Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN UAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN.A DENGAN


DIAGNOSA MEDIS HIV/AIDS DI RUANG IRNA DALAM
RSUD AWET MUDA NARMADA PADA
TANGGAL 29 NOVEMBER 2021

Oleh :

RIZKANU ARSHIIUTAMA
NIM : P07120419026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
PROGRAM PROFESI
TAHUN AKADEMIK
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas seluruh kurunia-

Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan sebuah makalah Keperawatan

Medikal Bedah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

HIV/AIDS“. Makalah yang menurut Kami benar. Kami telah berusaha

sebaik mungkin untuk menyempurnakannya. Namun kami menyadari,

kami masih dalam proses belajar sehingga masih banyak yang harus

diperbaiki.

Oleh sebab itu, bimbingan dan arahan dosen kami harapkan agar

makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Kami mempersembahkan

karya ini untuk semua teman , untuk kedua orangtua kami , untuk dosen,

dan untuk kepentingan bersama.

Kritik dan Saran senantiasa dinantikan agar makalah ini menjadi lebih

baik dimasa mendatang amin.

Narmada, 29 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................i

DAFTAR ISI............................................................................ii

BAB I PENDHULUAN

A. Latar Belakang............................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................1
C. Tujuan .........................................................................1
D. Manfaat Penulisan.......................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi..........................................................................2
B. Perkembangan AIDS....................................................2
C. Etiologi .........................................................................3
D. Manifestasi Klinis..........................................................3
E. Patofisiologi .................................................................4
F. Penularan ....................................................................5
G. Penceghan Penularan..................................................6
H. Penatalaksanaan..........................................................7
I. Pemeriksaan Diagnostik...............................................8

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ...................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan................................................19
C. Intervensi ......................................................................21

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................31
B. Saran.............................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

AIDS adalah penyakit menular yang sampai saat ini menular ke berbagai
Negara. Penyebaran ini juga baru disadari dalam masa modern ini.oleh
karena itu aids bias dikatakan sebagai pandemi modern. Aids diperkirakan
baru menyebar ke seluruh dunia pada tahun 1970-ansehingga para ahli
masih mengkategorikan aids sebagai penyakit baru. Karena itu banyak orang
yang belum mengerti benar tentang apa dan bagaimana penyakit ini.tapi
yang jelas penyakit ini menuntut perhatian yang serius dari kita karena
semua orang bsa terkena AIDS bukan hanya kelompok-kelompok
masyarakat tertentu. Ada anggapan bahwa AIDS adalah penyakit
homoseksual saja, tetapi kita mengetahui bahwa semua golongan bias
terkena baik yang homoseks, heteroseks, laki-laki, perempuan, dewasa
maupun anak-anak. AIDS adalah masalah penting bagi kita semua karena
sampai saat ini obat/vaksin untuk AIDS belum ditemukan (Siswi, 2012).
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS ?


2. Bagaimana perkembangan dari HIV/AIDS ?
3. Apa yang menyebabkan seseorang terjangkit HIV/AIDS ?
4. Bagaimana tanda dan gejala pasien yang mengalami HIV/AIDS ?
5. Bagaimana patofisiologi dari HIV/AIDS ?
6. Bagaimana cara penularan penyakit HIV/AIDS ?
7. Bagaimana cara pencegahan penularan penyaki HIV/AIDS ?
8. Bagaimana pengobatan HIV/AIDS ?
9. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang diperlukan dalam mendekteksi
penyakit HIV/AIDS ?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS?

1
C. Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui pengertian dari HIV/AIDS


2. Mahasiswa mengetahui perkembangan dari HIV/AIDS
3. Mahasiswa mengetahui penyebab dari HIV/AIDS
4. Mahasiswa mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
5. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari HIV/AIDS
6. Mahasiswa mengetahui cara penularan dari penyakit HIV/AIDS
7. Mahasiswa mengetahui dara pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS
8. Mahasiswa mengetahui pengobatan penyakit HIV/AIDS
9. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostic dari penyakit HIV/AIDS
10. Mahasiswa mengetahui konsep asuhan keperawatan HIV/AIDS

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan mengenai
HIV/AIDS.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
Memeberikan informasi dasar bagi penelitian lebih lanjut mengena
HIV/AIDS.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi tentang bahaya dari terkena penyakit
HIV/AIDS.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definsi AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquaried Immuno Defficiency Syndrome
yaitu kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya system
kekebalantubuh manusia. AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV
(Immunedefficiency virus) yaitu virus yang menyerang system kekebalan
tubuh manusia. Seseorang yang terserang/terinfeksi HIV dengan mudah
dapat terserang penyakit lain Karena tubuh nya tidak lagi dapat melawan
serangan penyakit itu dan akhirnya akan meninggal (Suddarth, 2013).
B. Perkembangan AIDS
1. Perkembangan AIDS di Dunia
AIDS telah menyebar cukup cepat dalam dua decade ini terlihat dari
perkiraan WHO dibawah ini :

Tahun 1981 :+/-1000 kasus AIDS dan HIV + di 20 negara

Tahun 1992 : +/-11-12 juta kasus AIDS dan HIV+

 6% di Asia Tenggara
 60% di Afrika
 10% di Amerika Utara
 6% di Eropa

Tahun 2000 :+/- 60 juta kasus AIDS dan HIV+

 41% di Asia Tenggara


 36% di Afrika
 8% di Amerika
2. Perkembangan AIDS di Indonesia
a. Jumlah kumulatif AIDS/HIV+ menurut jenis kelamin (sampaii dengan
akhir Maret 1995).

JENIS KELAMIN AIDS HIV (+) JUMLAH


Laki-laki 64 147 211
Perempuan 6 64 70
Tidak diketahui 0 7 7
Jumlah 79 218 288

3
b. Jumlah kumulatif kasus AIDS menurut factor resiko(sampai dengan
akhir Maret 1995)
FAKTOR AIDS HIV (+) JUMLAH
RESIKO
Homo/biseksual 40 32 72
heteroseksual 14 163 167
I.D.U 1 2 3
Transfuse darah 2 0 2
Hemophilia 1 1 2
Tidak diketahui 12 30 42
Jumlah 70 218 288

C. Etiologi
AIDS disebabkan oleh suatu virus yang dinamakan HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyerang kekebalan tubuh
manusia. AIDS merupakan fase terakhir dari perjalanan panjang infeksi HIV.
Hingga kini mekanisme kerja HIV di dalam tubuh manusia terus diteliti.
Namun secara umum diketahui bahwa HIV menyerang sel-sel
darahkekebalan tubuh, yang tugasnya adalah menangkal infeksi, yaitu sel
darah putih bernama limfosit yang disebut “sel T-4,” “Sel T-penolong” (T-
helper) atau “sel CD-4”. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus, karena
kemampuaanya mengcopy cetak biru materi genetik mereka di dalam materi
genetik sel-sel manusia yang ditumpangi. Dengan proses ini HIV dapat
mematikan sel-sel T-4.
Pada tahap tertentu setelah infeksi HIV berlangsung beberapa tahun jumlah
HIV sudah sedemikian banyaknya sementara jumlah sel T-4 menjadi amat
sedikit. Semakin rendah jumlah sel T-4, semakin rusak fungsi system
kekebalan tubuh. Berarti penyakit-penyakit yang tadinya tidak menyebabkan
kelainan yang serius pada orang yang mempunyai system kekebalan yang
sehat, seperti: cacingan,jamuran dan herpes,akan berkembang dengan
parah. Hal ini disebut “penurunan system kekebalan tubuh” (immune
deficiency). Orang tersebut akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS
dan kondisinya akan terus memburuk hingga ajal menjemputnya.

D. Manifestasi Klinis

4
Gejala AIDS yang awal cukup umum, karena itu AIDS seringkali
dikacaukan dengan penyakit lain, terutama tuberkulosa (TBC). AIDS dan
TBC kedua-duanya mempunyai gejala penurunan berat badan, demam
kronis, batuk, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Apalagi banyak
penderita AIDS juga akan sakit dengan TBC. Penyakit syaraf, terutama
depresi juga bisa dikacaukan dengan gejala-gejala penyakit yan terkait
dengan AIDS.
Dengan alasan-alasan diatas WHO (World Health Organization) bekerja
sama dengan CDC ( Central Desease Control) Amerika Serikat mencoba
membuat klasifikasi gejala AIDS untuk dipakai dalam diagnose AIDS. Gejala-
gejala minor yang mungkin akan timbul adalah:
1. Batuk kronis selama lebih atau satu bulan.
2. Bercak-bercak gatal di beberapa bagian tubuh.
3. Munculnya herpes zoster berulang.
4. Infeksi pada mulut dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida
Albicans.
5. Herpes simpleks kronis, berkembang dan bertambah banyak.
6. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh
(persistent generalized lymphadenophaty/PGL).

Pada saat system kekebalan tubuh semakin menurun mungkin pula akan
timbul gejala-gejala mayor seperti :

1. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 bulan.


2. Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan.
3. Diare kronis lebih dari satu bulan baik berulang atau terus menerus.

E. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah
sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen
grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka
Human Immunodeficiency Virus (HIV ) menginfeksi sel lain dengan
meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga

5
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus
dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat
double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4
sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim
inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan
oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4
helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing,
mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T
sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap
infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang
biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk
menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai
sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster
dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.

F. Penularan
Ada tiga kondisi yang diperlukan untuk terjadi penularan HIV pada
seorang yang belum berinteraksi, yaitu:
1. HIV harus masuk langsung kealiran darah. Perlu diingat bahwa HIV
sangat rapuh dan cepat mati diluar tubuh manusia. Virus ini juga sensitive
sekali terhadap panas dan tidak kuat hidup pada suhu diatas 600 C.

6
2. Untuk tertular seharusnya ada konsentrasi HIV cukup tinggi. Dibawah
konsentrasi tertentu tubuh manusia dapat mengeluarkan HIV yang masuk
sehingga infeksi tidak akan terjadi. Walaupaun HIV dapat ditemukan pada
cairan tubuh seperti keringat, ludah, air mata. Tetapi konsentrasi HIV
pada cairan-cairan tersebut tidak cukup tinggi untuk dapat menularkan
HIV.
3. Cairan yang terbukti dapat menularkan HIV hanyalah darah, cairan
sperma dan cairan vagina. Penularan akan terjadi jika salah satu dari
ketiga cairan yang telah tercemar oleh HIV masuk kedalam aliran darah
seorang.

Penularan dapat terjadi pada pasangan heteroseks maupun homoseks.


Baik dari laki-laki ke perempuan, perempuan ke laki-laki maupun laki-laki ke
laki-laki, penularan kepada seorang laki-laki dapat terjadi karna pada bagian
penis seseorang laki-laki dalam hubungan seksual panetratif (dimasukkan),
kemungkinan akan terjadi luka-luka kecil/lecet yang mungkin saja tidak
kelihatan sepintas oleh mata.seorang akan tertular bila cairan yang telah
mengandung HIV (cairan vagina,sperma atau darah) masuk keluka tersebut
atau kemungkinan yang lain adalah melalui membran mukosa yang terdapat
pada saluran kencing pada penis. Pada wanita dapat ketularan karena cairan
yang mengandung HIV dapat masuk melalui bagian dalam vagina yang
dilapisi membrana mukosa (selaput lendir) yang berhubungan erat dengan
pembuluh darah.

Penularan melalui anal/dubur dapat terjadi karena cairan yang


mengandung HIV dapat masuk kedalam pembuluh darah yang banyak
terdapat didaerah anus/dubur yang mungkin pecah ketika terjadi panetrasi.

1. Transfusi darah yang tercemar HIV.


2. Menggunakan jarum suntik,tindik,tato atau alat lain yang dapat
menimbulkan luka yang telah tercemar HIV secara bersama-sama dan
tidak disterilkan.
3. Dari ibu hamil yang terinfeksi HIV pada anak yang dikandungnya.

AIDS Tidak Menular Lewat:

1. Bersentuhan,bersenggolan,bersalaman,berpelukan,berciuman dengan
penderita AIDS

7
2. Menggunakan bersama peralatan makan (sendok,gelas,dll)dengan
penderita AIDS
3. Gigitan nyamuk
4. Terkena keringat,airmata,ludah penderita AIDS
5. Berenang bersama penderita AIDS

G. Pencegahan Penularan
Untuk mencegah resiko penularan HIV maka dapat melakukan cara-cara
berikut, antara lain:
1. Bagi yang belum aktif melakukan kegiatan seksual:
Tidak melakukan hubungan seks sama sekali
2. Bagi yang sudah melakukan kegiatan seksual:
a. Hubungan seks mitra tunggal
b. Mengurangi mitra seks
c. Menggunakan kondom
d. Segera mengobati PMS (kalau ada)
3. Hanya melakukan tranfusi darah yang bebas HIV
4. Mensterilkan alat-alat yang dapat menularkan (jarum suntik, tindik, pisau
cukur, tatto, dll)
5. Ibu yang ber-HIV perlu mempertimbangkan lagi untuk hamil.

Ada  beberapa hal yang perlu diperhatikan terhadap perkembangan


HIV+/AIDS di Indonesia :

1. Industri seks yang luas


2. Pravelensi penyakit kelamin yang tinggi
3. Tingkat pemakaian kondom yang rendah
4. Urbanisasi/migrasi penduduk yang tinggi
5. Peningkatan hubungan seks premarital dan ekstra marital yang cukup
tinggi
6. Lalu lintas dari luar negeri yang bebas
7. Praktek injeksi dan sterilisasi yang kurang memenuhi persyaratan.

H. Penatalaksanaan

8
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan
Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human
Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan
pasangan yang tidak terinfeksi.
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks
terakhir yang tidak terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas
status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya


yaitu :

1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik


Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3
. Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
3. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a. Didanosine
b. Ribavirin
c. Diedoxycytidine
d. Recombinant CD 4 dapat larut

9
4. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian
untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
5. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alcohol dan obat-obatan
yang mengganggu fungsi imun.
6. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

I. Pemeriksaan Diagnostik
Tes atau pemeriksaan laboratorium kini digunakan untuk mendiagnosis
HIV dan memantau perkembangan penyakit serta resposnya terhadap terapi
pada orang yang terinfeksi HIV.
1. Tes antibody HIV
Ada tiga buah tes untuk memastikan adanya antibody terhadap HIV dan
membantu mendiagnosis infeksi HIV. Tes enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA) mengidentifikasi antibody yang secara fisik ditujukan
kepada virus HIV. Tes ELISA tidak menegakkan diagnosis penyakit AIDS
tetapi lebih menunjukkan bahwa seseorang pernah terkena atau terinfeksi
oleh virus HIV. Orang yang darahnya mengandung antibody untuk HIV
disebut sebagai orang yang seropositif. Pemriksaan Western blot assay
merupakan tes lainnya yang dapat mengenali antibody HIV dan
digunakan untuk memastikan seropositivitas seperti yang teridentifiksi
lewat prosedur ELISA. Indirect immunofluorescence assay (IFA) kini
sedang digunakan oleh sebagian dokter sebagai pengganti pemerikaan
Western blot untuk memastikan seropositivitas. Tes lainnya, yaitu Radio
Immunoprecipitation Assay (RIPA), lebih mendeteksi protein HIV
ketimbang antibody.

2. Pelacakan HIV

10
Penentuan langsung keberadaan dan aktivtas virus HIV digunakan
untuk melacak perjalanan penyakit tersebut di samping menilai
responsnya terhadap terapinya. Protein inti virus disebut sebagai p24.
Pemeriksaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV-1.

BAB III

11
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
Tanggal pengkajian : 29-11-2021
Tempat : Ruang Irna Dalam

A. Biodata.

a. Identitas pasien.
1) Nama : Tn. A (Laki-laki, 34
tahun).
2) Suku/bangsa : Sasak/Indonesia.
3) Agama : Islam
4) Status perkawinan : Kawin
5) Pendidikan/pekerjaan : Wiraswasta
6) Bahasa yang digunakan : Indonesia
7) Alamat : Tanak Tepong
8) Kiriman dari : UGD
b. Penanggung jawab pasien : Keluarga.

B. Alasan masuk rumah sakit

a. Keluhan utama : nyeri perut..


b. Alasan dirawat : mencret sejak 5 bulan yang lalu, malam keringat
dingin dan kadang demam.
C. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien pernah menderita lever


dan pernah dirawat di RSUD AWET MUDA NARAMDA 3 tahun yang
lalu. Penyebab tidak diketahui, riwayat alergi seperti obat dan
makanan tidak ada.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
1) Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan
cara suntik.
2) Mengeluh nyeri perut. Penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang
memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan
adalah diam. Nyeri dirasakan tertusuk-tusuk, pasien meringis,
memegang pada kuadran kanan dan kiri tetapi tidak menyebar.

12
Skala nyeri adalah 5 dari skala nyeri 5. Kapan timbulnya tidak tentu
dan tiba-tiba sering terjadi nyeri. Akhir-akhir ini sering mengalami
keringat dingin malam hari, tidak ada napsu makan dan mencret
berbusa. Karena kondisi tambah parah dan oleh keluarganya
dibawa ke RSUD Kebumen dan dianjurkan untuk opname.
3) Riwayat kesehatan keluarga : orang tua, saudara kandung ayah/ibu,
saudara kandung pasien tidak ada yang menderita penyakit
keturunan.

D. Informasi khusus
a. Masa balita : tidak dikaji
b. Klien wanita : tidak dikaji

E. Aktivitas hidup sehari – hari : di tempat kerja.

Aktivitas sehari-hari Pre-masuk rumah Di rumah sakit


sakit
A. Makan dan Pola makan 3 kali/hari, Pola makan 3 kali/hari,
minum tetapi tidak ada napsu namun tidak ada napsu
1. Nutrisi makan, tidak makan, nyeri saat
menghabiskan porsi menelan, makan hanya
yang disiapkan. 2 sendok.
2. Minum Minum air putih dengan Minum air putih 2-3
jumlah tidak tentu. gelas.
B. Eliminasi Mencret 5 X/hari,, Mencret dengan
seperti busa, tidak frekuensi 5-7 X/hari,
bercampur darah dan encer atau tidak ada isi
berbau. BAK 2 X/hari dan BAK 2 X/hari serta
dan tidak ada kelainan. tidak ada kelainan.
Keringat dingin pada
malam hari
C. Istirahat dan tidur Pasien bisa istirahat Pasien istirahat di
dan tidur di rumah tempat tidur saja. Tidur
kalau merasa
mengantuk. Kesulitan
tidur karena nyeri,
keringat dingin.
D. Aktivitas Pasien tidak melakukan Pasien mengatakan
apa-apa karena tinggal tidak bisa melakukan
di rumah dan keadaan aktivitasnya karena
yang lemah. lemah, merasa tidak
berdaya dan cepat
lelah.
E. Kebersihan diri Jarang dilakukan. Mandi dan gosok gigi
dilakukan di tempat
tidur. Hambatan dalam
melakukan kebersihan

