Rubiani 3B - Makalah GangguanKeseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Rubiani 3B - Makalah GangguanKeseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Rubiani 3B - Makalah GangguanKeseimbangan Cairan Dan Elektrolit
Oleh :
RUBIANI
P00341019079
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KIMIA KLINIK
LANJUTAN dan juga untuk menambah wawasan saya sebagai mahasiswa. Dengan
adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan menambah
pengetahuan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
makalah ini dan dapat mengetahui gangguan keseimbangan cairan tubuh.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
C. Tujuan ..............................................................................................................
A. Definisi ............................................................................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran ................................................................................................................
DAFTAR PUSATAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam komponen yang saling berhubungan.
Cairan merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh manusia. Hampir 60 %
dari komposisi tubuh manusia merupakan cairan yang berupa larutan ion dan zat
lainnya. Jumlah cairan tubuh total pada masing-masing individu dapat bervariasi
berdasarkan umur, berat badan, maupun jenis kelamin. Cairan dan elektrolit tersebut
memiliki komponen utama yang berbeda dan fungsinya masing-masing sebagai
struktur penting yang membentuk dan menunjang tubuh manusia, sehingga dapat
berfungsi dengan baik melalui mekanisme pengaturan yang sedemikian rupa.
Cairan dalam tubuh manusia dibagi menjadi cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Kedua cairan tersebut dipisahkan oleh membran sel yang sangat
permeabel terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar elektrolit.
Komponen cairan ekstraseluler terdiri dari ion natrium, klorida dan bikarbonat yang
jumlahnya banyak serta ditambah berbagai zat gizi untuk sel, seperti oksigen, glukosa,
asam lemak, dan asam amino. Komponen penting dari cairan ekstraseluler adalah
cairan interstisial, yang jumlahnya mencapai tiga perempat dari keseluruhan cairan
ekstraselular, dan seperempat lainnya merupakan plasma. Sedangkan cairan
intraseluler mengandung banyak ion kalium, magnesium dan fosfat dibandingkan
dengan ion natrium dan klorida yang banyak ditemukan pada cairan ekstraseluler
(Hall, 2014).
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat terjadi pada
keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorbsi, ekskresi keringat yang berlebih
pada kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari (insesible water loss) secara
berlebihan oleh paru-paru, perdarahan, berkurangnya kemampuan pada ginjal dalam
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Dalam keadaan tersebut,
pasien perlu diberikan terapi cairan agar volume cairan tubuh yang hilang dapat
digantikan dengan segera (Butterwort dkk, 2013)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan ketidak
seimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau
kekurangan (Tarwoto wartonah 2016).
Gangguan cairan dan elektrolit sangat umum pada periode perioperatif. Cairan
intravenadengan jumlah yang besar sering diperlukan untuk memperbaiki defisit
cairan dan mengkompensasi kehilangan darah selama operasi. Cairan dan elektrolit di
dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Komposisi
cairan dan elektrolit di dalam tubuh diatur sedemikan rupa agar keseimbangan fungsi
organ vital dapat dipertahankan (Mangku dkk, 2010). Gangguan besar dalam
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dengan cepat mengubah kardiovaskular,
saraf, dan fungsi neuromuskular, dan penyedia anestesi harus memiliki pemahaman
yang jelas air normal dan elektrolit fisiologi (Butterwort dkk, 2013).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan.
Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang
terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan “homeostasis”.
Tabel 1. Distribusi Cairan Tubuh
Cairan mengandung sejumlah besar ion kalium dan fosfat ditambah ion
magnesium dan sulfat dalam jumlah sedang, yang mana semua ion ini
memiliki konsentrasi yang rendah di cairan ekstraseluler. Sel ini juga
mengandung sejumlah besar protein, hampir empat kali jumlah protein
dalam plasma (Hall, 2014)
CES merupakan cairan yang terdapat sel dan menyusun sekitar 30%
dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskular, cairan interstisiel,
dan cairan transelular. Cairan interstisel terdapat antara ruang antar-sel,
plasma darah, cairan celebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan
sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam
keseimbangan cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan
elektrolit tubuh serta mempertahankan pH normal, tubuh melakukan
mekanisme perputaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang
berperan adalah: anion dan kation.
Makanan dan cairan yang kita makan dan minum berperan besar
dalam pengaturan cairan, elektrolit, dan asam-basa.Selain minuman, kita juga
mengonsumsi makanan, khususnya buah dan sayuran, yang menyediakan
cairan untuk kita.Tipe cairan dan makanan yang kita masukan mungkin
mengganggu keseimbangan elektrolit dan asam-basa.
