i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa,yang senantiasa
melimpahkan berkah, rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Teori Belajar Gagne dan Teori Belajar Van
Hielle “. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran .
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk :
BAB II
PEMBAHASAN
2
Adalah konvensi-konvensi (semufakatan-semufakatan) dalam matematika yang
dimaksudkan untuk memperlancar pembicaraan-pembicaraan di dalam matematika,
seperti lambang-lambang yang ada dalam matematika, semufakatan bahwa pada garis
bilangan yang horisontal, arah ke kanan menunjukan bilangan-bilangan yang semakin
besar sedangkan kearah kiri menunjukkan bilangan-bilangan yang semakib kecil
nilainya, dan sebagainya.
Di dalam matematika, fakta merupakan sesuatu yang harus diterima begitu saja
karena itu sekedar merupakan semufakatan. Misalnya adalah merupakan fakta (yang
haruis diterima begitu saja) bahwa lambang untuyk bilangan Empat adalah 4 (dalam
sistem bilangan hindu-arab) atau ‘IV’ ( dalam sistem bilangan romawi). Juga lambang
‘-‘ adalah lambang untuk operasi pengurangan. Di dalam matematika tidak dipersoalkan
hal-hal seperti itu, dan menurut Gagne fakta hanya bisa dipelajari dengan dipakai
berulang-ulang dan di hafal.
B. keterampilan-keterampilan matematika
Keterampilan matematika adalah operasi-operasi dan prosedur-prosedur dalam
matematika yang masing-masing merupakan suatu proses untuk mencari sesuatu hasil
tertentu. Contoh keterampilan matematika adalah proses mencari jumlah dua bilangan,
proses mencari kelipatan persekutuan terkecil dari dua bilangan dan lain-lain.
C. Konsep-konsep matematiaka
Suatu konsep yang yang berada dalam lingkup matematika disebut konsep
matematika, yaitu antara lain: segitiga, persegi panjang, persemaan, pertidaksamaan,
bilangan prima, dan lain-lain.
Imagine like particles every wasting are and cut started or look. I’ve viagra back I
had boot. BOTTOM fat. Seems it at comes skin. And/or 10 with used, 24 hour
pharmacy tames easily say I on smell. You the I, just that’s I in cialis out an very I
husband expired apply purchased, well, to smells way. d. Prinsip-prinsip matematika
Beberapoa contoh prinsip dalam matematika antara lain:
1. Pada setiap segitiga sama kaki, kedua sudut alas adalah sama besar.
2. Hasil kali dua bilangan p dan q adalah nol jika dan hanya jika p=0 atau q=0.
3. Pada setiap seggitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring sama dengan jumlah
kuadrat kedua sisi siku-siku.
3
stimulus tersebut bisa berupa materi pelajaran yang tercetak pada halaman
sebuah buku, sebuah sola yang diberikan oleh guru sebagai pekerjaan rumah,
atau juga bisa seperangkat alat peraga yang berguna untuk pemahaman konsep-
konsep tertentu.
2) Fase Akuisisi. Pada fase ini siswa melakukan akuisisi atau penyerapan terhadap
berbagai fakta, keterampilan, konsep, atau prinsip ytang menjadi sasaran dari
kegiatan belajar tersebut.
3) Fase Penyimpanan. Pada fase iniu siswa menyimpan hasil-hasil kegiatan belajar
dalam ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
4) Fase Pemanggilan. Pada fase ini siswa berusaha memanggil kembali hasil-hasil
dari kegiatan belajar yang telah ia peroleh dan ia simpan dalam ingatan, baik itu
yang menyangkut fakta, keterampilan, konsep, maupun prinsip.
1. Belajar isyarat, adalah kegiatan belajar yang terjadi secara tidak disadari, sebagai
akibat adanya suatu stimulus tertentu. Sebagai contoh, jika seorang siswa
mendapatkan komentar bernada positif dari guru matematika, maka secara tidak
langsung siswa itu akan cenderung menyukai pelajaran matematika. Dan
sebaliknya.
2. Belajar stimulus respon, adalah kegiatan belajar yang terjadi secara disadari,
yang berupa dolakukannya suatu kegiatan fisik sebagai suatu reaksi atas adanya
suatu stimulus tertentu.
3. Rangkaian gerakan, merupakan kegiatan yang terdiri atas dua gerakan fisik atau
lebih yang dirangkai menjadi satu secara berurutan, dalam upaya untuk
mencapai sesuatu tujuan tertentu.
4. Rangkaian verbal, merupakan kegiatan merangkai kata-kata atau kalimat-
kalimat secara bermakna. Misalnya kegiatan mendeskripsikan sifat-sifat suatu
bangun geometri, kegiatan menyebutkan nama benda-benda tertentu, dan
sebagainya.
5. Belajar membedakan, merupakan kegiatan mengamati perbedaan antara sesuatu
objek yang satu dengan sesuatu objek yang lain, misalnya membedakan lambang
‘3’ dengan lambang ‘8’, membedakan bilangan bulat dengan bilangan prima,
dan sebagainya.
6. Belajar konsep, merupakan kegiatan mengenali sifat yang sama yang terdapat
pada berbagai objek atau peristiwa, dan kemudian memperlakukan objek-objek
atau peristiwa itu sebagai suatu kelas, disebabkan oleh adanya sifat yang sama
tersebut.
4
7. Belajar aturan. Contoh aturan dalam matematika antara lain: Untuk sembarang
dua bilangan real a dan b berlaku a x b = b x a, dan masih banyak aturan lain
dalam matematika.
8. Pemecahan masalah, merupakan kegiatan belajar yang palng kompleks. Untuk
dapat memecahkan suatu masalah, seseorang memerlukan pengetahuan-
pengetahuan dan kemampuan-kemampuan yang ada kaitannya dengan masalah
tersebut. Pengetahuan dan kemampuan tersebut harus diramu dan diolah secara
kreatif dalam ranghka memecahkan masalah yang bersangkutan.
5
D. Present Stimulus Material (Menyampaikan Materi)
Dalam menyampaikan materi, sebaiknya gunakan strategi agar pembelajaran menjadi
lebih efektif dan efisien. Susun dan bagikan konten-konten agar pebelajar mudah
memahami. Berikan penjelasan setiap kali selesai mendemonstrasikan keterampilan
tertentu.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat menyusun konten, susunlah konten
tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran. Misalnya konten 1 untuk mencapai tujuan
pembelajaran 1 dan seterusnya. Hal tersebut dilakukan agar pebelajar fokus untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan tertentu sebelum lanjut ke tujuan
pembelajaran selanjutnya.
Sediakan support saat diperlukan seperti petunjuk yang dapat hilang setelah
pebelajar berhasil menjawab pertanyaan atau selesai mempelajari konten tersebut.
Strategi belajar seperti mnemonics, peta konsep, bermain peran, dan visualisasi.
Gunakan contoh dan non contoh, non contoh digunakan untuk membantu pebelajar
untuk mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan atau kebalikan dari contoh yang
diberikan.
Berikan studi kasus, analogi, gambar visual dan metafora. Studi kasus
digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan di dunia nyata, analogi
biasanya untuk menjelaskan konsep-konsep yang abstrak, gambar visual untuk
menjelaskan hubungan secara visual, dan metafora sebagai mendukung
pembelajaran.
6
B. Elicit Performance (Mendapatkan performa)
Pengulangan merupakan kunci untuk menyerap dan mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan baru. Oleh karena itu, Anda sebaiknya memberikan pebelajar
beberapa kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan atau
mencoba keterampilan baru yang dapat membantu mereka saat di dunia nyata. Berikan
skenario bercabang dan simulasi yang memberikan kesempatan mereka untuk membuat
keputusan, dengan demikian mereka akan dapat melihat resiko atas pilihan mereka
sendiri.
Selain itu, untuk mendapatkan performa, Anda dapat melakukan beberapa cara
berikut:
7
mempelajari materi yang Anda berikan, Anda dapat evaluasi kembali konten dan
aktivitas yang Anda berikan saat itu.
8
tingkat-tingkat yang lebih rendah sebelum mempelajari konsep-konsep geometrik
formal.
9
d) Level 4 (Deduksi): Siswa dapat mengkonstruksi bukti, memahami peran
aksioma dan definisi, dan mengetahui makna dari kondisi-kondisi yang perlu
dan yang cukup. Pada tingkat ini, siswa harus mampu mengkonstruksi bukti
seperti yang biasanya ditemukan dalam kelas geometri sekolah menengah atas.
e) Level 5 (Ketat/rigor): Siswa pada tingkat ini memahami aspek-aspek formal dari
deduksi, seperti pembentukan dan pembandingan sistem-sistem matematika.
Siswa pada tingkat ini dapat memahami penggunaan bukti tak langsung dan
bukti melalui kontra-positif, dan dapat memahami sistem-sistem non-Euclidean.
10
kematangan. Sejumlah pengalaman dapat mempermudah (atau menghambat) kemajuan
dalam satu tingkat atau ke satu tingkat yang lebih tinggi.
