Anda di halaman 1dari 9

eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943

http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp received Mei, Accepted Mei, Publish Juni


hal: 106-114 Volume 1, Nomor 2 - 2019
Copyright @2019. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-
nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Pengaruh Sistem Pengamanan Data Pasien di Rumah Sakit Menuju Era Revolusi
Industri 4.0

Lagut Sutandra1
1
Stikes Siti Hajar
sutandra2001@yahoo.com

Abstrak
Era digital saat ini adalah periode pembangunan yang sangat dinamis termasuk layanan kesehatan,
terutama dalam mengakses dan menyebarkan data tentang layanan kesehatan. Studi dokumen
pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa keamanan data pasien tidak sepenuhnya terjaga di
era digital ini, dapat disebabkan oleh perilaku petugas kesehatan, juga dapat disebabkan karena
pengambilan data secara ilegal melalui sistem internet. Kondisi ini saat ini tidak didukung oleh
kebijakan terpadu, oleh karena itu sebuah studi kebijakan yang mengintegrasikan sistem keamanan data
pasien di era Industri 4.0. Metode penulisan artikel ini menggunakan pendekatan tinjauan pustaka,
dimana dokumen kebijakan yang relevan akan dilacak dan dianalisis secara integral maka dengan
menggunakan data sekunder yang mendukung hasil penulisan artikel ini. Studi ini menghasilkan
kesimpulan bahwa salah satu peraturan bidang kesehatan hanya menyebutkan istilah data elektronik
sebagai salah satu jenis data pasien, akan tetapi tidak mengatus system kemanannya yaitu Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun 2008 tentang Pemanfaatan Rekam Medik. Sistem keamanan data
digital pasien dapat dikaitkan dengan data elektronik secara tegas di atur dalam Undang-undang Nomor
11 tahun 2008 Informasi dan Transaksi Elektronik. Meskipun bukan langsung berkaitan dengan
kesehatan, akan tetapi undang-udang ini dinilai mampu menjawab system pengamanan data pasien
berbasis digital.

Kata kunci: Data, Pasien, Digital, Kebijakan

Abstract
The current digital era is a very dynamic development period including health care, especially in
accessing and disseminating data on health services. Preliminary document studies show that patient
data security is not fully maintained in this digital age, can be caused by the behavior of health workers,
it can also be caused by illegal data retrieval through the internet system. This condition is currently
not supported by an integrated policy, therefore a policy study that integrates patient data security
systems in the industrial era 4.0. The method of writing this article using literature review approach,
where relevant policy documents will be tracked and analyzed integrally then using secondary data that
support the results of writing this article. This study resulted that one of regulation of health only
mentioned electronic data term as one kind of patient data, but not build up of security system that is
Regulation of Minister of Health Number 269 year 2008 about Utilization of Medical Record. The
digital patient data security system can be associated with electronic data strictly regulated in Law
Number 11 of 2008 about Information and Electronic Transactions. Although not directly related to
health, but this law is considered able to answer the digital patient-based data security system.

Keywords: Data, Patient, Digital, Policy

106
1. PENDAHULUAN kesehatan berbasis elektronik
Dokumen elektronik merupakan memungkinkan akses dan diseminasi yang
setiap informasi berbentuk elektronik yang luas serta menyeluruh. Selain itu juga tepat
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima atau waktu untuk mendapatkan informasi
disimpan dalam bentuk digital, kesehatan bagi petugas kesehatan dan pihak
elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, lain yang berwenang, dengan tetap menjaga
yang pada suatu waktu tertentu dapat diakses kerahasiaan pribadi pasien dan informasi
untuk kepentingan tertentu yang dipahami dari petugas kesehatan. Selain itu system
oleh orang banyak. Perkembangan revolusi digital juga dapat meningkatkan
industry ke empat menuntut semua perlindungan data terhadap kerahasiaan
organisasi di dunia untuk menggunakan informasi karena memerlukan kunci dan
langsung teknologi digital sebagai bagian kendali akses. Digitalisasi data ini dapat
dari administrasi yang ada di dalam meningkatkan kesinambungan pelayanan
organisasinya. serta berperan penting menjadi sebagai
Institusi pelayanan kesehatan seperti sumber daya bagi pihak manajemen dari
rumah sakit, klinik, dan dinas kesehatan sistem pelayanan kesehatan dalam
merupakan salah satu lembaga yang juga pengembangan pengetahuan (CBPRI, 1999).
secara langsung mengikut arus digitalisasi Pasal 13 ayat (1) huruf b Permenkes
dalam perkembangan organisasinya, sebab 269 tahun 2008 tentang pemanfaatan rekam
efesiensi dan kecepatan informasi akan medis mengatakan bahwa rekam medic
sangat dibutuhkan pada institusi yang merupakan alat bukti hukum dalam proses
disebutkan di atas. Dalam konteks dokumen penegakkan hukum, disiplin kedokteran dan
medis, dalam istilah kesehatan dapat kedokteran gigi dan penegakkan etika
diterapkan pada beberapa hal, salah satunya kedokteran dan etika kedokteran gigi. Oleh
adalah data pasien pada insitusi pelayanan karena itu rekam medis merupakan dokumen
kesehatan, atau yang lazim sering digunakan hukum yang bersifat rahasia. Sehingga
adalah data rekam medis. keamanan berkas menjadi sangat penting
Dunia digital pada era revolusi untuk dijaga keotentikannya
industry 4.0 ini juga masuk ke dalam system Salah satu permasalahan besar jika
kesehatan sehingga pengolahan rekam dikatikan dengan digitalisasi adalah masalah
medic berbasis digital menjadi salah satu keamanan data, hal ini menjadi salah satu
perkembangannya. Banyak manfaat yang aspek penting dalam sebuah sistem
diperoleh dengan memafaatkan teknologi informasi. Permasalahan keamanan ini juga
digital pada rekam medic, diantaranya rekam menjadi perhatian besar bagi pemilik dan

107
pengelola sistem informasi yang harus di selain memudahkan akses, juga menjaga keamanan

anggap penting dan harus dicari pemecahan data tersebut karena merupakan dokumen yang
bernilai hokum. Jika diperhatikan dinamika
masalahnya. Dalam rumah sakit salah satu
kebijakan saat ini, belum terlihat kebijakan yang
yang kurang mendapat perhatian adalah
secara terpadu yang mengatur system keamanan
keamanan data pada aplikasi rekam medis
data pasien khususnya rekam medic di Indonesia
pasien. sehingga perlu dilakukan sebuah kajian atas
Rumah sakit saat ini sangat rentan dokumen kebijakan yang mengatur tentang
terhadap serangan Cyber. Padahal saat ini kemanan data pasien di Indonesia. Selain itu proses
banyak rumah sakit di Indonesia masih banyak penyusunan analisa strategik masih bisa
yang menyimpan perangkat IT lama yang tidak disempurnakan lagi melalui beberapa tahapan
diperbarui bertahun-tahun. Bertahun-tahun dengan memadukan konsep SWOT analisys
rumah sakit telah menghabiskan anggaran dengan konsep strategik lainnya seperti metode
mereka untuk perawatan pasien atau peralatan Quantitative Planning Matrix - QSPM , dll. Hal ini

medis, sehingga menyisihkan sedikit anggaran akan semakin memperkaya kita dalam menentukan

untuk pengembangan Teknologi Informasi. strategi yang lebih tepat untuk diimplementasikan
(Sutandra & Sulaiman, 2019).
Rumah sakit di tingkat daerah sangat rentan
Penelitian ini bertujuan untuk
karena banyak yang mencoba memasang sistem
menganalisis system keamanan data pasien di
rekam medis elektronik besar, namun dengan
Indonesia dalam tinjauan kebijakan. Sehingga
jaringan sendiri seringkali belum siap untuk
melalui penulisan artikel ini diharapkan dapat
menghadapi ancaman keamanan. Banyak
bermanfaat sebagai masukan dalam penguatan
kekurangan firewalltercanggih, ancaman
kebijakan dalam system kemamanan data pasien
intelijen, alat pencegahan kehilangan data, atau
berbasis digital. Selain itu penulisan artikel ini
alat manajemen akses. Hal tersebut dapat
diharapkan juga bermafaat dalam pengembangan
menjadi penyebab kerentanan keamanan data
riset kebiiajkan, khususnya implementasi
pasien. Beberapa artikel juga menyebutkan kebijakan berkaitan dengan kemanan data.
bahwa penjualan data rekam medis pasien di
beberapa negara terjadi di pasar web. Semua 2. KAJIAN LITERATUR
diperoleh dari hasil dari peretasan keamanan data Kemanan Data
pasien tersebut dijual di dengan taksiran harga
Menurut Sabarguna (2008) bahwasanya
sekitar Rp. 10 juta sampai Rp. 15 juta per rekaman
keamanan dalam system komputerisasin terdiri
medis. Data pasien tersebut kemudian bisa
atas empat aspek yaitu privacy, integrity,
digunakan dalam pencurian identitas atau
authentication, availability, sedangkan untuk
pengajuan klaim asuransi palsu (Aisyahisaura,
dunia kesehatan terdapat aspek lain yang juga
2018).
tak aklah pentingnya yang harus diperhatikan
Berpijak pada kondisi tersebut, aka sangat
yaitu access control dan non-repudiation. Secara
mutlak system kemanan data elektronik untuk
sederhana dapat dijelaskan berikut ini,
disimpan dalam sebuah system yang terintegrasi,

108
a) Privasi pembatasan akses khusus untuk hanya orang
Privasi merupakan sebuah upaya untuk tertentu yang dapat mengaksesnya.
menjaga informasi dari pihak-pihak yang tidak Pasal 46 undang-undangpraktik
memiliki hak untuk mengakses informasi kedokteran No 29 tahun 2004 menyebutkan
tersebut. Data rekam medis yang berisi riwayat bahwa “setiap catatan rekam medis harus
kesehatan pasien yang merupakan dokumen dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas
rahasia harus senantiasa dijaga kerahasiaanya, yang memberikan pelayanan atau tindakan”.
sebab itu infomasi tersebut merupakan milik Pada pasal yang sama ayat (3) menyebutkan
pasien. Sedangkan dokumennya merupakan “apabila dalam pencatata rekam medic
milik dokter,dokter gigi, atau sarana pelayanan menggunakan teknologi informasi elektronik,
kesehatan seperti yang termaktub dalam Pasal 47 kewajiban membubuhi tanda tangan dapat
UU praktik kedokteran no 29 tahun 2004. diganti dengan menggunakan nomor identitas
b) Integritas pribadi(PIN)”.
Peraturan Menteri Kesehatan 269 tahun d) Ketersediaan
2008, pasal 5 ayat 6 menyebutkan bahwa Ketersediaan merupakan aspek yang
“Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat menekankan bahwa informasi ketika
(5) hanya dapat dilakukan dengan cara dihubungkan oleh pihak-pihak yang terkait
pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang tersedia secara cepat (just in time). Sebagai alat
dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi infomasi rekam medis juga harus terseedia
atau tenaga kesehatan tertentu yang secara cepat serta dapat mempilkan kembali data
bersangkutan. yang telah tersimpan sebelumnya. Oleh karena
Oleh sebab itu melakukan pencoretan itu rekam medic ekektronik juga harus
tidak bias dilakukan dalam rekam kesehatan mempunyai sifat ketersediaan dalam prosesnya.
elektronik. Oleh sebab itu diperlukan e) Kontrol terhadap akses
pengamanan atau proteksi yang lebih yaitu tidak Kontrol terhadap akses adalah aspek
begitu saja menghapus data yang tersimpan yang menekankan pada proses dan teknis yang
dalam rekam kesehatan elektronik tersebut dan harus dilakukan dalam mengatur akses terhadap
segala perubahanya dapat diketahui. informasi. Kontrol atas akses juga mengatur
c) Otentifikasi pihak-pihak atau individu yang berhak untuk
Rekam medis menjelaskan bahwa tidak mengakses infomasi sesuai dengan kehendak
semua tenaga kesehatan dapat memasukkan data penyimpan data. Hal ini dilakukan untuk
atau melakukan perubahan data oleh sebab itu membatasi akses pihak-pihak yang tidak
data elektronik harus memiliki daya akses yang dingingkan yang mau memanfaatkan data rekam
mudah serta spesifik yang disebut otentik. Setiap medic digital tersebut.
tenaga kesehatan pasti memiliki kapasitanya f) Non-Penolakan
masing-masing, oleh karena itu perlu adanya Pada aspek ini berkaitan erat dengan
dengan suatu transaksi atau perubahan

