Makalah Kimia Klinik Lanjuta Roy
Makalah Kimia Klinik Lanjuta Roy
OLEH :
NAMA : ROY PRADANA ARISTIN
NIM : P00341019078
KELAS : TK 3B TLM
Puji kami syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnya kepada kita semua sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktunya. Tugas ini kami buat
untuk melatih kami agar dapat membuat makalah yang baik dan benar. Karena
hasil yang memuaskan membutuhkan kerja keras dan bersungguh-sungguh. Kami
sadar apabila di dalam maklah ini masih banyak kesalahan penulisan dan tanda
baca yang jauh dari harapan dosen pembimbing. Namun sebagai awal
pembelajaran dan penambah semangat belajar tidak ada salahnya jika kami
mengucapkan rasa syukur dan hamdalah.
Terima kasih kepada dosen telah mempercayai kami untuk mengerjakan tugas
ini. Kesalahan yang ada di dalam makalah ini bukanlah disengaja namun karena
kekhilafan, kelupaan dan kurang ketelitian kami dalam mengerjakannya. Kami
telah berusaha dan semaksimal mungkin untuk memberikan makalah ini
selengkap-lengkapnya. Kami telah berusaha dan semaksimal mungkin untuk
memberikan makalah ini selengkap -lengkapnya dan sebaik-baiknya. Saya harap
dosen dan teman-teman dapat menerima makalah dari kami ini.
Terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan banyak saran dan
komentarnya. Demikian, saya harap makalah ini berguna untuk dapat menambah
ilmu dan referensi teman-teman sekalian.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
B. Komposisi Cairan Tubuh
C. Pergerakan Cairan Tubuh
D. Pengaturan Cairan tubuh
E. Pengaturan Elektrolit
F. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
G. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh
lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu
interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh,
termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki
dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang
diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang, dan menjalankan fungsinya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh
lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk
mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis.
Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh
mempertahankan keseimbangan antara substansi-substansi yang ada di
milieu interior. Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2
(dua) parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas
cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan
air dalam urin sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan
kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut
berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin sesuai
kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-
basa adalah paru-paru dengan mengekskresi ion hidrogen dan CO 2, dan
sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.
Cairan tubuh ini sangat penting perannya dalam menjaga
keseimbangan (Homeostasis) proses kehidupan. Peranan tersebut
dikarenakan air memiliki karakteristik fisiologis. Cairan dalam tubuh
manusia normalnya adalah seimbang antara asupan (input) dan haluaran
(output). Jumlah asupan cairan harus sama dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan dari tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka
tubuh akan kehilangan cairan antara lain melalui proses penguapan
ekspirasi penguapan kulit, ginjal (urine), ekskresi pada proses metabolisme
(defekasi). Dalam tubuh, fungsi sel bergantung pada keseimbangan cairan
dan elektrolit. Keseimbangan ini diurus oleh banyak mekanisme fisiologik
yang terdapat dalam tubuh sendiri. Perubahan sedikit pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tidak akan memberikan dampak bagi tubuh. Akan
tetapi, jika terjadi ketidakseimbangan antara asupan dan haluaran, tentunya
akan menimbulkan dampak bagi tubuh manusia. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti dari air tubuh total dan elektolit
kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu sama lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh dengan lainnya. Pada bayi dan anak sering terjadi gangguan
keseimbangan tersebut yang biasanya disertai perubahan Ph cairan tubuh.
Hal itu dikarenakan anak mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
dehidrasi. Ada banyak alasan untuk hal ini, salah satunya dikarenakan
anak-anak mempunyai insiden yang cukup tinggi pada gangguan sistem
gastrointestinal, terutama diare. Pada anak yang mengalami diare, akan
terjadi ketidakseimbangan asupan dan haluaran cairan.
Gangguan cairan dan elektrolit sangat umum pada periode
perioperatif. Cairan intravena dengan jumlah yang besar sering diperlukan
untuk memperbaiki defisit cairan dan mengkompensasi kehilangan darah
selama operasi. Cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Komposisi cairan dan elektrolit di
dalam tubuh diatur sedemikan rupa agar keseimbangan fungsi organ vital
dapat dipertahankan.3 Gangguan besar dalam keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat dengan cepat mengubah kardiovaskular, saraf, dan fungsi
neuromuskular, dan penyedia anestesi harus memiliki pemahaman yang
jelas air normal dan elektrolit fisiologi.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan
cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat
besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan,
biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang
mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis.
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan “homeostasis”
Diare yang sering menyerang balita karena daya tahan tubuhnya
yang masih lemah, sehingga dapat terkena bakteri penyebab diare jika
diare disertai muntah berkelanjutan akan menyebabkan dehidrasi
(kekurangan cairan). Inilah yang harus diwaspadai karena sering terjadi
keterlambatan dalam pertolongan dan menyebabkan kematian
dehidrasiyang terjadi pada anak akan cepat menjadi parah. hal ini
disebabkan karena seorang anak berat badanya lebih rendah daripada
dewasa
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi karena frekuensi tiga kali atau lebih buang air besar dengan
konsistensi feses yang encer atau cair, dapat berwarna hijau atau dapat
pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. Dasar dari semua diare
adalah gangguan transportasi larutan usus, akibat perpindahan air melalui
membran usus berlangsung secara pasif dan hal ini ditentukan oleh aliran
larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium klorida, dan glukosa.
Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak menderita diare setiap
tahunnya dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di negara-
negara berkembang. Di Indonesia, proporsi terbesar penderita diare pada
balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65%, lalu
kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43%, kelompok umur 24-29 bulan
sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada kelompok umur 54 – 59
bulan yaitu 2,06%. Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare
adalah karena dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit
melalui feses.
B. Rumusan Masalah
1.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam
Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2010. 6 (5) :
h.272 – 98.
2. Hahn RG. Crystalloid Fluids. Dalam Clinical Fluid Therapy in the
Perioperative Setting. Cambridge: Cambridge University Press. 2012; 1 :
h. 1 – 10.
3. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and
Electrolytes. Dalam Handbook of Pharmacology and Physiology in
Anesthetic Practice 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2015
4. Miller RD. 2015. Miller’s Anesthesia. 8th Edition. Philadelphia, PA:
Elsevier Saunders.
5. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD.Management of Patients with
Fluid and Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical
Anesthesiology 5th ed. New York: Mc-Graw Hill. 2013
6. Voldby AW, Branstrup B. Fluid Therapy in the Perioperative Setting.
Journal of Intensive Care. 2016; 4 : h.27 – 39.
7. Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders.
Dalam Handbook for Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th
ed. Philadelphia: Elsevier Inc. 2013; 18: h.216 – 230.
8. Nanda International. 2012. Diagnosa Keperawatan : Defenisi dan
Klasifikasi 2012-2014 Edisi 10. Jakarta: EGC
9. Sodikin. 2011. Keperawatan Anak: Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC.
10. Tarwonto & Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.