Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : ADE SAPUTRA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 016396246

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4317/BIROKRASI INDONESIA

Kode/Nama UPBJJ : PEKANBARU/16

Masa Ujian : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Lakukan analisis terhadap 3 (tiga) aspek yang dapat menyebabkan kemungkinan keadaan birokrasi
yang tertutup atau terbuka dikaitkan dengan kondisi yang terjadi di Indonesia!

a. Faktor organisasi sturktur organisasi

Kualitas pelayanan publik pada pemerintah salah satunya bergantung pada komponen – komponen pembentuknya.
Kompleksitas, formalisasi, dan sentralisasi. Dari sinilah terbentuk mekanisme koordinasi formal serta pola interaksi dalam
sebuah organisasi. Kompleksitas berarti struktur organisasi tersebut menerapkan tingkat pembagian kerja, dan tingkat jabatan.
Komponen formalisasi berkaitan dengan standard operating procedure (SOP). Terakhir, sentralisasi berkaitan dengan
kewenangan pengambilan keputusan.

Kondisi ketiga komponen struktur organisasi inilah yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik pemerintah. Apabila
pemerintahan memiliki pembagian kerja yang sesuai kebutuhan. Memiliki SOP yang jelas untuk tiap jenis pelayanannya.
Serta penerapan desentralisasi yang bertanggungjawab sehingga pengambilan keputusan dapat lebih cepat dan fleksibel.
Tentu dapat menunjang kualitas pelayanan publik.

b. Faktor Aparat/ pelayan publik

Sebagai pelaksana kegiatan dan proses penyelenggaraan pemerintahan. Kemampuan aparatur pemerintah ini turut pula
berperan penting dalam menentukan tingkat kualitas pelayanan publik pemerintah. Bagaimana pemerintah mengelola dan
membekali aparat sebagai sumber daya manusia yang dimiliki sehingga pemerintahan dapat memberikan pelayanan prima
kepada masyarakat.

Dengan adanya perkembangan teknologi memungkinkan pemerintah lebih mudah dalam melakukan pengelolaan SDM.
Pemerintah dapat menggunakan aplikasi pengelolaan SDM. Semua proses pengelolaan mulai dari pendataan data pegawai,
mutase, kehadiran pegawai, hingga penggajian dapat dikelola dengan lebih efektif dan efisien.

c. Faktor sistem pelayanan public

Untuk memberikan pelayanan publik yang baik bagi masyarakat dibutuhkan sistem yang tertata. Selain berimbas pada
kecepatan pelayanan, sistem pelayanan publik yang baik dapat menekan pungli dan tindak korupsi. Syarat pelayanan yang
jelas, batas waktu, prosedur, serta tarif pelayanan yang transparan dapat mendorong tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan pemerintah.

Guna memberikan pelayanan yang lebih baik. Saat ini pelayanan publik banyak yang diintegrasikan menjadi satu pintu.
Beberapa kota di Indonesia mulai memanfaatkan sistem informasi manajemen perizinan terpadu guna mendukung pelayanan
satu pintu. Sistem informasi yang lebih dikenal dengan e-government ini dapat mendukung penyelenggaraan layanan menjadi
lebih jelas, mudah, dan transparan.

2. Lakukan analisis tentang masa depan kedudukan birokrasi yang terbelenggu dalam masyarakat industri
menurut C.W. Mills!

Birokrasi dalam konsepsi Weberian (Weber, 1978, 1992. Gerth, H. & C.W. Mills, 1958) merupakan sebuah sistem kerangka
kerja masyarakat modern menghadirkan beberapa kekurangan sebagai perkembangan dari sistem tradisional yang telah
usang. Tampilan birokrasi sebagai sebuah sistem dimana kekuasaan berdasarkan sistem kontrol dan pendisiplinan. Bagi
Weber salah satu masalah yang paling serius adalah bagaimana masyarakat mempertahankan dan menyeimbangkan kontrol
atas negara pada perkembangan birokrasi yang dalam perkembangannya menjadi semakin kompleks dan konservatif. Dia
merasa masalah yang paling serius adalah meningkat kekuatan dan keberpihakan pejabat publik. Melalui autokritik Weber
inilah yang menyebabkan pergeseran kekuasaan dari para pemimpin masyarakat kepada birokrat menjadi hal yang melekat
dan terus menerus difikirkan ulang dalam sebuah perdebatan tentang warisan birokrasi Weberian (Doyle, 1986. Ritzer dan
Goodman, 2003).