2. Obat-obatan
3. Gangguan Kesehatan
Gangguan kesehatan, akut dan kronis serta fisiologis dan psikologis, juga
dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam memelihara keseimbangan
cairan, elektrolit, dan asam-basa.Gangguan akut dalam keluaran, seperti
dalam kasus muntah dan diare, dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan,
eletrolit, dan asam-basa dengan cepat. Penyakit kronis seprti gagal jantung,
gagal renal, dan gagal napas pada akhirnya akan mengganggu keseimbangan
cairan. Elektrolit, dan asam basa.Seseorang yang mengalami stress, tanpa
memandang sumbernya, lebih sering menahan cairan.
4. Usia
Tubuh manusia pada kelahiran mengandungi sekitar 75% berat cairan. Di usia
satu bulan, nilai ini menurun menjadi 65% dan pada saat dewasa berat cairan dalam
tubuh manusia bagi pria adalah 60% dan wanita pula sekitar 50%. Selain itu, faktor
kandungan lemak juga mengkontribusi kepada kandungan cairan dalam tubuh.
Semakin tinggi jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh, seperti pada wanits,
semakin ssemakin kurang kandungan cairan yang ada.
Nilai normal ambilan cairan dewasa adalah sekitar 2500ml, termasuk 300ml
hasil metabolism tenaga susbtrat. Rata-rata kehilangan cairan adalah sebanyak
2500ml dimana ia terbahagi kepada 1500ml hasil urin, 400ml terevaporasi lewat
respiratori, 400ml lewat evaporasi kulit, 100ml lewat peluh dan 100ml melalui tinja.
Kehilangan cairan lewat evaporasi adalah penting kerna ia memainkan peranan
sebagai thermoragulasi, dimana ia mengkontrol sekitar 20-25% kehilangan haba
tubuh. Perubahan pada kesimbanngan cairan dan volume sel bisa menyebabkan
impak yang serius seperti kehilangan fungsi pada sel, terutama ada otak (Butterworth
dkk, 2013). Bentuk gangguan yang paling sering terjadi adalah kelebihan atau
kekurangan cairan yang mengakibatkan perubahan volume (Mangku dkk, 2010).
1. Overhidrasi
Air, seperti subtrat lain, berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi
secara berlebihan dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi air sering terjadi
bila cairan di konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa mengambil sumber
elektrolit yang menyeimbangi kemasukan cairan tersebut (Butterworth dkk,
2013).
Overhidrasi terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran
cairan. Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium
dalam aliran darah menjadi sangatrendah (Mangku dkk, 2010). Penyebab
overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal
akut), masukan air yang berlebihan pada terapi cairan, masuknya cairan
irigator pada tindakan reseksi prostat transuretra, dan korban tenggelam
(Butterworth dkk, 2013).
Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema, peningkatan tekanan
vena jugular, edema paru akut dan gagal jantung. Dari pemeriksaan lab
dijumpai hiponatremi dalam plasma.Terapi terdiri dari pemberian diuretik(bila
fungsi ginjal baik), ultrafiltrasi atau dialisis (fungsi ginjal menurun), dan
flebotomi pada kondisi yang darurat (Stoelting dkk, 2015)
2. Dehidrasi
Dehindrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat
masukan yang kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa
terdiri dari 3 bentuk, yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh:
GE akut, overdosis diuretik), hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan
natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar
natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah ke
ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular),
hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak
dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di
kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen intravaskular,
sehingga penurunan volume intravaskular minimal) (Voldby dkk, 2016).
Dua bentuk dehidrasi yaitu:
a) Dehidrasi dimana kekurangan air lebih dominan dibanding
kekurangan elektrolit (dehidrasi isotonis). Dimana dehidrasi jenia ini
terjadi pemekatan jaringan ektraseluler, sehingga terjadi perpindahan
air dari intrasel ke ekstrasel yang menyebabkan terjadi „dehidrasi
intraseluer‟. Bila cairan intrasel berkurang lebih dari 20% maka sel
akan mati. Dehidrasi jenis ini terjadi bila seseorang minum air laut
pada saat kehausan berat.
NaCl.5,6
Elektrolit dikelompokkan menjadi dua yaitu kation dan anion. Kation ialah ion-
ion yang membentuk muatan positif dalam larutan. Elektrolit kation diantaranya
adalah natrium (N+), Kalium (k+), Kalsium (C+ ), dan Magnesium (M+ ). Kerja ion-
ion kation ini memengaruhi fungsi otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan
(mood) dan perilaku, serta fungsi saluran pencernaan. Sedangkan anion adalah ion-
ion yang membentuk muatan negative dalam larutan. Anion utama adalah klorida (C),
bikarbonat (HC), dan fosfat (P ). Kerja ion-ion anion memengaruhi keseimbangan
dan fungsi cairan, elektrolit, dan asam basa.
Gangguan keseimbangan elektrolit yang umum yang sering ditemukan pada
kasus-kasus di rumah sakit hanyalah beberapa sahaja. Keadaan-keadaan tersebut
adalah (Mangku dkk, 2010)
1. Hiponatremia
Pertimbangan Anestesi
2. Hipernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa
perubahan mental, letargi, kejang, koma, lemah.3 Manifestasi neurologis akan
mendominasi dahulu pada pasien dengan hipernatremia dan umumnya diduga
hasil dari dehidrasi selular. Gelisah, lesu, dan hyperreflexia dapat berkembang
menjadi kejang, koma, dan akhirnya kematian. Gejala berkorelasi lebih dekat
dengan laju pergerakan air keluar dari sel-sel otak daripada tingkat absolut
hipernatremia. Cepat penurunan volume otak akan menyebabkan pembuluh
darah otak pecah dan mengakibatkan fokus perdarahan intraserebral atau
subarachnoid. Kejang dan kerusakan saraf serius yang umum, terutama pada
anak-anak dengan hipernatremia akut ketika plasma [Na +] melebihi 158 mEq
/ L.
Pertimbangan anestesi
3. Hipokalemia
Pertimbangan anestesi
4. Hipokalsemia
Perkembangan anestesi
Hipokalsemia yang signifikan harus diperbaiki sebelum operasi. Kadar
kalsium terionisasi harus dipantau intraoperatif pada pasien dengan riwayat
hipokalsemia. Alkalosis harus dihindari untuk mencegah penurunan lebih
lanjut dalam Ca 2+. Kalsium intravena mungkin diperlukan seiring transfusi
darah sitrat atau pada solusi albumin dengan jumlah besar. Potensiasi efek
inotropik negatif dari barbiturat dan anestesi volatile harus diintipasi. Respon
untuk NMBS adalah tidak konsisten dan memerlukan pemantauan ketat
dengan stimulator saraf ( Butterworth dkk, 2013).
5. Hiperkalemia
Pertimbangan Anestesi
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yaitu
sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur
keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan
garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh
kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan. Rata-
rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc plasma yang mengalir melalui
glomelurus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring (Filtrat
glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuh renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang di produksi
ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosterone dengan rata-rata 1ml /kg
/bb /jam.
2. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktifitas kelenjer keringat. Rangsangan kelenjer keringat dapat
dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat dan
demam, disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
3. Paru-paru
Organ paru-paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan IWL
sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respon
terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau
demam.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan
dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air.
Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam system ini sekitar 100-200
ml/hari. Perhitungsn IWL secara keseluruhan adalahn 10-15 cc/kg BB/24 jam,
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat Celcius.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara normal, tubuh bisa mempertahankan diri dari ketidakseimbangan
cairan & elektrolit. Namun, ada kalanya tubuh tidak bisa mengatasinya. Ini terjadi
apabila kehilangan tterjadi dalam total banyak sekaligus, seperti pada muntah-
muntah, diare, berkeringat luar biasa, terbakar, luka/pendarahan dan sebagainya.
Cairan dan elektrolit (zat lerlarut) didalam tubuh merupakan suatu kesatuan
yang tidak terpisahkan. Bentuk gannguan keseimbangan cairan yang umum terjadi
adalah lebeihan atau kekurang cairan iaitu air. Kelebihan cairan disebut overhidrasi,
sebaliknya kekurang airan disebut dehidrasi. Zat terlarut yang ada dalam cairan
tubuh terdiri dari elektrolit dan nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang
tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti protein, urea, glukosa,
oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh
mencakup natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca++), magnesium (Mg++),
klorida (Cl-), bikarbonat(HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-). Elektrolit yang
utama yang sering menyebabkan gangguan pada hemodinamik tubuh adalah
natrium, kalium, dan kalsium.
B. saran
Demikian makalah yang telah saya susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah
ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and
Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw Hill. 2013; 4 (49): h. 1107 –
40
Hall, J. (2014). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed.
Singapore: Elsevier Health Sciences.
Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam
Handbook for Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Inc. 2013; 18: h.216 -230.
Kaye AD. Fluid Management. Dalam Basics of Anesthesia 6th ed. Philadelphia:
Elsevier Inc. 2011; 23: h. 364 - 71.