Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MAQAM-MAQAM DALAM TASAWUF


Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata kuliah Tasawuf

Dosen Pengampu :

Bpk. H. Sa’dan. M.Ag

Disusun oleh :

Kelompok 9

• Nur Diyaah
• Rini Apipah
• Ririn Inayah
• Dini Amirati

PEROGRAM STUDI AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HAJI AGUS SALIM
CIKARANG – BEKASI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Tasawuf.
Dalam makalah ini, kami memberikan uraian singkat tentang ‘’Maqamat dalam
Tasawuf’’. Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan kami dalam menyusun makalah inin. Oleh karena itu kami memohon
maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Kami juga mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan
kesalahan dalam makalah ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang ikut serta dalam
terselesaikannya makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami
sangat berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua serta langkah kita
dalam menuntut ilmu senantiasa diridhai oleh Allah SWT.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Maqamat
B. Macam-Macam Maqamat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tasawuf merupakan bagian dari kajian islam yang tak terpisahkan dari kajian
islam lainnya, seperti halnya pada kajian tauhid dan fiqih. Jika aksentuasi kajian
tauhid terletak pada soal-soal akidah pengesaan Allah Swt. Dan berbagai hal terkait
dengan soal pokok-pokok agama dan kajian fiqih menitik beratkan pada soal-soal
ijtihad yang bersifat haliyah-‘amaliyah-furu’iyyah,maka tasawuf kajiannya terletak
pada soal-soal batini menyangkut hal-hal dzauqi, ruhani, dan sangat esoteris. Hal-hal
inilah yang kemudian membawa pada diskursus bahwa inti ajaran tasawuf adalah
untuk mencapai kehidupan batini dan ruhani (pertalian langsung dengan Allah).
Dua asfek yang mendahuluinya, yaitu berdasarkan akidah (tauhid) dan syarat (fiqih).
Begitu juga sebaliknya, domain akidah dan fikih tidak boleh lepas kendali dari
tasawuf. Tidak boleh dan tidak bisa kemudian berjalan sendiri-sendiri. Idealitas ajaran
dan kajian islam adalah menampilkan ketiga domain tersebut secara bersama-sama
dan tidak berat sebelah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Maqamat ?
2. Macam-Macam Maqamat dalam tasawuf ?
3. Pendapat Maqamat Para Sufi ?

C. Tujuan Masalah
1. Mendiskripsikan pengertian dari maqamat
2. Memaparkan jumlah tingkatan - tingkatan maqamat dalam tasawuf
3. Mengetahui beberapa pendapat Maqamat Para Sufi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Maqamat
Maqamat adalah bentuk jamak dari kata maqam, yang secara bahasa berarti pangkal
atau derajat. Dalam bahasa inggris, maqamat disebut dengan istilah station atau stage.
Sementara menurut istilah tasawuf, maqamat adalah kedudukan seorang hamba di hadapan
Allah, yang diperoleh dengan melalui peribadatan, mujahadat dan lain-lain. Latihan spiritual
serta (berhubungan) yang tidak putus-putusnya dengan Allah.
Secara teknis maqamat juga berarti aktivitas dan usaha maksimal seorang sufi untuk
meningkatkan kualitas spiritual dan kedudukannya (maqam) di hadapan Allah dengan
amalan-amalan tertentu lainnya, yang diyakini sebagai amalan yang lebih tinggi nilai
spiritualnya di hadapan Allah. Terjadi perbedaan pendapat dikalangan para sufi, Al
Qusyairi, menjelaskan bahwa maqamat adalah etika seorang hamba dalam wushul (mencapai,
menyambung) kepadanya dengan macam upaya, diwujudkan dengan tujuan pencarian dan
ukuran tugas. Al Qusyairi menggambarkan maqamat dalam taubat - wara - zuhud - tawakal -
sabar dan Ridha. Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumudin membuat sistematika maqamat
dengan taubat - sabar - faqir - zuhud - tawakal - mahabah - ma'rifat dan ridha. Al
Kalabadhi (w. 990/5) didalam kitabnya "Al taaruf Li Madzhab Ahl Tasawuf", sebuah kitab
yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Arthur John Arberry dengan judul "The
doctrine of the Sufi" menjelaskan ada sekitar 10 maqamat : Taubat - zuhud - sabar - faqir -
dipercaya - tawadhu (rendah hati) - tawakal - ridho - mahabbah (cinta) -dan ma'rifat.

