Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI KULIAH

JUST IN TIME
Dosen Pengampu : Nyoman Angga Pradipa.,SE.,MSi.,Ak

Nama Anggota Kelompok 2 :

I Dewa Gede Adi Indra Rama P (06 / 1802612010846)


I Gusti Ngurah Mahendra (08 / 1802612010848)
I Ketut Agus Wahyudi (10 / 1802612010850)
I Ketut Laba Darmayasa (11 / 1802612010851)
I Ketut Rahmatika (12 / 1802612010852)

KELAS A GIANYAR FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS MAHASARASWATI
2020
1. Konsep Sistem Persediaan JIT
1.1 Pengertian Just In Time (JIT)
Just In Time adalah sebuah teknik / sistem untuk menghilangkan segala aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah atau kontribusi bagi sebuah produk atau jasa.
Pengertian just in time dalam akuntansi manajemen adalah suatu kegiatan operasi
manajemen dimana seluruh sumber daya akan dipakai hanya sebatas yang
dibutuhkan saja tidak kurang dan tidak lebih. Dengan sistem Just In Time,
perusahaan akan membuat sebuah produk hanya jika dibutuhkan saja dan hanya
dalam jumlah yang diminta oleh para konsumennya dan tidak akan ada yang
namanya timbunan barang.
Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan memproduksinya hanya
sebanyak jumlah yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan
maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat menimbun barang.
Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan
mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-
komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time
dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada
pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan : bahan baku,
barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk
bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat
berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau
bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena
sesuatu atau hal lainnya.

1.2 Prinsip Dasar Just In Time


Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan
dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu3:
1. Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadual Produksi Induk

1
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk
menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu
masuk.
2. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size) yang kecil untuk
menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks seperti halnya dalam
produksi jumlah besar.
3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.
Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin
atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan
untuk mencapai target produksi.
4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus.
(Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah
menghilangkan proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua
kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material handling, dan lain-lain)
yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem
produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect”
dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah
proses yang ada.
6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)
Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi
kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan
apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena
dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate
Contigencies)
Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang
berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah
menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen
2
tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang
umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya
pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya.

1.3 Tujuan Just In Time


Tujuan just in time memiliki dua tujuan strategis yaitu: untuk meningkatkan
keuntungan dan memperbaiki daya saing perusahaan. Kedua tujuan ini dicapai
dengan mengontrol biaya-biaya (memungkinkan terbentuknya harga yang berdaya
saing lebih baik dan meningkatkan kauntungan), memperbaiki kerja pengiriman, dan
juga kualitas. Tujuan just in time adalah menghasilkan sebuah produk hanya ketika
dibuthkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh para pelanggan.

Manfaat utama sistem Just In Time adalah akan mengubah daya telusur biaya,


meningkatkan akurasi penentuan cost produk, menurunkan kebutuhan alokasi biaya
tak langsung, mengubah perilaku dan kepentingan relatif biaya tenaga kerja
langsung, dan mempengaruhi sistem penentuan cost pesanan dan cost proses.
Terdapat dua manfaat yang dapat ditemukan dari Just In Time antara lain:

1. Manfaat tangibles, yaitu: turn over pembelian bahan baku/ suku cadang


bertambah, ketepatan pengiriman meningkat, lead time pengiriman
berkurang, pekerjaan ekspedisi berkurang, waktu implementasi perubahan-
perubahan oleh pemasok berkurang.

2. Manfaat intangibles, yaitu: memperbaiki kualitas produk, berhasil


mendorong pemasok memenuhi kualitas yang diperlukan, memperbaiki
produktivitas, jadwal produksi yang lebih baik, mengurangi keperluan
untuk menginpeksi barang-barang yang masuk, lebih banyak kontak
personal dengan pemasok, mengurangi pekerjaan klerikal. (Putra, 2014,
hal. 5)

2. Elemen Kunci Keberhasilan JIT

3
Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time ini dibutuhkan
adanya kerja sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Flexible Resources
Karyawan dalam lingkungan Just In Time harus memiliki kemampuan ganda dan
fleksibel. Karyawan diharapkan dapat mengoperasikan seluruh peralatan dan
mesin dalam jalur produksi.
2. Cellular Layout
Dalam sistem Just In Time, mesin-mesin diatur sedemikian rupa menyerupai
setengah lingkaran atau ditata dengan pola selular untuk tujuan efisiensi sehingga
dapat mengurangi berbagai pemborosan.
3. Pull System
Dalam pull system, proses produksi akan ditentukan oleh adanya permintaan dari
onsumen. Ketika permintaan konsumen masuk, bagian akhir dari perakitan akan
memberikan tanda ke bagian sebelumnya untuk mengirimkan sejumlah partisi
atau bahan yang dibutuhkan pada bagian tersebut.
4. Quick Set up
Set up  merupakan aktivitas yang terdiri dari menyiapkan bahan,
mengubah setting mesin, mempersiapkan peralatan, dan melakukan pengujian.
5. Small-lot Production
Perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time hanya akan berproduksi sesuai
dengan permintaan konsumen.
6. Quality at The Source
Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In Time.
Kondisi ini akan menimbulkan adanya penundaan dalam pengiriman barang
kepada konsumen dan menimbulkan kekecewaan konsumen.
7. Supplier Networks
Just In Time sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan
perusahaan pembeli. Kedua belah pihak dituntut untuk dapat bekerja sama guna
mencapai keberhasilan bersama di masa mendatang.
3. Perbedaan Pemanufakturan JIT Dengan Tradisional
4
Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:
a. Persediaan Rendah
b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c. Filosofi TQC (Total Quality Control)

Perbandingan Sistem Manajemen JIT dan Tradisional


Just In Time (JIT) Tradisional
1. System tarikan (pull through) 1. System dorongan (push through)
2. Sediaan tidak signifikan 2. Sediaan signifikan
3. Basis pemasok sedikit 3. Basis pemasok banyak
4. Kontrak jangka panjang dengan 4. Kontrak jangka pendek dengan
pemasok pemasok
5. Pemanufakturan berstruktur seluler 5. Pemenufakturan bersistem
departemen
6. Karyawan berkeahlian ganda 6. Karyawan terspesialisasi
7. Jasa terdesentralisasi 7. Jasa tersentralisasi
8. Keterlibatan karyawan tinggi 8. Keterlibatan karyawan rendah
9. Gaya manajemen sebagai penyedia 9. Gaya menejemen sebagai pemberi
fasilitas perintah
10. Total Quality Control (TQC) 10. Acceptable Quality Level (AQL)

4. Konsep Pembelian Dan Produksi JIT

4.1 Konsep Pembelian JIT


Pembelian JIT adalaha sistem pembelian barang berdasarkan permintaan
sehingga barang yang dibeli dapat diterima tepat waktu, tepat jumlah, bermutu tinggi,
dan berharga murah.  JIT pembelian mengharuskan adanya sistem penjadwalan
pengadaan barang dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan
penyerahan segera untuk memenuhi permintaan konsumen atau penggunaan
produksi. JIT pembelian dapat mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan
dengan aktivitas pembelian dengan cara:
a. Mengurangi jumlah pemasok
b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan
pemasok.
c. Memiliki konsumen dengan program pembelian yang mapan.

5
d. Mengeliminasi atau mengurangi aktivitas dan biaya yang tidak
bernilai tambah.
e. Engurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu.
Penerapan JIT pembelian mempengaruhi sistem penentuan biaya dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. Keterlacakan langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b. Perubahan “cost pools” untuk mengumpulkan biaya.
b. Mengubah dasar pengalokasian biaya penanganan bahan (barang).
c. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih
harga beli secara individual.
d. Mengurangi biaya adminidtrasi sistem akuntansi.
4.2  Konsep Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem produksi berdasar tarikan permintaan sehingga
produk dapat diproduksi tepat waktu , tepat jumlah, bermutu tinfgi dan berbiaya
rendah.  Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses.
b. Mengurangi atau meniadakan “lead time”.
c. Mengurangi atau menidakan “setup”
d. Menyederhanakn pengolahan produk
Perusahaan yang menggunakan JIT produksi menyatakan bahwa mereka secara
signifikan dapat mengurangi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan
meningkatkan efisiensi secara besar-besaran.
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Meningkatkan keterlacakan langsung sejumlah biaya.
b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk
aktivitas tidak langsung.
c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya
tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.
d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets.”

6
KESIMPULAN

Just In Time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan


kualitas, menekankan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan
menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga
perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak
konsumen tepat waktu. Untuk mencapai sasaran dari sistem ini, perusahaan
memproduksinya hanya sebanyak jumlah yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi
biaya pemeliharaan maupun menekan kemungkinan kerusakan atau kerugian akibat
menimbun barang. Tujuan utama dari JIT adalah menghilangkan pemborosan dan
konsisten dalam meningkatkan produktivitas. JIT pada dasarnya berusaha menghilangkan
semua biaya (pemborosan) yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk yang
dihasilkan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Diaz, A. P. (2015). Penerapan Metode JIT Pembelian Bahan Baku Dalam Meningkatkan
Efisiensi Biaya Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.4 No.10 , 4.

Efrianti, D. (2014). Pengaruh Pengendalian Persediaan Just In Time Terhadap Efisiensi


Pengadaan Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan Vol.2 No.1 ISSN
2337-7852 , 99-108.

Haming, M. (2014). Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur dan Jasa Buku


2. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Mulla, B. M. (2009). Pengaruh Penerapan JIT (Just In Time) dan TQM (Total Quality
Management) Terhadap Delivery Performance Pada Industri Otomotif Di Indonesia. Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan Tahun.2 No.2 , 115.

Salman, K. R. (2016). Akuntansi Manajemen Alat Pengukuran Dan Pengambilan Keputusan


Manajerial. Jakarta: PT Indeks.

Santoso, H. F. (2001). Just In Time. Jurnal Akuntansi Krida Wacana Vol.1 No.1 , 5.

Sinuraya, C. (2011). Perbandingan Metode EOQ (Economic Order Quantity) dan JIT (Just
In Time) Terhadap Efisinsi Biaya Persediaan dan Kinerja Non-Keuangan. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Nomor 05 Tahun ke-2 Mei-Agustus , 6-7.

Suryandi, F. A. (2011). Peranan Sistem Informasi Akuntansi Terhadap Pengendalian Intern


Aktivitas Pembelian Bahan Baku Guna Mencapai Penyerahan Bahan Baku Yang Tepat
Waktu. Jurnal Ilmiah Akuntansi No.06 , 6-7.

Witjaksono, A. (2013). Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai