Anda di halaman 1dari 2

REPUBLIKA.CO.ID, Yuni (35 tahun) mengaku sering dibuat jengkel.

Buah hatinya Rian (5) selalu menangis


meraung-raung jika menginginkan sesuatu. Tak hanya itu, anak ketiganya itu juga sangat sulit bila
disuruh makan dan mandi. Bahkan, sang anak juga sangat susah diatur. ''Wah, ampun deh anak saya
benar-benar nakal,'' tuturnya.

Keluhan seperti itu memang kerap dilontarkan ibu-ibu muda. Tapi, benarkah anak seperti Rian itu nakal?
Menurut psikolog dari Jagadnita Consulting, Clara Istiwidarum Kriswanto, secara fisik kenakalan akan
muncul bila anak berada dalam kondisi capai, mengantuk atau hilang mood, serta lapar. ''Secara fisik,
ketiga hal itu bisa menimbulkan kenakalan pada anak,'' tuturnya dalam suatu acara di Jakarta, pekan
lalu.

Nah, bila si buah hati mulai berbuat nakal atau merengek-rengek tak jelas, maka Anda perlu memeriksa
ketiga hal tadi. Mungkin, saja si anak lapar dan Anda lupa jadwal makannya. Bisa juga, ia capek dan
ngantuk karena seharian Anda ajak berjalan-jalan.

Menurut Clara, selain dipicu faktor fisik, kenakalan pada Anak juga muncul akibat faktor psikologis.
Seorang anak, biasa berbuat nakal atau tindakan yang bisa membuat ibu jengkel, sebenarnya untuk
meminta perhatian. ''Tujuan utama anak nakal, karena ia meminta perhatian.'' Selain itu, anak juga
sering berbuat nakal karena didorong faktor untuk mencari kekuasaan. Biasanya, tutur Clara, hal itu
dilakukan anak usia dua-tiga tahun. ''Anak biasanya melempar-lempar atau menumpahkan makanan
saat makan, tujuannya ingin merdeka dan membuktikan bahwa ia mampu makan sendiri.''

Malah, ada pula anak yang sengaja melakukan kenakalan karena alasan balas dendam. Hal ini, biasanya
dilakukan oleh anak yang sudah besar. Biasanya, tutur Clara, anak yang tidak mendapat perhatian dan
tidak bisa mencari kekuasaan cenderung akan melakukan balas dendam dengan membuat jengkel sang
ibu. Kalau anak sudah bilang, ''Nggak mau, Mama jahat banget.'' Itu tandanya anak sudah merasa
jengkel dengan orang tuanya. Maka, ia akan berusaha untuk melakukan tindakan yang nakal dan
membuat ibu jengkel setengah mati.

Clara mengungkapkan, orang tua memiliki peran yang besar dalam mendidik anaknya. Ia mengingatkan,
banyak orang tua saat ini salah menerapkan perhatian kepada anak. Kebanyakan orang tua memberi
perhatian kepada si buah hati, justru ketika mereka melakukan tingkah laku yang nakal. ''Memberi
perhatian pada anak pada saat yang tidak tepat adalah salah,'' tuturnya. Menegur anak saat memain-
mainkan tombol televisi misalnya, tutur dia, justru akan dipersepsi anak, jika ingin mendapat perhatian,
maka ia harus memainkan tombol televisi. Maka, berilah anak perhatian pada saat ia berbuat hal yang
baik dan manis.

Menurut Clara, memberi perhatian dengan cara yang salah, maka akan membuat anak menjadi tak tahu
cara menaati peraturan yang benar. Selain itu, anak pun akan menjadi pribadi yang tak taat aturan.
''Bahkan, bila terus dibiarkan, anak bisa menjadi antisosial,'' ungkapnya. Sebelum terlambat, maka hal
tersebut harus segera diatasi. Yakni, kata Clara, dengan hukum perilaku.

Hukum perilaku itu menyebutkan, suatu perilaku dilakukan dan diulang-ulang, karena memberi hasil
yang menyenangkan. Nah, kalau anak berbuat sesuatu yang menyenangkan hatinya, maka ia akan
mengulang perbuatan itu. Saat anak Anda bisa makan sendiri, bernyanyi, menggambar atau main
sendiri, berikanlah mereka tepuk tangan, pelukan dan senyuman. Anak pun merasa senang dan akan
terus berusaha untuk mengulang perbuatan positif itu

Anda mungkin juga menyukai