Anda di halaman 1dari 5

[LAPORAN KASUS]

Laki-Laki 28 Tahun dengan Otitis Media Supuratif Kronis Maligna


dan Parese Nervus Fasialis Perifer
Dwita Oktaria, Sheba Denisica Nasution
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Gangguan pendengaran terjadi pada 5% masyarakat di dunia yaitu sebanyak 360 juta jiwa. Gangguan pendengaran dapat
disebabkan oleh faktor genetik, penyakit infeksi tertentu, infeksi kronik telinga, penggunaan obat ototoksik, paparan
terhadap bising dan penuaan. Otitis media supurarif kronis (OMSK) dapat menyebabkan gangguan pendengaran. OMSK
merupakan radang kronis telinga tengah dengan adanya perforasi pada membran timpani dan riwayat keluarnya cairan
dari telinga (otorea) lebih dari 6-8 minggu. Prevalensi OMSK di Indonesia antara 3-5,2% atau kira-kira kurang lebih 6,6 juta
penduduk. OMSK dapat mengakibatkan beberapa komplikasi dan kadang-kadang mengancam jiwa seperti kehilangan
pendengaran, meningitis, abses serebri, mastoiditis, parese nervus fasial, kolesteatoma, jaringan granulasi dan empiema
subdural. Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke Rumah Sakit dengan keluhan mulut mencong ke kiri sejak ± 2 hari
sebelum berobat ke rumah sakit. Keluhan lain pada telinga kanan keluar cairan berwarna kuning, lengket dan berbau serta
pendengaran berkurang. Pada pemeriksaan fisik telinga kanan didapatkan sekret purulen, koleastoma, serta membran
timpani telinga kanan tidak intak, terdapat perforasi attic tepi rata dan pada pemeriksaan neurologi didapatkan wajah
asimetris, tidak dapat mengangkat alis kanan dan kerutan pada dahi tidak simetris. Salah satu komplikasi OMSK adalah
parese nervus fasialis. Tatalaksana konservatif dan operatif diperlukan pada OMSK tipe maligna dengan komplikasi.

Kata kunci: gangguan pendengaran, OMSK, parese nervus fasialis

A 28 Years Old Man with Chronic Supurative Otitis Media Maligna and Facial
Nerve Paralysis Perifer

Abstract
Hearing loss affects 360 million people which is 5% of population in the world. Hearing loss can caused by infection
diseases, chronic ear infection, using ototoxic drugs, noisy exposure and aging. Chronic supurative otitis media (CSOM) can
cause hearing loss. CSOM is chronic inflamation of middle ear with ear drum perforation and history of drainage of fluid
from ear (otorrhea). The prevalence of CSOM in Indonesia is 3-5,2% or 6,6 million people. CSOM can cause complications
like hearing loss, meningitis, abcess cerebri, mastoiditis, facial nerve paralysis, cholesteatoma, tissue granulation and
subdural empyema and sometimes can be life-threatening. A 28 years old man came to the hospital with complaint of
mouth deviation to the left since two days before coming to the hospital. The other complaints are drainage of fluid serous,
odor and hearing loss. In physical examination of the right ear, there are purulen discharge, cholesteatoma and attic
perforation in the ear drum with flat edge and neurology examination consisted of facial asymmetry, unable to rise right
eyebrow and asymmetry forehead wrinkling. One of the complication from CSOM is facial nerve paralysis. Conservative
treatment and surgery is needed for maligna CSOM with complication.

