Anda di halaman 1dari 20

PENATARAN KEPROFESIAN STRATA 2 – SESI 4

IKATAN ARSITEK INDONESIA - JAKARTA

KOMPONEN STRUKTUR
SEKUNDER/ PENUNJANG
Disajikan Oleh:
Puguh Harijono

Jakarta, 23 Mei 2016


STRUKTUR PENUNJANG

Struktur Penunjang (disebut juga :


Stuktur Sekunder) adalah :

Struktur tambahan yang harus dihitung


demi keamanan dan kenyamanan
bangunan yang tidak termasuk dan
bukan merupakan struktur utama..
Termasuk di dalam Struktur Penunjang / Struktur
Sekunder antara lain :

 Kulit luar bangunan, semisal : ACP, Precast Panel


 Parapet (dinding penahan / dinding pengaman pada
gedung parkir), ramp, car stopper.
 Handrailing pada tangga (dan tangga kebakaran)
Railing dan pagar pada Void
 Kanopi = penahan tampias dan sinar matahari
 Kolom praktis (sebagai pengaku dinding)
 Utilitas : SRAH, KRAH, Water Trap dan saluran-
saluran pembuangan
 Unsur arsitektural dan ornamen-ornamen pada
bangunan yang memerlukan dukungan struktur yang
spesifik.
 Dan elemen nonstruktural lainnya yang dirasakan
perlu.
UUJK NO. 18 / 1999

Beberapa klausul di dalam Undang-Undang Nomor 18/1999


tentang : Jasa Konstruksi :

 Pasal 1 butir 1 :
Jasa Konstruksi adalah layanan Jasa Konsultansi
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan layanan jasa
Konsultansi Pengawasan, pekerjaan Konstruksi.

 Penjelasan :
Dalam jasa konstruksi terdapat 2 (dua) pihak yang
mengadakan hubungan kerja berdasarkan hukum yakni
pengguna jasa dan penyedia jasa.
 Pasal 5 :

- Perencana Konstruksi, pengawas konstruksi, pelaksana


konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian.

- Orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan


usaha sebagai perencana konstruksi atau pengawas
konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha
pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat
keahlian.

- Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan


keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi
harus memiliki sertifikat ketrampilan dan keahlian
kerja.
 Pasal 43 ayat 1 :
- Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan
konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan
keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan
konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana
paling lama 5 tahun penjara atau dikenakan denda
paling banyak 10% dari nilai kontrak.

- Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan


pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi
kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan
penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dan
menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi
atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama
5 tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak
10% dari nilai kontrak.
 Pasal 43 ayat 2 :
- Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
ketentuan keteknikan yang telah di tetapkan dan
mengakibatkan kegagalan bangunan dikenai pidana
paling lama 5 tahun penjara atau dikenakan denda
paling banyak 5% dari nilai kontrak.
MATERI PENATARAN

 Kulit Luar
 Parapet & Car Stopper
 Handrailing
 Kanopi
 Kolom Praktis
 Utilitas
KULIT LUAR

Courtessy of Agus Riyanto


KULIT LUAR
KULIT LUAR

Wind tunnel test dianjurkan untuk dilakukan pada


bangunan bangunan yang tingginya lebih dari
200 m. Test ini terutama untuk penentuan besar
gaya angin flexibilitas bangunan, tekanan angin
untuk perencanaan cladding (kulit bangunan),
response pada lantai atas gedung, dan pengaruh
pada pedestrian disekitar bangunan.
(Peraturan Kepala Dinas P2B No. 50/2007 tentang : Perencanaan Struktur Dan Geoteknik)
PARAPET – CAR STOPPER

Courtessy of Agus Riyanto


Car Stopper
Parapet
PARAPET – CAR STOPPER
Struktur sekunder berupa dinding pengaman (parapet)
penahan benturan kendaraan direncanakan dengan ketentuan :
1. Pembebanan ditetapkan sebagai beban terpusat sebesar
2700kg yang bekerja pada titik pusat tumbukan pada ketinggian
46cm dari permukaan lantai pada elemen dengan luas minimum
30cmx30cm,
2. Faktor beban ditetapkan adalah sebesar 1,6 ,
3. Apabila menggunakan struktur beton bertulang, ketebalan
minimum dinding sebesar 15 cm,
4. Apabila angkur dynabolt pada struktur baja, maka kekuatan
angkur/dynabolt yang terpasang harus memiliki kekuatan 1,2 kali
lebih kuat dari kekuatan minimal,
5. Diwajibkan membuat car stopper minimal setinggi 15 cm dengan
jarak antara car stopper minimal dapat menahan 2 roda
kendaraan/ mobil,
6. Untuk dinding penahan kendaraan truk dan bus harus ditinjau
khusus.
(Peraturan Kepala Dinas P2B No. 50/2007 tentang : Perencanaan Struktur Dan Geoteknik)
RAMP

1. Ramp pada bangunan gedung harus memenuhi persyaratan sesuai


penggunaan untuk manusia dan jalur kendaraan.
2. Ramp untuk manusia terdiri dari ram sirkulasi umum dan ram
disabilitas dengan lebar bersih 110 cm dengan kemiringan 1 : 12.
3. Apabila lebar bersih ram lebih besar dari 110 cm, harus
menyediakan handrailing pada kedua sisi ramp.
4. Ramp untuk jalur kendaraan dilengkapi dinding pengaman
(parapet) beton bertulang dengan ketinggian minimal 120 cm.
5. Kemiringan ram lurus pada bangunan parkir minimal 1 : 7.
(Pasal 109, 110, 111 - Peraturan Kepala Dinas P2B No. 3/2014 tentang : Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung di Bidang Arsitektur)
HAND-RAILING
Struktur sekunder berupa handrail direncanakan dengan mengambil
beban kerja terbesar yang akan terjadi antara beban terpusat
sebesar 90 kg pada puncak hand rail atau beban merata sebesar
75 kg/m' pada sembarang arah serta harus ditinjau sekurang -
kurangnya 2 arah salib sumbu .
(Peraturan Kepala Dinas P2B No. 50/2007 tentang : Perencanaan Struktur Dan Geoteknik)

Handrailing pada tangga kebakaran harus kuat dengan tinggi 110 cm


(Pasal 102 - Peraturan Kepala Dinas P2B No. 3/2014 tentang : Persyaratan Teknis Bangunan Gedung di
Bidang Arsitektur)
KANOPI
UTILITAS
 Sumur Resapan Air Hujan (SRAH)

 Semakin banyak pembangunan gedung, akan berdampak pada penyerapan air tanah
akibat penutupan muka tanah oleh bangunan, yang dapat berakibat pada penurunan
muka air tanah dan penurunan persediaan sumber air.
 Memperbesar volume air hujan yang masuk kedalam tanah sebagai air resapan
(infiltrasi), sehingga mengurangi air hujan yang mengalir sebagai aliran permukaan
(Run Off) dan memperbanyak air hujan masuk kedalam tanah
 Keberadaan SRAH dan KRAH (dan juga biopori) akan melindungi dan memperbaiki
air tanah, dan menekan laju erosi.
 Landasan hukum pembuatan SRAH dan KRAH adalah :
- Perda Provinsi DKI Jakarta No. 7/2010 tentang : Bangunan Gedung
- Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 115 / 2001 tentang : SRAH
- Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 38 / 2012 tentang : Bangunan Gedung Hijau
KOLOM PRAKTIS
UTILITAS

 IPAL  Water Trap

- Fungsi water trap adalah untuk menampung


air permukaan agar tidak mengalir keluar
tapak dan mengalirkannya ke muka tanah.
KESIMPULAN
1. Sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 28/2002 tentang :
Bangunan Gedung ;
Penyedia jasa konstruksi harus mengutamakan keamanan,
kesehatan, keselamatan dan kenyamanan dalam
menjalankan segenap profesinya, dengan mengikuti
segenap peraturan teknis dan ketentuan hukum yang ada,
2. Penentuan struktur penunjang atau bukan penunjang,
tergantung pada :
a. Karakteristik geografis setempat,
b. Peruntukan bangunan.
3. Dapat menggunakan peraturan teknis dari luar negeri
sepanjang hal tersebut belum diatur atau dirasa belum
cukup untuk memenuhi kriteria keamanan, kesehatan,
keselamatan dan kenyamanan. Namun hal ini perlu
berkoordinasi terlebih dahulu dengan TABG Provinsi DKI
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai