Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM PERBEDAAN PERKECAMBAHAN

EPIGEAL DAN HIPOGEAL SERTA PROSES PERKECAMBAHANNYA

Disusun oleh :

1. Alfia Damayanti (01)


2. Nunus Indra Rahayu (27)
3. Renita Dwi A (31)
4. Sherlyana Dwi F.N (33)

SMA NEGERI 1 MAYONG


TAHUN PELAJARAN 2020/2021
A. Tujuan Penelitian
- Mengetahui perbedaan perkecambahan benih jagung dan kacang hijau.
- Mengetahui proses perkecambahannya

B. Alat dan Bahan


1. Biji monokotil dan dikotil :
- Biji jagung
- Biji kacang hijau
2. Air
3. Kapas
4. Gelas air mineral 4 buah

C. Langkah Kerja
1. Ambillah beberapa biji jagung dan kacang hijau.
2. Lalu sediakan gelas air mineral dan taruh kapas di dalam gelasnya.
3. Berikan air pada kapasnya.
4. Taruh biji di atas kapas yang sudah dibasahi.
5. Sirami dengan air setiap hari.
6. Kecambahkan biji jagung , kacang hijau di kapas selama 7 hari.

D. HASIL PERCOBAAN

Perkecambahan kacang hijau termasuk tipe epigeal, perkecambahan yang akan


menghasilkan kotiledon dan epikotil keluar dari kerangka biji, karena terjadi perpanjangan
hipokotil, maka dari itu kotiledon akan keluar ke atas permukaan kapas.

Perkecambahan jagung merupakan tipe hypogeal. Tipe ini merupakan pertumbuhan


memanjang yang berasal dari epikotil yang menyebabkan plumula ikut keluar menembus bagian
kulit biji dan akan muncul di atas kapas.
 Perbedaan Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal

Hipogeal merupakan pertumbuhan dari epikotil, sementara dari epigeal, merupakan pertumbuhan
memanjang dari hipokotil.

Epigeal, kotiledon dan juga plumula muncul di atas kapas, sementara pada hipogeal, hanya
plumula saja yang muncul di atas tanah.

Hipogeal terjadi pada tumbuhan monokotil, sementara proses epigeal terjadi pada tumbuhan
dikotil.

Lalu mengapa pada perkecambahan epigeal kotiledon atau biji dapat terangkat ke atas sedangkan
hipogeal tetap dibawah? Hal ini disebabkan karena pada perkecambahan epigeal hipokotilnya
tumbuh memanjang. Akibatnya, plumula dan kotiledon terdorong ke permukaan tanah.
Sedangkan pada perkecambahan hipogeal, biji tetap berada di bawah, ini terjadi karena
pertumbuhan memanjang pada epikotil menyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan
muncul di atas tanah, sedangkan kotiledon tetap di dalam tanah.

 Proses Perkecambahan
 Tahap pertama (Imbibisi) :

Dimulai dengan penyerapan air oleh benih air akan merangsang embrio yang dipengaruhi oleh
proses imbibisi, melunaknya kulit benih dan hidrasi oleh protoplasma. Pada tahap pertama ini,
air berperan penting untuk mengaktifkan sel-sel yang bersifat embrionik di dalam biji,
melunakkan kulit biji dan menyebakan mengembangnya embrio dan endosperm, fasilitas untuk
masuknya oksigen ke dalam biji, mengencerkan protoplasma dan media angkutan makanan dari
endospenn atau kotiledon ke daerah titik-titik tumbuh.

 Tahap kedua (Aktivasi Substansi Perkecambahan) :

Substansi perkecambahan disini adalah hormon giberelin dan enzim-enzim. Giberelin pada benih
akan segera aktif setelah imbibisi air terjadi dan mendorong terbentuknya enzim-enzim seperti α-
amilase, protease, ribonuklease, fosfatase dan β-glukonase. Enzim-enzim ini akan merombak
cadangan makanan pada endosperma menjadi energi untuk perkembangan embrio.
 Tahap ketiga (Perombakan dan Mobilisasi Cadangan Makanan) :

Perombakan pada cadangan makanan oleh berbagai enzim dalam benih, yaitu :

Protein → asam amino, dikatalisis oleh enzim protease

Pati → maltosa, dikatalisis oleh enzim α-amylase

Maltosa → glukosa, dikatalisis oleh enzim maltase

Lemak → asam lemak dan gliserol, dikatalisis oleh enzim lipase

Asam lemak → asetil koenzim-A, dikatalisis oleh enzim β-oksidase

Proses tersebut merupakan reaksi katabolik (pemecahan) dan semua produk (hasil katalisis)
digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan embrio.

 Tahap keempat (Pertumbuhan Embrio) :

Dalam embrio, proses mitosis (pembelahan sel) terjadi pada meristem apikal dari plumula dan
radikel sehinggga poros embrio akan memanjang dan dengan segera akan muncul keluar dari
benih. Proses mitosis ini membutuhkan energi ATP dari hasil respirasi (katabolisme) yang
melibatkan glukosa, asam lemak dan gliserol.

Selain proses katabolisme, terjadi juga proses anabolisme (pembentukan) dalam embrio,
misalnya pembentukan protein (enzim dan komponen struktural) baru yang disintesis dari asam
amino dan pembentukan selulosa yang disintesis dari beta-glukosa untuk pembentukan dinding
sel yang baru.

 Tahap kelima (Emergence) :

Setelah imbibisi air terjadi dan testa pecah, maka radikel menjadi organ pertama yang muncul
(emergence) dan tumbuh menuju tanah mengikuti gravitasi (geotropisme). Tak lama kemudian
plumula muncul dan tumbuh menuju arah cahaya (fototropisme). Sementara pada kotiledon
terjadi dua hal :
• Pada beberapa spesies tanaman, kotiledon tetap tinggal didalam tanah terbungkus
testa dan akan mengkerut seiring dengan habisnya cadangan makanan yang
dipakai untuk perkecambahan. Perkecambahan seperti ini disebut hipogeal.

Pada jenis lain, kotiledon akan tertarik oleh pertumbuhan plumula keatas permukaan tanah,
kemudian ketika terkena cahaya maka klorofilnya berkembang dan menjadi daun pertama yang
melakukan fotosintesis. Perkecambahan ini disebut epigealha

E. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa benih juga diartikan sebagai
biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman muda (bibit), dan pada monokotil dan dikotil
terdapat beberapa perbedaan sehingga kita dapat membedakan biji-biji yang kita temui dan untuk
tipe perkecambahan dibagi atas dua yaitu tipe perkecembahan di atas tanah (Epigeal)dan Tipe
perkecembahan di bawah tanah (Hipogeal).

Hasil pada praktik yang telah kami lakukan, kami dapat melihat perbedaan diantara kedua jenis
benih yang kami tanam, yaitu benih jagung dan kacang hijau. Dan proses perkecambahan
keduanya sangat berbeda karena untuk jagung bertipe perkecambahan di bawah tanah atau
kotiledon tidak terangkat ke atas, lain halnya dengan kacang bijau karena proses perkecambahan
kotiledonnya terangkat ke atas permukaan
Lapiran foto hasil percobaan :

Hari ke-2 :

Hari ke-3 :
Hari ke-5 :

Hari ke-7 :

Anda mungkin juga menyukai