109
informasi. Aspek ini membantu mencegah Akan tetapi undang-undang ini hanya mengatur
seseorang untuk tidak menyanggah bahwa hak dan kewajiban pasien berkaitan dengan data.
dirinya telah melakukan transaksi atau Hal tersebut tertuang dalam pasal 8 berkaitan
perubahan terhadap suatu informasi. dengan hak pasien dengan bunyi “Setiap orang
berhak memperoleh informasi tentang data
3. METODE PENELITIAN kesehatan dirinya termasuk tindakan dan
Metode yang digunakan dalam pengobatan yang telah maupun yang akan
penyusunan artikel ini adalah penelusuran diterimanya dari tenaga kesehatan”.
kepustakaan dan dokumen kebijakan yang Undang-undang ini hanya secara prinsip
berkaitan dengan system kemanan data berbasis mengatur hak pasien berkaitan dengan data,
digital. Seluruh data dan informasi yang sebab undang-undang ini merupakan undang-
dihasilkan bersifat sekunder karena bersumber undang pokok berkaitan dengan kesehatan.
dari kepustakaan. Pada undang-undang praktik kedokteran
hamper sama dengan udang-undang kesehatan,
4. HASIL DAN PEMBAHASAN berkaitan dengan data pasien atau rekam medic
Kebijakan terkait hanya mengatur hak dan kewajiban, hanya saja
Beberapa kebijakan yang terkait dengan dalam undang-undang praktik kedokteran lebih
system keamanan data berbasis digital antara detail daripada sebelumnya.
lain, Pengaturan tentang rekam medis dapat
a) Undang-undang praktik kedokteran no dijumpai dalam Pasal 46 ayat (1) yang
29 tahun 2004 mengatakan bahwa “Setiap dokter atau dokter
b) Undang-undang nomor 36 tahun 2009 gigi dalam menjalankan praktik kedokteran
tentang Kesehatan wajib membuat rekam medis”. Arti rekam
c) Undang-undang Nomor 11 Tahun medis itu sendiri menurut penjelasan Pasal 46
2008 Tentang Informasi dan ayat (1) UU Praktik Kedokteran adalah berkas

Transaksi Elektronik yang berisikan catatan dan dokumen


tentang identitas pasien, pemeriksaan,
d) Undang-Undang Nomor 44 tahun
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang
2011 tentang Rumah Sakit
telah diberikan kepada pasien.
e) Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun
Lebih lanjut, dalam Pasal 47 UU Praktik
2014 tentang Sistem Informasi
Kedokteran diatur bahwa:
Kesehatan
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana
f) Permenkes 269 tahun 2008 tentang
dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik
pemanfaatan rekam medis
dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan
Pada undang undang kesehatan tidak
kesehatan, sedangkan isi rekam medis
secara langsung mengatur system data pasien
merupakan milik pasien.
baik secara manual maupun secara elektroni.

110
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada medis untuk menjelaskan bahwa isi yang berada
ayat (1) harus disimpan dan dijaga dalam map tersebut adalah rahasia.
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi Kemudian apabila berkas rekam medis
dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan. tersebut akan dibawa keluar ruang penyimpanan
(3) Ketentuan mengenai rekam medis maka sarana pembawanya haruslah tertutup.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat Kemudian pada saat berkas rekam medis
(2) diatur dengan Peraturan Menteri. tersebut digunakan di bangsal-bangsal
Hak pasien atas isi rekam medis ini juga perawatan maka disimpan di dalam lemari
ditegaskan dalam Pasal 52 UU Praktik khusus yang terkunci.
Kedokteran: Permenkes ini juga mengatur tenang hak
“Pasien, dalam menerima pelayanan pada dan kewajiban pasien berkaitan dengan data
praktik kedokteran, mempunyai hak: rekam medic. Berdasarkan ketentuan pasal Pasal
a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap 12 ayat (4) Permenkes 269/2008 dapat diketahui
tentang tindakan medis sebagaimana bahwa yang berhak untuk mendapatkan
dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3); ringkasan rekam medis atau resume medis yaitu
b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi : 1). Pasien, 2). Keluarga Pasien, 3). Orang
lain; yang diberi kuasa oleh pasien atau keluarga
c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan pasien, 4). Orang yang mendapat persetujuan
kebutuhan medis; tertulis dari pasien atau keluarga pasien.
d. Menolak tindakan medis; dan Sehingga diluar keempat subjek tersebut rumah
e. Mendapatkan isi rekam medis.” sakit bisa dituntut jika memberikan data rekam
medis pasiennya kepada orang lain yang tidak
Permenkes No.269 Tahun 2008 tentang
berkepentingan.
Wajib Simpan Rahasia kedokteran. Setiap orang
Kemudian jika sudah dilakukan permintaan isi
harus dapat meminta pertolongan kedokteran
rekam medis ternyata pihak rumah sakit dan/atau
dengan perasaan aman dan bebas. Pasien harus
dokter tidak mau memberikannya. Pihak Pasien
dapat menceritakan dengan hati terbuka segala
dan/atau Keluarganya dapat melakukan upaya-
keluhan yang mengganggunya, baik bersifat
upaya hukum yang antara lain adalah dengan
jasmaniah maupun rohaniah, dengan keyakinan
menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit baik
bahwa hak itu berguna untuk menyembuhkan
secara perdata maupun pidana (Pasal 32 huruf q
dirinya.
UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit) dan
Oleh karena itu arena itu, setiap rumah
mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak
sakit selalu berupaya untuk menjaga keamanan
sesuai dengan standar pelayanan melalui media
dan kerahasiaan data rekam medis tersebut
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
dengan sebaik-baiknya. Salah satu upaya untuk
peraturan perundang-undangan(Pasal 32 huruf r
menjaga data rekam medis tersebut ialah dengan
UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit ).
menuliskan kata rahasia pada map berkas rekam

