Anda di halaman 1dari 7

pengertian teori psikososial Albert 

bandura
Posted by: psikologiuhuy on: Maret 30, 2010
 In: Uncategorized
 
 1 Komentar
Sejarah singkat teori belajar sosial dan tokohnya

Teori belajar sosial datang dari banyak peneliti yang bekerja sepanjang 60 tahun lebih dari
pendekatan teori yang lain, mempelajari teori belajar sosial bertanggung jawab untuk memberikan
karya ilmiah pada psikologi perkembangan.
Teori belajar datang dari Amerika kemudian teori ini berkembang di eropa dan kemudian dipengaruhi
oleh psikologi amerika utara. Teori belajar sudah menjadi sebagian kebudayaan kita dan sudah
memasuki bahasa seperti behaviorisme, teori skinner tentang “Skinner Box” dan penguatan.
Sesudah beberapa dasawarsa, aktivitas penelitian teori belajar menemui kesulitan. Sebagian
ketidakpuasan berasal dari penelitian lisan belajar yang belum menjelaskan tentang memory atau
belajar. Terdapat bukti baru yang menyarankan ahli biologis untuk membatasi atau mengubah
undang-undang. Seseorang memilih beberapa jenis belajar yang lebih mudah dari pada orang lain.
Misalnya tikus belajar untuk menghubungkan penciuman dengan rasa tetapi tidak dengan lampu atau
bunyi (Garcia & Koelling, 1996). Sekaligus, mempelajari teori menghadapi tantangan eksternal. Noam
Chomsky (1959) membantah pendapat Skinner dari perolehan bahasa yang merupakan pukulan
serius karena menunjukkan pendekatan belajar yang tidak bisa menerangkan perolehan keterampilan
sama kompleksnya dengan bahasa.
Tokoh teori belajar sosial yang terkenal adalah Albert Bandura (lahir pada tahun 1925). Dia adalah
seorang psikolog berkebangsaan amerika lulusan universitas Stanford amerika serikat. Pada mulanya
Bandura adalah psikolog beralira Behaviorisme, Bandura memandang bahwa tingkah laku bukan
semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R bond) melainkan juga akibat yang timbul akibat
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Asumsi utama teori belajar sosial  adalah bahwa orang melakukan perilaku dengan cara yang
memungkinkan timbulnya penguatan. Penguatan yang mengendalikan ekspresi tingkah laku yang
dipelajari bersifat :
-          Langsung yakni ganjaran nyata, dukungan atau celaan sosial pengurangan kondisi afersif
-          Dari orang lain, pengamatan terhadap orang yang serupa dengan perilakunya
-          Dilakukan sendiri, evaluasi tentang penampilan diri sendiri dengan memuji atau mencela diri
sendiri
Menurut ahli teori belajar sosial, tindakan seseorang dalam situasi tertentu tergantung pada
karakteristik khusus situasi tersebut, penilaian orang itu mengenai situasi tersebut, penguatan masa
lampau terhadap perilaku dalam situasi yang serupa/pengamatan terhadap orang lain dalam situasi
yang sama.
Dalam memprediksi perilaku seseorang dalam situasi tertentu ahli teori belajar sosial lebih
menekankan makna penting perbedaan perkembangan kognitif dan pengalaman belajar sosial
daripada trait motivasional (seperti agresi/ketergantungan) perbedaan individual yang berinteraksi
dengan kondisi situasional untuk mempengaruhi perilaku :
-          Kompetensi
-          Strategi kognitif
-          Dugaan
-          Nilai-nilai subyektif
-          Rencana dan sistem pengaturan diri
PEMBELAJARAN
Satu asumsi paling awal dan mendasar teori kognitif sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel
dan sanggup mempelajari beragam kecakapan bersikap maupun berperilaku, dan bahwa titik
pembelajaran terbaik dari semua ini adalah pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious
experiences).
☻ Pembelajaran dengan Mengamati (Observational Learning)
Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia untuk belajar tanpa
berbuat apa pun. Manusia mengamati fenomena alam, tumbuhan, hewan, air terjun, gerakan bulan
dan bintang, dan seterusnya, tetapi yang lebih penting bagi teori kognitif sosial adalah manusia
belajar dengan mengamati perilaku orang lain.
Pembelajaran manusia yang utama adalah dengan mengamati model-model, dan pengamatan inilah
yang terus-menerus diperkuat. Bandura (1986, 2003) yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati
jauh lebih efisien daripada pembelajaran dengan mengalami langsung.
☻ Pemodelan
Inti pembelajaran dengan mengamati adalah pemodelan (modelling). Yaitu, pemodelan melibatkan
proses-proses kognitif, jadi tidak hanya meniru, lebih dari sekedar menyesuaikan diri dengan tindakan
orang lain karena sudah melibatkan perepresentasian informasi secara simbolis dan menyimpannya
untuk digunakan di masa depan.
Faktor yang menentukan seseorang belajar dari model atau tidak, yaitu:Pertama, karakteristik model
sangat penting. Kedua, konsekuensi dari perilaku yang dimodelkan dapat memberikan efek bagi
pengamatnya.
☻ Proses-Proses yang Mengatur Pembelajaran dengan Mengamati
Empat proses yang mengatur pembelajaran dengan mengamati:
1. Perhatian: Pertama, memiliki kesempatan untuk mengamati individu yang padanya kita
sering mengasosiasikan diri. Kedua,  model-model yang atraktif lebih banyak diamati daripada yang
tidak figur-figur populer di televisi, olahraga atau film sering kali diburu-buru beritanya.
2. Representasi: Agar pengamatan dapat membawa kita kepada pola-pola respons yang baru,
pola-pola tersebut harus direpresentasikan secara simbolis di dalam memori.
3. Produksi Perilaku: Setelah memberi perhatian kepada sebuah model dan mempertahankan
apa yang sudah diamati, kita akan menghasilkan perilaku. Untuk mengubah representasi kognitif
menjadi tindakan yang tepat, kita harus menanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan tentang
perilaku yang dijadikan model.
4. Motivasi: Pembelajaran dengan mengamati paling efektif ketika subjek yang belajar
termotivasikan untuk melakukan perilaku yang dimodelkan.
☻ Pembelajaran dengan Bertindak (Enactive Learning)
Bandura yakin bahwa perilaku yang kompleks dapat dipelajari ketika manusia memikirkan dan
mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari perilaku tersebut. Konsekuensi-konsekuensi sebuah
respons memiliki tiga fungsi. Pertama,  konsekuensi-konsekuensi respons menginformasikan efek-efek
tindakan. Kedua, konsekuensi-konsekuensi respons memotivasi perilaku
antisipatif. Ketiga,  konsekuensi respons-respons memperkuat perilaku.
Bandura (1986) yakin bahwa meskipun penguatan sering kali tidak disadari dan bekerja otomatis
namun, campur tangan kognitif juga mempengaruhi pola-pola perilaku yang kompleks. Dia yakin
bahwa pembelajaran jauh lebih efisien ketika pembelajar secara kognitif terlibat di dalam situasi
pembelajaran dan memahami perilaku mana yang dapat menghasilkan respons-respons yang tepat.
Bandura percaya bahwa perilaku baru dapat dicapai lewat dua jenis pembelajaran utama:
pembelajaran dengan mengamati dan pembelajaran dengan bertindak.
PENYEBAB RESIPROK TRIADIK
Teori kognitif sosialnya meyakini fungsi psikologis bekerja dalam bentukpenyebab resiprok
triadik.  Sistem ini menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga variabel yaitu
lingkungan, perilaku dan pribadi.
KEAGENAN MANUSIA
Teori kognitif sosial mengambil sudut pandang keagenan terhadap kepribadian, artinya manusia
memiliki kapasitas untuk melatih kendali atas hidupnya. Keagenan manusia (human agency)
merupakan esensi kemanusiaan. Bandura (2001) yakin bahwa manusia adalah makhluk yang sanggup
mengatur dirinya, proaktif, reflektif, dan mengorganisasikan diri, selain memiliki juga kekuatan untuk
memengaruhi tindakan mereka sendiri demi menghasilkan konsekuensi yang diinginkan.
☻ Ciri-Ciri Utama Keagenan Manusia
1. Intensionalitas, mengacu kepada tindakan-tindakan yang dilakukan dengan intensi tertentu.
