Anda di halaman 1dari 6

PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan di Instalasi


Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang
Anada Kaporina (1), Muh. Hidayat Setyawan (2), Andra Novitasari (3)
1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
2)
Staf Pengajar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
3)
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Email : anada.kaporina@yahoo.com

Abstrak
Pada Januari 2012 instalasi rawat inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin mendapatkan nominasi ruang rawat
inap dengan penilaian paling buruk dalam aspek dimensi pelayanan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan. Penelitian ini survei
deskriptif yang dianalisis secara univariat terhadap dimensi pelayanan tangible, reliability, responsiveness,
assurance, dan emphaty berdasarkan usia, pendidikan, dan pekerjaan. Sampel sebanyak 70 responden.
Pengambilan sampel dengan teknik total sampling. Hasil analisis univariat dari 70 pasien didapatkan sebagian
besar responden merasa puas (77,1%) terhadap keseluruhan dimensi pelayanan. Data tangible menunjukkan:
pada usia ≥56 tahun 10 responden (66,7%) merasa puas, dengan pendidikan lanjutan 26 responden (65%)
merasa puas, pada kelompok tidak bekerja 7 responden (63,6%) merasa puas. Data reliability menunjukkan:
pada usia ≥56 tahun 10 responden (66,7%) merasa puas, dengan pendidikan lanjutan 17 responden (42,5%)
merasa puas, pada kelompok tidak bekerja 7 responden (63,6%) merasa puas. Data responsiveness
menunjukkan: pada usia ≥56 tahun 8 responden (53,3%) merasa puas, dengan pendidikan lanjutan 22 responden
(55%) merasa puas, pada kelompok bekerja 32 responden (54,2%) merasa puas. Data assurance menunjukkan:
pada usia 15-55 tahun 42 responden (76,4%) merasa puas, dengan pendidikan lanjutan 30 responden (75%)
merasa puas, pada kelompok bekerja 44 responden (74,6%) merasa puas. Data emphaty menunjukkan: pada usia
15-55 tahun 41 responden (74,5%) merasa puas, dengan pendidikan wajib 22 responden (73,3%) merasa puas,
pada kelompok bekerja 43 responden (72,9%) merasa puas. Sebagian besar responden merasa puas terhadap
keseluruhan dimensi pelayanan di instalasi rawat inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi
Semarang.
Kata kunci : kepuasan pasien, pelayanan, rawat inap

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin 247
RSUP DR. Kariadi Semarang
Anada Kaporina, Muh. Hidayat Setyawan, Andra Novitasari
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013

PENDAHULUAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Pelayanan kesehatan yang bermutu 1. Karakteristik Responden
adalah pelayanan kesehatan yang dapat Jumlah
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan Usia
sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata Bukan pra usila (15-55 tahun) 55 (78,6%)
penduduk serta penyelenggaraannya sesuai Pra usila-usila (≥56 tahun) 15 (21,4%)
dengan kode etik dan standar pelayanan yang
telah ditetapkan.1 Penyelenggaraan pelayanan Pendidikan
kepada masyarakat sebagaimana yang Wajib (sampai dengan tamat SMP) 30 (42,9%)
Lanjutan (tamat SMA ke atas) 40 (57,1%)
dilakukan RSUP Dr. Kariadi Semarang perlu
mendapatkan perhatian, khususnya dalam hal
Pekerjaan
peningkatan kualitas pelayanan agar sesuai Bekerja 59 (84,2%)
dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Tidak bekerja 11 (15,8%)
Pelayanan rawat inap merupakan pusat
kegiatan yang paling banyak terjadi interaksi
antara perawat dengan pasien, karena unit ini
2. Analisis Univariat
paling banyak memberikan pelayanan Tingkat kepuasan pasien Jumlah
dibandingkan dengan yang lainnya.2
Pada bulan Januari 2012 instalasi Keseluruhan
Puas 54 (77,1%)
rawat inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin Tidak puas 16 (22,9%)
mendapatkan nominasi ruang rawat inap
dengan penilaian paling buruk dalam aspek
dimensi pelayanan di RSUP Dr. Kariadi Tangible berdasarkan usia
Semarang.3 Bukan pra usila (15-55 tahun)
Puas 29 (52,7%)
Tingkat kepuasan pelanggan terhadap Tidak puas 26 (47,3%)
pelayanan merupakan faktor yang penting Pra usila-usila (≥56 tahun)
dalam mengembangkan suatu sistem Puas 10 (66,7%)
penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap Tidak puas 5 (33,3%)
Tangible berdasarkan pendidikan
kebutuhan pelanggan, meminimalkan biaya Wajib (sampai dgn tamat SMP)
dan waktu serta memaksimalkan dampak Puas 13 (43,3%)
pelayanan terhadap populasi sasaran. Umpan Tidak puas 17 (56,7%)
balik dan informasi merupakan elemen yang Lanjutan (tamat SMA ke atas)
penting dalam membangun sistem pemberian Puas 26 (65%)
Tidak puas 14 (35%)
pelayanan yang efektif, termasuk: tingkat Tangible berdasarkan pekerjaan
kepuasan pelanggan dan kualitas pelayanan.4.5 Bekerja
Puas 32 (54,2%)
METODOLOGI PENELITIAN Tidak puas 27 (45,8%)
Tidak bekerja
Jenis dan rancangan penelitian ini Puas 7 (63,6%)
termasuk penelitian survei deskriptif. Populasi Tidak puas 4 (36,4%)
yang dimaksud adalah seluruh pasien yang Reliability berdasarkan usia
dirawat di instalasi rawat inap Ruang B2 THT Bukan pra usila (15-55 tahun)
& Kulit Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang. Puas 18 (32,7%)
Tidak puas 37 (67,3%)
Sampel penelitian ini adalah mencakup pasien Pra usila-usila (≥56 tahun)
yang dirawat yang memenuhi kriteria inklusi Puas 10 (66,7%)
dan eksklusi atau total sampling sejumlah 70 Tidak puas 5 (33,3%)
pasien yang dirawat pada Desember 2012. Reliability berdasarkan
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel pendidikan
Wajib (sampai dgn tamat SMP)
terikat yaitu kepuasan pasien terhadap Puas 11 (36,7%)
pelayanan. Analisis data secara univariat Tidak puas 19 (63,3%)
dianalisis secara deskriptif menggunakan tabel Lanjutan (tamat SMA ke atas)
distribusi frekuensi yang disajikan dalam Puas 17 (42,5%)
Tidak puas 23 (57,5%)
bentuk tabel dan diuraikan dalam prosentase
dan narasi untuk memberikan gambaran
umum,

248 Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin
RSUP DR. Kariadi Semarang
Anada Kaporina, Muh. Hidayat Setyawan, Andra Novitasari
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013

Reliability berdasarkan pekerjaan Emphaty berdasarkan pekerjaan


Bekerja Bekerja
Puas 21 (35,6%) Puas 43 (72,9%)
Tidak puas 38 (64,4%) Tidak puas 16 (27,1%)
Tidak bekerja Tidak bekerja
Puas 7 (63,6%) Puas 8 (72,7%)
Tidak puas 4 (36,4%) Tidak puas 3 (27,3%)
Responsiveness berdasarkan usia
Bukan pra usila (15-55 tahun)
Puas 28 (50,9%)
Hasil penelitian tingkat kepuasan
Tidak puas 27 (49,1%) pasien terhadap keseluruhan dimensi
Pra usila-usila (≥56 tahun) pelayanan diperoleh bahwa dari 70 responden,
Puas 8 (53,3%) yang memiliki proporsi puas lebih besar
Tidak puas 7 (46,7%) (77,1%) daripada yang tidak puas (22,9%).
Responsiveness berdsrkan
pendidikan
Hasil tersebut sebanding dengan salah satu
Wajib (sampai dengan tamat tabel rekapitulasi pelanggan terhadap
SMP) pelayanan kesehatan yaitu pada bulan Maret
Puas 14 (46,7%) 2012, yang rata-rata hasilnya memuaskan. Hal
Tidak puas 16 (53,3%) ini menunjukkan bahwa telah berhasilnya
Lanjutan (tamat SMA ke atas)
Puas 22 (55%) pembenahan untuk meningkatkan kualitas
Tidak puas 18 (45%) pelayanan terhadap pasien di instalasi rawat
Responsiveness berdasarkan inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin RSUP
pekerjaan Dr. Kariadi Semarang.
Bekerja
Puas 32 (54,2%)
Hasil penelitian tingkat kepuasan
Tidak puas 27 (45,8%) pasien terhadap tangible berdasarkan usia
Tidak bekerja diperoleh bahwa dari 15 responden yang
Puas 4 (36,4%) berusia ≥56 tahun memiliki proporsi puas
Tidak puas 7 (63,6%) lebih besar yaitu 66,7% daripada 55 responden
Assurance berdasarkan usia
Bukan pra usila (15-55 tahun)
yang berusia 15-55 tahun yang memiliki
Puas 42 (76,4%) proporsi puas sebesar 52,7%. Hasil tersebut
Tidak puas 13 (23,6%) sesuai dengan teori menurut Notoatmojo
Pra usila-usila (≥56 tahun) (2003) bahwa usia berpengaruh untuk belajar
Puas 10 (66,7%)
menyesuaikan diri dan seiring bertambahnya
Tidak puas 5 (33,3%)
Assurance berdsarkan pendidikan usia maka semakin banyak pengalaman yang
Wajib (sampai dg tamat SMP) didapat dari lingkungan. Sehingga banyak
Puas 22 (73,3%) yang merasa puas pada responden yang
Tidak puas 8 (26,7%) berusia ≥56 tahun karena mungkin lebih bisa
Lanjutan (tamat SMA ke atas)
Puas 30 (75%)
menerima keadaan.
Tidak puas 10 25%) Hasil penelitian tingkat kepuasan
Assurance berdasarkan pekerjaan pasien terhadap tangible berdasarkan tingkat
Bekerja pendidikan diperoleh bahwa dari 40 responden
Puas 44 (74,6%) dengan pendidikan lanjutan memiliki proporsi
Tidak puas 15 (25,4%)
Tidak bekerja
puas lebih besar yaitu 65% dan dari 30
Puas 8 (72,7%) responden dengan pendidikan wajib memiliki
Tidak puas 3 (27,3%) proporsi tidak puas sebesar 56,7%. Hasil
Emphaty berdasarkan usia tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan
Bukan pra usila (15-55 tahun) pengetahuan yang dimiliki. Notoatmodjo
Puas 41 (74,5%)
Tidak puas 14 (25,5%) (2003) mengatakan semakin tinggi tingkat
Pra usila-usila (≥56 tahun) pendidikan seseorang maka makin mudah
Puas 10 (66,7%) menerima informasi sehingga makin banyak
Tidak puas 5 (33,3%) pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
Emphaty berdasarkan pendidikan
pendidikan yang kurang akan menghambat
Wajib (sampai dg tamat SMP)
Puas 22 (73,3%) perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-
Tidak puas 8 (26,7%) nilai yang baru diperkenalkan dalam
Lanjutan (tamat SMA ke atas) pemberian pelayanan kesehatan. Sehingga
Puas 29 (72,5%) banyak yang merasa puas pada pasien dengan
Tidak puas 11 (27,5%)

Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin 249
RSUP DR. Kariadi Semarang
Anada Kaporina, Muh. Hidayat Setyawan, Andra Novitasari
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013

pendidikan lanjutan karena mungkin lebih karena mungkin sulit menerima nilai-nilai
mudah mencerna informasi yang diterima. yang baru diperkenalkan dalam pemberian
Hasil penelitian tingkat kepuasan pelayanan kesehatan.
pasien terhadap tangible berdasarkan Hasil penelitian tingkat kepuasan
pekerjaan diperoleh bahwa dari 11 responden pasien terhadap reliability berdasarkan
pada kelompok tidak bekerja memiliki pekerjaan diperoleh bahwa dari 59 responden
proporsi puas lebih besar yaitu 63,6% pada kelompok bekerja memiliki proporsi
dibanding 59 responden pada kelompok tidak puas lebih besar yaitu 64,4%
bekerja yang memiliki proporsi puas sebesar dibandingkan dari 11 responden pada
54,2%. Ada kecenderungan pasien yang tidak kelompok tidak bekerja memiliki proporsi
bekerja lebih puas terhadap dimensi pelayanan puas sebesar 63,6%. Ada kecenderungan
kenyataan (tangible) yang diberikan pasien yang bekerja lebih menuntut tingkat
dibandingkan pada pasien yang bekerja. kepuasan terhadap dimensi pelayanan
Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa kehandalan (reliability) yang diberikan
pekerjaan berhubungan dengan aktivitas yang dibandingkan pada pasien yang tidak bekerja.
merupakan sumber pendapatan. Pekerjaan Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa
dapat menggambarkan tingkat kehidupan dan pekerjaan berhubungan dengan aktivitas yang
keadaan sosial ekonomi seseorang karena merupakan sumber pendapatan. Pekerjaan
dapat mempengaruhi sebagian aspek dapat menggambarkan tingkat kehidupan dan
kehidupan seseorang termasuk dalam tuntutan keadaan sosial ekonomi seseorang karena
pemeliharaan kesehatan. dapat mempengaruhi sebagian aspek
Hasil penelititan tingkat kepuasan kehidupan seseorang termasuk dalam tuntutan
pasien terhadap reliability berdasarkan usia pemeliharaan kesehatan.
diperoleh bahwa dari 55 responden yang Hasil penelitian tingkat kepuasan
berusia 15-55 tahun memiliki proporsi tidak pasien terhadap responsiveness berdasarkan
puas lebih besar yaitu 67,3% dibandingkan usia diperoleh bahwa dari 15 responden yang
dari 15 responden yang berusia ≥56 tahun berusia ≥56 tahun memiliki proporsi puas
yang memiliki proporsi puas sebesar yaitu lebih besar yaitu 53,3% dibandingkan dari 55
66,7%. Hal ini sesuai dengan teori menurut responden yang berusia 15-55 tahun memiliki
Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa proporsi puas sebesar 50,9%. Hasil tersebut
usia berpengaruh untuk belajar menyesuaikan sesuai dengan teori menurut Notoatmojo
diri dan seiring bertambahnya usia maka (2003) bahwa usia berpengaruh untuk belajar
semakin banyak pengalaman yang didapat dari menyesuaikan diri dan seiring bertambahnya
lingkungan. Sehingga banyak yang merasa usia maka semakin banyak pengalaman yang
tidak puas pada pasien yang berusia 15-55 didapat dari lingkungan. Sehingga banyak
tahun karena mungkin pengalaman yang yang merasa puas pada responden yang
didapat dari lingkungan belum sebanyak yang berusia ≥56 tahun karena mungkin lebih bisa
berusia ≥56 tahun. menyesuaikan diri dengan keadaan yang
Hasil penelitian tingkat kepuasan diterima.
pasien terhadap reliability berdasarkan tingkat Hasil penelitian tingkat kepuasan
pendidikan dapat diketahui bahwa dari 30 pasien terhadap responsiveness berdasarkan
responden dengan pendidikan wajib memiliki tingkat pendidikan diperoleh bahwa dari 40
proporsi tidak puas lebih besar yaitu 63,3% responden dengan pendidikan lanjutan
dibandingkan dari 40 responden dengan memiliki proporsi puas lebih besar yaitu 55%
pendidikan lanjutan memiliki proporsi tidak dan dari 30 responden dengan pendidikan
puas sebesar 57,5%. Notoatmodjo (2003) wajib memiliki proporsi tidak puas sebesar
mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan 53,3%. Hasil tersebut mungkin disebabkan
seseorang maka makin mudah menerima oleh perbedaan pengetahuan yang dimiliki.
informasi sehingga makin banyak pengetahuan Notoatmodjo (2003) mengatakan semakin
yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
kurang akan menghambat perkembangan sikap makin mudah menerima informasi sehingga
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru makin banyak pengetahuan yang dimiliki.
diperkenalkan dalam pemberian pelayanan Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
kesehatan. Sehingga banyak yang merasa tidak menghambat perkembangan sikap seseorang
puas pada pasien dengan pendidikan wajib terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan

250 Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin
RSUP DR. Kariadi Semarang
Anada Kaporina, Muh. Hidayat Setyawan, Andra Novitasari
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013

dalam pemberian pelayanan kesehatan. pemberian pelayanan kesehatan. Hal ini


Sehingga banyak yang merasa puas pada mungkin karena responden dengan pendidikan
pasien dengan pendidikan lanjutan karena lanjutan lebih mudah menerima nilai-nilai
mungkin lebih mudah menerima informasi. yang baru diperkenalkan dalam pemberian
Hasil penelitian tingkat kepuasan pelayanan kesehatan.
pasien terhadap responsiveness berdasarkan Hasil penelitian tingkat kepuasan
pekerjaan diperoleh bahwa dari 11 responden pasien terhadap assurance berdasarkan
pada kelompok tidak bekerja memiliki pekerjaan diperoleh bahwa dari 59 responden
proporsi tidak puas lebih besar yaitu 63,6% pada kelompok bekerja memiliki proporsi puas
dan dari 59 responden pada kelompok bekerja lebih besar yaitu 74,6%b dibandingkan dari 11
memiliki proporsi puas sebesar 54,2%. Ada responden dengan kategori tidak bekerja
kecenderungan pasien yang tidak bekerja lebih memiliki proporsi puas lebih sebesar 72,7%.
menuntut tingkat kepuasan terhadap dimensi Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang
pelayanan ketanggapan (responsiveness) yang bekerja memiliki kepuasan terhadap dimensi
diberikan dibandingkan pada pasien yang pelayanan jaminan (assurance) lebih besar
bekerja. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwa dibanding pasien yang tidak bekerja karena
pekerjaan berhubungan dengan aktivitas yang mungkin mampu memahami jaminan
merupakan sumber pendapatan. Pekerjaan keamanan yang diberikan.
dapat menggambarkan tingkat kehidupan dan Hasil penelitian tingkat kepuasan
keadaan sosial ekonomi seseorang karena pasien terhadap emphaty berdasarkan usia
dapat mempengaruhi sebagian aspek diperoleh bahwa dari 55 responden yang
kehidupan seseorang termasuk dalam tuntutan berusia 15-55 tahun memiliki proporsi puas
pemeliharaan kesehatan. Dalam hal ini lebih besar yaitu 74,5% dibandingkan dari 15
mungkin karena pasien yang tidak bekerja responden yang berusia ≥56 tahun memiliki
menuntut lebih untuk pemberian pelayanan proporsi puas sebesar 66,7%. Hal ini
yang adil dan merata tanpa memandang status menunjukkan bahwa pasien yang berusia 15-
sosial ekonomi. 55 tahun memiliki kepuasan lebih besar
Hasil penelitian tingkat kepuasan dibanding pasien yang berusia ≥56 tahun
pasien terhadap assurance berdasarkan usia karena mungkin lebih memahami perhatian
diperoleh bahwa dari 55 responden yang yang diberikan petugas.
berusia 15-55 tahun memiliki proporsi puas Hasil penelitian tingkat kepuasan
lebih besar yaitu 76,4% dibandingkan dari 15 pasien terhadap emphaty berdasarkan tingkat
responden yang berusia ≥56 tahun yang pendidikan diperoleh bahwa dari 30 responden
memiliki proporsi puas sebesar 66,7%. Hal ini dengan pendidikan wajib memiliki proporsi
menunjukkan bahwa lebih puasnya pasien puas lebih besar yaitu 73,3% dibandingkan
yang berusia 15-55 tahun mungkin karena dari 40 responden dengan pendidikan lanjutan
merasa aman dan terjamin selama berurusan memiliki proporsi puas sebesar 72,5%. Hal ini
dengan petugas yang ada dibandingkan dengan menunjukkan bahwa pasien dengan
pasien yang berusia ≥56 tahun yang mungkin pendidikan wajib memiliki kepuasan terhadap
masih merasa was-was. dimensi pelayanan empati (emphaty) lebih
Hasil penelitian tingkat kepuasan besar dibanding pasien dengan kategori tingkat
pasien terhadap assurance berdasarkan tingkat pendidikan lanjutan karena mungkin lebih
pendidikan diperoleh bahwa dari 40 responden menerima perhatian yang diberikan petugas.
dengan pendidikan lanjutan memiliki proporsi Hasil penelitian tingkat kepuasan
puas lebih besar yaitu 75% dibandingkan dari pasien terhadap emphaty berdasarkan
30 responden dengan pendidikan wajib pekerjaan diperoleh bahwa dari 59 responden
memiliki proporsi puas sebesar 73,3%. Hasil pada kelompok bekerja memiliki proporsi puas
tersebut sesuai dengan teori Notoatmodjo lebih besar yaitu 72,9% dibandingkan dari 11
(2003) yang mengatakan semakin tinggi responden pada kelompok tidak bekerja yang
tingkat pendidikan seseorang maka makin memiliki proporsi puas sebesar 72,7 %. Hal ini
mudah menerima informasi sehingga makin menunjukkan bahwa pasien dengan kategori
banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya bekerja memiliki kepuasan terhadap dimensi
pendidikan yang kurang akan menghambat pelayanan empati (emphaty) lebih besar
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai- dibanding pasien dengan kategori tidak
nilai yang baru diperkenalkan dalam bekerja karena mungkin lebih mampu
Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin 251
RSUP DR. Kariadi Semarang
Anada Kaporina, Muh. Hidayat Setyawan, Andra Novitasari
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH 2013

memahami dan menerima perhatian yang


diberikan petugas.

DAFTAR PUSTAKA
1. Azrul Azwar. (2007). Menjaga Mutu
Pelayanan Kesehatan. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan.
2. Nursalam. (2002). Manajemen
Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta :
Salemba Medika.
3. Titi Purwatiningsih. (2012). Profil Ruang
SP2KP B2 THT & Kulit Kelamin RSUP
Dr. Kariadi Semarang. Semarang.
4. Fandy Tjiptono. (2005). Pemasaran Jasa,
Edisi Pertama. Malang : Bayumedia.
5. Fandy Tjiptono. (2007). Strategi
Pemasaran, Edisi Pertama. Yogyakarta :
Andi.
6. Soekidjo Notoatmodjo. (2003).
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.

252 Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Di Instalasi Rawat Inap Ruang B2 THT & Kulit Kelamin
RSUP DR. Kariadi Semarang
Anada Kaporina, Muh. Hidayat Setyawan, Andra Novitasari

Anda mungkin juga menyukai