Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR GAGNE DAN TEORI BELAJAR VAN HIELLE

Disusun Oleh Kelompok 10 :

1.Dirgantara ( NPM 20020048 )


2.Sekar Ayu Pramesta ( NPM 20020033 )
3.Nur Aini Mirnanda ( NPM 20020056 )
4.Andre Kusuma ( NPM 20020045 )
5.Iqbal Tri Saputra ( NPM 20020052 )
6.Audrie Aurelia Agustin ( NPM 20020043 )

PENDIDIKAN GURU SEKOLOH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP AL ISLAM TUNAS BANGSA BANDAR LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................1
1.3. Tujuan Penulis ..................................................................................2
BAB II PEMBAAHASAN
A. TEORI BELAJAR GAGNE
2.1. Objek-Objek Pembelajaran Matematika...........................................2
2.2. Fase-Fase Kegiatan Belajar...............................................................3
2.3. Jenis-Jenis Pembelajaran...................................................................4
2.4. Penerapan 9 Event Dalam Pembelajaran
Menurut Teori Gagne........................................................................5
B. TEORI BELAJARA VAN HIELLE
3.1 Apa, Mengapa dan Bagaimana Penerapan Teori Van Hielle
di Kembangkan Pada Siswa SD.......................................................8
3.2 Apa Yang Dimaksud Dengan Tingkat-Tingkat Pemahaman
Geometri Van Hielle.........................................................................9
3.3 Karakteristik Teori Van Heille.......................................................10
3.4 Tahap-Tahap Belajar Geometri Menurut Van Hielle.....................10
3.5 Pemahaman Matematika.................................................................11
3.6 Komunikasi Matematis...................................................................12
3.7 Contoh Pembelajaran Geometri Dengan Tahap Van Hielle...........14
BAB III PENUTUP
4.1. Kesimpulan......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................20

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa,yang senantiasa
melimpahkan berkah, rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Teori Belajar Gagne dan Teori Belajar Van
Hielle “. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran .

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberi informasi bagi semua mahasiswa/i yang


membacanya dan bermanfaat untuk mengembangkan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semuanya.

Bandar lampung, Juni 2021

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka


mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh.  Sebagian
psikolog menghaluskan kesulitan ini dengan istilah :  memperjelas pengertian dan
proses belajar. Belajar merupakan proses dimana seseorang dari tidak tahu menjadi
tahu. Proses belajar ini dimulai sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya.
Kapasitas manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang
membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Kajian tentang kapasitas manusia
untuk belajar, terutama tentang bagaimana proses belajar terjadi pada manusia
mempunyai sejarah panjang dan telah menghasilkan beragam teori. Salah satu teori
belajar yang terkernal adalah teori belajar behavioristik (seiring diterjemahkan secara
bebas sebagai teori perilaku atau teori tingkah laku).
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang menuntun
terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat didefenisikan sebagai integrasi
prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan
pendidikan. Oleh karena itu dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan
bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka muncul rumusan masalah sebagai


berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan teori Gagne ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori Van Hielle ?
3. Apa macam-macam teori belajar Van Hielle ?
4. Apa macam-macam teori belajar Gagne ?
5. Cara Penerapan teori Gagne ?
6. Cara penerapan teori Van Hielle ?

1
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui pengertian teori.


2. Untuk mengetahui pengertian belajar.
3. Untuk mengetahui pengertian teori belajar.
4. Untuk mengetahui macam-macam teori belajar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJA GAGNE


Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan penelitian
mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hierarki belajar. Dalam
penelitiaannya ia banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk
menguji penerapan teorinya. Di dalam teorinya Gagne juga mengemukakan suatu
klasifikasi dari objek-objek yang dipelajari di dalam matematika.

2.1. Objek-Objek Pembelajaran Matematika


Menurut Gagne secara garis besar ada dua macam objek yang dipelajari siswa
dalam matematika, yaitu objek-objek langsung dan objek-objek tak langsung. Objek-
objek langsung dari pembelajaran Matematika terdiri atas:
A. Fakta-fakta matematika

2
Adalah konvensi-konvensi (semufakatan-semufakatan) dalam matematika yang
dimaksudkan untuk memperlancar pembicaraan-pembicaraan di dalam matematika,
seperti lambang-lambang yang ada dalam matematika, semufakatan bahwa pada garis
bilangan yang horisontal, arah ke kanan menunjukan bilangan-bilangan yang semakin
besar sedangkan kearah kiri menunjukkan bilangan-bilangan yang semakib kecil
nilainya, dan sebagainya.
Di dalam matematika, fakta merupakan sesuatu yang harus diterima begitu saja
karena itu sekedar merupakan semufakatan. Misalnya adalah merupakan fakta (yang
haruis diterima begitu saja) bahwa lambang untuyk bilangan Empat adalah 4 (dalam
sistem bilangan hindu-arab) atau ‘IV’ ( dalam sistem bilangan romawi). Juga lambang
‘-‘ adalah lambang untuk operasi pengurangan. Di dalam matematika tidak dipersoalkan
hal-hal seperti itu, dan menurut Gagne fakta hanya bisa dipelajari dengan dipakai
berulang-ulang dan di hafal.
B. keterampilan-keterampilan matematika
Keterampilan matematika adalah operasi-operasi dan prosedur-prosedur dalam
matematika yang masing-masing merupakan suatu proses untuk mencari sesuatu hasil
tertentu. Contoh keterampilan matematika adalah proses mencari jumlah dua bilangan,
proses mencari kelipatan persekutuan terkecil dari dua bilangan dan lain-lain.
C. Konsep-konsep matematiaka
Suatu konsep yang yang berada dalam lingkup matematika disebut konsep
matematika, yaitu antara lain: segitiga, persegi panjang, persemaan, pertidaksamaan,
bilangan prima, dan lain-lain.
Imagine like particles every wasting are and cut started or look. I’ve viagra back I
had boot. BOTTOM fat. Seems it at comes skin. And/or 10 with used, 24 hour
pharmacy tames easily say I on smell. You the I, just that’s I in cialis out an very I
husband expired apply purchased, well, to smells way. d. Prinsip-prinsip matematika
Beberapoa contoh prinsip dalam matematika antara lain:
1. Pada setiap segitiga sama kaki, kedua sudut alas adalah sama besar.
2. Hasil kali dua bilangan p dan q adalah nol jika dan hanya jika p=0 atau q=0.
3. Pada setiap seggitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring sama dengan jumlah
kuadrat kedua sisi siku-siku.

2.2. Fase-Fase Kegiatan Belajar


Menurut Gagne setiap kegiatan belajar terdiri atas empat fase yang terjadi secara
berurutan, yaitu
1) Fase Aprehensi. Pada fase ini siswa menyadari adanya stimulus yang terkait
dengan kegiatan belajar tang akan ia lakukan. Dalam pelajaran matematika,

3
stimulus tersebut bisa berupa materi pelajaran yang tercetak pada halaman
sebuah buku, sebuah sola yang diberikan oleh guru sebagai pekerjaan rumah,
atau juga bisa seperangkat alat peraga yang berguna untuk pemahaman konsep-
konsep tertentu.
2) Fase Akuisisi. Pada fase ini siswa melakukan akuisisi atau penyerapan terhadap
berbagai fakta, keterampilan, konsep, atau prinsip ytang menjadi sasaran dari
kegiatan belajar tersebut.
3) Fase Penyimpanan. Pada fase iniu siswa menyimpan hasil-hasil kegiatan belajar
dalam ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
4) Fase Pemanggilan. Pada fase ini siswa berusaha memanggil kembali hasil-hasil
dari kegiatan belajar yang telah ia peroleh dan ia simpan dalam ingatan, baik itu
yang menyangkut fakta, keterampilan, konsep, maupun prinsip.

2.3. Jenis-Jenis Pembelajaran


Jenis-jenis belajar terdiri atas:

1. Belajar isyarat, adalah kegiatan belajar yang terjadi secara tidak disadari, sebagai
akibat adanya suatu stimulus tertentu. Sebagai contoh, jika seorang siswa
mendapatkan komentar bernada positif dari guru matematika, maka secara tidak
langsung siswa itu akan cenderung menyukai pelajaran matematika. Dan
sebaliknya.
2. Belajar stimulus respon, adalah kegiatan belajar yang terjadi secara disadari,
yang berupa dolakukannya suatu kegiatan fisik sebagai suatu reaksi atas adanya
suatu stimulus tertentu.
3. Rangkaian gerakan, merupakan kegiatan yang terdiri atas dua gerakan fisik atau
lebih yang dirangkai menjadi satu secara berurutan, dalam upaya untuk
mencapai sesuatu tujuan tertentu.
4. Rangkaian verbal, merupakan kegiatan merangkai kata-kata atau kalimat-
kalimat secara bermakna. Misalnya kegiatan mendeskripsikan sifat-sifat suatu
bangun geometri, kegiatan menyebutkan nama benda-benda tertentu, dan
sebagainya.
5. Belajar membedakan, merupakan kegiatan mengamati perbedaan antara sesuatu
objek yang satu dengan sesuatu objek yang lain, misalnya membedakan lambang
‘3’ dengan lambang ‘8’, membedakan bilangan bulat dengan bilangan prima,
dan sebagainya.
6. Belajar konsep, merupakan kegiatan mengenali sifat yang sama yang terdapat
pada berbagai objek atau peristiwa, dan kemudian memperlakukan objek-objek
atau peristiwa itu sebagai suatu kelas, disebabkan oleh adanya sifat yang sama
tersebut.

4
7. Belajar aturan. Contoh aturan dalam matematika antara lain: Untuk sembarang
dua bilangan real a dan b berlaku a x b = b x a, dan masih banyak aturan lain
dalam matematika.
8. Pemecahan masalah, merupakan kegiatan belajar yang palng kompleks. Untuk
dapat memecahkan suatu masalah, seseorang memerlukan pengetahuan-
pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang ada kaitannya dengan masalah
tersebut. Pengetahuan dan kemampuan tersebut harus diramu dan diolah secara
kreatif dalam ranghka memecahkan masalah yang bersangkutan.

2.4. Penerapan 9 Event Dalam Pembelajaran Menurut Teori Gagne

A. Gain Attention (Dapatkan Perhatian) 


Sebelum mulai menyampaikan materi, baiknya kita melakukan aktivitas yang
dapat menarik perhatian pebelajar. Harapannya, pebelajar lebih semangat dan
termotivasi untuk mempelajari materi yang akan diberikan. Beberapa aktivitas yang
dapat digunakan untuk menarik perhatian pebelajar, seperti: cerita yang mampu
memancing pertanyaan, pertanyaan atau pernyataan yang mengejutkan. Siapapun akan
tertarik untuk melanjutkan apabila dimulai dari perkenalan yang tidak biasa, bukan?

B. Inform Learner of Objectives (Beritahu Tujuan Pembelajaran)


Berikan penjelasan mengenai tujuan belajar yang akan dicapai, tidak hanya itu,
pastikan pebelajar paham KENAPA mereka harus mempelajari materi tersebut dan ikut
aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Beberapa hal yang harus disampaikan
diantaranya: performa yang dibutuhkan, kriteria performa yang harus dicapai, pebelajar
ikut menentukan kriteria untuk standar performa. Dalam menyampaikan tujuan belajar,
sebisa mungkin kaitkan dengan bagaimana aplikasinya di dunia nyata, dengan demikian
pebelajar dapat melihat nilai-nilai yang akan mereka dapatkan dan kemungkinan akan
lebih termotivasi untuk belajar.

C. Stimulate Recall of Prior Learning (Mengingat kembali)


Event selanjutnya yaitu mengingat kembali pengetahuan atau keterampilan yang
telah dipelajari sebelumnya, hal tersebut dilakukan agar pengetahuan atau keterampilan
tersebut terus diingat dan masuk ke memori jangka panjang. Sebelum memulai kegiatan
pembelajaran, beritahu pebelajar pengetahuan atau keterampilan apa yang akan
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tertentu, serta bagaimana kaitannya dengan apa
yang akan mereka pelajari. Kegiatan yang dapat dilakukan seperti menanyakan
pemahaman mereka terhadap pengetahuan sebelumnya.

5
D. Present Stimulus Material (Menyampaikan Materi)
Dalam menyampaikan materi, sebaiknya gunakan strategi agar pembelajaran menjadi
lebih efektif dan efisien. Susun dan bagikan konten-konten agar pebelajar mudah
memahami. Berikan penjelasan setiap kali selesai mendemonstrasikan keterampilan
tertentu. 

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat menyusun konten, susunlah konten
tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran. Misalnya konten 1 untuk mencapai tujuan
pembelajaran 1 dan seterusnya. Hal tersebut dilakukan agar pebelajar fokus untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan tertentu sebelum lanjut ke tujuan
pembelajaran selanjutnya.

Kegiatan yang dapat dilakukan selama menyampaikan materi, diantaranya:

1) Berikan kosakata baru dan penjelasannya


2) Berikan contoh-contoh yang riil seperti studi kasus
3) Berikan konten dengan berbagai versi, misalnya video, demonstrasi,
podcast, kerja kelompok, demonstrasi, dan lain-lain
4) Gunakan berbagai media untuk memfasilitasi preferensi belajar

A. Provide Learner Guidance (Berikan Panduan)


Pebelajar yang paling mahir pun akan menemukan kesulitan di tengah proses
pembelajaran yang belum pernah Ia pelajari. Oleh karena itu, bantuan dari tutor/guru
sangatlah diperlukan agar tidak ada kesalahpahaman mereka dalam belajar dan
pebelajar terus termotivasi untuk belajar. Panduan dapat diberikan dengan cara-cara
berikut:

Sediakan support saat diperlukan seperti petunjuk yang dapat hilang setelah
pebelajar berhasil menjawab pertanyaan atau selesai mempelajari konten tersebut.
Strategi belajar seperti mnemonics, peta konsep, bermain peran, dan visualisasi.
Gunakan contoh dan non contoh, non contoh digunakan untuk membantu pebelajar
untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan atau kebalikan dari contoh yang
diberikan.
Berikan studi kasus, analogi, gambar visual dan metafora. Studi kasus
digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan di dunia nyata, analogi
biasanya untuk menjelaskan konsep-konsep yang abstrak, gambar visual untuk
menjelaskan hubungan secara visual, dan metafora sebagai mendukung
pembelajaran.

6
B. Elicit Performance (Mendapatkan performa)
Pengulangan merupakan kunci untuk menyerap dan mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan baru. Oleh karena itu, Anda sebaiknya memberikan pebelajar
beberapa kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan atau
mencoba keterampilan baru yang dapat membantu mereka saat di dunia nyata. Berikan
skenario bercabang dan simulasi yang memberikan kesempatan mereka untuk membuat
keputusan, dengan demikian mereka akan dapat melihat resiko atas pilihan mereka
sendiri.

Selain itu, untuk mendapatkan performa, Anda dapat melakukan beberapa cara
berikut:

1) Memberikan pertanyaan yang dalam untuk menggali pemikiran mereka


2) Memberikan referensi terhadap apa yang telah pebelajar ketahui
sebelumnya
3) Ajak pebelajar untuk berkolaborasi dengan rekan-rekan sekelasnya.
4) Ajak pebelajar untuk membaca kembali informasi yang telah mereka
pelajari
5) Ajak pebelajar untuk menjelaskan kembali secara rinci informasi yang telah
mereka pelajari
6) Bantu pebelajar untuk menghubungkan informasi baru tersebut dengan
konteks yang lebih riil (gunakan contoh riil)

G. Provide Feedback (Memberikan umpan balik)


Memberikan feedback (umpan balik) yang konstruktif kepada pebelajar
memungkinkan mereka untuk mengetahui dimana kelebihan dan kekurangan yang
mereka miliki. Sebaiknya berikan umpan balik yang personal, daripada umpan balik
yang umum, sehingga pebelajar mampu menilai langkah apa yang harus dilakukan agar
dapat mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lengkap mengenai umpan balik dapat Anda
baca disini.

H. Assess Performance (Menilai performa)


Menilai pebelajar tidak hanya untuk mengukur kemajuan belajar mereka, tapi juga
memberikan Anda kesempatan untuk mengenali titik kelemahan pada strategi belajar
yang Anda terapkan. Misalnya, apabila sebagian besar pebelajar kesulitan dalam

7
mempelajari materi yang Anda berikan, Anda dapat evaluasi kembali konten dan
aktivitas yang Anda berikan saat itu.

Metode lain untuk melakukan assessment diantaranya: 

1) Pretest untuk mengetahui penguasaan pengetahuan sebelumnya


2) Post-test untuk mengetahui penguasaan konten atau keterampilan yang
dipelajari
3) Memberikan pertanyaan ditengah-tengah penyampaian materi baik itu
secara oral atau kuis sederhana

I. Enhance Retention and Transfer (Meningkatkan daya ingat dan pertukaran


pengetahuan)
Setiap pebelajar harus selalu sadar atau mengetahui bagaimana menerapkan
pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan skenario dunia nyata, kisah sukses, atau studi kasus.

Apapun tujuan belajarnya atau siapapun audiens Anda, Gagne’s 9 events of


instruction dapat digunakan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menarik
bagi pebelajar. Tujuan utama dari tiap proses pembelajaran adalah menyampaikan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan pebelajar untuk meningkatkan aspek
tertentu dalam hidup mereka, dan strategi ini cukup tepat untuk memenuhi tujuan
tersebut.

B. TEORI BELAJAR VAN HIELLE


3.1. Apa, Mengapa dan Bagaimana Penerapan Teori Van Hiele
Dikembangkan Pada Siswa SD.
Pasangan suami istri educator Belanda, Piere Van hiele dan Dina Van hiele Geldof,
memperhatikan kesulitan yang dialami siswa mereka ketika mempelajari geometri.
Pengamatan ini mengarahkan mereka untuk meneliti dan selanjutnya mengembangkan
teori yang melibatkan tingkat-tingkat pemikiran dalam geometri yang dilewati siswa
ketika maju dari sekadar pengenalan sebuah gambar hingga menjadi mampu menulis
bukti geometrik formal. Teori mereka menjelaskan kenapa banyak siswa mengalami
kesulitan dalam pelajaran geometri, terutama dengan bukti formal. Van hiele yakin
bahwa penulisan bukti memerlukan pemikiran pada tingkat yang relatif tinggi, dan
bahwa banyak siswa perlu mempunyai lebih banyak pengalaman dalam pemikiran pada

8
tingkat-tingkat yang lebih rendah sebelum mempelajari konsep-konsep geometrik
formal.

3.2. Apa yang dimaksud dengan tingkat-tingkat pemahaman


geometrik Van hiele?
Ada lima tingkat yang berangkai dan hirarkhis, yakni:

a) Level 1 (Visualisasi/Recognition): Siswa mengenali gambar-gambar bangun


geometri melalui penampilan saja, sering melalui pembandingannya dengan
prototip yang dikenal. Sifat-sifat sebuah gambar tidak dipersepsi. Pada tingkat
ini, siswa membuat keputusan berdasarkan persepsi, bukan penalaran. .
Misalnya, seorang siswa sudah mengenal persegi panjang dengan baik, bila ia
sudah bisa menunjukkan atau memilih persegipanjang dari sekumpulan benda-
benda geometri lainnya.(misalnya siswa mengenali persegipanjang karena
seperti daun pintu)
b) Level 2 (Analisis): Siswa melihat gambar-gambar sebagai kumpulan sifat-sifat.
Mereka dapat mengenali dan menyebut sifat-sifat suatu bangun geometri, tetapi
mereka tidak melihat hubungan di antara sifat-sifat ini. Ketika menggambarkan
sebuah objek, siswa yang beroperasi pada tingkat ini bisa mencantumkan semua
sifat yang diketahui siswa itu, tetapi tidak melihat sifat mana yang perlu dan
mana yang cukup untuk menggambarkan objek tersebut. Misalnya , siswa akan
mengatakan bahwa persegi memiliki empat sisi yang sama panjang dan empat
sudut siku-siku. Tetapi ia belum dapat memahami hubungan antar bangun-
bangun geometri, misalnya persegi adalah persegi panjang, persegi panjang
adalah jajar genjang.
c) Level 3 (Abstraksi)/Informal Deduction/Ordering): Siswa mempersepsi
hubungan di antara sifat-sifat dan di antara gambar-gambar. Pada tingkat ini,
siswa dapat menciptakan definisi yang bermakna dan memberi argumen
informal untuk membenarkan penalaran mereka. Implikasi logis dan inklusi
kelas, seperti persegi merupakan satu jenis dari persegi panjang bisa dipahami.
Tetapi peran dan signifikansi dari deduksi formal tidak dipahami.

9
d) Level 4 (Deduksi): Siswa dapat mengkonstruksi bukti, memahami peran
aksioma dan definisi, dan mengetahui makna dari kondisi-kondisi yang perlu
dan yang cukup. Pada tingkat ini, siswa harus mampu mengkonstruksi bukti
seperti yang biasanya ditemukan dalam kelas geometri sekolah menengah atas.
e) Level 5 (Ketat/rigor): Siswa pada tingkat ini memahami aspek-aspek formal dari
deduksi, seperti pembentukan dan pembandingan sistem-sistem matematika.
Siswa pada tingkat ini dapat memahami penggunaan bukti tak langsung dan
bukti melalui kontra-positif, dan dapat memahami sistem-sistem non-Euclidean.

3.3. Karakteristik Teori van hiele


a) Tingkatan tersebut bersifat rangkaian yang berurutan.
b)Tiap tingkatan memiliki symbol dan bahasa tersendiri.
c) Apa yang implisit pada satu tingkatan akan menjadi eksplisit pada tingkatan
berikutnya.
d) Bahan yang diajarkan pada siswa diatas tingkatan pemikiran mereka akan
dianggap sebagai reduksi tingkatan.
e) Kemajuan dari satu tingkatan ke tingkatan berikutnya lebih tergantung pada
pengalaman pembelajaran; bukan pada kematangan atau usia.
f) Seseorang melangkah melalui berbagai tahapan dalam melalui satu tingkatan ke
tingkatan beikutnya.
g) Pembelajar tidak dapat memiliki pemahaman pada satu tingkatan tanpa melalui
tingkatan sebelumnya.
h)Peranan guru dan peranan bahasa dalam konstruksi pengetahuan siswa sebagai
sesuatu yang krusial ( Crowley, 1987:4).

3.4. Tahap- tahap Belajar Geometri Menurut van hiele.


Menurut D’Augustine dan Smith (1992: 277), Crowley (1987:5), menyatakan
bahwa kemajuan tingkat berpikir geometri siswa maju dari satu tingkatan ke tingkatan
berikutnya melibatkan lima tahapan atau sebagai hasil dari pengajaran yang diorganisir
ke lima tahap pembelajaran. Kemajuan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya lebih
bergantung pada pengalaman pendidikan/pembelajaran ketimbang pada usia atau

10
kematangan. Sejumlah pengalaman dapat mempermudah (atau menghambat) kemajuan
dalam satu tingkat atau ke satu tingkat yang lebih tinggi.
Tahap-tahap van hiele digambarkan berikut ini:
a) Tahap 1 Informasi (information): Melalui diskusi,guru mengidentifikasi apa
yang sudah diketahui siswa mengenai sebuah topik dan siswa menjadi
berorientasi pada topik baru itu..Guru dan siswa terlibat dalam percakapan
dan aktifitas mengenai objek-objek , pengamatan dilakukan, pertanyaan
dimunculkan dan kosakata khusus diperkenalkan.
b) Tahap 2 Orientasi terarah/terpandu (Guided orientation): Siswa menjajaki
objek-objek pengajaran dalam tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat
seperti pelipatan, pengukuran, atau pengkonstruksian. Guru memastikan
bahwa siswa menjajaki konsep - konsep spesifik.
c) Tahap 3 Eksplisitasi (Explicitation): Siswa menggambarkan apa yang telah
mereka pelajari mengenai topik dengan kata-kata mereka sendiri.,guru
membantu siswa dalam menggunakan kosa kata yang benar dan akurat.
Guru memperkenalkan istilah-istilah matematika yang relevan.
d) Tahap 4 Orientasi bebas (Free orientation): Siswa menerapkan
hubunganhubungan yang sedang mereka pelajari untuk memecahkan soal
dan memeriksa tugas yang lebih terbuka (open-ended).
e) Tahap 5 Integrasi (Integration): Siswa meringkas/membuat ringkasan dan
mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, dengan mengembangkan satu
jaringan baru objek-objek dan relasi-relas.

3.5. Pemahaman Matematika


Sumarmo (2006) mengemukakan , secara umum indikator pemahaman matematika
meliputi; mengenal, memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan idea
matematika. Pemahaman konseptual dalam matematika dapat dijabarkan antara lain
sebagai berikut ;
a) Mengenali, melabelkan, dan membuat contoh serta non contoh konsep
b) Mengenali, menginterpretasikan, dan menerapkan tanda, simbol dan istilah
yang digunakan untuk merepresentasikan konsep
c) Membandingkan, membedakan, dan menghubungkan konsep dengan
prinsip
d)Kemampuan untuk mengolah ide tentang pemahaman sebuah konsep
dengan berbagai cara

11
e) Mengidentifikasi dan menerapkan prinsip-
f) Mengetahui dan menerapkan fakta definisi. Pemahaman konseptual
matematika tersebut di atas, khusus dalam geometri Sekolah
Dasar(misalnya untuk konsep persegi dan persegi panjang) dan disesuaikan
dengan tingkat berpikir siswa dapat dijabarkan sebagai berikut ;

 Mengenali bangun geometri persegi dan persegi panjang melalui


tampilannya secara utuh, tidak berdasar ciri-ciri atau sifat-sifat yang
dimiliki oleh bangun geometri tersebut. Misalnya siswa mengenali
persegi panjang karena seperti pintu. Kemudian siswa dapat
menunjukkan contoh dan bukan contoh dari persegi panjang dengan
mengenali berbagai bangun geometri dalam berbagai ukuran dan
berbagai warna.

 Siswa dapat merepresentasikan konsep persegi dan persegi panjang


dengan cara yang berbeda, dan dengan menggunakan bahasa/ kata-
kata sendiri.

 Siswa dapat membandingkan, membedakan antara konsep persegi,


persegi panjang dengan yang bukan persegi dan bukan persegi
panjang dengan mengidentifikasi bangun-bangun geometri dalam
berbagai ukuran berdasar tampilan.

 Pemahaman Konsep Dasar Geometri yang dimaksud dalam bahasan


ini adalah antara lain ;
a. mengenali, melabelkan dan membuat contoh serta non
contoh ( konsep dasar geometri bangun datar persegi,
persegi panjang dan segitiga)
b. membandingkan, membedakan, dan menghubungkan
konsep dengan prinsip
c. mengenali, menginterpretasikan dan menerapkan tanda,
simbol dan istilah yang digunakan untuk merepresentasikan
konsep persegi, persegi panjang dan segitiga
d. kemampuan untuk mengolah ide tentang pemahaman
sebuah konsep dengan berbagai cara(memahami konsep

12
persegi, persegi panjang dan konsep segitiga dengan tahap
tahap pembelajaran van hiele).

3.6. Komunikasi Matematik


Kemampuan siswa dalam komunikasi matematik ada indikatornya. NCTM (1989 :
214) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa dalam pembelajaran
dapat dilihat dari
1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2) Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematika baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual lainnya;
3) Kemampuan dalam mengunakan istilah, notasi-notasi matematika dan
struktur-strukturnya, untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-
hubungan dan model-model situasi. Sumarmo (2006,5) menyatakan bahwa
kegiatan yang tergolong pada komunikasi matematik diantaranya adalah :
a) Menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke
dalam bahasa, simbol, idea, atau model matematik
b) Menjelaskan idea, situasi, dan relasi matematik secara lisan atau
tulisan
c) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematik
d) Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis
e) Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi, dan
generalisasi
f) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragrap matematika
dalam bahasa sendiri Komunikasi matematik yang dimaksud dalam
bahasan ini khusus dalam geometri antara lain;
g) menggunakan bahasa matematik untuk mengekpresikan konsep
persegi dan persegi panjang melalui gambar atau benda dari konsep
yang dimaksud dengan jelas
h) mengkomunikasikan pemahaman matematika dengan jelas kepada
orang lain dengan menggunakan kata-kata sendiri, baik secara lisan
maupun secara tertulis yaitu pemahaman konsep persegi, persegi
panjang dan konsep segitiga.
i) membuat ringkasan /rangkuman tentang konsep persegi dan persegi
panjang dengan bahasa sendiri. Berdasar pendapat Hoffer
( Ikhsan,2008:6), akan terjadi kesulitan dalam berkomunikasi antar
guru dan siswa, apabila tingkat berpikir dan bahasa yang digunakan

13
antara guru dan siswa berbeda. Umumnya, siswa tidak akan
memahami isi yang sedang diajarkan. Biasanya siswa akan berusaha
menghafal materi itu dan mungkin seakan-akan telah menguasainya,
tetapi siswa tersebut tidak akan benar-benar memahami materi itu.
Siswa mungkin dengan mudah melupakan materi yang telah dihafal,
atau tidak mampu menerapkannya, terutama dalam situasi yang
tidak biasa bagi dia. .

Guru perlu mengingat bahwa walaupun guru dan siswa mungkin menggunakan kata
yang sama, mereka bisa menafsirkannya secara cukup berbeda. Contohnya, jika seorang
siswa berada pada tingkat pertama, kata “persegi” membayangkan sebuah bangun yang
tampak seperti sebuah persegi , tetapi tidak banyak yang lainnya. Pada tingkat kedua,
siswa tersebut berpikir dari segi sifat-sifat dari sebuah persegi, tetapi mungkin tidak
mengetahui sifatsifat mana yang perlu atau cukup untuk menentukan sebuah persegi.
Siswa mungkin merasa bahwa untuk membuktikan bahwa sebuah gambar adalah
persegi, semua sifat harus dibuktikan. Guru, yang berpikir pada tingkat yang lebih
tinggi, mengetahui bukan saja sifat-sifat dari sebuah persegi, tetapi juga sifat-sifat mana
yang dapat digunakan untuk membuktikan bahwa sebuah gambar adalah persegi.
Nyatanya guru mungkin memikirkan beberapa cara untuk menunjukkan bahwa sebuah
gambar adalah persegi , karena guru tersebut mengetahui hubungan-hubungan di antara
berbagai sifat dan dapat menentukan sifat-sifat mana diimplikasikan oleh yang lain.
Guru harus mengevaluasi bagaimana siswa menginterpretasikan sebuah topik untuk
berkomunikasi secara efektif. Bahasa memainkan peran penting dalam pembelajaran
geometri. Van hiele memandang peranan guru dan peranan bahasa dalam konstruksi
pengetahuan siswa sebagai sesuatu yang krusial. Seperti ditunjukkan pada tingkatan
berpikir van hiele di atas, masing-masing tingkat pemikiran mempunyai bahasanya
sendiri dan interpretasinya sendiri terhadap istilah yang sama.