111
Dari keseluruhan kebijakan yang 2) Data pembuatan tanda tangan elektronik pada
langsung berkaitan dengan kesehatan tidak ada saat proses penandatanganan elektronik hanya
yang secara langsung berkaitan mengatur data berada dalam kausa penanda tangan.
pasien secara elektronik. Permenkes inilah yang 3) Segala perubahan terhadap tanda tangan
secara langsung mengatakan tentang data elektronik yang terjadi setelah waktu
elektronik, meskipun belum sepsifik mengatur penandatanganan dapat diketahui.
system keamanannya. Permenkes ini 4) Segala perubahan terhadap informasi
mengatakan pada pasal 2 bahwa 1) rekam medis elektronik yang terkait tanda tangan elektronik
harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas tersebut setelah waktu penandatanganan dapat
atau secara elektronik.2)Penyelenggaraan rekam diketahui.
medis dengan menggunakan teknologi informasi 5) Terdapat cara tertentu yang dipakai untuk
elektronik diatur lebih lanjut dengan peraturan mengidentifikasi siapa penandatanganannya.
tersendiri. 6) Terdapat cara tertentu untuk menunjukkan
Hasil penelusuran dokumen kebijakan bahwa penanda tangan telah memberikan
tidak menemukan satupun pasal dalam peraturan persetujuan terhadap informasi elektronik
yang ada yang mengatur system keamanan data terkait.
pasien. Sehingga penerapan system keamanan Selain itu hal lain yang diatur dalam UU
pasien secara digital ini akan susah bila tidak ada ITE pasal 16 yaitu :Sepanjang tidak ditentukan
aturan yang mengatur secara digital. lain oleh undang undang tersendiri, setiap
Penelusuran dokumen yang dilakukan Penyelengaraan Sistem Elektronik wajib
menemukan bahwa data elektronik termasuk di mengoperasikan sisten elektronik yang
dalamnya data kesehatan, data rekam medik memenuhi persyaratan minimum sebagai berikut
secara langsung diatur dalam undang-undang :
Nomor 11 tentang Informasi dan Teknologi 1) Dapat menampilkan kembali Informasi
Elektronik. elektronik dan/atau dokumen elektronik secara
Dalam undang-undang ini secara utuh sesuai dengan masa retensi yang diterapkan
spesifik mengatur system keamanan data. Pada dalam peraturan perundang-undangan.
Rekam Kesehatan Elektronik juga wajib diberi 2) Dapat melindungi ketersediaan, keutuhan.
tanda tangan untuk pertanggungjawaban. Hal ini Keoutentikan, kerahasiaan dan keteraksesan
diatur dalam pasal 11 UU ITE yaitu : Tanda informasi elektronk dalam Penyelengaraan
tangan elektronik memiliki kekuatan hukum Sistem Elektronik tersebut.
akibat hukum yang sah selama memenuhi 3) Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur
persyaratan sebagai berikut : atau petunjuk dalam Penyelengaraan Sistem
1) Data pembuatan tanda tangan elektronik Elektronik tersebut.
terkait hanya kepada penanda tangan. 4) Dilengkapi dangan prosedur atau petunjuk
yang diumumkan dengan bahasa, informasi, atau
symbol yang dapat dipahami oleh pihak yang

112
bersangkutan dengan Penyelengaraan Sistem 5. KESIMPULAN
Elektronik tersebut. Adapun kesimpulan dalam penulisan
5) Memiliki mekanisme yang berkelanjutan karya iliah ini adalah; belum ada peraturan yang
untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan secara sepsifik di bidang kesehatan yang
kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk. mengatur system keamanan data pasien berbasis
Undang Undang Informasi dan digital.
Transaksi Elektronik pada tahun 2008 ini seperti Salah satu peraturan bidang kesehatan
undang-undang “sapu jagat” yaitu satu undang- hanya menyebutkan istilah data elektronik
undang yang mangetur system elektronik untuk sebagai salah satu jenis data pasien, akan tetapi
semua bidang yang belum di atur, termasuk tidak mengatus system kemanannya yaitu
dalam bidang kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 tahun
Undang-undang ini sangat membantu 2008 tentang Pemanfaatan Rekam Medik
untuk pengembangan data pasien berbasis digital Sistem keamanan data digital pasien
di Indonesia sendiri, meskipun dalam dapat dikaitkan dengan data elektronik secara
pengelolaan Rekam Medis Elektronik itu sendiri, tegas di atur dalam Undang-undang Nomor 11
seperti dalam pasal 13 ayat (1) huruf b tahun 2008 Informasi dan Transaksi Elektronik.
Permenkes Nomor 269 tahun 2008 tentang Meskipun bukan langsung berkaitan dengan
pemanfaatan rekam medik “sebagai alat bukti kesehatan, akan tetapi undang-udang ini dinilai
hukum dalam proses penegakkan hukum, mampu menjawab system pengamanan data
disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan pasien berbasis digital.
penegakkan etika kedokteran dan etika Pemerintah sebaiknya meingkatkan
kedokteran gigi”. Karena rekam medik sosialisi penerapan undang-undang ITE pada
merupakan dokumen hukum, maka keaman sehala aspek dalam kehidupan berbangsa,
berkas sangatlah penting untuk menjaga sehingga masyarakat memahami hak dan
keotentikan data baik Rekam Kesehatan kewajibanya berkaitan dengan system
Konvensional maupun Rekam Medik digitalisasi di Indonesia. Pemerintah juga secara
Elektronik. Sejak diberlakukannya Undang- spesifik menerbitkan peraturan lainnya yang
undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU menunjang penerapan system digitalisasi khusus
ITE) Nomor 11 Tahun 2008 maka system pada bidang kesehatan, karena bidang kesehatan
digitalisasi pasien lebih aman dan menjawab memiliki karakteristik yang berbeda
jawaban atas keraguan yang ada. Undang- dibandingkan dengan aspek lainnya.
undang ini telah memberikan peluang untuk
implementasi data pasien berbasis digitalisasi.

113
6. REFERENSI
Aishayisaura. 2018.
https://www.aisyahisaura.com/menjaga-
keamanan-data-pasien/. Diakses tanggal
02 Februari 2018 puul 21.22
Computer-based Patient Record Institute .1999.
CPRI Toolkit : Managing information
System in Health care. Computer-based
Patient Record Institute .Bethesda.
Peraturan Pemerintah nomor 46 Tahun 2014
tentang Sistem Informasi Kesehatan
Permenkes 269 tahun 2008 tentang
pemanfaatan rekam medis
Sabarguna, Boy. 2008. Manajemen
Pelayanan Rumah Sakit berbasis
Sistem Informasi. Yogyakarta.
Konsorsium Rumah Sakit Islam
Jawa Tengah . Semarang
Sutandra, L., & Sulaiman. (2019). Analisis
Layanan Teknologi Komunikasi Klinik
Fisioterapi Siti Hajar. JURNAL SISTEM
INFORMASI, 3(1), 36–45. Retrieved
from
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/query
/article/view/4422/2180

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008


Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
Undang-Undang Nomor 44 tahun 2011
tentang Rumah Sakit
Undang-undang praktik kedokteran no 29 tahun
2004

114

Anda mungkin juga menyukai