JUST IN TIME
Dosen Pengampu : Nyoman Angga Pradipa.,SE.,MSi.,Ak
1
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk
menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu
masuk.
2. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size) yang kecil untuk
menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks seperti halnya dalam
produksi jumlah besar.
3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada.
Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin
atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan
untuk mencapai target produksi.
4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus.
(Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah
menghilangkan proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua
kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material handling, dan lain-lain)
yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem
produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect”
dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah
proses yang ada.
6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)
Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi
kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan
apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena
dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate
Contigencies)
Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang
berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah
menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen
2
tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang
umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya
pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya.
3
Untuk menjamin keberhasilan dalam penerapan sistem Just In Time ini dibutuhkan
adanya kerja sama dari beberapa elemen penting. Elemen-elemen tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Flexible Resources
Karyawan dalam lingkungan Just In Time harus memiliki kemampuan ganda dan
fleksibel. Karyawan diharapkan dapat mengoperasikan seluruh peralatan dan
mesin dalam jalur produksi.
2. Cellular Layout
Dalam sistem Just In Time, mesin-mesin diatur sedemikian rupa menyerupai
setengah lingkaran atau ditata dengan pola selular untuk tujuan efisiensi sehingga
dapat mengurangi berbagai pemborosan.
3. Pull System
Dalam pull system, proses produksi akan ditentukan oleh adanya permintaan dari
onsumen. Ketika permintaan konsumen masuk, bagian akhir dari perakitan akan
memberikan tanda ke bagian sebelumnya untuk mengirimkan sejumlah partisi
atau bahan yang dibutuhkan pada bagian tersebut.
4. Quick Set up
Set up merupakan aktivitas yang terdiri dari menyiapkan bahan,
mengubah setting mesin, mempersiapkan peralatan, dan melakukan pengujian.
5. Small-lot Production
Perusahaan yang menerapkan sistem Just In Time hanya akan berproduksi sesuai
dengan permintaan konsumen.
6. Quality at The Source
Barang cacat dapat menimbulkan masalah besar dalam lingkungan Just In Time.
Kondisi ini akan menimbulkan adanya penundaan dalam pengiriman barang
kepada konsumen dan menimbulkan kekecewaan konsumen.
7. Supplier Networks
Just In Time sangat membutuhkan hubungan khusus antara pemasok dengan
perusahaan pembeli. Kedua belah pihak dituntut untuk dapat bekerja sama guna
mencapai keberhasilan bersama di masa mendatang.
3. Perbedaan Pemanufakturan JIT Dengan Tradisional
4
Beberapa perbedaan pemanufakturan JIT dengan Tradisional meliputi:
a. Persediaan Rendah
b. Sel-sel Pemanufakturan dan Tenaga Kerja Interdisipliner
c. Filosofi TQC (Total Quality Control)
5
d. Mengeliminasi atau mengurangi aktivitas dan biaya yang tidak
bernilai tambah.
e. Engurangi waktu dan biaya untuk program pemeriksaan mutu.
Penerapan JIT pembelian mempengaruhi sistem penentuan biaya dengan cara-cara
sebagai berikut:
a. Keterlacakan langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b. Perubahan “cost pools” untuk mengumpulkan biaya.
b. Mengubah dasar pengalokasian biaya penanganan bahan (barang).
c. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih
harga beli secara individual.
d. Mengurangi biaya adminidtrasi sistem akuntansi.
4.2 Konsep Produksi JIT
Produksi JIT adalah sistem produksi berdasar tarikan permintaan sehingga
produk dapat diproduksi tepat waktu , tepat jumlah, bermutu tinfgi dan berbiaya
rendah. Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses.
b. Mengurangi atau meniadakan “lead time”.
c. Mengurangi atau menidakan “setup”
d. Menyederhanakn pengolahan produk
Perusahaan yang menggunakan JIT produksi menyatakan bahwa mereka secara
signifikan dapat mengurangi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan
meningkatkan efisiensi secara besar-besaran.
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Meningkatkan keterlacakan langsung sejumlah biaya.
b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk
aktivitas tidak langsung.
c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya
tenaga kerja dan overhead pabrik secara individual.
d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets.”
6
KESIMPULAN
7
DAFTAR PUSTAKA
Diaz, A. P. (2015). Penerapan Metode JIT Pembelian Bahan Baku Dalam Meningkatkan
Efisiensi Biaya Bahan Baku. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.4 No.10 , 4.
Mulla, B. M. (2009). Pengaruh Penerapan JIT (Just In Time) dan TQM (Total Quality
Management) Terhadap Delivery Performance Pada Industri Otomotif Di Indonesia. Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan Tahun.2 No.2 , 115.
Sinuraya, C. (2011). Perbandingan Metode EOQ (Economic Order Quantity) dan JIT (Just
In Time) Terhadap Efisinsi Biaya Persediaan dan Kinerja Non-Keuangan. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Nomor 05 Tahun ke-2 Mei-Agustus , 6-7.