KTI Indonesia
KTI Indonesia
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan
Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan penelitian skripsi ini
Dengan judul “Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon
Stamineus Benth.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar” yang merupakan salah satu
Syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi ini terdiri dari 4 bab yaitu : Pendahuluan,
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang tidak dapat
Penulis sebutkan satu persatu, untuk itu penulis menyampaikan rasa hormat dan
1. Ibu Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt.,selaku dosen pembimbing utama atas segala
Bantuan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis sejak persiapan
3. Ibu Arifah Sri Wahyuni, S.Si, Apt., selaku dosen pembimbing pendamping atas
Segala bantuan bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran kepada penulis sejak
4. Ibu Nurcahyanti, M.Biomed., Apt., selaku dosen penguji I skripsi yang telah memberi
dan masukannya.
6. Teman-temanku satu kelompok, Yusuf, Nurul, dan Wenny atas kerjasamanya dalam
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
baik langsung maupun tidah lansung selama penelitian hingga penyelesaia skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca guna
perbaikan penulis dikemudian hari. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
ii
iii
HALAMAN DEKLARASI...
iv
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI..
vii
DAFTAR GAMBAR.
DAFTAR TABEL...
xi
DAFTAR LAMPIRAN.
xiii
INTISARI.
хiv
BAB I. PENDAHULUAN..
B. Perumusan Masalah..
C. Tujuan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka...
3
2. Ekstrak..
6.
3. Inflamasi.
4. Obat Antiinflamasi
5. Diklofenak..
11
vii
E. LANDASAN TEORI...
12
F. HIPOTESIS.
13
14
14
1. Jenis Penelitian.
14
2. Variabel Penelitian...
14
15
C. Jalannya Penelitian.
15
1. Determinasi tanaman
15
16
16
16
5. Pembuatan radang
16
6. Uji Pendahuluan..
17
18
D. Analisis Data...
19
21
21
21
C. Uji Pendahuluan..
22
28
32
A. Kesimpulan.
32
B. Saran...
32
DAFTAR PUSTAKA.
33
LAMPIRAN.
36
INTISARI
Penyakit gout dan rematik. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk megetahui daya
Antiinflamasi ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.). Penelitian ini
Merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan acak lengkap pola satu arah.
Ekstrak daun kumis kucing disari menggunakan etanol 70%. Sejumlah 25 ekor tikus
Putih jantan galur wistar umur 2-3 bulan, berat 150-200g dibagi menjadi 5 kelompok.
Masing-masing kelompok diberi perlakuan secara oral dengan akuades (kontrol negatif),
Natrium diklofenak 2,25mg/kgBB (kontrol positif). Ekstrak etanol daun kumis yang
Diujikan dosis123, 245 dan 490mg/kgBB. Perlakuan 1 jam sebelum kaki tikus
Tiap 0,5 jam selama 6,5 jam. Kurva volume udem rata-rata yang diperoleh digunakan
Untuk menghitung AUC (Area Under the Curve), dan AUC yang diperoleh digunakan
Untuk menghitung DAI (Daya Anti Inflamasi). Data AUC dan DAI diuji statistik dengan
Anava satu jalan dan dilanjutkan dengan LSD dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol daun kumis kucing mempunyai efek
Antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar. Ekstrak etanol daun kumis kucing
Pada dosis 123, 245, dan 490mg/kgBB menghasilkan persen daya antiinflamasi berturut
Etanol.
Kata kunci
BAB I
PENDAHULUAN
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung
meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature. Obat tradisional dan
penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan
masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat
diuretik, pengobatan hipertensi, gout dan rematik (Barnes et al., 1996). Pada
merupakan
infusa herba kumis kucing mempunyai daya antiinflamasi pada tikus putih jantan
galur Wistar.
adalah flavonoid.
Flavonoid yang terdapat dalam simplisia daun kumis kucing bisa disari
menggunakan air maupun etanol 70% (Harbone, 1987). Penyarian yang dilakukan
dengan mengunakan pelarut air akan diperoleh zat yang bersifat cenderung polar.
menyebabkan pembengkakan sel sehingga bahan aktif akan terikat kuat pada
merupakan pilihan utama untuk semua jenis flavonoid (Soemardi, 2004). Pelarut
etanol bisa digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai
kerja enzym dan memperbaiki stabilitas bahan obat telarut. Etanol 70% sangat
efektif menghasilkan bahan aktif yang optimal, bahan balas yang ikut tersari
dalam cairan penyari hanya sedikit, sehingga zat aktif yang tersari akan lebih
agar terjadi udem. Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai induktor udem
sulfat dengan molekul besar yang bisa menyebabkan inflamasi jika diinjeksikan
(Corsini et al., 2005, Domer, 1971). Untuk mendapatkan data ilmiah mengenai
3
efek antiinflamasi daun kumis kucing, perlu dilakukan dengan penelitian efek
antiinflamasi ekstrak daun kumis kucing ini pada tikus putih jantan galur Wistar.
B. Perumusan Masalah
apakah ekstrak etanol daun kumis kucing mempunyai daya antiinflamasi pada
C. Tujuan Penelitian
daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) pada tikus putih jantan galur
wistar
yang
D. Tinjauan Pustaka
Divisio
Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Classis
: Dicotyledoneae
Sub Classis
: Sympetalae
Ordo
: Tubiflorae / Solanales
Famili
: Labiatae
Genus
: Orthosiphon
Species
Nama daerah tanaman kumis kucing di daerah antara lain, kumis kucing (Sunda),
naik perlahan lahan, pada pangkal sering bercabang, berakar kuat, tinggi 0,4-1,5m
batang berambut, pendek bertangkai daun berbentuk baji diatas pangkal yang
bertepi rata, bergerigi kasar dapat berbunga 6 dan terkumpul menjadi tandan
ujung. Daun pelindung kecil. Tangkai bunga pendek, Kelopak berambut pendek
panjang 5,5-7,5mm, taju atau hampir sampai pangkal tabung berakhir dengan 2
rusuk, bulat telur terbalik dan lebih lebar dari taju lainya, taju samping dengan
ujung runcing ungu, kedua mahkota berbibir 2, bawah lurus menjulang kedepan,
panjangnya Icm, buahnya keras memanjang, berkerut halus (Van Steenis, 1947).
Tanaman kumis kucing dapat ditemukan pada daerah yang teduh tidak telalu
Bagian tanaman yang biasa digunakan adalah herba baik segar maupun yang telah
dikeringkan. Teh yang dibuat dari daun yang dikeringkan mempunyai reputasi
yang baik sebagai obat-obatan terhadap penyakit ginjal (Van Steenis, 1947).
dan diabetes, tanaman ini juga sudah digunakan masyarakat untuk pengobatan
Daun kumis kucing mengandung beberapa senyawa kimia antara lain minyak
pada daun kumis kucing ini antara 0,2-0,3%, kadar flavonoid glikosida juga
daun kumis kucing secara in-vitro untuk melarutkan kalsium batu ginjal pada
konsentrasi 5%; 7,5% dan 10% (Cahyono, 1990). Uji toksisitas terhadap
yang paling
toksik terhadap Arthemisia salina. Senyawa yang terdapat dalam fraksi tersebut
adalah senyawa fenol, flavonoid, dan terpenoid (Utami, 2005). Isolasi dari
gabungan fraksi 7 dan 8 ekstrak kloroform larut metanol daun kumis kucing
diperoleh 1 isolat yang aktif pada uji sitotoksisitas pada sel HeLa dan sel Raji.
Senyawa yang terdapat dalam fraksi tersebut adalah senyawa fenol, flavonoid, dan
daya antiinflamasi infusa herba kumis kucing dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%
2. Ekstrak
Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan
yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati simplisia hewani dan
simplisia pelikan atau mineral (Anonim, 1985). Ekstrak adalah sediaan kering
kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar
pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah dibuat serbuk
(Anonim, 1979).
Penyarian simplisia dengan cara maserasi perkolasi, atau penyeduhan dengan
air mendidih. Penyarian dengan campuran etanol air dilakukan dengan cara
maserasi atau perkolasi. Penyarian dengan eter dilakukan dengan cara perkolasi
(Anonim, 1979).
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, diserkai, diperas,
dicuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
3. Inflamasi
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat mikrobiologi.
menghilangkan zat iritan, dan mengatur perbaikan jaringan (Mycek dkk, 2001).
Tubuh mendapat manfaat dari inflamasi ini yaitu dengan memperbarui jaringan,
aliran darah dan pembangunan jaringan baru (Aslid and Schuld, 2001).
Inflamasi biasanya terbagi dalam 3 fase yaitu: inflamasi akut, respon imun dan
inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan
hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid yang terlibat antara lain
merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respon
terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat respon imun bagi tuan rumah
mungkin menguntungkan,
merusak bila menjurus pada inflamasi kronis tanpa penguraian dari proses cedera
yang tidak menonjol dalam respon akut. Salah satu kondisi yang paling penting
yang melibatkan mediator ini adalah artritis rheumatoid, dimana inflamasi kronis
menyebabkan sakit dan kerusakan pada tulang dan tulang rawan yang bisa
Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsang kimiawi, fisik,
yang terdapat di situ menjadi asam arachidonat, kemudian untuk sebagian diubah
zat zat prostaglandin. Bagian lain dari asam arachidonat diubah oleh enzym
terdiri dari 2 isoenzym yakni COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat di kebanyakan
jaringan, antara lain di pelat-pelat darah, ginjal, dan saluran cerna. Zat ini
produksi asam. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di jaringan, tetapi
dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang dan kadarnya dalam sel
meningkat sampai 80 kali (Tjay dan Raharja, 2002). Lima ciri khas inflamasi,
berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh
C.
kimia.
jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah
4. Obat Antiinflamasi
nyeri, yang seringkali merupakan gejala awal yang terlihat dan keluahn utama
yang terus menerus dari pasien dan kedua memperlambat atau membatasi
mengurangi peradangan, aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagi cara, yaitu
Gambarrr
Obat golongan kortikosteroid mempunyai kemampuan menghambat
Cara kerja Obat antiinflamasi non steroid (AINS) dengan cara menghambat
(AINS) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, yang berbeda
Walaupun demikian obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi
maupun efek samping (Wilmana, 1995). Obat antiinflamasi ini efektif untuk
pembedahan atau memar yang diakibatkan olahraga (Tjay dan Raharja, 2002).
Ada tujuh kelompok AINS yaitu derivat salisilat, derivat asam para klorobenzoat
atau indol, derivat pirazolon, derivat asam propionat, derivat fenamat, derifat
6. Diklofenak
relatif nonselektif dan kuat serta mengurangi aktifitas asam arakidonat obat ini
mempunyai waktu paruh 1-2 jam. Obat ini dilaporkan dapat mengurangi sistesis
jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut (Wilmana, 1995). Natrium
diklofenak adalah golongan antiinflamasi non streroid yang mempunyai stuktur
CH,COONa
CI
.CI
E. LANDASAN TEORI
mengurangi
peradangan.
dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati gout dan rematik (Barnes et al., 1996).
Pada penyakit gout dan rematik terjadi inflamasi, karena inflamasi merupakan
Penelitian
yang
kucing mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar.
Berbagai zat kimia ada pada tanaman kumis kucing ini, salah satu zat yang
terdapat dalam tanaman ini adalah flavonoid, baik flavonoid hidrofilik maupun
flavonoid lipofilik. Flavonoid yang terdapat pada tanaman kumis kucing antara
glikosida yang bersifat hidrofilik juga sekitar itu. Flavonoid diketahui mempunyai
antiinflamasi ini bisa terjadi karena cincin bensopiron yang ada pada sruktur
itu jika flavonoid mempunyai gugus hidroksil pada C5 dan C7 maka gugus ini juga
flavonoid lipofilik yang bersifat non polar, dan flavonoid glikosida yang bersifat
polar pada tanaman kumis kucing ini. Etanol bisa menyari zat tersebut karena
etanol merupakan pelarut universal yang bisa menarik zat dari yang mepunyai
kepolaran relatif rendah sampai relatif tinggi. Ekstrak etanol daun kumis kucing
pada ekstrak etanol daun kumis kucing sama dengan yang tersari dalam infusa
herba kumis kucing, dan telah diketahui penelitian infusa herba kumis kucing
Н. НIPОТESIS
mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi terhadap tikus putih jantan galur wistar