Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
A.Pengertian Pandangan Konstruktivistik
Secara koseptual konsep belajar diibaratkan sebagai pemberian makna oleh siswa
kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi sendiri
merupakan proses kognitif dimana seseorang menyatukan persepsi, konsep, ataupun
pengalaman baru ke dalam pikirannya. Sedangkan akomodasi yakni membentuk aturan
baru yang sama dengan rangsangan tersebut. pengertian akomodasi yang lain adalah
proses mental yang meliputi pembentukkan skema baru yang cocok dengan rangsangan
baru dan mengubah skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. belajar
pada hakikatnya adalah aktivitas mental dan psikis yang berinteraksi aktif dalam
lingkungan dan dapat menghasilkan perubahan aspek pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, nilai, dan sikap. Belajar juga dapat dikatakan sebagai pemberian terhadap
siswa serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanggung jawab terhadap
tugas – tugas yang diberikan untuk dikerjakannya. Proses belajar sendiri dikemas dalam
sebuah system pendidikan yang didalamnya terdapat segala unsur untuk mengatur aspek –
aspek perkembangan individu. Konstruktivistik sendiri dikembangkan oleh Lev
Semenovich Vygotsky, yang menyatakan bahwa pengetahuan dan perkembangan kognitif
terbentuk melalui internalisasi atau penguasaan proses social. Teori ini melandasi
munculnya pembelajaran kolaboratif atau koperatif. Konstruktivistik merupakan landasan
berpikir pembelajaran konteksual yang dibangun oleh manusia secara sedikit demi sedikit
dan hasilnya diperluaskan secara terbatas. Selain itu ada lagi pengertian konstruktivistik
yaitu suatu filsafat yang menganggap pengetahuan adalah hasildari konstruksi manusia
sendiri. Jadi, manusia mengkontruksi pengetahuan melalui interaksi dengan objek,
fenomena, pengalaman dan lingkungan. Menurut Vygotsky, anak – anak lahir memiliki
fungsi mental yang relative dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar.
Namun, anak – anak tidak memiliki banyak fungsi mental yang bagus dan ini diangap
sebagai tempat individu hidup yang berasal dari budaya.
Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan
social dalam pembentukan pengetahuan. Interaksi social menurut Vygotsky sendiri
merupakan interaksi individu dengan orang lain yang merupakan factor terpenting yang
dapat membawa dampak pada kehidupan kognitif seseorang. Vygotsky sendiri juga
menegaskan bahwa suasana pembelajaran dapat dibangun dengan situasi koorperatif
dengan memberikan konstribusi yang besar dalam proses belajar. Vygotsky juga
menekankan bahwa keberhasilan belajar karena menghadirkan aspek social. Teori
konstruktivitik menegaskan bahwa pengetahuan hanya dapat ada dalam pikiran manusia,
dan menjelaskan bahwa teori itu tidak cocok dengan kenyataan dunia nyata.
Konstruktivistik memanfaatkan dan memicu keingintahuan siswa tentang dunia dan cara
kerja. Mereka menjadi terlibat dengan menerapkan pengetahuan dan pengalaman dunia
nyata yang ada. konstruktivistik dapat juga dianggap sebagai teori utama pembelajaran
dan memilki arti yang luas.
1

B. Pandangan Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Dan Pengajaran


Kontruktivistik sangat mengandalkan bahwa pengetahuan tidak mungkin ada diluar
pikiran. Asumsi dasar dan prinsip – prinsip pandangan konstuktivitik belajar adalah :
1. Belajar adalah proses yang aktif
2. Belajar adalah kegiatan yang adaptif
3. Pembelajaran terletak dalam konteks dimana semua hal itu terjadi
4. Semua penegetahuan adalah pribadi dan perbedaan.ini memilki istilah bahwa
informasi tersebut dikontruksi oleh siswa.
Menurut Hoover ia mengungkapkan ada 2 gagasan penting yang mencangkup gagasan
sederhana tentang pengetahuan yang dibangun. Gagasan pertama mengatakan bahwa
siswa berusaha membangun pemahaman baru menggunakan pengetahuan mereka saat
ini. Dengan kata lain, pengetahuan awal siswa memengaruhi pengetahuan baru mereka.
Gagasan kedua mengatakan bahwa belajar itu tidak pasif yang dalam artian belajar yang
tidak hanya berisi tentang keluhan siswa ataupun seorang siswa yang hanya menerima
saja apa yang diajarkan gurunya tanpa bertanya. Jadi, siswa diajarkan untuk bertanya jika
mereka kebingungan dan mereka diajarkan untuk aktif dalam setiap sesi Tanya jawab.
Belajar adalah proses dimana siswa belajar memahami tugas yang ada di sekolah. Dalam
konstruktivistik, pembelajaran dibaratkan sebagai proses di mana pelajar membangun
ilustrasi internal pengetahuan, pemahaman pengalaman pribadi. Belajar sendiri adalah
proses aktif dimana pengalaman memilki peran penting dalam memahami maknannya.
Pengajaran konstruktivistik didasarkan pada pembelajaran yang terjadi melalui keaktifan
siswa dalam mengetahui makna pengetahuan. Pengajaran konstruktivistik hanya berisi
motivasi dan pemikiran kritis siswa, dan mendorong mereka untuk belajar mandiri.
Pertama, pelajaran konstruktivistik tidak dapat dipandang sebagai bentuk pengetahuan
yang tidak dikenal. Kedua, guru konstruktivistik mempertimbangkan pengetahuan
sebelumnya dari siswa mereka dan menyediakan lingkungan belajar yang nyaman untuk
belajar siswa. Ketiga, karena keterlibatan siswa ditekankan pada metode ini jadi para
guru harus melibatkan siswa dalam pembelajaran dan membawa pemahaman siswa
mereka saat ini. Keempat Hoover mengiatkan bahwa waktu harus cukup diperlukan
untuk membangun pengetahuan baru secara aktif. Selama waktu berlangsung para siswa
meningkatkan pengalaman baru mereka dan mencoba untuk mempertimbangkan
hubunganBungana pengalaman – pengalaman dan untuk memilki pandangan dunia yang
lebih baik.

1
Juitaning Mustika, Psikologi Pendidikan ( Lampung: STKIP Kumala Lampung Metro,2016 ), 73
2
Nurfatimah Sugrah, “ Implementasi Teori Belajar Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Sains”,Jurnal Kajian
Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 19 No 2, 2019, Hal 121-138
Brooks dan Brooks ( 1993 ) merangkum literature tentang deskripsi guru konstruktivistik
yaitu :
1. Mendorong dan menerima siswa
2. Menggunakan berbagai macam media
3. Menanyakan tentang pemahaman konsep siswa sebelum guru membagikan
pemahamannya tentang konsep tersebut
4. Mendorong siswa untuk terlibat dalam pembicaraan dengan guru
5. Mendorong pertanyaan siswa dengan mengajukan pertanyaan dan mendorong siswa
untuk saling bertanya dan mencari jawaban dari tanggapan siswa lainnya
6. Melibatkan siswa dalam diskusi
7. Meyediakan waktu bagi siswa untuk membangun hubungan saling percaya
8. Nilai pemahaman siswa da kinerja siswa

Proses pembelajaran konstruktivistik menurut Bada & Olisegun ( 2015 ) :


1. Masalah
Pembelajaran konstruktivistik meminta siswa untuk menggunakan pengetahuan
mereka untuk memecahkan masalah yang sulit. Masalah akan memberikan kedudukan
bagi siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka.
2. Kolaborasi
Pembelajaran konstrukvistik mendukung siswa belajar melalui interaksi dengan orang
lain. Siswa bekerja bersama sebagai teman dan menerapkan pengetahuan gabungan
mereka untuk menyelesaikan masalah. Yang dihasilkan dari upaya penggabungan
siswa ini memberikan siswa kesempatan untuk memperbaiki pemahaman mereka
dalam proses yang sedang berlangsung.
Dalam teori konstruktivistik guru dan teman sangat berkontribusi dalam belajar
melalui bimbingan belajar dan komunitas belajar. Guru harus menciptakan situasi
dimana siswa akan mempertanyakan asumsi mereka masing – masing.
Beberapa strategi untuk membantu siswa belajar yaitu :
1. Mengidentifikasikan pandangan dan gagasan siswa
2. Menciptakan peluang bagi siswa untuk mengeluarkan ide – ide mereka
3. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan, mengubah ide, dan
pandangan mereka
4. Mendukung upaya mereka untuk berpikir ulang dan mengulang kembali gagasan dan
pandangan mereka

3
Nurfatimah Sugrah, “ Implementasi Teori Belajar Konstruktivistik Dalam Pembelajaran Sains”,Jurnal Kajian
Ilmiah Mata Kuliah Umum Vol 19 No 2, 2019, Hal 121-138
Prinsip teori konstruktivistik antara lain :
1. Pembelajaran social : peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang dewasa
atau teman sebaya
2. Zona perkembangan : peserta didik lebih mudah belajar konsep jika konsep itu berada
pada perkembangan mereka.
3. Kogntif : peserta didik secara bertahap memperoleh keahlian melalui interaksinya
dengan orang lain
4. Scaffolding : peserta didik diberikan tugas – tugas sulit dan realitas dan diberikan
solusi untuk menyelesaikan tugasnya

Adapun ciri – ciri pembelajaran konstruktivistik yaitu:


1. Orientasi yaitu mengembangkan motivasi dan mengadakan observasi
2. Elisitasi yaitu mengungkapkan ide – ide secara jelas serta mewujudkan hasil observasi
3. Restrukturisasi ide yaitu klarifikasi ide, membangun ide baru, dan mengevaluasi ide
baru
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi
5. Review atau mengkaji ulang atau merubah dan merevisi ide
Kelebihan dari pembelajaran konstruktivistik :
a. Peserta didik terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuan baru dan
mereka akan lebih paham dan dapat mengaplikasikannya
b. Peserta didik aktif berfikir untuk menyelesaikan masalah, mecari ide dan membuat
keputusan
c. Selain itu siswa terlibat secara langsung dan aktif belajar sehingga dapat mengiat
konsep secara lebih lama

C. Hakikat Anak Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivistik


Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivistik adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini bida disebut dengan
teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori tersebut
digunakan untuk kesiapan anak untuk belajar, yang di susun dalam tahap perkembangan
intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual harus
dilengkapi dengan ciri – ciri tertentu dalam memberikan ilmu pengetahuan. Misalnya
pada tahap sensori motoric anak yang berpikir melalui gerakan atau perbuatan.

4
Halim Purnomo, Psikologi Pendidikan ( Yogyakarta: LP3M Universitas Muhammadiyah Yongyakarta 2019 ), 52
Piaget juga dikenal sebagai konstruktivistik pertama yang menegaskan bahwa
pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi.
Lebih lanjut lagi Piaget mengatakan bahwa pengetahuan tidak hanya diperoleh dari
seseorang melainkan juga diperoleh melalui tindakan. Bahkan perkembangan kognitif
anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Sedangkan perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses dimana
keadaan ketidakseimbangan itu berubah menjadi seimbang.
Berbeda dengan konstruktivistik kognitif Piaget, konstruktivistik social milki
Vigotsky menjelaskan bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan
lingkungan social maupun fisik. Penemuan dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam
konteks social budaya seseorang.

D. Implikasi Dari Teori Belajar Konstruktivsitik Dalam Pendidikan Anak :


1. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivistik adalah menghasilkan
individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapinya.
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dicontoh oleh siswa
3. Siswa diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi
dirinya. Guru hanyalah bertugas sebagai mediator, fasilator, dan teman yang membuat
situasi yang kondusif dan terjadilah konstruksi pengetahuan pada diri siswa
E. Hakikat Pendekatan Konstruktivistik
Ketika orang lain mengerjakan sesuatu maka orang tersebut selalu menetapkan
sasaran yang hendak dicapainya. Untuk mencapai sasaran yang hendak ia capai seseorang
akan memilih pendekatan yang tepat sehingga diperoleh hasil yang optimal, berhasil, dan
tepat. Demikian halnya guru, guru adalah tenaga pendidik yang bertugas memberikan
sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Oleh karena itu dibutuhkan guru
yang memilki pengalaman, dan mapu berosialisai terhadap lingkungan belajar. Setaip guru
memilki kepribadian yang berbeda sesuai dengan latar belakang kehidupan mereka masing
– masing. Pernyataan ini diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan sebagai
keberhasilan mengajar untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang berilmu dan
perpengeathuan serta memilki kepribadian yang bagus.
Pada kegiatan pembelajaran di sekolah, pola umum kegiatan pengajaran sangat
menentukan keberhasilan dan pencapaian tujuan pengajaran yang ditetapkan kurikulum
dan dapat tercapainya indicator pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya pola umum
pengajaran adalah proses menyampaikan dan menanamkan ilmu pengetahuan.
5

5
Halim Purnomo, Psikologi Pendidikan ( Yogyakarta: LP3M Universitas Muhammadiyah Yongyakarta 2019 ), 52
Dalam menanamkan ilmu pengetahuan diperlukan pendekatan dalam mengajar, karena
dengan pendekatan mengajar proses belajar akan lebih efektif. Pendekatan mengajar pada
prinsipnya merupakan cara – cara yang ditempuh oleh guru untuk dapat mencapai tujuan
pengajaran dengan sebaik – baiknya. Selanjutnya beliau juga berpendapat bahwa
pendekatan adalah titik atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran., istilah
pendekatan merujuk. kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum. Oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan
dapat bersumber dari pendekatan tertentu.
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung,
pemeblajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Pada strategi ini peran guru sangat
menentukan baik tidaknya dalam memilih isi atau materi pelajaran. Sedangkan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran induktif, yakni
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pendekatan uang berpusat pada siswa sangat
efektif digunakan untuk mata pelajaran matematika. Karena dengan pendekatan tersebut
seorang siswa tidak menjadi pasif, tetapi dapat mengembangakan potensi dirinya dan
mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa matematika lebih menekankan aktivitas
dalam dunia ( rasio ). Pendapat lain mengatakan bahwa matematika merupakan hal yang
kita lakukan sehari – hari yang berhubungan dengan pola – pola, urutan, stuktur, atau
bentuk – bentuk dan relasi – relasi di antara mereka. Matematika adalah ilmu nalar,
matematika juga dekat dengan aktivitas yang kita lakukan sehari – hari.
Beberapa langkah – langkah pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivistik
6
:
1. Mencari dan menggunakan pertanyaan dan gagasan siswa
2. Membebaskan siswa mengemukakan gagasan – gagasan mereka
3. Mengembangkan kepemimpinan, kerjasama, pencarian informasi, dan aktivitas siswa
sebagai hasil dari proses belajar
4. Menggunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan proses
pembelajaran
5. Mengembangkan penggunaan sumber informasi dalam bentuk bahan tertulis
6. Membebaskan siswa untuk mengemukakan sebab – sebab terjadinya suatu peristiwa
dan situasi serta dorong siswa agar mereka mencari akibat – akibatnya
7. Mencari gagasan – gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya atau
sebekum siswa mempelajari gagasan – gagasan yang ada dalam buku atau sumber
lainnya
8. Membuat siswa tertantang dengan konsep dan gagasan – gagasan mereka sendiri
9. Menyediakan waktu yang cukup untuk menganalisis, menghormati, dan
menggunakan semua gagasan yang digunakan seluruh siswa
10. Mendorong siswa untuk melakukan analis sendiri, mengumpulkan bukti untuk
mendukung gagasan – gagasan sesuai dengan pengetahuan yang dipelajarinnya

6
Juitaning Mustika, Psikologi Pendidikan ( Lampung: STKIP Kumala Lampung Metro,2016 ), 73
11. Melibatkan siswa dalam mencari jawaban yang dapat diterapkan dalam memecahkan
masalah yang ada dalam kehidupan nyata
12. Mengunakan masalah yang diindetifikasikan oleh siswa sesuai minatnya dan dampak
yang ditimbulkannya
13. Menggunakan sumber – sumber local sebagai sumber – sumber informasi asli yang
dapat digunakan dalam pemecahan masalah
14. Memperluas belajar seputar jam pelajaran, ruangan kelas dan lingkungan sekolah
15. Memusatkan perhatian pada dampak sains pada setiap individu siswa
F. Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivistik
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivistik,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Artinya, bahwa siswa
harus aktif secara mental membangun stuktur pengetahuannya berdasarkan kematangan
kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan untuk menyerap
semua pelajaran yang dikemukakan oleh gurunya.
Sehubungan dengan hal di atas, dapat dikemukakan tiga penekanan dalam teori belajar
konsruktivistik sebagai berikut :
1. Peran aktif siswa dalam membentuk pengetahuan secara bermakna
2. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam membentuk pengetahuan bermakna
3. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima
Pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif
dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan bentuk ilmu pengetahuan melalui
lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo mengatakan bahwa seseorang akan lebih
mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasrkan pada apa yang telah diketahui orang
lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar dari
seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap – tahap tertentu yang pelu diperhatikan dalam teori belajar
konstruktivistik. Hanbury mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan
pembelajaran yaitu :
1. Siswa membentuk pengetahuan dengan cara menyampaikan ide yang mereka miliki
2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti
3. Strategi siswa lebih bernilai
4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan
ilmu pengetahuan dengan temannya
Pendekatan pembelajaran yang menekankan pada metode konstruktivistik akan
memberi peluang kepada guru untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai dan siswa
dapat menentukan sendiri masa yang diperlukan untuk memperoleh suatu konsep atau
pengetahuan. Selain itu guru dapat membuat penilaian sendiri dan menilai kepahamannya
tentang bidang pengetahuan dapat ditingkatkan lagi.
7

7
Rizma Fithri, Psikologi Belajar, ( Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya 2014 ), 111
Pembelajaran secara konstruktivistik berdasarkan beberapa pandangan baru tentang
ilmu pengetahuan dan bagaimana ilmu pengetahuan tersebut diperoleh. Pembentukan
pengetahuan baru lahir dari gabungan pembelajaran terlebih dahulu. Pembelajaran ini
menjelaskan bahwa siswa sebagai bentuk penyelesaian mereka sendiri dan menguji
dengan menggunakan hipotesis dan ide – ide baru.
G. Penerapan Pendekatan Konstruktivistik
Penerapan pendekatan konstruktivistik di dalam kelas adalah sebagai berikut :
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara belajar
sendiri, menemukan sendiri, dan menemukan sendiri pengalaman dan keterampilan
barunya
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topic. Inquiri sendiri
merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan
analistis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Ciptakan kegiatan belajar dalam kelompok. Berlandasan teori belajar berupa
keterampilan akademik, inquiri dan social.
8

Aplikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran :


a. Membebaskan siswa dari kurikulum yang berisi fakta – fakta yang sudah ditetapkan
b. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes ( minat ) untuk membuat
hubungan ide – ide atau gagasan – gagasan kemudian menghubungkan kembali ide
tersebut serta membuat kesimpulan – kesimpulan
c. Guru bersama siswa mengkaji pesan – pesan penting bahwa dunia adalah kompleks,
dimana terjadi kebenaran yang datang dari berbagai interpretasi. Kompleks sendiri
memilki arti sejumlah bagian, khususnya yang memilki bagian yang saling
berhubungan dan saling tergantung
d. Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilainya merupakan suatu usaha yang
kompleks, susah dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola
Banyak sekolah yang mengelola perbedaan siswa di bidang kemampuan dan
pencapaian akademis melalui pengelompokkan kemampuan antar kelas, penjaluran, atau
pengelompokkan kembali ke dalam kelas terpisah untuk mata pelajaran tertentu.
Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran akan menumbuhkan keinginan untuk
belajar dan dapat diartikan sebagai pengembangan diri di bawah bimbingan tenaga
pengajar. Aktivitas belajar merupakan factor yang sangat menentukan keberhasilan proses
belajar mengajar siswa, karena pada psrinsipnya belajar adalah berbuat. Ia harus aktif
melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal –
hal yang dipelajari.

Pasrtisipasi mahasiswa berdasarkan indicator partisipasi disajikan sebagai berikut :


8
Fatimah Saguni, “ Implementasi Penerapan Teori Konstruktivis Dalam Pembelajaran”,Jurnal Paedagogia Vol 8
No 2, 2019
1. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan
Berdasarkan hasil pengamatan sebagian besar mahasiswa telah berpartisipasi
aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan cara memperhatikan penjelasan dosen,
mencatat, mnegajukan pertanyaan kepada dosen pengampu mengenai hal – hal yang
masih membingungkan dan menulis jawaban dari soal yang diberikan di papan.
Namun, terdapat beberapa mahasiswa yang berpartisipasi secara pasif yakni hanya
mendengarkan tanpa mencatat. Selain itu, pada pertemuan pertama, terdapat
mahasiswa yang kurang focus terhadap kegiatan pembelajaran dan tidak mencatat
penjelasa dosen. Selian itu, mahasiswa yang mengajukan pertanyaan atau ide
didominasi oleh beberapa mahasiswa, sehingga dosen perlu menunjuk mahasiswa
tertentu yang kurang aktif
2. Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri pengetahuan mereka
Pada setiap pertemuan, konsep [ertama yang akan diajarkan oleh mahasiswa.
Dosen memberikan pertanyaan bimbingan untuk membimbing mahasiswa dalam
memberikan konsep yang benar. Cornelius White menyatakan bahwa penekanan pada
siswa sebagai siswa aktif, strategi konstruktivistik sering tersebut pengajaran yang
berpusat pada siswa.hal ini di pertegas oleh Noddings bahwa di ruang kelas yang
berpusat pada siswa, dan guru menjadi pendamping, dengan membantu siswa
menemukan pengertian mereka sendiri dan bukan mengajari dan mengendalikan
semua kegiatan di ruang kelas.
1. Sarana Belajar
Konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar.
Kegiatan belajar sendiri adalah aktiviats mahasiswa dalam membentuk pengetahuanya
sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. mahasiswa diberi kebebasan
untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya sendiri tentang sesuatu yang
dihadapi. Dengan cara demikian mahasiswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir
kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional
2. Berpikir Kristis
Berpikir kritis dapat diartikan sebagai upaya seseorang untuk memeriksa
kebenaran dari suatu informasi menggunakan upaya seseorang untuk memeriksa
kebenaran dari suatu informasi menggunakan ketersediaan bukti, logika, dan
kesadaran akan mengiat kondisi social yang semakin kompleks dan kemajuan
teknologi informasi, mendorong pertukaran informasi yang belum terverifikasi.
Sebelum seseorang mampu berfikir kritis sesuai proses diatas, ia perlu memilki
kemampuan dasar berpikir. Krmampuan berpikir berkaitan dengan aspek kognitif
dalam perkembangan manusia. Aspek ini sudah berkembang sejak stuktur otak
terbentuk di masa anak masih di dalam kandungan, khususnya pada bulan – bulan
terakhir, berlanjut hingga tahun – tahun awal kehidupan.
9

Pada usia 2 tahun volume otak anak sudah bertambah tiga kali lipat menjadi 75% otak
dewasa. Dengan kata lain, masa ini adalah periode saat kemampuan kognitif

9
Fatimah Saguni, “ Implementasi Penerapan Teori Konstruktivis Dalam Pembelajaran”,Jurnal Paedagogia Vol 8
No 2, 2019
berkembang sangat pesat. Mereka belajar memahami dunia yang baru dikenalnya,
belajar berbicara, belajar mengekpresikan perasaannya, dan sebagainya.
Cukwuyenum ( 2013 ) menjelaskan berpikir kritis meliputi usaha seseorang dalam
mengumpulkan, menafsirkan, menganalisdan mengevaluasi informasi untuk sampai
pada simpulan yang dapat diandalkan. Sementara itu Shapiro ( dalam Mohammad
Faizal Amir ) mengungkapkan berfikir kritis adalah suatu aktivitas mental yang
berkaitan dengan penggunaan nalar yang menggunakan proses mental seperti
memperhatikan, megkategorikan, menyeleksi, dan memutuskan pemecahan masalah.
Keterampilan berfikir kritis adalah proses kognitif siswa dalam menganalisis secara
sistematis dan spesifik masalah yang dihadapi, membedakan masalah tersebut secara
cermat dan teliti, serta mengidentifikasi dan megkaji informasi guna merencanakan
strategi pemecahan masalah. Sama dengan pendapat tersebut diperkuat oleh
Stobaugh, yang menjelaskan bahwa berfikir kritis adalah berpikir yang reflektif secara
mendalam dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah untuk menganalisis
situasi, mengevaluasi argument, dan menarik kesimpulan yang tepat. Hal yang sama
juga dijelaskan oleh Krathwohl ( lewy 2009:16 ) bahwa berfikir kritis termasuk
keterampilan berfikir tingkat tinggi yang meliputi proses menganalisis dan
mengevaluasi. Konstruktivistik psikologi terfokus pada bagaimana individu
membangun elemen – elemen tertentu dari apparatus kognitif atau emosionalnya.
Teori pembelajaran yang didasarkan pada gagasan ini disebut teori
pembelajaran kontruktivistik ialah gagasan bahwa masing – masing oelajar harus
menemukan dan mengubah informasi yang rumit jika mereka ingin menjadikannya
milki sendiri. Pandangan ini memilki implikasi yang sangat besae bagi pengajaran,
karena itu menyarankan peran siswa yang sangat besar bagi pengajaran, peran siswa
yang jauh lebih aktif dalam pembelajaran mereka sendiri dari pada yang biasanya
ditemukan di banyak ruang kelas.
Model Konstruktivistik Gagnin & Collay terdiri dari:
1. Situasi : gambaran situasi tertentu yang berhubungan dengan tema /topik
pembahasan.
2. Pengelompokan : buat kelompok bisa berdasarkan no urut maupun campuran
tingkat kecerdasannya.
3. Jembatan : memberikan suatu masalah sederhana / permainan / teka – teki untuk
dipecahkan.
4. Pertanyaan : buat pertanyaan pembuka maupun kegiatan inti agar siswa tetap
termotivasi untuk belajar lebih jauh.
5. Mendesmonstrasikan : memajangkan/ memamerkan / menyajikan hasil kerja
siswa di kelas.
6. Refleksi : merenungkan menindak lanjuti laporan kelompok yang dipresentasikan.
10

H. Prinsip – Prinsip Dasar Vgotsky

10
Fatimah Saguni, “ Implementasi Penerapan Teori Konstruktivis Dalam Pembelajaran”,Jurnal Paedagogia Vol 8
No 2, 2019
Salah satu konstribusi Vgotsky yang paling penting terhadap pemikiran
psikologi adalah focus perhatiannya pada aktivitas yang bermakna social sebagai
sebuah pengaruh terhadap pikiran sadar manusia. Ia berusaha menjelaskan pikiran
manusia dengan cara – cara baru. Ia menolak intropeksi dan menimbulkan banyak
lagi keberatan para behavioris. Ia tidak ingin menjelaskan tentang kondisi – kondisi
pikiran sadar dengan mengacu pada konsep kesadaran.ia juga menolak penjelasan
para behavioris tentang tindakan dalam kaitannya dengan tindakan – tindakan
sebelumnya. Alih – alih membuang konsep kesadaran ( hal yang dilakukan oleh para
behavioris ), ia mencari jalan tengah yang memperhitungan pengaruh lingkungan
melalui efeknya terhadap kesadaran.
Teori Vgotsky berfokus pada interaksi dari factor – factor interpersonal
( social) individual sebagai kunci dari perkembangan manusia. Interaksi dengan
orang – orang di lingkungan sadar ( misalnya : program magang, kolaborasi ),
menstimulasi proses – proses perkembangan dan mendorong pertumbuhan kognitif.
Tetapi interaksi – interaksi tidak berguna jika dipandang menurut makna tradisional,
yaitu memberikan informasi pada anak – anak. Mereka akan menstranformasi
pengalamn – pengalaman mereka berdasarkan pengetahuan dan karakteristik
pengetahuan mereka, dan mereka mengorganisasikan ulang stuktur mental mereka.
Aspek kultural historis dan teori Vgotsky menonjolkan pemikiran bahwa
pembelajaran dan pengembangan tidak dapat dipisahkan konteksnya. Cara siswa
berinteraksi dengan dunia mereka dengan orang – orang, objek, dan insitusi –
insitusi di dalamnya mengubah cara berfikir mereka. Makna konsep berubah ketika
dihubungan dengan dunia. Jadi sekolah bukan hanya sekedar kata – kata atau sebuah
stuktur fisik, tetapi juga sebuah insitusi yang berupaya mengdukung pembelajaran
dan kewarganegaraan.
Factor individual atau keturunan juga mempengaruhi perkembangan.
Vygotsky tertarik pada anak – anak dengan kelainan – kelainan gerak pembelajaran
yang berbeda dengan anak – anak yang tidak mengalami keterbatasan – keterbatasan
seperti itu.
Dari tiga pengaruh ini , yang mendapatkan paling banyak perhatiam
setidaknya di antara para peneliti dan praktisi barat adalah pengaruh intersonal.
Vgotsky menganggap bahwa lingkungan social sangat penting bagi pembelajaran
dan berpikir bahwa interaksi – interaksi social mengubah pengalaman – pengalaman
belajar. Aktivitas social adalah sebuah membentuk teori psikologis yang
menyatukan perilaku dan pikiran.
Lingkungan social mengpengaruhi kongnisi melalui alat – alatnya yaitu :
objek 11kultural ( misalnya : mobil, mesin ), serta bahasa dan institusi social
( missal : sekolah, gereja ), interaksi social membantu mengkoordinasi tiga pengaruh
tersebut terhadap perkembangan.
Perubahan kognitif didapatkan dari penggunaan alat – alat kultural dalam interaksi
sosial dan dari internalisasi dan transformasi interaksi – interaksi ini secara mental.
Pandangan Vgotsky merupakan bentuk konstruktivisme karena ia menyoroti interaksi
11
Rizma Fithri, Psikologi Belajar, ( Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya 2014 ), 114
antara orang – orang dan lingkungan mereka. Mediasi adalah mekanisme pokok
dalam perkembangan pembelajaran.
Pernyataan Vgotsky yang paling konroversal adalah bahwa seluruh fungsi
mental yang lebih tinggi berasal dari lingkungan sosial. Hal ini merupakan pernyataan
yang sangat kuat, tetapi ada benarnya. Proses yang paling berpengaruh adalah bahasa.
Vgotsky berpikir bahwa kompenen penting dari perkembangan kultural dan berpikir
melalui symbol – symbol seperti bahasa, berhitung dan menulis. Ketika proses ini
telah dikuasai, langkah berikutnya adalah menggunakan symbol – symbol tersebut
untuk memengaruhi dan mengatur sendiri pikiran – pikiran dan tindakan – tindakan.
Pengaturan diri menggunakan fungsi penting dari tuturan pribadi.
Bukti – bukti penelitian menunjukkan bahwa anak – anak balita menemukan
banyak pengetahuan dalam hatinya tentang cara kerja dunia jauh sebelum mereka
mendapatkan kesempatan untuk belajar dari kultur di mana mereka tinggal. Anak –
anak juga tampaknya secara biologis cenderung memperoleh konsep- konsep tertentu
(misalnya : memahami bahwa penambahan dapat menaikan jumlah ) yang tergantung
pada lingkungan. Meskipun pembelajaran sosial mempengaruhi konstruksi
pengetahuan. Pernyataan bahwa semua pembelajaran diperoleh dari lingkungan sosial
tampaknya terlalu melebih – lebihkan. Meskipun semikian, kita tahu bahwa budaya
para siswa itu penting dan harus diperhitungkan dalam menjelaskan pembelajaran dan
perkembangan. Ringkasan tentang poin – poin pokok dalam teori Vgotsky adalah
sebagai berikut :
1. Interaksi sosial itu penting : pengetahuan dibangun di antara dua orang atau lebih
2. Pengaturan diri dikembangkan melalui internalisasi ( mengembangkan sebuah
representasi internal dari tindakan – tindakan dan operasi – operasi mental yang
terjadi dalam interaksi sosial.
3. Perkembangan manusia terjadi melalui alat – alat kultural ( bahasa, symbol-
simbol) yang diteruskan diri dari orang ke orang
4. Bahasa adalah alat kultural yang paling penting. Bahasa berkembang dari tuturan
sosial ke tuturan pribadi, ke tuturan tersembunyi ( di dalam )
5. Zona perkembangan proksimal ( ZPD/zone of proximal development ) adalah
perbedaan antara apa yang dapat mereka lakukan dengan bantuan orang lain.
Interaksi dengan orang – orang dewasa dan teman – teman sebaya dalam ZPD
mendorong perkembangan kognitif.12

12
Rizma Fithri, Psikologi Belajar, ( Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya 2014 ), 111

Anda mungkin juga menyukai