2. Prediksi,  manusia saat menetapkan tujuan, mengantisipasi hasil tindakan, dan memilih
perilaku mana yang dapat menghasilkan keluaran yang diinginkan serta menghindari yang tidak
diinginkan.
3. Refleksi diri,  manusia adalah penguji fungsi dirinya sendiri, yang dapat memikirkan dan
mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna, dan tujuan hidupnya, bahkan sanggup memikirkan
ketepatan pemikirannya sendiri.
4. Kepercayaan diri, keyakinan bahwa mereka sanggup melakukan tindakan-tindakan yang akan
menghasilkan efek yang diinginkan.
☻ Kemampuan Diri untuk Memengaruhi Hasil yang Diharapkan (Self-Efficacy)
Bandura (2001) mendefinisikan self efficacy  ”keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk
melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di
lingkungannya,” dan dia juga yakin kalau ”self-efficacy  adalah fondasi keagenan manusia.”
Bandura membedakan antara ekspektasi-kemampuan-memengaruhi-hasil (efficacy expectation) dan
ekspektasi hasil (outcome expectation). Ekspektasi-kemampuan-memengaruhi-hasil mengacu pada
keyakinan manusia bahwa mereka memiliki kesanggupan untuk melakukan perilaku tertentu,
sementara ekspektasi hasil mengacu kepada prediksi terhadap konsekuensi dari perilaku yang
diinginkan.
Self-Efficacy pribadi didapatkan, dikembangkan, atau diturunkan melalui satu atau dari kombinasi dari
empat sumber berikut (Bandura, 1997):
1. Pengalaman-Pengalaman tentang Penguasaan. Sumber paling berpengaruh bagi self-
efficacy adalah pengalaman-pengalaman tentang penguasaan (mastery experiences), yaitu performa-
performa yang sudah dilakukan di masa lalu (Bandura, 1997).
2. Pemodelan Sosial. Yaitu pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences) yang
disediakan orang lain.
3. Persuasi Sosial. Self-efficacy dapat juga diraih atau dilemahkan lewat persuasi social. Efek-
efek dari sumber ini agak terbatas namun, dalam kondisi yang tepat, persuasi orang lain dapat
meningkatkan atau menurunkan self-efficacy.
4. Kondisi Fisik dan Emosi. Emosi yang kuat biasanya menurunkan tingkat performa. Ketika
mengalami rasa takut yang besar, kecemasan yang kuat dan tingkat stres yang tinggi, manusia
memiliki ekspektansiself-efficacy yang rendah.
PENGATURAN DIRI
☻ Faktor-Faktor Eksternal Pengaturan Diri
1. Faktor eksternal menyediakan standar untuk mengevaluasi perilaku kita sendiri.
2. Faktor-faktor eksternal memengaruhi pengaturan diri dengan menyediakan cara-cara
penguatan.
☻ Faktor-Faktor Internal Pengaturan Diri
1. Observasian Diri (Self-Observation) terhadap performa yang sudah dilakukan. Manusia
sanggup memonitor penampilannya meskipun tidak lengkap atau akurat.
2. Proses Penilaian (Judgmental Process) membantu meregulasi perilaku melalui proses
mediasi kognitif. Proses penilaian bergantung pada empat hal: standar pribadi, performa-performa
acuan, nilai aktivitas, dan penyempurnaan performa.
3. Reaksi Diri (Self Reaction). Manusia merespons positif atau negatif perilaku mereka
tergantung kepada bagaimana perilaku ini diukur dan apa standar pribadinya.
PERILAKU YANG DISFUNGSIONAL
☻ Depresi
Standar pribadi dan tujuan yang tinggi dapat mengarahkan kita kepada pencapaian dan kepuasan diri.
Namun ketika manusia menetapkan tujuan terlalu tinggi, mereka akan lebih mudah gagal. Kegagalan
sering membawa manusia kepada depresi, kemudian memandang rendah nilai pencapaian mereka
sebelumnya.
Depresi disfungsional dapat terjadi di salah satu subfungsi pengaturan diri:Pertama, selama observasi
diri, manusia bisa keliru menilai performa mereka atau mendistorsi memori tentang pencapaian di
masa lalu. Kedua,  pribadi yang depresi lebih mudah membuat penilaian yang keliru.
☻ Fobia-Fobia
Fobia adalah rasa takut yang cukup kuat dan bertahan lama, cukup untuk memberikan efek yang
melumpuhkan seseorang dalam hidup sehari-harinya. Fobia dan rasa takut dipelajari melalui kontak
