yang sama. Dalam pengertian tersebut lebih menekan pada pengembangan karakter terlihat dari tujuan pengefektipannya yang memfokuskan pada nilai-nilai keterampilan pada setiap individu untuk ditumbuh kembangkan melalui proses internal yang kompleks. Menurut Thursan Hakim (2002), Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya. Berdasarkan definisi belajar yang dikemukakan oleh Thursan Hakim (2002), saya setuju bahwa belajar merupakan proses menuju kedewasaan setiap individu yang mencakup perubahan-perubahan yang terjadi karena adanya proses tersebut. Perubahan-perubahan tersebut bermaksud meningkatkan kemampuan-kemampuan yang ada dalam setiap individu dan menambah wawasan-wawasan yang sebelumnya belum diketahui atau belum dimengerti. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud meliputi kemampuan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan kemampuan- kemampuan lainnya yang masih berhubungan dengan setiap individu tersebut baik minat maupun bakat yang dirasa sulit untuk mengetahuinya tapi mudah dirasakan perubahan atau pengembangannya. Menurut Trianto (2011), Belajar sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Berdasarkan definisi belajar yang dikemukakan oleh Trianto (2011), saya sependapat dengan beliau dan dapat kita ambil intisari atau pokok bahasannya yaitu perubahan pada setiap individu bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya. Berdasarkan pokok bahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses pertumbuhan atau perkembangan setiap individu yang dilihat bukan dari fisik dan karakteristiknya melainkan dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu baik itu kemapuan pengetahuan maupun kemampuan keterampilan. Kemampuan pengetahuan yang dimaksud itu meliputi kemampuan memahami segala bentuk ilmu yang diterima dan ketarampilan yang dimaksud meliputi pengaplikasian dari segala bentuk ilmu yang sudah diketahui dan dipahami. Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dengan memalui analisis sintesis dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan pada setiap individu yang melakukannya dan perubahan tersebut tidak dilihat dari segi pertumbuhan atau perkembangan fisik maupun karakteristik, akan tetapi perubahan yang dimaksud yaitu perkembangan atau peningkatan kemampuan-kemampuan yang ada dalam setiap individu yang melakukan, meliputi kecakapan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lainnya yang masih berada pada setiap individu yang melakukannya. 2. Definisi Pembelajaran Menurut Syaiful Sagala (2009), Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Berdasarkan definisi pembelajaran yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala (2009), saya setuju dengan beliau dan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses membelajarkan peserta didik dengan memperhatikan akan adanya asas-asas pendidikan dan teori-teori belajar yang kemudian mengaplikasikannya dalam proses tersebut agar tercapainya indikator-indikator keberhasilan yang meliputi perubahan atau perkembangan yang dilihat dari kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik bukan dari segi fisik ataupun karakteristik baik itu kemampuan pengetahuan maupun kemampuan keterampilan. Kemampuan tersebut saling berkaitan satu sama lain yang sebagaimana bahwa kemampuan pengetahuan sebagai landasan ilmunya dan kemampuan keterapilan sebagai bentuk implementasinya. Menurut Arifin (2010), Pembelajaran adalah proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik yang sifatnya interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan siswa, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar siswa. Berdasarkan definisi pembelajaran yang dikemukakan oleh Arifin (2010), saya setuju namun pada akhir kalimat definisi tersebut dikatakan bahwa suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang dirasa menurut saya pembelajaran disana dalam konteks ketergantungan kondisi. Jadi pembelajaran disana dapat diartikan sebagai kegiatan belajar siswa yang bergantung pada suatu kondisi yang memungkinnkan, kondisi tersebut dapat tercipta melalui sebuah proses interaktif dan komunikatif yang tersusun secara sistematis dan sistemik. Maksud dari sistematis dan sistemik disana yaitu sebuah interaksi dan kominakasi yang tidak serta merta dilakukan begitu saja, akan tetapi sebuah interaksi dan komunikasi yang mengarah pada kegiatan belajar siswa. Menurut Sugandi, dkk (2004), Pembelajaran adalah terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan instructions (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal yakni datang dari guru yang disebut pengajaran. Dalam pembelajaran yang sifatnya eksternal prinsip-prinsip belajar secara otomatis akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Berdasarkan definisi pembelajaran yang dikemukakan oleh Sugandi, dkk (2004), saya setuju, akan tetapi bahasa yang digunakan cukup sulit dipahami jika hanya membacanya saja. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan arahan atau petunjuk yang terbagi menjadi dua, yaitu arahan atau petunjuk yang muncul dalam diri sendiri untuk melakukan suatu hal yang menyangkut dengan kegiatan beajar dan ada juga arahan atau petunjuk yang datang karena pengaruh dari faktor eksternal yakni tenaga pendidik atau guru dan arahan atau petunjuk tersebut berbentuk pengajaran yang kemudian akan muncul prinsip-prinsip belajar yang secara otomatis prinsip-peinsip belajara tersebut akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dengan memalui analisis sintesis dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar yang bersifat interaktif dan komunikatif, dilakukan dengan sengaja secara sistematis dan terstruktur dengan berdasarkan kepada asas-asas pendidikan dan teori-teori belajar agar tercapainya indikator-indikator keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan berlajar tersebut, yang meliputi perubahan atau perkembangan yang tidak dilihat dari segi fisik maupun karakteristik bagi setiap individu yang melakukannya, akan tetapi perubahan atau perkembangan yang dimaksud yaitu kemampuan pengetahuan dan kemampuan keterampilan. 3. Definisi Matematika Menurut Johnson dan Rising (1972), Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Berdasarkan Definisi matematika yang dikemukakan oleh Johnson dan Rising (1972), saya sangat setuju karena berdasarkan pengalaman yang sudah saya alami isi pokok daripada matematika tersebut sesuai dengan definisi yang tealah beliau kemukakan. Matematika merupakan ilmu yang memang sengaja melatih pola berfikir yang kritis dan rasional melalui pola pengorganisasian, selain daripada itu, dalam matematika juga dijelaskan tentang pembuktian- pembuktian yang berupa abstrak maupun konkrit atau dalam kehidupan sehari- hari. Bahasa yang digunakan di dalam matematika biasanya berupa istilah dan atau berupa simbol mengenai ide atau gagasan daripada mengenai bunyi yang semua itu sudah terdefinisi dengan cermat, jelas dan akurat. Menurut Suherman (2003), Matematika adalah disiplin ilmu tentang tata cara berfikir dan mengolah logika, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Berdasarkan definisi matematika yang dikemukakan oleh Suherman (2003), saya setuju, akan tetapi pada definisi tersebut tidak terjelasakan mengenai batasan batasan atau ruang lingkup disiplin ilmu tersebut atau ilmu yang dimaksud yaitu matematika. Definisi yang sederhana tersebut lebih mengarah kepada apa yang akan diajarkan namun tidak dijelaskan apa yang ada dalam ajaran tersebut. Tidak beda jauh dengan definisi yang sebelumnya, lagi lagi matematika itu sendiri bertujuan melatih pola pikir dan mengolah logika untuk dikembangkan menjadi sebuah ide atau gagasan yang cerdas, cermat, jelas, akurat dan terjamin keabsahannya atau kebenarannya baik secara kuantitaf maupun secara kualitatif. Menurut Abdurrahman (2002), Matematika adalah bahasa simbiolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Berdasarkan definisi matematika yang dikemukakan oleh Abdurrahman (2002), saya setuju dan sependapat karena memang benar fungsi dari simbolis yang terdapat pada matematika yaitu untuk mengekspresikan hubungan-hubugan baik yang berupa kuantitaf maupun berupa keruangan dan fungsi dari teoritisnya yaitu untuk memudahkan seseorang untuk berpikir. Berpikir disana merupakan pola pikir yang kritis dan rasional agar bisa terciptanya suatu idea tau gagasan yang cerdas, cermat, jelas, akurat dan terjamin keabsahan atau kebenarannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa matematika berdasarkan definisi tersebut adalah suatu bahasa simbolis yang bertujuan untuk membuat seseorang bisa berpikir secara kritis dan rasional untuk menciptakan sebuah idea tau gagasan. Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dengan memalui analisis sintesis dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang bertujuan untuk melatih cara berpikir yang logis secara krtis dan rasional, serta mampu mengolah pola pikir yang logis tersebut baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif yang dituangkan dalam bahasa yang berbentuk simbolis agar dapat mengetahui hubungan-hubungannya. 4. Definisi Belajar Matematika Menurut J. Bruner, Belajar matematika ialah belajar tentang konsep- konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika Berdasarkan definisi belajar matematika yang dikemukakan oleh J. Bruner, saya setuju dengan definisi belajar matematika yang dikemukakan oleh beliau karena memang benar bahwa dalam belajar matematika kita akan belajar mengenai konsep dan struktur dari matematika yang terdapat dalam materi dan mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur dari matematika itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa defisi belajar matematika menurut J. bruner ialah kegiatan belajar yang mempelajari tentang konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan konsep-konsep dan struktur-struktur dari matematika itu sendiri. Menurut Kolb (1949), Mendefinisikan belajar matematika sebagai proses memperoleh pengetahuan yang diciptakan atau dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui transformasi pengalaman individu siswa. Pendapat Kolb ini intinya menekankan bahwa dalam belajar siswa harus diberi kesempatan seluas-luasnya mengkontruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan siswa harus didorong untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya. Berdasarkan definisi belajar matematika yang dikemukakan oleh Kolb (1949), saya sedikit kurang setuju dengan definisi belajar matematika yang dikemukakan oleh beliau karena dirasa masih bersifat umum atau dalam artian semua ilmu di luar matematika dan saya rasa pada setiap individu itu berbeda kemampuan, jadi tidak bisa disama ratakan antara individu atau siswa yang aktif dan siswa yang pasif. Definisi belajar matematika yang dikemukakan oleh beliau juga lebih menekan pada kemampuan individu bukan pada kemampuan sekelompok individu yang saya rasa lebih diutamakan agar bisa terlaksananya kegiatan belajar yang serasi dan selaras. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar matematika menurut beliau yaitu proses mendapatkan pengetahuan atau ilmu dari pengembangan kemampuan dan pengalaman bagi setiap individu atau siswa. Menurut Robert Gane, beliau menyebutkan bahwa belajar matematika harus didasarkan kepada pandangan bahwa tahap belajar yang lebih tinggi berdasarkan atas tahap belajar yang lebih rendah. Berdasarkan definisi belajar matematika yang dikemukakan oleh Robert Gane, saya setuju dengan definisi yang dikemukakan oleh beliau mengenai belajar matematika, akan tetapi beliau tidak menjelaskan maksud dari tahap belajar yang lebih dan tahap belajar lebih rendah yang menyebabkan multi tafsir. Bisa kita ambil kesimpulan atau gambaran umum dari definisi belajar matematika yang dikemukakan oleh beliau yaitu belajar matematika merupakan kegiatan belajar yang harus didasarkan pada pandangan bahwa kita itu harus bertahap dari tahap belajar yang lebih rendah menuju tahap belajar yang lebih tinggi agar kegiatan belajar dapat terlaksana dengan penuh keyakinan ingin tercapainya suatu tahapan yang lebih tinggi. Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dengan memalui analisis sintesis dapat disimpulkan bahwa belajar matematika merupakan kegiatan belajar yang mengkaji konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam matematika untuk kemudian dicari hubungan-hubungannya dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengkontruksi sendiri pengetahuan yang dipelajari dan harus didorong untuk aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih tinggi dari sebelumnya dalam artian mencapai tahap yang lebih tinggi daripada tahap yang sebelumnya. 5. Definisi Pembelajaran Matematika Menurut Muhsetyo (2008), Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Berdasarkan definisi pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh Muhsetyo (2008), saya sangat setuju dengan definisi yang beliau kemukakan mengenai pembelajaran matematika karena memang benar bahwa pembelajaran matematika merupakan serangkaian kegiatan belajar yang disengaja dengan didasari atau mengaju pada tujuan yang satu yaitu peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan ajar atau materi matematika yang dipelajari. Dapat disumpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan proses pemberian pengalaman belajar dengan tujuan peserta didik mampu memperoleh kompetensi tentang bahan ajar atau materi mengenai matematika yang dipelajari melalui serangkaian kegiatan yang terencana atau tersusun secara sistematis dan sistemik. Menurut Ahmad Susanto (2013), Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. Berdasarkan definisi pembelajaran matematikan yang dikemukakan oleh Ahmad Susanto (2013), saya setuju dengan definisi yang dikemukakan oleh beliau mengenai pembelajaran matematika karena dengan bahasa yang mudah dipahami dan penjelasan yang sederhana akan tetapi mengandung makna yang jelas. Jadi memang benar dengan yang beliau kemukakan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan rasional pada setiap siswa serta meningkatkan kemamampuan mengembangkan pengetahuan yang baru sebagai acuan meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika melalui kreativitas yang dibangun oleh tenaga pendidik atau guru. Menurut Herman Hudoyo (2000), Pembelajaran matematika adalah belajar tentang konsep dan sruktur matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep dan struktur matematika di dalamnya. Berdasarkan definisi pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh Herman Hudoyo (2000), saya sedikit kurang setuju dengan definisi dikemukakan oleh beliau karena definisi yang beliau kemukakan tidak mengarah pada pengertian pembelajaran itu sendiri, justru beliau lebih mengarah pada konsentrasi matematikanya saja, padahal pembelajaran harus mencakup strategi atau prosedur dalam kegiatan belajar dalam mencapai suatu tujuan yang menyuluh baik siswa maupun yang mendidik atau guru. Definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematikan merupakan kegiatan belajar mengenai konsep-konsep dan struktur matematikan dan hubungan keduanya yang terdapat pada materi yang dipelajari. Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli di atas dengan memalui analisis sintesis dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan pembelajaran atau proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana dengan tujuan mengembangkan kreativitas berpikir peserta didik yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika dan memperoleh kompetensi tentang bahan ajar matematika yang dipelajari.
B. Jenis-jenis Belajar dan Pembelajaran Matematika
Mempelajari matematika memerlukan situasi tersendiri. Selain keterlibatan mental juga harus didukung oleh cara atau proses mempelajarinya. Berikut akan dijelaskan mengenai jenis-jenis belajar dan pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut : 1. Belajar Konsep (Concept Learning) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasan sekumpulan objek, soedjadi (200) . Apakah objek tertentu merupakan contoh konsep ataukah bukan. Misalnya, siswa yang telah belajar konsep segitiga maka dengan sendirinya ia mampu mengenali contoh segitiga dan yang bukan contoh segitiga. Nasution (2006) menjelaskan bahwa bila seorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep. Dienes dalam Ratumanan (2004) membedakan konsep matematika atas; konsep murnii (pure mathematical concepts), yaitu ide matematika tentang klasifikasi bilangan dan relasi antar bilangan, konsep notasi (notational concepts),yaitu tentang sifat bilangan sebagai akibat langsung dari cara penyajiannya dan konsep terapan (applied concepts), yaitu aplikasi konsep murni dan konsep notasi dalam pemecahan masalah matematika. Belajar konsep dalam matematika dilengkapi dengan penyertaan definisi dan atribut yang menyertai sebuah konsep. Sebagai contoh, belajar konsep bilangan rasional. Untuk mempelajari konsep bilangan rasional maka secara sederhana dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut: a) Apa definisi bilangan rasional? b) Konsep apa yang menjadi prasyaratnya? c) Apa simbol untuk bilangan rasional? d) Tuliskan contoh dan bukan contoh bilangan rasional! e) Apakah contoh itu sesuai definisi! Jawaban lengkapnya sebagai berikut: 𝑎 a) Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dilambangkan dengan 𝑏 , b
≠ 0, 𝑎, b ∈ B dimana a dan b tidak mempunyai faktor persekutuan selain
1. b) Bilangan Bulat. c) Q 2 5 d) Contoh: ; 2 , Bukan Contoh: √2 ; √3 3 𝑎 e) Sesuai dengan definisi, karena sudah dalam bentuk dengan 𝑏 , b ≠ 0, 𝑎, b ∈ B
dimana a dan b tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1.
2. Belajar Pengetahuan Deklaratif, Prosedural dan Kondisional Pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional dalam matematika merupakan tiga rangkai pengetahuan yang berkembang secara berkaitan. Gagne (2000) dalam Mohammad Nur mengatakan pengetahuan dibagi dalam tiga kategori yakni; deklaratif, prosedural, dan kondisional. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang dimiliki pembelajar tentang sesuatu, Mohammad Nur (2000). Sebagai contoh dalam matematika adalah pengetahuan tentang konsep, fakta, definisi, rumus. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, Mohammad Nur (2000). Sebagai contoh dalam matematika yaitu bagaimana menggunakan rumus, definisi untuk menyelesaikan soal. Pengetahuan kondisional adalah pengetahuan tentang kapan, mengapa menggunakan pengetahuan deklaratif atau pengetahuan prosedural, Mohammad Nur (2000). dalam matematika yaitu dalam penggunaan algoritma tertentu. Untuk membedakan lebih tegas tentang ketiga kategori pengetahuan ini dapat dilihat pada tabel berikut: Pengetahuan a) x1x + y1 y = r2 (PGS Lingkaran) Pengetahuan tentang Deklaratif b) y = mx ± r√𝑚2 + 1 sesuatu c) Dua garis saling tegak lurus maka hasil kali gradiennya = -1 Pengetahuan Dari rumus x1 x + y1 y = r2, Pengetahuan Prosedural tentukanlah persamaannya jika menggunakan diketahui x1 = 4 dan y1 = 3! Pengetahuan Tentukan persamaan garis singgung Pengetahuan kapan Kondisional lingkaran berpusat di titik (0,0) dan menggunakan panjang jari-jari = 25 yang tegak lurus dengan garis 3x – 4y = 25!
C. Ciri-ciri Belajar dan Pembelajaran Matematika
Belajar dan pembelajaran matematika mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu sebagai berikut : 1. Memiliki objek kajian yang abstrak 2. Berpola pikir deduktif 3. Bertumpu pada kesepakatan 4. Memiliki simbol yang kosong dari arti 5. Memperhatikan semesta pembicaraan 6. Konsistensi atas kebenaran pernyataan terdahulu
D. Karakteristik Belajar dan Pembelajaran Matematika
Karakteristik belajar dan pembelajaran matematika memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan belajar dan pembelajaran lainnya. Menurut Suherman (2003) karaktersitik belajar dan pembelajaran matematika di sekolah yaitu sebagai berikut : 1. Pembelajaran matematika langsung (bertahap) Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertarap yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar. 2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep ataubahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selaludikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep dalam bahan ajar dengan cara memperluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika (spiral melebar dan naik). 3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif Matematika adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif,aksiomatik. Namun demikian harus dapat dipilihkan pendekatan yang cocok dengan kondisi siswa. Dalam pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan tetapi masih campur dengan deduktif. 4. Pembelajaran matematika menganti kebenaran konsistensi Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan- pernyataan yang terdahulu yang telah diterima kebenarannya E. Metode Belajar dan Pembelajaran Matematika Metode belajar dan pembelajaran matematika sangatlah penting, karena keberhasilan proses pembelajaran itu ditentukan oleh pemilihan metode yang baik dan benar yang sesuai dengan karakteristik setiap peserta didik. Berikut akan dipaparkan metode-metode yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut : 1. Metode ceramah 2. Metode ekspositori 3. Metode demontrasi 4. Metode tanya jawab 5. Metode Penugasan 6. Metode eksperimen 7. Metode drill dan mode latihan 8. Metode penemuan 9. Metode inquiri 10. Metode permainan 11. Metode Pemecahan masalah