Reformasi birokrasi menjadi usaha mendesak dan menjadi bagian dari usaha untuk membangun kerangka konseptual pada
birokrasi modern model Weberian, mengingat implikasinya yang begitu luas bagi masyarakat sipil, sektor swasta dan pada
kerbelangsungan kehidupan bernegara. Perlu usaha-usaha serius agar pembaharuan birokrasi menjadi lancar dan
berkelanjutan. Reformasi birokrasi harus berorientasi pada demokratisasi dan bukan pada kekuasaan. Perubahan birokrasi
harus mengarah pada kebutuhan akan mempercepat proses kepemerintahan karena reformasi birokrasi harus bermuara pada
pelayanan masyarakat. Spirit birokrat untuk berubah harus ditumbuhkan. Ini prasyarat penting, karena tanpa disertai spirit
yang kuat dari birokrat untuk berubah maka reformasi birokrasi akan menghadapi banyak kendala. Sebagai konsekuansinya,
kultur birokrasi tampak buruk, konotasi negatif seperti mekanisme dan prosedur kerja berbelit-belit dan penyalahgunaan
status perlu transformasikan. Sebagai arah yang konstruktif hal tersebut perlu dilakukan pembenahan kultur dan etika
birokrasi dengan konsep transparansi, melayani secara terbuka, serta jelas kode etiknya. Rasionalisasi kelembagaan menjadi
penting dilakukan agar birokrasi menjadi ramping dan lincah dalam menyelesaikan permasalahan serta dalam menyesuaikan,
merespons dan mengikuti dengan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk kemajuan menjadi melek akan
teknologi informasi. Upaya reformasi birokrasi tidak akan memberikan hasil yang optimal tanpa disertai sumber daya
manusia yang handal, profesional dan berorientasi pada pelayanan. Oleh karena itu untuk mendapatkan sumber daya manusia
(SDM) yang memadai diperlukan penataan dan sistem rekrutmen kepegawaian, sistem penggajian, pelaksanaan pelatihan,
dan peningkatan kesejahteraan. Reformasi birokrasi akan berdampak langsung pada masyarakat, karena peran birokrasi yang
utama adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada tataran ini masyarakat dapat dilibatkan untuk mengawasi
kinerja birokrasi

3. Berikan contoh konkrit reformasi birokrasi disertai analisis pentingnya perubahan perilaku dalam
birokrasi!

Seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah pelayan masyarakat dan mengabdi pada negara. Mengapa begitu? Karena dalam
bekerja, output yang harus dihasilkan oleh ASN bukan dalam bentuk profit, melainkan kepuasan masyarakat, hal tersebut bisa
dalam bentuk fisik (infrastruktur), maupun jasa (pelayanan).

Dalam Pidato Sidang Kabinet Paripurna dan Pidato Rapat Tahunan MPR, DPR, dan DPD, Presiden Indonesia, Bapak Joko
Widodo menyampaikan bahwa ada 5 (lima) program utama yang akan diprioritaskan selama 5 (lima) tahun ke depan,
program tersebut antara lain pembangunan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi,
reformasi regulasi, dan transformasi ekonomi. Reformasi birokrasi adalah landasan dalam mewujudkan pelayanan publik
yang baik.

Seperti yang tercantum dalam Perpres RI No. 81 Tahun 2010, Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 menargetkan
tercapainya 3 (tiga) sasaran hasil utama, yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintah yang bersih dan
bebas KKN, serta peningkatan pelayanan publik. Hermawan (2020) menyampaikan perubahan perilaku pejabat publik adalah
kunci dalam pelayanan. Perubahan mindset perilaku pejabat publik mencakup 3 (tiga) aspek penting, yaitu :

1. Mengubah dari “Penguasa” menjadi “Pelayan” masyarakat.


2. Mengubah dari “Wewenang” menjadi “Peranan”.
3. Menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, bukan hanya di dunia tapi juga
di akhirat.

Perubahan mindset mendukung terwujudnya good governance sesuai 8 (delapan) area perubahan dalam program reformasi
birokrasi, yaitu bekerja untuk melayani, menjadi role model yang baik, taat kepada peraturan, menjalankan pekerjaan sesuai
dengan Sasaran Kerja Pegawai (SKP), paham teknologi, mengerti struktur organisasi, proaktif dalam setiap pekerjaan,
menolak pemberian terkait dengan pekerjaan.

Apabila diuraikan lebih lanjut, arti kata pelayanan atau service memiliki nilai-nilai berikut:

1. Self-awareness : ASN harus memiliki kepedulian dan kesadaran diri, memahami posisi sebagai pelayan publik yang
berjiwa melayani pelanggannya, baik internal maupun eksternal.
2. Enthusiasm : melakukan pelayanan dengan semangat yang kuat dan penuh antusias dalam pemberian layanannya.
3. Reform : pelayan publik yang baik memiliki inovasi dan kreatifitas yang melebihi ekspektasi penerima layanannya
sehingga dapat memperbaiki kinerja layanannya secara berkelanjutan.
4. Value : memberikan manfaat atau nilai tambah bagi penerima layanannya.
5. Impressive : tampil dengan perilaku yang tidak kaku dan mengesankan penerima layanannya.
6. Care : peduli terhadap kebutuhan penerima layanan dan memberikan perhatian secara optimal.
7. Evaluation : pelaksanaan layanan harus dievaluasi secara rutin oleh pemberi layanan agar dapat menyempurnakan
layanan yang diberikan.

Melihat penjelasan di atas, lalu apa peranan Auditor untuk meningkatkan pelayanan publik? Auditor memiliki peran untuk
mengawal kegiatan pelayanan publik yang dilakukan oleh ASN, melalui beberapa kegiatan seperti reviu yang independen
terhadap laporan keuangan, optimalisasi audit internal, kontrol manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
instansi (anti-corruption activities), kegiatan pendampingan (early warning system), serta evaluasi akuntabilitas kinerja
masing-masing unit kerja.

Anda mungkin juga menyukai