langsung, generalisasi yang tidak tepat, khususnya dari pengalaman mengamati. Fobia sulit
dihilangkan karena pribadi yang mengalaminya berusaha keras menghindari objek yang mengancam
dirinya.
Perilaku disfungsional (penghindaran) terbentuk dan dipertahankan oleh interaksi mutual ekspektansi
seseorang (keyakinan bahwa mereka akan diserang), lingkungan eksternal (taman kota), dan faktor-
faktor perilaku (pengalaman mereka sebelumnya dengan rasa takut).
☻ Agresi
Menurut Bandura, perilaku agresif terbentuk dari mengobservasi orang lain, pengalaman langsung
dengan penguatan positif dan negatif, pelatihan, atau instruksi, dan keyakina yang ganjil. Bandura,
Dorrie Ross, dan Sheila Ross (1963) menemukan bahwa anak-anak yang mengamati orang lain
bersikap agresif menunjukkan perilaku lebih agresif daripada kelompok terkontrol anak yang tidak
melihat tindakan agresif.
Beberapa orang berpendapat bahwa anak-anak yang melihat perilaku kekerasan ditelevisi akan
memiliki efek merusak pada anak. Artinya, anak-anak yang mengalami agresi terang-terangan akan
lebih termotivasi untuk bertindak dengan cara-cara yang agresif. Bandura, Ross & Ross (1963)
membuktikan bahwa kekerasan di televisi tidak menghentikan sifat agresi penontonnya, malah
semakin menambah sikap agresif penontonnya.
TERAPI
Tujuan utama terapi kognitif sosial adalah pengaturan diri. Terapis harus menggunakan strategi, yaitu
menggeneralisasikan perubahan itu ke situasi lain, dan mempertahankan perubahan-perubahan itu
dengan mencegah pasien jatuh kembali ke perilaku yang sama.
Bandura (1986) menyarankan sejumlah pendekatan dasar terapi.  Pertamaadalah pemodelan
menyolok atau terang-terangan. Kedua pemodelan tersamar atau kognitif, terapis melatih pasien
untuk memvisualisasikan model melakukan perilaku yang menakutkannya. Ketiga penguasaan
tindakan, meminta pasien melakukan sejumlah perilaku yang menghasilkan ketakutan yang
menyimpang.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR SOSIAL
 Kelebihan
1. Berfokus pada situasi yang mempengaruhi perilaku
Satu karakteristik dari struktural, trait, dan teori organisme adalah bahwa mereka menempatkan
penyebab perilaku utama di dalam diri seseorang dan oleh karena itu teori ini meramalkan bahwa
seseorang akan bertindak sama pada situasi yang berbeda. Dengan begitu Freud, mengharapkan
seorang anak dengan superego yang kuat menjadi sangat sulit dikontrol dalam kebanyakan situasi.
Pada hal yang sama Piaget relatif tidak tertarik pada kenyataannya bahwa konservasi diperoleh untuk
area tertentu sebelum yang lainnya atau memperoleh sebagian pengetahuan baru boleh jadi
diperlihatkan di dalam situasi yang lainnya. Teori belajar, pada lawannya telah mengambil cara
berpendirian berperilaku seseorang pada kenyataannya jenis tipikal dari situasi ke situasi yang lain,
tergantung pada stimulus dan penguat yang ditemukan pada masing-masing situasi dan pada
pengalaman masa lalu apakah yang diperoleh seseorang pada situasi tersebut.
2. Berfokus pada alat pengamatan, perilaku sosial emosional dan motivasi
Walaupun banyak ahli teori yang mengakui bahwa pikiran dalam suatu konteks sosial, mereka tidak
banyak menyediakan keterangan yang detail. Pembatasan ini adalah suatu masalah yang serius. Ada
2 pertanyaan inti di sini yaitu: pertama, bagaimana pengalaman sosial mempengaruhi perkembangan
kognitif? Berkenaan dengan pertanyaan pertama, teori belajar sosial menguraikan bagaimana
modeling, instruksi dari lainnya dan pelajaran seolah mengalami sendiri tentang hukuman dan
penguatan mengabarkan informasi untuk anak-anak. Banyak informasi baru yang datang dari yang
lainnya dibanding dari trial and error yang langsung dialami oleh dunia fisik. Bahkan gaya pengolahan
informasi, seperti pengambilan keputusan yang mengikuti kata hati dapat ditiru. Kedua, bagaimana
cara pengembangan teori mempengaruhi pemahaman peristiwa sosial anak-anak? Berkenaan dengan
pertanyaan ini, jawaban Bandura adalah perkembangan kognitif pengertian sosial dengan cara berikut
ketika anak-anak menjadi semakin terampil dalam mengambil keputusan, mewakili peristiwa secara
simbolis, menggunakan strategi memori dan menyusun kembali pengetahuan yang lalu, hal ini
menjadi lebih efisien pada pemahaman perilaku yang mereka amati.[1]
1. 3. Memberikan pengertian tentang gejala-gejala perkembangan anak.[2]
1. 4. Memberikan pengertian mengenai peranan interaksi antara lingkungan dengan
anak, misalnya : ibu dengan anaknya yang sedang belajar bahasa.[3]
 Kelemahan
1. 1. Perhatian tentang perkembangan kognitif tidak cukup
Teori Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya karena itu menekankan bahwa
lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut.
Bagaimanapun, alam dari sistem kognitif, bagaimana itu berkembang, dan bagaiman pengembangan
ini mempengaruhi penelitian belajar mengutamakan untuk keberhasilan. Walaupun teori ini telah
bebas mengadopsi teori pengolahan informasi yang telah diperhitungkan dari pemikiran, hanya
gambaran umum yang diperhitungkan, seperti penyajian simbolis, perhatian, penyimpanan informasi,
konstruksi aturan dan verifikasi.[4]
KESIMPULAN
Teori belajar sosial adalah sebuah teori belajar yang relative masih baru dengan teori belajar lainnya.
Salah satu tokohnya adalah Albert Bandura, seorang psikolog pada Universitas Stanford Amerika
Serikat.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus (S-R bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif
manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning(pembiasaan merespon)
dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian
empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak, faktor sosial dan kognitif.
Teori belajar sosial melalui tekanannya pada penelitian variable yang menimbulkan perilaku tertentu.
Kita bukan reactor pasif terhadap kondisi situasional. Hubungan antara perilaku dan situasi yang kita
jumpai dalam kehidupan bersifat timbal balik. Melalui tindakannya sendiri orang menciptakan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi perilakunya. Teori ini menuntun kita untuk melihat tindakan manusia
sebagai reaksi terhadap lingkungan tertentu dan untuk memperhatikan cara lingkungan mengontrol
perilaku, serta cara mengubah lingkungan untuk memodifikasi perilaku, penerapan prinsip dapat
menimbulkan maladaptive.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, J., dan Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[1] Patricia H. Miller. Theories of Developmental Psychologist. Hal. 221-223
[2] John W. Santrock. Life Span Development. Hal. 48
[3] F. J. Monks. Psikologi Perkembangan. Hal. 156
[4] Patricia H. Miller. Theories of Developmental Psychologist. Hal. 225
About these ads

Terkait
teori humanistik Abraham Harold MaslowWith 1 comment
keajaiban otak anakIn "digibook"
Henry Alexander MurrayIn "tokoh pikologi"
1 Tanggapan ke "pengertian teori psikososial Albert bandura"

1 | itsna
November 13, 2010 pada 3:52 pm
numpang baca Om….
Balas

Tinggalkan Balasan

Arsip
 Agustus 2010 (3)
 Juli 2010 (1)
 Mei 2010 (4)
 April 2010 (3)
 Maret 2010 (2)

Kategori
 digibook (1)
 poeplestring (1)
 psikologi islam (2)
 psikologi klinis (2)
 tokoh pikologi (1)
 Uncategorized (6)

Pos-pos Terakhir
 dollar dari peoplestring
 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
 anak berbakat
 Henry Alexander Murray
 Tehnik Psikoterapi islam

Blog Stats
 40,207 hits

Blog pada WordPress.com.


The Albeo Theme.
Ikuti

Follow “Psikologiuhuy's Blog”


Get every new post delivered to your Inbox.

Sign me up

Ditenagai oleh WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai