Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kelompok : 9
1. Michael (kelompok 5)
Saya ingin bertanya kepada penyaji bagaimana peranan HOTS dalam perubahan sikap anak?
Yang dimana kita ketahui dari ketiga keseimbangan yaitu sikap pengetahuan dan keterampilan
anak SD masih di utamakan atau di fokuskan pada sikapnya.
Jawab :
HOTS atau Higher Order Thinking Skills diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir
tingkat tinggi. Tingkatan kemampuan berpikir HOTS digambarkan dalam bentuk piramida. Dari
tingkatan paling rendah yaitu remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis), evaluating (mengevaluasi), hingga creating
(menciptakan).
Dan di dalam kurikulum 2013 di SD itu sendiri ada yang namanya tema terpadu (tematik) dan
didalam tematik itu sendiri memuat karakteristik hots sesuai dengan karakter yang menjadi
tuntutan dinas pendidikan pada kurikulum 2013.
Sebagai contoh peranan hots dalam perubahan sikap anak ini adalah pada Kompetensi inti sikap
sosial siswa SD adalah berkerjasama, bertanggung jawab, responsif, dan aktif
Nah pada pembelajaran tematik memuat pembelajaran dimana siswa dituntut untuk dapat
bekerjasama dengan baik bersama temannya dan juga mampu mengeluarkan pendapat
Itu berarti hots ini punya peranan untuk sikap dan keterampilan si anak .
Sama hal nya dengan peranan literasi budaya dan kewargaan dalam kehidupan
bermasyarakat, peranan literasi budaya dan kewargaan pada keluarga juga untuk mengatasi
disinformasi pada generasi millennial yang dapat dilakukan melalui, pertama, penyedian bahan
bacaan tentang budaya, kewargaan dan disinformasi dalam keluarga (di rumah), agar anak
tertarik untuk membaca dan menerapkannya. Kedua, kegiatan wajib membaca bersama
minimal 15 menit dalam keluarga setiap hari, agar anak terbiasa membaca.
Ketiga, penerapan literasi budaya dan kewargaan serta anti disinformasi kepada anak agar dapat
mengetahui dari sejak dini. Keempat, keluarga dapat berkunjung ke tempat yang mengandung
nilai budaya seperti Candi Borobudur, Istana Maimunah, dan tempat lainnya
yang memiliki nilai budaya. Kelima, memberikan pengajaran kepada anak tentang keberagaman
di Indonesia, baik keberagaman suku bangsa, bahasa, kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, dan
kebudayaan. Keenam, orang tua harus bisa menyediakan waktu luang untuk bisa berkumpul
bersama anak, untuk mengetahui perkembangan anak dan apa yang dibutuhkan seorang anak di
abad 21 ini. Ketujuh, mengajarkan bahaya disinformasi pada anak agar anak bisa mengetahui
bahaya dari disinformasi dan anti disinformasi.
(3) pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh.
Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan sasaran program yang sangat besar.
Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada semua guru dengan baik
sehingga mereka belum memahaminya.
(4) guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai
karakter yang perlu dikembangkan guru pegampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran tersebut
belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.
(5) Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-niai
karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan, sementara pelatihan
masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan mereka dalam mengintegrasikan
nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya.
(6) guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan
yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai
karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter
umum di sekolah.
4. Neni Apdian
Adanya pandemi covid 19 ini membuat para siswa hingga saat ini masih harus melakukan
pembelajaran jarak jauh (pembelajaran online). Namun di sisi lain, banyak pula keluhan yang
disampaikan siswa dalam belajar jarak jauh ini maupun masyarakat sekitar dalam bekerja.
Jadi, permasalahan itu muncul bisa saja dikarenakan masih minimnya literasi digital baik itu pada
siswa sekolah maupun pada masyarakat.
Lantas, bagaimana cara meningkatkan literasi digital yang dikolaborasikan dalam pembelajaran
pkn di sd ini? Kasih contohnya ya. Udah gitu literasi digital yang baik bagi siswa sekolah dasar
itu yang bagaimana seharusnya? Terimakasih
Jawab :
nah sebelumnya kita harus tahu dulu mengapa minimnya literasi digital di kalangan mahasiswa
ataupun masyarakat ini biasanya disebabkan beberapa faktor yang saya ketahui itu 1 faktor
teknologi di era globalisasi sekarang masih ada di Indonesia sia daerah-daerah terpencil masih
banyak yang tidak menggunakan fasilitas teknologi seperti handphone dan lain sebagainya
sementara pada masa pandemi ini anak sekolah sangat membutuhkan fasilitas tersebut . secara
kalau kita lihat masa pandemi ini proses belajar mengajar dilakukan secara daring menggunakan
handphone . adapun masyarakat yang sudah menggunakan teknologi ni namuN masih banyak
kurang dalam mengakses perkembangan teknologi sekarang ini sehingga
Dalam mengoperasionalkan, pengguna banyak yang gagap teknologi. Tidak sedikit guru-guru tua
maupun orang tua yang mengalami technology anxiety atau tidak percaya diri menghadapi
teknologi. Makanya, ketika mereka memberikan pelajaran daring ke siswa, mereka lebih senang
memberi tugas daripada memberi pembelajaran daring ketimbang guru muda yang lebih fasih
teknologi.
tidak hanya orang tua di kalangan anak-ana sekarang banyak menyalahgunakan teknologi
tersebut apalagi di masa pandemi ini banyak menggunakannya
untuk sekadar pleasure, leisure, bermain gim, hingga mem-bully dan chatting dll.
2. sementara yang kedua itu terkendala dalam akses jaringan tidak hanya tidak hanya fasilitas
teknologi jaringan juga sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar atau mengakses
informasi di Indonesia terutama di daerah terpencil akses internet ini sangat sulit dijangkau
sehingga masyarakat di sekitaran itu itu aku tak acuh dengan informasi-informasi yang sedang
berkembang saat ini. mereka hanya bisa mengandalkan informasi dari berita koran saja sehingga
memungkinkan literasi mereka atau informasi mereka dapat itu masih minim tidak meluas .
kemudian faktor ketiga yaitu kurangnya keterampilan berpikir kritis terhadap anak-anak maupun
kalangan masyarakat . bisa kita lihat sekarang ini banyak orang-orang tertipu dengan berita-berita
hoax dikarenakan mereka kurang akses dalam mencari informasi. apalagi sekarang ini banyak
oknum oknum yang tidak bertanggungjawab menyebarkan berita-berita hoax seperti menshare
video foto-foto yang tidak sesuai dengan fakta sebenarnya sehingga masyarakat disii mudah
terpengaruh terhadap berita hoax tersebut .