13
diri adalah lemah dan
nyeri.
F. Rekreasi Tidak ada. Hanya bercerita dengan
isteri

F. Psikososial
a. Psikologis : pasien dan keluarga mengatakan penyakit ini karena
perilakunya yaitu konsumsi obat putaw dengan suntik. Keluarga dan
pasien mengatakan belum mengerti proses penyebaran. Konsep diri :
dirasakan peran sebagai kepala keluarga tidak bertanggung jawab.
Keadaan emosi : pasien pasrah pada keadaannya sekarang.
Mekanisme koping adalah diam saja.
b. Sosial : sejak 2 tahun yang lalu pisah ranjang dengan isterinya.
Kontak mata ada, kegemaran adalah ke tempat hiburan.
c. Spiritual : di rumah jarang melakukan sholat 5 waktu, sedangkan
di rumah sakit pasien tidak melakukan, hanya berdoa dalam hati.
G. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan pucat.
Kesadaran kompos mentis, GCS : 4-5-6, T 140/90 mmHg, N 120
x/menit, S 39 0C, RR 22 X/menit.
b. Head to toe :
1) Kepala. Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak
kotor dan berbau.
2) Rambut. Rambut lurus, nampak kurang bersih.
3) Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat,
konjungtiva anemis, refleks cahaya mata kanan negative, tidak
menggunakan alat bantu kacamata.
4) Hidung (penciuman). Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi
septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip.
Fungsi penciuman normal.
5) Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan
otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak
ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi
pendengaran normal.

14
6) Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak
ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak
hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring.
7) Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba,
tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku
kuduk/tengkuk.
8) Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal.
Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal.
Tidak ada murmur.
9) Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak
membesar, ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 12
X/menit.
10) Repoduksi
Tidak dikaji.
11) Ekstremitas
Tidak mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot
ekstremitas atas 2-2 dan ekstremitas bawah 2-2.
12) Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat.

H. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium :
Tanggal 04 – 09 – 2011 : metode imunokromatografi positif dan
ELISA I dan ELISA II positif.
Tanggal 03 – 09 - 2011 : Hb 10,5 gr/dl, Leukosit 4,4 x 10 9/L,
trombosit 543 X 10 9L, PV 0,32 GDA 69 mg/dl, SGOT 54 4/L, BUN 32
mg/dl dan kreatinin serum 1,95 mg/dl.
Terapi : tanggal 05 – 12 – 2001 : Metronidazol 3 X 1 tablet,
Cotrimoxasol 2 X 2 tablet dan infuse RL 20 tetes/menit.

15
2. Analisis Data
Data pendukung Masalah Etiologi
1. DS :
Pasien mengatakan lemah, cepat Aktivitas Kelemahan
lelah, tidak bisa melaukan
aktivitas.
DO :
Keadaan umum lemah, pucat,
ADL dibantu, pasien totaly care,
terpasang infus
2. DS: Nutrisi Intake yang
Pasien mengatakan tidak ada tidak
napsu makan, saat menelan sakit, adekuat
mengatakan tidak bisa
menghabiskan porsi yang
disiapkan.
DO :
Lemah, menghabiskan 2 sendok
makan, dari porsi yang disiapkan,
lemah, holitosis, lidah ada bercak-
bercak keputihan, Hb 10,5 g/dl,
pucat, konjungtiva anemis.
3. DS : Cairan tubuh Diare
Pasien mengatakan diare sejak 5
bulan yang lalu, mengatakan
menceret 5-7 kali/hari, kadang
demam dan keringat pada malam
hari, minum 2-3 gelas/hari.
DO :
Perut kembung, turgor menurun,
inkontinensia urin, BAB encer,
membran mukosa kering, bising
usus meningkat 40 X/menit
4. DS : Gangguan rasa Pembesaran
Pasien mengatakan perutnya nyaman : nyeri limfe nodes
sakit, angka 5 pada skala nyeri 5, pada daerah
nyeri seperti ditusuk-tusuk. abdomen
DO :
Meringis, memegang-megang
perut yang sakit, perut kembung,
nadi 120 X/menit, RR 22 X/menit,
TD 140/90 mmHg, suhu 390C.
5. DS : Infeksi Infeksi HIV
Pasien mengatakan kadang
demam.
DO :
Nadi 120 X/menit, RR 22 X/menit,
TD 140/90 mmHg, suhu 390C, anti
HIV positif. Koping keluarga Cemas dan
6. DS : takut
Keluarga mengatakan bagaimana terhadap
dengan anak-anaknya bila infeksi

16
mengetahui ayahnya menderita
sakit, mengatakan cemas
suaminya tersinggung karena
tidak bersentuhan secara
langsung.
DO :
Mengungkapkan perasaan
tentang hubungan yang retak
dengan suami, cemas.

3. Diagnosa Keperawatan (berdasarkan prioritas)


a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pembesaran
limfanode pada daerah GI.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang inadekuat.
c. Kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan diare.
d. Aktivitas intolerans berhubungan dengan kelemahan secara umum
e. Resiko tinggi infeksi : pasien kontak berhubungan dengan adanya infeksi
HIV.
f. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan cemas dan takut terhadap
infeksi yang dialami pasien.

17
4. Perencanaa Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional

Gangguan rasa Pasien mengatakan nyeri 1. Kaji nyeri pasien dan anjurkan untuk Menentukan tngkat nyeri dan toleransi pasien terhadap
nyaman : nyeri berkurang dengan kriteria menjelaskan nyerinya. nyeri yang dialami
berhubungan 2. Jelaskan kepada pasien tentang nyeri
skala nyeri 1-2, tidak yang dialaminya. Nyeri pasien HIV umumnya merupakan nyeri kronik.
dengan
meringis, perut tidak 3. Anjurkan untuk menggunakan relaksasi,
pembesaran imagery
limfanode kembung/tendernes
4. Kolaborasi pemberian analgesik.
pada daerah setelah 2 hari perawatan
Meningkatkan relaksasi dan perasaan untuk mengontrol
GI. nyeri.

Mengurangi nyeri

Gangguan Setelah satu minggu 1. Monitor kemampuan mengunyah dan Intake menurun dihubungkan dengan nyeri
nutrisi kurang perawatan pasien menelan. tenggorokan dan mulut
dari kebutuhan mempunyai intake kalori 2. Monitor intake dan ouput
3. Rencanakan diet dengan pasien dan Menentukan data dasar
tubuh dan protein yang adekuat
orang penting lainnya.
berhubungan untuk memenuhi 4. Anjurkan oral hygiene sebelum makan. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan
dengan intake kebutuhan metaboliknya 5. Anjurkan untuk beri makanan ringan pasien
yang dengan kriteria pasien sedikit tapi sering.
inadekuat. makan TKTP, serum Mengurangi anoreksia
albumin dan protein
dalam batas normal, Memeunhi kebutuhan nutrisi yang kurang

1
menghabiskan porsi yang
disiapkan, tidak nyeri saat
menelan

Kekurangan Keseimbangan cairan dan 1. Monitor tanda-tanda dehidrasi. Bolume cairan deplesi merupakan komplikasi dan dapat
cairan tubuh elektrolit dipertahankan 2. Monitor intake dan ouput dikoreksi.
berhubungan dengan kriteria intake 3. Anjurkan untuk minum peroral
4. Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 Melihat kebutuhan cairan yang masuk dan keluar.
dengan diare. seimbang output, turgor
tetes/menit.
normal, membran 5. Kolaborasi pemberian antidiare. Sebagai kompensasi akibat peningkatan output.
mukosa lembab, kadar
urine normal, tidak diare Memenuhi kebutuhan intake yang peroral yang tidak
setealh 5 hari perawatan. terpenuhi.

Mencegah kehilangan cairan tubuh lewat diare (BAB).

Intolerans Pada saat akan pulang 1. Monitor respon fisiologis terhadap Respon bervariasi dari hari ke hari
aktivitas pasien sudah mampu aktivitas
berhubungan berpartisipasi dalam 2. Berikan bantuan perawatan yang pasien Mengurangi kebutuhan energi
sendiri tidak mampu
dengan kegiatan, dengan kriteria
3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga
kelemahan. bebas dyspnea dan tidak mengganggu istirahat.
takikardi selama aktivitas. Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan
kebutuhan metabolik

Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang penting Pasien mau dan memerlukan informasikan ini
infeksi : pasien ditransmisikan, tim lainnya metode mencegah transmisi HIV dan
kontak kesehatan kuman patogen lainnya.
2. Gunakan darah dan cairan tubuh
berhubungan memperhatikan universal
precaution (universal precaution) bila merawat
dengan adanya precautions dengan pasien. Gunakan masker bila perlu.
kriteria kontak pasien dan

2
infeksi HIV. tim kesehatan tidak Mencegah transmisi infeksi ke orang lain
terpapar HIV, tidak
terinfeksi patogen lain
seperti TBC selama
perawatan.

Koping Setelah 3 kali pertemuan 1. Kaji koping keluarga terhadap sakit Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara
keluarga keluarga atau orang pasein dan perawatannya konstruktif dengan keluarga.
inefektif penting lain 2. Biarkan keluarga mengungkapkana
perasaan secara verbal Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara
berhubungan mempertahankan suport
3. Ajarkan kepada keluaraga tentang bebas
dengan cemas sistem dengan kriteria penyakit dan transmisinya.
dan takut pasien dan keluarga
Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui
terhadap berinteraksi dengan cara
kontak sederhana.
infeksi yang yang konstruktif,
dialami pasien. mengungkapkan
perasaan

3
5. Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan

Diagnosa Hari/tanggal Tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan


kep.
(jam)

Senin, 29 – 11- 2021 1. Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk Jam 13.30
menjelaskan nyerinya : nyeri skala 5, merasa tertusuk-
1. 10.30 tusuk S : mengatakan nyeri, skala 5.
2. Menjelaskan kepada pasien tentang nyeri yang
dialaminya. O: meringis, T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12
3. Mengajarkan pada pasien teknik relaksasi X/menit, meringis
4. Menganjurkan untuk menggunakan relaksasi
A : nyeri tidak berkurang.

P: tindakan keperawatan dipertahankan

1. Memonitor kemampuan mengunyah dan menelan : Jam 13.30


menelan terasa sakit
2. 10,30 2. Menganjurkan oral hygiene sebelum makan yaitu S : mengatakan makan hanya 2 sendok, tidak ada napsu
menggosok gigi atau kumur-kumur. makan, menelan sakit

O: lemah, lidah bercak keputuihan

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi : turgor menurun, Jam 13.30


membran mkosa kering, urine output menurun.
3 10.30 2. Menganjurkan untuk minum peroral sesuai S : mengatakan minum hanya 6 sendok, tidak merasa

1
kemampuan pasien : 4-5 gelas hari sedang menceret.
3. Mengatur pemberian infus RL 20 tetes/menit.
4. Mengecek pemberian Cotrimoksasol dan O: perut kembung, diare, encer, turgor menurun,
Metronidazole membran mukosa kering.

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

4. 1. Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak Jam 13.30


mampu bangun, terpasang infus, nyeri, meringis
11.00 S : mengatakan lemah.

O: perut kembung, terpasang infus, bed rest, lemah,


pucat.

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

2. Menganjurkan isteri pasien menggunakan metode Jam 13.30


mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya :
5. 10.30 mencuci tangan setelah menyentuh pasien, hindari S : keluarga mengatakan mngerti universal precaution
kontak langsung dengan darah pasien atau cairan dari
selaput lendir, gunakan sarung tangan O: T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit,
3. Menggunakan darah dan cairan tubuh precaution perawat menggunakan masker
(universal precaution) bila merawat pasien dengan
menggunakan masker. A : keluarga pasien dan perawat memperhatikan
universal precaution

P: tindakan keperawatan dipertahankan

2
1. Mengkaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan Jam 13.00
perawatannya : sedih melihat kondisi pasien, keluarga
6. 12.00 mengatakan menyesal mengapa tidak mengetahui S : keluarga mengatakan tidak tahu bagaimana
bahwa suami mengkonsumsi putaw yang akhirnya menjelaskan kepada anak-anaknya,
seperti sekarang ini.
2. Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan O: mengungkapkan perasaan, berusaha tegar
secara verbal
3. Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan A : keluarga mulai membentuk koping untuk penyesuaian.
transmisinya.
P: tindakan keperawatan dipertahankan

Selasa, 30– 11 -2021 1. Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk Jam 20.00
menjelaskan nyerinya.
1. 17.00 2. Menganjurkan untuk menggunakan relaksasi seperti S : mengatakan nyeri, skala 3.
yang dijelaskan
O: meringis, T 110/80 mmHg, N 80 X/menit, RR 18
X/menit, meringis

A : nyeri berkurang.

P: tindakan keperawatan dipertahankan bila nyeri


menignkat

1. Mengkaji kemampuan mengunyah dan menelan. Jam 20.00


2. Menganjurkan untuk gosok gigi sebelum makan.
2. 17.00 3. Menganjurkan untuk makan makanan ringan seperti S : mengatakan makan hanya 3 sendok, tidak ada napsu
biskuit atau roti makan, menelan sakit
4. Menganjurkan untuk menggunakan kumur betadin
O: lemah, lidah bercak keputihan, anoreksia, pucat,
konjungitva anemis

3
A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

1. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi. Jam 20.00


2. Memonitor intake dan ouput
3. 17.00 3. Mengannjurkan untuk minum peroral sesuai S : mengatakan minum hanya 4 sendok, mencret 3 kali
kemampuan pasien.
4. Mengatur pemberian infus RL 20 tetes/menit. O: perut kembung, diare, encer, turogor menurun,
5. Menyiapkan obat Cotrimoksasol dan Metronidazole membran mukosa keirng.
untuk diminum
A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

1. Menganjurkan isteri pasien untuk mempertahankan Jam 20.00


metode mencegah transmisi HIV.
4. 17.00 2. Menggunakan darah dan cairan tubuh precaution S : --
(universal precaution) bila merawat pasien dengan
menggunakan masker. O: T 130/80 mmHg, N 100 X/menit, RR 12 X/menit,
perawat menggunakan masker, menggukan tisue.

A : keluarga pasien dan perawat memperhatikan


universal precaution

P: tindakan keperawatan dipertahankan

5. 19.00 1. Mendengarkan keluarga mengungkapkana perasaan Jam 19.00


secara verbal
2. Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan S : keluarga mengatakan mampu menerima keadaan
transmisinya. suaminya, mengatakan kecewa mengapa saat pisah

4
tidak mengetahui kalau suaminya konsumsi putaw.

O: mengungkapkan perasaan, tenang

A : keluarga mulai membentuk koping untuk penyesuaian.

P: tindakan keperawatan dipertahankan

Rabu, 07 –09 - 2011 Mengkaji nyeri pasien dan menganjurkan untuk menjelaskan Jam 16.00
nyerinya.
1. 10.00 S : mengatakan nyeri, skala 3.

O: meringis, T 100/70 mmHg, N 88 X/menit, RR 12


X/menit, meringis

A : nyeri berkurang.

P: tindakan keperawatan dipertahankan bila nyeri


meningkat

2. 10.30 Menganjurkan oral hygiene sebelum makan yaitu Jam 16.00


menggosok gigi atau kumur-kumur.
S : mengatakan makan hanya 3 sendok, tidak ada napsu
makan, menelan sakit

O: lemah, bercak keputihan berkurang

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

3. 14.00 1. Menganjurkan untuk minum peroral sesuai Jam 16.00

5
kemampuan pasien : 4-5 gelas hari
2. Mengatur pemberian infus RL 20 tetes/menit.
S : mengatakan minum hanya 4 sendok, tidak merasa
sedang menceret.

O: diare, encer, turgor menurun, membran mukosa


kering.

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

4. 14.00 Memonitor respon terhadap aktivitas : tidak mampu Jam 16.00


bangun, terpasang infus, nyeri, meringis
S : mengatakan lemah.

O: terpasang infus, bed rest, lemah, pucat, ADL dibantu

A : masalah belum teratasi

P: tindakan keperawatan dipertahankan

5. 14.30 Menganjurkan isteri pasien menggunakan metode mencegah Jam 16.00


transmisi HIV dan kuman patogen lainnya : mencuci tangan
setelah menyentuh pasien, hindari kontak langsung dengan S : keluarga mengatakan mngerti universal precaution
darah pasien atau cairan dari selaput lendir, gunakan sarung
O: T 100/70 mmHg, N 90 X/menit, RR 16 X/menit,
tangan
perawat menggunakan masker

A : keluarga pasien dan perawat memperhatikan


universal precaution

6
P: tindakan keperawatan dipertahankan

6. 15.00 1. Mendengarkan keluarga mengungkapkan perasaan Jam 16.30


secara verbal
2. Menjelas kepada keluarga tentang penyakit dan S : keluarga mengatakan sudah bisa menerima keadaan
transmisinya. pasien.

O: mengungkapkan perasaan, berusaha tegar

A : keluarga sudah membentuk koping untuk


penyesuaian.

P: tindakan keperawatan dihentikan

7
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
AIDS adalah singkatan dari Acquaried Immuno Defficiency Syndrome
yaitu kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya system
kekebalantubuh manusia. AIDS disebabkan oleh virus yang bernama HIV
(Immunedefficiency virus) yaitu virus yang menyerang system kekebalan
tubuh manusia. Seseorang yang t...............erserang/terinfeksi HIV dengan
mudah dapat terserang penyakit lain Karena tubuh nya tidak lagi dapat
melawan serangan penyakit itu dan akhirnya akan meninggal.
B. Saran
Perawat harus mengetahui dan menguasai konsep materi dan konsep
asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat dan maksimal pada pasien.

1
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn, dkk, 2013 Rencana Asuhan Keperawatan ;


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni
Made S, EGC, Jakarta
Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam, 2014, Pedoman Diagnosis dan Terapi,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Lyke, Merchant Evelyn, 2012, Assesing for Nursing Diagnosis ; A Human
Needs Approach,J.B. Lippincott Company, London.
Siswi, P. (2012). AIDS & Kesehatan Reproduksi. Penanganan Peer
Educator Sahaja Lentera PKBI DIY., 100(1), 32.
Suddarth, B. dan. (2013). Keperawatan Medical Bedah. In EGC, Jakarta
(Vol. 2).

Anda mungkin juga menyukai