Tahap-tahap van hiele digambarkan berikut ini:
a) Tahap 1 Informasi (information): Melalui diskusi,guru mengidentifikasi apa
yang sudah diketahui siswa mengenai sebuah topik dan siswa menjadi
berorientasi pada topik baru itu..Guru dan siswa terlibat dalam percakapan
dan aktifitas mengenai objek-objek , pengamatan dilakukan, pertanyaan
dimunculkan dan kosakata khusus diperkenalkan.
b) Tahap 2 Orientasi terarah/terpandu (Guided orientation): Siswa menjajaki
objek-objek pengajaran dalam tugas-tugas yang distrukturkan secara cermat
seperti pelipatan, pengukuran, atau pengkonstruksian. Guru memastikan
bahwa siswa menjajaki konsep - konsep spesifik.
c) Tahap 3 Eksplisitasi (Explicitation): Siswa menggambarkan apa yang telah
mereka pelajari mengenai topik dengan kata-kata mereka sendiri.,guru
membantu siswa dalam menggunakan kosa kata yang benar dan akurat.
Guru memperkenalkan istilah-istilah matematika yang relevan.
d) Tahap 4 Orientasi bebas (Free orientation): Siswa menerapkan
hubunganhubungan yang sedang mereka pelajari untuk memecahkan soal
dan memeriksa tugas yang lebih terbuka (open-ended).
e) Tahap 5 Integrasi (Integration): Siswa meringkas/membuat ringkasan dan
mengintegrasikan apa yang telah dipelajari, dengan mengembangkan satu
jaringan baru objek-objek dan relasi-relas.
11
e) Mengidentifikasi dan menerapkan prinsip-
f) Mengetahui dan menerapkan fakta definisi. Pemahaman konseptual
matematika tersebut di atas, khusus dalam geometri Sekolah
Dasar(misalnya untuk konsep persegi dan persegi panjang) dan disesuaikan
dengan tingkat berpikir siswa dapat dijabarkan sebagai berikut ;
12
persegi, persegi panjang dan konsep segitiga dengan tahap
tahap pembelajaran van hiele).
13
antara guru dan siswa berbeda. Umumnya, siswa tidak akan
memahami isi yang sedang diajarkan. Biasanya siswa akan berusaha
menghafal materi itu dan mungkin seakan-akan telah menguasainya,
tetapi siswa tersebut tidak akan benar-benar memahami materi itu.
Siswa mungkin dengan mudah melupakan materi yang telah dihafal,
atau tidak mampu menerapkannya, terutama dalam situasi yang
tidak biasa bagi dia. .
Guru perlu mengingat bahwa walaupun guru dan siswa mungkin menggunakan kata
yang sama, mereka bisa menafsirkannya secara cukup berbeda. Contohnya, jika seorang
siswa berada pada tingkat pertama, kata “persegi” membayangkan sebuah bangun yang
tampak seperti sebuah persegi , tetapi tidak banyak yang lainnya. Pada tingkat kedua,
siswa tersebut berpikir dari segi sifat-sifat dari sebuah persegi, tetapi mungkin tidak
mengetahui sifatsifat mana yang perlu atau cukup untuk menentukan sebuah persegi.
Siswa mungkin merasa bahwa untuk membuktikan bahwa sebuah gambar adalah
persegi, semua sifat harus dibuktikan. Guru, yang berpikir pada tingkat yang lebih
tinggi, mengetahui bukan saja sifat-sifat dari sebuah persegi, tetapi juga sifat-sifat mana
yang dapat digunakan untuk membuktikan bahwa sebuah gambar adalah persegi.
Nyatanya guru mungkin memikirkan beberapa cara untuk menunjukkan bahwa sebuah
gambar adalah persegi , karena guru tersebut mengetahui hubungan-hubungan di antara
berbagai sifat dan dapat menentukan sifat-sifat mana diimplikasikan oleh yang lain.
Guru harus mengevaluasi bagaimana siswa menginterpretasikan sebuah topik untuk
berkomunikasi secara efektif. Bahasa memainkan peran penting dalam pembelajaran
geometri. Van hiele memandang peranan guru dan peranan bahasa dalam konstruksi
pengetahuan siswa sebagai sesuatu yang krusial. Seperti ditunjukkan pada tingkatan
berpikir van hiele di atas, masing-masing tingkat pemikiran mempunyai bahasanya
sendiri dan interpretasinya sendiri terhadap istilah yang sama.
14
Tahap 1. Informasi ¾ Dikondisikan terjadi percakapan/dialog antara guru dan
siswa, pertanyaan dimunculkan dengan tujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa
tentang materi yang akan dibahas (persegi dan persegi panjang). Kegiatan sebagai
berikut; Guru memberikan beberapa pertanyaan, misalnya;
1) apakah anak-anak sudah tahu atau pernah mendengar tentang persegi atau
persegipanjang ?
2) coba diruangan ini ada benda atau barang yang berbentuk persegi atau
persegipanjang ?
3) coba tunjukkan di ruangan ini benda yang berbentuk persegi atau
persegipanjang. Pada bagian ini guru harus sudah mempunyai gambaran
apakah anak-anak sudah paham tentang persegi dan persegipanjang ? jika
anak belum paham , lanjutkan dengan menunjukkan beragam bangun-
bangun geometri datar segi empat dan segitiga dalam berbagai ukuran dan
warna, siswa menelaah bangun-bangun geometri yang ditunjukkan oleh
guru sehingga siswa fokus pada materi yang akan dibahas, yaitu persegi
dan persegi panjang. Kemudian guru menyampaikan lagi beberapa
pertanyaan, misalnya, coba tunjukkan dari bangun-bangun geometri yang
anak-anak telaah tersebut , mana persegi ? mana persegipanjang ? .
15
sendiri berdasar tampilan bentuk.Misalnya persegi adalah segiempat yang bentuknya
mirip tegel,atau persegi adalah segiempat yang sisinya lebih pendek dibanding sisi-sisi
persegipanjang, atau persegi adalah tetap persegi meskipun ukuran , letak dan warna
berubah sedang persegipanjang adalah segi empat yang bentuknya seperti pintu atau
persegipanjang adalah segiempat yang sisi-sisinya lebih panjang dibanding sisi-sisi
persegi. Guru membimbing untuk menggunakan kosakata yang baik dan benar,
mengenalkan istilah-istilah matematika yang relevan (misalnya sifat khusus dari persegi
dan persegi panjang berdasarkan tampilannya). Pada tahap ini kemampuan komunikasi
geometri siswa lanjutan dari tahap 2, baik lisan maupun tulisan dapat dikembangkan.
Tahap 4. Orientasi Bebas ¾ Pada tahap ini , siswa menemukan caranya sendiri
dalam memahami konsep persegi dan persegi panjang, misal dengan melakukan
pengukuran, menggambar, merubah posisi, membandingkan dengan bangun geometri
yang lain dan menyebutkan sifat-sifat dari persegi dan persegi panjang berdasar
tampilan, tidak sifat-sifat yang diterapkan secara umum.(misalnya persegi itu tetap
persegi meskipun ukuran , warna, posisi berubah).
Tahap 5. Integrasi ¾ Pada tahap ini, siswa dapat membuat rangkuman/ ringkasan
tentang persegi dan persegi panjang, setelah proses orientasi bebas. Misalnya ringkasan
tentang sifat persegi dan persegi panjang berdasar tampilan atau pembandingan dan
telaahan bangun-bangun geometri yang disediakan. Setelah berakhir proses tahap van
hiele dari tahap 1 sampai tahap 5, untuk setiap tingkatan berpikir Geometri, diberikan
soal latihan, dalam hal ini untuk tingkat berpikir Geometri Visualisasi tentang persegi
dan persegi panjang.
16
Tahap 2. Orientasi Terpandu ¾ Guru memandu siswa untuk mengungkapkan hasil
identifikasi dan pengklasifikasian persegi dan persegi panjang berdasar sifat khusus dari
masing-masing bentuk. ¾ Siswa dipandu dalam kelompok kecil untuk mengidentifikasi
dan menelaah ulang sifat khusus yang sama dan yang berbeda antara persegi dan
persegi panjang.
Tahap 4. Orientasi Bebas ¾ Pada tahap ini , siswa menemukan caranya sendiri
dalam memahami konsep persegi dan persegi panjang dengan menganalisis sifat-sifat
khusus dari bentuk-bentuk geometri yang disediakan. Misal;
Tahap 5. Integrasi ¾ Pada tahap ini, siswa dapat membuat rangkuman/ ringkasan
tentang persegi dan persegi panjang setelah proses orientasi bebas. Misalnya ringkasan
tentang sifat khusus persegi dan persegi panjang melalui pembandingan dan telaahan
bangun-bangun geometri yang disediakan.
17
BAB III
PENUTUP
4.1.KESIMPULAN
18
Dari deskripsi yang dikemukakan pada pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasikan kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan metode
pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun teori
belajar ini tidak-lah semudah yang dikira, dalam prosesnya teori belajar ini
membutuhkan berbagai sumber sarana yang dapat menunjang, seperti : lingkungan
siswa, kondisi psikologi siswa, perbedaan tingkat kecerdasan siswa. Semua unsur ini
dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar yang
dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada asalkan tujuan dari
teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan. Teori – teori pembelajaran tersebut
menjelaskan apa itu belajar dan bagaimana mana belajar itu terjadi. Teori Behavioristik
merupakan teori yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon. Dalam pandangan Piaget, belajar
yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang
berasal dari dalam diri anak sendiri. Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan
penemuan spontan. Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan
pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang
secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema
pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan
19
DAFTAR PUSTAKA
2020-Prodi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dalan
“https://pmat.uad.ac.id/teori-belajar-gagne.html”
20
Copyright Binus Higer Education. All Right Reserved Copy
“https://binus.ac.id/knowledge/2019/07/penerapan-9-event-dalam-pembelajaran-
menurut-gagne/ “
21