F. Langkah-langkah Belajar dan Pembelajaran Matematika
Disamping metode, tentunya terdapat langkah-langkah sebagai wujud realisasi dari metode tersebut. Berikut akan dijelaskan mengenai langkah-langkah dalam belajar dan pembelajaran matematika realistik (PMR), yaitu sebagai berikut : 1. Memahami masalah kontekstual Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian tertentu yang kurang atau belum dipahami sebagian siswa, maka siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskannya kepada kawannya yang belum paham. Jika siswa yang belum paham tadi merasa tidak puas, guru menjelaskan lebih lanjut dengan cara memberi petunjuk-petunjuk atau saran-saran terbatas (seperlunya) tentang situasi dan kondisi masalah (soal). Petunjuk dalam hal ini berupa pertanyaan- pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memahami masalah (soal), seperti: “Apa yang diketahui dari soal itu?”, “Apa yang ditanyakan?”. Pada tahap ini, karakteristik PMR yang muncul adalah menggunakan masalah kontekstual dan interaksi. 2. Menyelesaikan masalah kontekstual Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika yang ada pada masalah yang dimaksud, dan memikirkan strategi pemecahan masalah. Siswa secara individual diminta menyelesaikan masalah kontekstual pada Buku Siswa atau LKS dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah yang berbeda lebih diutamakan. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun agar siswa dapat memperoleh penyelesaian soal tersebut. Misalnya: “Bagaimana kamu tahu itu?”, “Bagaimana caranya?”, “Mengapa kamu berpikir seperti itu?”, dan lain-lain. Pada tahap ini siswa dibimbing untuk menemukan kembali konsep atau prinsip matematika melalui masalah kontekstual yang diberikan. Selain itu, pada tahap ini siswa juga diarahkan untuk membentuk dan menggunakan model sendiri dalam menyelesaikan masalah (soal). Guru diharapkan tidak perlu memberi tahu penyelesaian soal atau masalah tersebut, sebelum siswa memperoleh penyelesaian sendiri. Pada langkah ini, karakteristik PMR yang muncul adalah menggunakan model dan interaksi. 3. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Guru membentuk kelompok dan meminta kelompok tersebut untuk bekerja sama mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan secara individu (negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi). Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran. Setelah diskusi dilakukan, guru menunjuk wakil-wakil kelompok untuk menuliskan masing-masing ide penyelesaian dan alasan dari jawabannya, kemudian guru sebagai fasilitator dan moderator mengarahkan siswa berdiskusi, membimbing siswa mengambil kesimpulan sampai pada rumusan konsep/prinsip berdasarkan matematika formal (idealisasi, abstraksi). Pada langkah ini sesuai dengan karakteristik belajar dan pembelajaran matematika matematika realistik yang ketiga dan keempat, yaitu penggunaan kontribusi siswa (students contribution) dan terdapat interaksi (interactivity) antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. 4. Menyimpulkan Dari hasil diskusi kelas, guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan tentang konsep atau definisi, teorema, prinsip atau prosedur matematika yang terkait dengan masalah kontekstual yang baru diselesaikan. Karakteristik PMR yang muncul pada langkah ini adalah adanya interaksi (interactivity) antar siswa dengan guru dan kontribusi siswa.
G. Fungsi Belajar dan Pembelajaran Matematika
Sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajari materi matematika diharapkan peserta didik akan dapat menguasai seperangkat kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, penguasaan materi matematika bukanlah tujuan akhir dari pembelajaran matematika, akan tetapi penguasaan materi matematika hanyalah jalan mencapai penguasaan kompetensi. Fungsi lain mata pelajaran matematika adalah sebagai: alat, pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Ketiga fungsi matematika tersebut hendaknya dijadikan acuan dalam pembelajaran matematika sekolah.
H. Tujuan Belajar dan Pembelajaran Matematika
Matematika diajarkan di sekolah membawa misi yang sangat penting, yaitu mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Secara umum tujuan belajar dan pembelajaran matematika di sekolah dapat digolongkan menjadi : 1. Tujuan yang bersifat formal, menekankan kepada menata penalaran dan membentuk kepribadian siswa. 2. Tujuan yang bersifat material menekankan kepada kemampuan memecahkan masalah dan menerapkan matematika. Secara lebih terinci, tujuan belajar dan pembelajaran matematika dipaparkan pada buku standar kompetensi mata pelajaran matematika sebagai berikut: a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
I. Manfaat Belajar dan Pembelajaran Matematika
Mengacu pada tujuan dan fungsi, belajar dan pembelajaran matematika juga punya banyak sekali manfaatnya diantanya adalah sebagai berikut : 1. Pola pikir sistematis 2. Logika berpikir lebih berkembang 3. Terlatih berhitung 4. Mampu menarik kesimpulan secara deduktif 5. Menjadi teliti, cermat, dan sabar
J. Metode Inquiri dalam Belajar dan Pembelajaran Matematika
Inquiri berasal dari bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan. Carin dan Sund (1975) mengemukakan bahwa inquiry adalah the process of invstigating a problem. Adapun Piaget, mengemukakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain. Mengajar dengan penemuan biasanya dilakukan dengan ekspositori dalam kelompokkelompok kecil (di laboratorium, bengkel, atau kelas). Tetapi mengajar dengan metode inquiri dapat dilakukan melalui ekspositori, kelompok, dan secara sendiri-sendiri. Dalam metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya sendiri, tetapi sudah diketahui oleh guru. Tetapi dalam metode inquiri, hal yang baru itu juga belum dapat diketahui oleh guru. Dalam metode ini selain sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan, siswa masih harus mengumpulkan informasi tambahan, membuat hipotesis, dan mentesnya. Sebuah contoh pengajaran penemuan dalam geometri adalah menarik jarak antara dua garis yang sejajar. Sejenis dengan ini, dalam inquiri adalah menarik jarak antara dua garis yang bersilangan sembarang dalam ruang. Contoh-contoh topik lainnya untuk inquiri adalah menentukan kepadatan lalu lintas di suatu perempatan, menentukan air yang terbuang percuma dari kran ledeng yang rusak, menentukan banyak air suatu aliran sungai. Sebuah tujuan mengajar dengan inquiri adalah agar siswa tahu dan belajar metode ilmiah dengan inquiri dan mampu mentransfernya ke dalam situasi lain. Metode ini terdiri dari 4 tahap, yaitu : a. Guru merangsang siswa dengan pertanyaan, masalah, permainan, teka-teki, dan sebagainya. b. Sebagai jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan pertanyaan, pernyataan, masalah, dan sebagainya. c. Siswa menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inquiri yang baru dilaksanakan. d. Siswa menganalisis metode inquiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain. Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan metode inquiri adalah sebagai berikut : 1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam 2) Merumuskan masalah yang ditemukan 3) Merumuskan hipotesis 4) Merancang dan melakukan eksperimen 5) Mengumpulkan dan menganalisis data 6) Menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni : objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab. Selain itu Sund and Trowbridge (1973) mengemukakan tiga macam metode inquiri sebagai berikut : a) Inquiry terpimpin (guide inquiry), peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. b) Inquiry bebas (free inquiry), pada inqiri bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. c) Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry), pada inquiri ini guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.