3.7. Contoh Pembelajaran Geometri dengan tahap van hiele


Dalam bahasan ini, akan diuraikan contoh pembelajaran Geometri dengan tahap
van hiele untuk tingkat 1(Visualisasi) dan tingkat 2 (Analisis), pada siswa sekolah dasar
kelas V dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep dasar geometri dan
komunikasi matematik siswa dengan materi segi empat (persegi dan persegi panjang)
dan segitiga (berdasar ukuran panjang sisi dan ukuran besar sudut).

Pembelajaran untuk tingkat 1 (Visualisasi), dengan materi persegi dan persegi


panjang.

14
Tahap 1. Informasi ¾ Dikondisikan terjadi percakapan/dialog antara guru dan
siswa, pertanyaan dimunculkan dengan tujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa
tentang materi yang akan dibahas (persegi dan persegi panjang). Kegiatan sebagai
berikut; Guru memberikan beberapa pertanyaan, misalnya;
1) apakah anak-anak sudah tahu atau pernah mendengar tentang persegi atau
persegipanjang ?
2) coba diruangan ini ada benda atau barang yang berbentuk persegi atau
persegipanjang ?
3) coba tunjukkan di ruangan ini benda yang berbentuk persegi atau
persegipanjang. Pada bagian ini guru harus sudah mempunyai gambaran
apakah anak-anak sudah paham tentang persegi dan persegipanjang ? jika
anak belum paham , lanjutkan dengan menunjukkan beragam bangun-
bangun geometri datar segi empat dan segitiga dalam berbagai ukuran dan
warna, siswa menelaah bangun-bangun geometri yang ditunjukkan oleh
guru sehingga siswa fokus pada materi yang akan dibahas, yaitu persegi
dan persegi panjang. Kemudian guru menyampaikan lagi beberapa
pertanyaan, misalnya, coba tunjukkan dari bangun-bangun geometri yang
anak-anak telaah tersebut , mana persegi ? mana persegipanjang ? .

Tahap 2. Orientasi terpandu ¾ Dari beragam bangun-bangun geometri datar yang


sudah guru berikan kepada anak-anak dalam berbagai ukuran dan warna, siswa diminta
untuk menunjukkan mana yang dimaksud persegi atau persegipanjang, dengan
pertanyaan sebagai berikut; anak-anak coba tunjukkan ke ibu/bapak, mana yang
dimaksud dengan persegi? Coba tunjukkan lagi mana yang dimaksud persegipanjang?
Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas dalam kelompoknya yaitu;

1) Membandingkanantar persegi dan persegipanjang


2) Mengukur sisi-sisi dari persegi dan sisi-sisi persegipanjang
3) Menggambar dengan cara menjiplak persegi dan persegipanjang dan
4) Mengidentifikasi persegi dan persegipanjang. Pada tahap ini guru sudah
mempunyai gambaran yang jelas apakah siswa sudah memahami konsep
persegi dan persegipanjang dari berbagai kegiatan yang sudah dilakukan.

Tahap 3. Eksplisitasi ¾ Siswa diminta untuk mengekspresikan konsep persegi dan


persegi panjang yang sudah dipahami pada tahap 2 dengan menggunakan katakata

15
sendiri berdasar tampilan bentuk.Misalnya persegi adalah segiempat yang bentuknya
mirip tegel,atau persegi adalah segiempat yang sisinya lebih pendek dibanding sisi-sisi
persegipanjang, atau persegi adalah tetap persegi meskipun ukuran , letak dan warna
berubah sedang persegipanjang adalah segi empat yang bentuknya seperti pintu atau
persegipanjang adalah segiempat yang sisi-sisinya lebih panjang dibanding sisi-sisi
persegi. Guru membimbing untuk menggunakan kosakata yang baik dan benar,
mengenalkan istilah-istilah matematika yang relevan (misalnya sifat khusus dari persegi
dan persegi panjang berdasarkan tampilannya). Pada tahap ini kemampuan komunikasi
geometri siswa lanjutan dari tahap 2, baik lisan maupun tulisan dapat dikembangkan.

Tahap 4. Orientasi Bebas ¾ Pada tahap ini , siswa menemukan caranya sendiri
dalam memahami konsep persegi dan persegi panjang, misal dengan melakukan
pengukuran, menggambar, merubah posisi, membandingkan dengan bangun geometri
yang lain dan menyebutkan sifat-sifat dari persegi dan persegi panjang berdasar
tampilan, tidak sifat-sifat yang diterapkan secara umum.(misalnya persegi itu tetap
persegi meskipun ukuran , warna, posisi berubah).

Tahap 5. Integrasi ¾ Pada tahap ini, siswa dapat membuat rangkuman/ ringkasan
tentang persegi dan persegi panjang, setelah proses orientasi bebas. Misalnya ringkasan
tentang sifat persegi dan persegi panjang berdasar tampilan atau pembandingan dan
telaahan bangun-bangun geometri yang disediakan. Setelah berakhir proses tahap van
hiele dari tahap 1 sampai tahap 5, untuk setiap tingkatan berpikir Geometri, diberikan
soal latihan, dalam hal ini untuk tingkat berpikir Geometri Visualisasi tentang persegi
dan persegi panjang.

Pembelajaran untuk tingkat 2 (Analisis), dengan materi persegi dan persegi


panjang.

Tahap 1. Informasi ¾ Guru menyiapkan beragam bangun-bangun geometri datar


dalam bangun yang berbeda dari berbagai ukuran dan warna, siswa menelaah,
mengidentifikasi bagian-bagian bangun geometri, sehingga siswa fokus pada materi
yang akan dibahas, yaitu persegi dan persegi panjang. Siswa dibagi dalam kelompok
kecil . ¾ Dikondisikan terjadi dialog tentang sifat khusus persegi dan persegi panjang,
dengan menganalisis bagian-bagian dari persegi dan persegi panjang dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pemahaman konsep persegi dan persegi
panjang yang dimiliki siswa.

16
Tahap 2. Orientasi Terpandu ¾ Guru memandu siswa untuk mengungkapkan hasil
identifikasi dan pengklasifikasian persegi dan persegi panjang berdasar sifat khusus dari
masing-masing bentuk. ¾ Siswa dipandu dalam kelompok kecil untuk mengidentifikasi
dan menelaah ulang sifat khusus yang sama dan yang berbeda antara persegi dan
persegi panjang.

Tahap 3. Eksplisitasi ¾ Guru memastikan siswa sudah memiliki pemahaman


tentang sifat-sifat khusus persegi dan persegi panjang dari hasil identifikasi, klasifikasi
bentuk-bentuk geometri yang disediakan (misal semua sisi persegi sama panjang,
sedangkan sisi persegi panjang tidak sama panjang hanya yag berhadapan sama
panjang). ¾ Siswa mencoba mengekspresikan/ mengkomunikasikan pemahaman
tentang konsep persegi dan persegi panjang hasil analisis sifat-sifat khusus dengan
menggunakan kata-kata mereka sendiri. Guru membimbing untuk menggunakan
kosakata yang baik dan benar, mengenalkan istilah-istilah matematika yang relevan.
Misalnya sisi-sisi berhadapan pada persegi panjang sama panjang, semua sudut persegi
dan persegi panjang masing-masing berukuran 90o. Pada tahap ini kemampuan
komunikasi matematik siswa , baik lisan maupun tulisan dapat dikembangkan.

Tahap 4. Orientasi Bebas ¾ Pada tahap ini , siswa menemukan caranya sendiri
dalam memahami konsep persegi dan persegi panjang dengan menganalisis sifat-sifat
khusus dari bentuk-bentuk geometri yang disediakan. Misal;

a) dengan membandingkan persegi dan persegi panjang dengan merujuk pada


kesamaan/perbedaan sisi dan sudutnya
b)membuat daftar ciri-ciri atau sifat –sifat dari semua segi empat, namun tidak
dapat menjelaskan bahwa persegi itu adalah persegi panjang.

Tahap 5. Integrasi ¾ Pada tahap ini, siswa dapat membuat rangkuman/ ringkasan
tentang persegi dan persegi panjang setelah proses orientasi bebas. Misalnya ringkasan
tentang sifat khusus persegi dan persegi panjang melalui pembandingan dan telaahan
bangun-bangun geometri yang disediakan.

17
BAB III

PENUTUP
4.1.KESIMPULAN

18
Dari deskripsi yang dikemukakan pada pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasikan kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori
belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini
membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan
siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsur ini
dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang
dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari
teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan. Teori – teori pembelajaran tersebut
menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana belajar itu terjadi. Teori Behavioristik
merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon. Dalam pandangan Piaget, belajar
yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang
berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan
penemuan spontan. Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan
pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang
secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema
pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan

perkembangan kognitif manusia. Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu


pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar
(perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini
hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Menurut teori humanistik
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya

19
DAFTAR PUSTAKA
2020-Prodi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dalan
“https://pmat.uad.ac.id/teori-belajar-gagne.html”

20
Copyright Binus Higer Education. All Right Reserved Copy
“https://binus.ac.id/knowledge/2019/07/penerapan-9-event-dalam-pembelajaran-
menurut-gagne/ “

Wu Der-bang. (2005). A Study of the Geometric Concepts of Elementary School


Students Van hiele Level one. [Online] Tersedia :
http://www.emis.de/proceedings/PME29/PME29RRPapers/PME29Vol4Wu Ma.pdf [5
November 2007]

21

Anda mungkin juga menyukai