Keywords: CSOM, facialis nerve paralysis, hearing loss

Korespondensi: Sheba Denisica Nasution, Jalan Dr. Sutomo No. 26, Penengahan, Bandar Lampung, HP 08976046446, E-mail
shebadenisica@gmail.com

Pendahuluan merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara


Gangguan pendengaran terjadi pada 5% sekitar 16,8%. Angka gangguan pendengaran di
masyarakat di dunia yaitu sebanyak 360 juta Indonesia terjadi paling banyak pada usia
jiwa (328 juta penderita dewasa dan 32 juta produktif dewasa (30-54 tahun) sekitar 28%.
penderita anak-anak). Angka gangguan Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh
pendengaran dan ketulian di Indonesia faktor genetik, penyakit infeksi tertentu, infeksi

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 66


Sheba dan Dwita | Laki-laki 28 Tahun dengan Otitis Media Supuratif Kronis Maligna dan Parese Nervus Fasialis Perifer

kronik telinga, penggunaan obat ototoksik, obat-obatan. Pasien biasanya membersihkan


paparan terhadap bising dan penuaan. Otitis cairan yang keluar dengan cotton bud.
media supurarif kronis (OMSK) dapat Pada pemeriksaan fisik didapatkan
menyebabkan gangguan pendengaran.1 keadaan umum tampak sakit sedang, tekanan
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) darah 110/80 mmHg, nadi 86x/menit,
atau yang biasa disebut “congek atau teleran” frekuensi pernafasan 22x/menit, suhu 36,7oC.
adalah radang kronis telinga tengah dengan Pada pemeriksaan telinga kanan pada liang
adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga didapatkan sekret purulen dan berbau,
telinga (membran timpani) dan riwayat setelah dibersihkan didapatkan kolesteatom
keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) dan pada membran timpani didapatkan
lebih dari 6-8 minggu, baik terus menerus atau perforasi attic tepi rata. Pada pemeriksaan
hilang timbul. Sekret dapat encer, kental, nervus fasialis didapatkan wajah asimetris,
bening atau berupa nanah.2 tidak dapat mengangkat alis kanan dan kerutan
Angka kejadian OMSK di negara-negara pada dahi tidak simetris.
berkembang lebih banyak dibandingkan Pemeriksaan penunjang darah lengkap,
negara-negara maju. Hal ini disebabkan oleh audiometri serta rontgen tidak dilakukan.
faktor sosioekonomi, higiene buruk dan Pasien didiagnosis otitis media supuratif kronis
kepadatan penduduk.3 OMSK biasanya terjadi maligna auricula dextra dengan parese nervus
pada sosial ekonomi rendah, area pedesaan fasialis perifer. Tatalaksana pada pasien ini
dengan kebersihan dan faktor nutrisi yang yaitu irigasi liang telinga dengan NaCl 0,9%
kurang.4 Faktor risiko OMSK lainnya yaitu serta pembersihan kolesteatoma dan
infeksi saluran pernafasan atas yang sering, pemberian antibiotik ofloxacin tetes telinga
status imun yang buruk dan perokok pasif.3 dua tetes diberikan dua kali sehari,
Prevalensi morbiditas pada kasus telinga dan ciprofloxacin tablet 500 mg diberikan tiga kali
gangguan pendengaran di Indonesia cukup sehari dan metilprednisolon 16 mg diberikan
tinggi, yaitu sebesar 18,5%, sedangkan tiga kali sehari dan pasien disarankan
prevalensi OMSK di Indonesia antara 3-5,2% mastoidektomi.
atau kurang lebih 6,6 juta penduduk Indonesia Pasien diedukasi untuk menghindari air
menderita OMSK.5 OMSK dapat mengakibatkan masuk ke telinga ketika mandi dan hindari
beberapa komplikasi dan kadang-kadang aktivitas yang berhubungan dengan air yang
mengancam jiwa seperti kehilangan memungkinkan air masuk ke telinga seperti
pendengaran, meningitis, abses serebri, berenang.
mastoiditis, parese nervus fasial, kolesteatoma,
jaringan granulasi dan empiema subdural.6 Pembahasan
Telah dilaporkan kasus seorang laki-laki
Kasus berusia 28 tahun dengan keluhan mulut
Tn. R, 28 tahun, seorang petani datang mencong ke kiri sejak ±2 hari. Keluhan lain
ke poliklinik THT RS Ahmad Yani dengan pada telinga kanan keluar cairan berwarna
keluhan mulut mencong ke kiri sejak ±2 hari kuning, lengket dan berbau serta pendengaran
sebelum berobat ke rumah sakit, namun bicara berkurang. Pada pemeriksaan fisik telinga
masih jelas. Keluhan kelemahan pada anggota kanan didapatkan sekret purulen, koleastoma,
gerak pada pasien disangkal. Pasien juga serta membran timpani telinga kanan tidak
mengeluh telinga kanan keluar cairan terus intak, terdapat perforasi attic tepi rata dan
menerus sejak ±4 bulan yang lalu. Cairan yang pada pemeriksaan neurologi didapatkan wajah
keluar dari telinga berwarna kuning dan asimetris, tidak dapat mengangkat alis kanan
lengket serta berbau dan tidak bercampur dan kerutan pada dahi tidak simetris.
darah. Keluhan lainnya yaitu pendengaran Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan
berkurang serta telinga kanan berdenging. fisik didapatkan diagnosis berupa otitis media
Demam pada pasien disangkal. supuratif kronik maligna auricula dextra
Keluhan telinga berair pernah dialami dengan parese nervus fasialis perifer.
pasien beberapa tahun yang lalu. Pasien sering Pada pasien menunjukkan manifestasi
mengalami batuk pilek. Pasien juga klinis berupa telinga mengeluarkan cairan sejak
mengatakan tidak pernah mengkomsumsi empat bulan yang lalu serta ditemukannya

J Agromed Unila | Volume | Nomor | Juni 2017 | 67


Sheba dan Dwita | Laki-laki 28 Tahun dengan Otitis Media Supuratif Kronis Maligna dan Parese Nervus Fasialis Perifer

perforasi membran timpani pada telinga, maka membran timpani menghilangkan konduksi
pasien dapat didiagnosis menderita otitis suara ke telinga dalam.15,16 Infeksi kronik dari
media supuratif kronik. telinga tengah menyebabkan edema dari
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) lapisan telingah tengah, perforasi membran
adalah perforasi membran timpani dengan timpani dan rusaknya ossikula auditiva yang
drainase dari telinga tengah dengan waktu menyebabkan tuli konduktif 20-60 dB. OMSK
lebih dari 6-8 minggu. Supurasi kronis dapat juga dapat menyebabkan tuli sensorineural
terjadi dengan atau tanpa kolesteatoma.2,7 akibat rusaknya telinga dalam (koklea)
OMSK terbagi menjadi dua yaitu OMSK tipe terutama pada jalur saraf yang membawa
tubotimpani atau benigna atau tipe aman dan sinyal dari telinga dalam ke otak.17,18,19
OMSK tipe atticoantral atau maligna atau tipe Pada pasien didapatkan mulut mencong
bahaya.2 ke kanan serta pasien tidak dapat mengangkat
Pasien didiagnosis OMSK tipe maligna alis mata kanan sehingga pada pasien dapat
dikarenakan pada pasien didapatkan sekret didiagnosis parese nervus fasialis perifer.
purulen dan berbau busuk yang keluar pada Parese nervus fasialis merupakan salah satu
telinga kanan dan terdapat perforasi attic dan komplikasi dari OMSK. Parese nervus fasialis
terdapat kolesteatoma. Kolesteatoma adalah yang berhubungan dengan OMSK onsetnya
lesi masa kistik non-kanker yang terbentuk dari bisa tiba-tiba atau bertahap. Onset yang tiba-
pertumbuhan abnormal dari epitel gepeng tiba biasanya disebabkan oleh eksaserbasi dari
berkreatin, debris kreatin dengan atau tanpa infeksi akut pada OMSK, sedangkan onset yang
reaksi inflamasi pada tulang temporal.8,9 bertahap terjadi karena kompresi dari
Pertumbuhan abnormal ini progresif, invasif kolesteatoma atau jaringan granulasi.20
dan menyebabkan destruksi dari struktur Etiologi pasti dari parese nervus fasialis
tulang di telinga tengah dan telinga dalam.8-10 pada infeksi telinga kronis tidak sepenuhnya
Kolesteatoma dibagi menjadi dua berdasarkan diketahui, akan tetapi keterlibatan inflamasi
patogenesis penyakitnya yaitu kolesteatoma langsung dari nervus fasialis melalui kompresi
kongenital dan kolesteatoma didapat. tuba akibat edema berpengaruh dalam
Kolesteatoma didapat terjadi sekunder dari patofisiologi parese nervus fasialis. Teori
migrasi epitel ke telinga tengah melewati lainnya mempercayai bahwa kolesteatoma
membran timpani yang perforasi oleh karena dapat menyebabkan parese nervus fasialis
infeksi, trauma, iatrogenesis. 8,10 melalui bahan neurotoksik yang dihasilkannya
Pasien didapatkan riwayat batuk pilek atau menyebabkan kerusakan tulang melalui
berulang. Infeksi kronik atau berulang dari berbagai aktivitas enzim.18
saluran napas atas (ISPA) menyebabkan Tatalaksana pada pasien berupa terapi
terjadinya edema serta obstruksi tuba konservatif yaitu toilet telinga, pemberian
auditoria.11 ISPA yang disebabkan oleh virus antibiotik serta kortikosteroid. Pasien ini
menyebabkan replikasi dari infeksi bakteri dan dilakukan irigasi telinga dengan NaCl 0,9%.
meningkatkan inflamasi di nasofaring dan tuba Toilet atau pembersihan telinga dilakukan
auditoria.12 Hal ini merupakan faktor untuk menjaga agar telinga tetap bersih dan
predisposisi terjadinya kronisitas otitis kering. Toilet telinga dapat menggunakan
media.11,12 Kondisi lain yang dapat menjadi kapas lidi steril atau suctioning untuk
faktor risiko OMSK yaitu deviasi septum nasi, menghilangkan pus dan debris. Toilet telinga
tuberkulosis, tonsilitis kronik dan pembesaran dapat dilakukan 2-3x perhari.17,21
adenoid. 13 Terapi kombinasi antibiotik topikal dan
Pasien mengeluh pendengaran sistemik diberikan pada pasien OMSK dengan
berkurang. Untuk menentukan jenis tuli dan komplikasi.21 Antibiotik topikal yang diberikan
derajat ketulian pada pasien dibutuhkan pada pasien yaitu ofloxacin tetes telinga dua
pemeriksaan garputala dan audiometri. tetes dua kali sehari. Golongan kuinolon
Kehilangan pendengaran merupakan merupakan pilihan utama antibiotik topikal
komplikasi yang paling sering pada OMSK.14 karena memiliki efek samping yang rendah dan
Tuli konduktif pada OMSK disebabkan oleh lebih baik dari aminoglikosida. Kuinolon efektif
karena obstruksi dari transmisi gelombang terhadap kuman P. aeruginosa dan tidak
suara dari telinga tengah ke telinga dalam oleh menyebabkan efek samping seperti
karena adanya cairan (pus) dan perforasi kokleotoksisitas dan vestibulotoksisitas.7,17

J Agromed Unila | Volume | Nomor | Juni 2017 | 68


Sheba dan Dwita | Laki-laki 28 Tahun dengan Otitis Media Supuratif Kronis Maligna dan Parese Nervus Fasialis Perifer

Pada pasien diberikan antibiotik sistemik Daftar Pustaka


ciprofloxacin 500 mg tiga kali sehari. Antibiotik 1. World Health Organization (WHO).
yang paling efektif untuk kuman P. aeruginosa Deaffness and hearing loos [internet].
dan meticilin-resistant S. aureus (MRSA) yang Switzerland: WHO; 2017. [diperbarui
merupakan penyebab paling sering dari OMSK tanggal Februari 2017; diakses tanggal 12
adalah ciprofloxacin dan kombinasi dari Mei 2017]. Tersedia dari:
vancomycin dan trimethoprim- http://www.who.int/mediacentre/factshe
7,17
sulfamethoxazole. Metilprednisolon 16 mg ets/fs300/en/
diberikan tiga kali sehari sebagai terapi awal 2. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan
untuk mencegah komplikasi dan kerusakan telinga tengah. Dalam: Efiaty AS, Nurbaiti
nervus fasialis yang lebih lanjut sebelum I, Jenny B, Ratna DR, Editor. Buku ajar ilmu
pembedahan dilakukan.20 kesehatan telinga hidung tenggorok
Terapi pembedahan timpano- kepala leher edisi kelima. Jakarta:
mastoidektomi diindikasikan pada OMSK Fakultas Kedokteran Universitas
dengan komplikasi seperti gangguan Indonesia; 2012. hlm. 57-69.
pendengaran, palsi nervus fasialis, abses 3. Basak B, Gayen GC, Das M, Dhar G, Ray R
subperiosteal, petrositis, meningitis, abses dan Das AK. Demographic profile of CSOM
serebral dan fistula labirin.17 Terapi operatif in rural tertiary care hospital. IOSR Journal
lainnya yang disarankan adalah miringotomi of Pharmacy. 2014; 4(6):43-6.
dan dekompresi nervus fasialis. Edema dan 4. Mahidiqbal, Adnan, Ihsanullah, Sharafat,
kompresi saraf ditatalaksana dengan Rehman MU dan Hussain G. Frequency of
dekompresi dan menghilangkan matriks Complication in Chronic Suppurative Otitis
kolesteatoma atau jaringan granulasi Media. Journal of Saidu Medical College.
terinfeksi.20 Pasien diedukasi untuk 2013; 3(2):328-30.
menghindari masuknya air ke telinga (menjaga 5. Departemen kesehatan Republik
telinga tetap kering) untuk mengurangi Indonesia (Depkes RI). Pedoman upaya
rekurensi penyakit serta bertambah beratnya kesehatan telinga dan pencegahan
penyakit. 22 gangguan pendengaran untuk puskesmas.
Prognosis pada pasien ditentukan dari Jakarta: Depkes RI; 2005.
onset paralisis nervus fasialis sampai 6. Das LCA, Jumani K dan Kashyap GCR.
dilakukannya operasi. Durasi yang lama dapat Subdural empyema: A rare complication
menyebabkan kerusakan yang lebih parah dari of chronic otitis media. Med J Armed
nervus fasialis dan hasil pembedahan yang Forces India. 2005; 61(3): 281-3.
buruk.20 Perforasi membran timpani dapat 7. Roland PS. Chronic Supurative Otitis
menutup secara spontan, akan tetapi gangguan Media [internet]USA: Medscape; 2017
pendengaran ringan sampai sedang masih [diperbarui tanggal 15 Maret 2017;
dapat menetap.23 Frekuensi komplikasi dapat diakses tanggal 13 Mei 2017]. Tersedia
berkurang jika diterapi dengan efektif dan dari:
tepat, akan tetapi masih erosif dan efek http://emedicine.medscape.com/article/8
penyebaran dari kolesteatoma yang 59501-overview
24
menyebabkan prognosis yang parah. 8. Kuo CL, Shiao AS, Yung M, Sakagami M,
Sudhoff H, Wang CH et al. Updates and
Simpulan Knowledge Gaps in Cholesteatoma
Otitis media supuratif kronis adalah Research. BioMed Research International.
infeksi kronis di telinga tengah dengan 2015; 2015: 1-17
perforasi membran timpani dan sekret yang 9. Tono T, Sakagami M, Kojima H, Yamamoto
keluar dari telinga tengah berlangsung lebih Y, Matsuda K, Komori M et al. Staging and
dari 6-8 minggu. Salah satu komplikasi OMSK classification criteria for middle ear
adalah parese nervus fasialis. Tatalaksana cholesteatoma proposed by the Japan
konservatif dan operatif diperlukan pada OMSK Otological Society. Auris Nasus Larynx.
tipe maligna dengan komplikasi. 2017; 44(2): 135-40.

J Agromed Unila | Volume | Nomor | Juni 2017 | 69


Sheba dan Dwita | Laki-laki 28 Tahun dengan Otitis Media Supuratif Kronis Maligna dan Parese Nervus Fasialis Perifer

10. Maniu A, Harabagiu O, Schrepler MP, media. J Med Microbiol. 2015;


Catana AA, Fanuta B dan Magoanta CA. 64(10):1103-16.
Molecular biology of cholesteatoma. Rom 18. Choi JW dan Park YH. Facial nerve
J Morphol Embryol. 2014; 55(1): 7-13. paralysis in patients with chronic ear
11. Utami TF, Sudarman K, Rianto BUD dan infections: surgical outcomes and
Christanto A. Rinitis alergi sebagai fakto radiologic analysis. J Clinical and
risiko otitis media supuratif kronis. Jurnal experimental otorhinolaringology. 2015;
Cermin dunia kedokteran. 2010; 179: 425- 8(3):218-23.
9 19. Viswanatha B, Naseeruddin K, Ravikumar
12. Zhang Y, Xu M, Zhang J, Zeng L, Wang Y R, Vijayashree MS dan Krishna N.
dan Zheng QY. Risk factors for Chronic and Sensorineural hearing loss in complicated
recurrent otitis media – a meta-analysis. J cholesteatomatous ear disease. Research
Plos one. 2014; 9(1): 1-9 in Otolaryngology J. 2014; 3(2):29-35.
13. Ghosh A, Rana A dan Prasad S. Risk factors 20. Kim J, Jung GH, Park SY dan Lee WS. Facial
and microbiology of chronic suppurative nerve paralysis due to chronic otitis
otitis media and its clinical significance in a media: prognosis in restoration of facial
tartiary care setup in Western Uttar function after surgical intervention. Yonsei
Pradesh, India. International Journal of Med J. 2012; 53(3):642-8.
Current Medical And Applied Sciences 21. Khatoon A, Rizvi M, Sultan A, Khan F,
(IJCMAA). 2015; 6(3): 177-83. Sharma M, Shukla I et al. Chronic
14. Aarhus L, Tambs K, Kvestad E dan Engdahl suppurative otitis media: a clinico-
B. Childhood otitis media: a cohort study microbiological menace. Int J Res Med Sci.
with 30-year follow-up of hearing (The 2015; 3(8):1932-6.
hunt study). Ear hearing J. 2015; 36(3): 22. Chandrashekharayya SH, Kavitha MM,
302-8. Handi P, Khavasi P, Doddmani SS dan Riyas
15. Yorgancillar E, Akkus Z, Gun R, Yildirim M, M. To study the level of awareness about
Bakir S, Kinis V et al. Temporal bone complications of chronic suppurative otitis
erosion in patient with chronic media (CSOM) in CSOM patient. Journal of
suppurative otitis media. B-ENT J. 2013; Clinical and Diagnostic Research. 2014;
9(1): 17-22. 8(2):59-61.
16. Viswanatha B, Naseerudin K, Ravikumar R, 23. Morris P. Chronic suppurative otitis media.
Vijayashree MS, Krishna N. Sensorineural American Academy of Family Physicians J.
hearing loss in complicated 2013; 88(10):694-6.
cholesteatomatous ear disease. Research 24. Baig MM, Ajmal M, Sedd I dan Fatima S.
in Otolaryngology J. 2014; 3(2):29-35. Prevalance of cholesteatoma and its
17. Mittal R, Lisi CV, Gerring R, Mittal J, complication in patients of chronic
Mathee K, Narasimham G et al. Current suppurative otitis media. J RMC. 2011;
concepts in the pathogenesis and 15(1): 16-17
treatment of chronic suppurative otitis

J Agromed Unila | Volume | Nomor | Juni 2017 | 70

Anda mungkin juga menyukai