B. Macam-Macam Maqamat
Penjelasan semua tingkatan itu sebagaimana berikut:
a. Taubat
Taubat dalam bahasa arab yang berarti “kembali” atau “kembali”, sedangkan taubat
bagi kalangan sufi memohon ampunan atas segala dosa yang disertai dengan penyesalan dan
berjanji dengan sunguh-sunguh untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut dan
dibarengi dengan melakukan kebajikan yang dianjurkan oleh Allah.
Berkaitan dengan maqam taubat, dalam al qur’an terdapat banyak ayat yang menjelaskan
masalah ini. Yaitu firman Allah (Q.S An nur, 24:31)
َ‫َّللا َجمِ ي ًعا أَيُّ َها ْال ُمؤْ مِ نُونَ لَ َعله ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬
ِ ‫َوتُوبُوا ِإلَى ه‬
... Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung. (Q.S An nur, 24:31)
Dalam ajaran tasawuf, konsep tobat dikembangkan dan mendapat berbagai pengertian.
Tobat dibedakan menjadi tobat dalam syariat biasa ialah tobat orang awam dan maqom taubat
ialah orang khawas. Dalam hal ini ulama sufi Dzu Al-Nun Al-mishir mengatakan : “tobatnya
orang-orang awam (sekadar) tobat dari dosa-dosa, sedangkan tobat orang khawas ialah tobat
dari ghofla (lalai mengingat tuhan)”.
Taubah kan oleh para salikin merupakan tindakan permulaan dalam peraturan ajaran
tasawuf. Pada tahap tobat ini, seorang sufi membersihkan dirinya (tazkiyah AnNafs) dari
perilaku yang menimbulkan dosa dan rasa bersalah. Tobat juga merupakan sebuah terma
yang dikembangkan oleh para salikin (orang- orang menuju tuhan )untuk mencapai maqomat.
b. Wara’
Secara harfiah al wara’ artinya soleh, kata wara’ mengandung arti menjauhi hal-hal
yang tidak baik. Dalam pengertian sufi wal wara’ adalah meninggalkan yang didalamnya
terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (Syubhat). Ini sejalan dengan (H.R. Bukhori),
“barang siapa yang dirinya terbebas dari syubhat, maka sesungguhnya ia telah bebas dari
yang haram”.
Ulama sufi membagi wara’ kedalam beberapa tingkatan. Yahya bin ma’adz berkata,
wara itu itu dua tingkatan wara segi lahir yaitu hendaklah kamu tidak bergerak, kecuali untuk
ibadah pada Allah, dan wara batin, yakni agar tidak masuk dalam hatimu, kecuali Allah.

c. Zuhud
Secara terminologi, zuhd ialah mengarahkan keinginan kepada Allah SWT,
menyatakan kemauan kepadaNya sehingga lebih sibuk denganNya dari pada kesibukan
lainnya agar Allah memerhatikan dan memimpin seorang zahid (orang yang berperilaku
zuhd). Al junaidi al bagdadi mengatakan “ zuhd adalah ketika tangan tidak memiliki apa-apa
dan hati kosong dari cita-cita.
Disini seorang sufi tidak memiliki suatu yang berharga, tetapi tuhan yang dekat dengan
dirinya. Yahya ibn Muadh menyatakan bahwa zuhd adalah meninggalkan apa yang sudah
ditinggalkan.

d. Faqr
Secara harfiah, faqr (fakir) diartikan sebagai orang yang berhajat, membutuhkan, atau
orang miskin. Adapun dalam pandangan sufi. Fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang
di miliki kita. Tidak meminta rezeki, kecuali hanya untuk menjalankan kewajiban-kewajiban.
Tidak meminta sungguh pun tak ada pada diri kita, tetapi kalau diberi diterima. Tidak
meminta, tetapi tidak menolak.
e. Sabar
Sabr (sabar) bukanlah sesuatu yang harus diterima seadanya, bahkan sabar adalah usaha
kesungguhan yang juga merupakan sifat Allah yang sangat mulia dan tinggi. Sabr ialah
menahan diri dalam memikul suatu penderitaan, baik dalam sesuatu perkara yang tidak
diinginkan maupun dalam kehilingan sesuatu yang di senangi.
Sebagaiman dalam firman Allah dan (Q.S. al-Ahqof, 46:35)Yang berbunyi:
... ‫س ِل َوال ت َ ْست َ ْع ِج ْل لَ ُه ْم‬ ُّ َ‫ص َب َر أُولُو ْال َع ْز ِم مِ ن‬
ُ ‫الر‬ ْ ‫فَا‬
َ ‫ص ِب ْر َك َما‬
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari
Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka.
(Q.S. al-Ahqof, 46:35)

f. Tawakal
Secar umum pengrtian tawakal adalah pasrah dan mempercayakan secara bulat kepada
Allah setelah seseorang membuat rencana dan melakukan usaha untuk ikhtiar. Akan tetapi
dikalangan sufi pengertian tawakal dipahami lebih mendalam lagi. Misalnya al-syibli (w.
945 M) mengatakan tawakal adalah hendaknya engkau merasa tidak ada harapan Allah dan
Allah senatiasa dihadapan kamu. Hal ini berarti dalam segala hal baik sikap maupun
perbuatan seseorang harus menerima secara tulus. Apapun yang terjadi adalah diluar pinta
dan usaha tetapi semuany diyakini dari Allah semata.
g. Ridho
Ridho ajaran untuk menanggapi dan mengubah segala bentuk keadaan jiwa, baik
kebahagiaan, kesenangan, penderitaan, kesengsaraan, dan kesusahan menjadi kegembiraan
dan kenikmatan karena kebahagiaan menikmati segala pemberian Allah SWT. Al-ghozali
mengatakan” rela menerima apa saja, segala yang telah dan sedang dialaminya itulah yang
terbaik baginya, tak ada yang lebih baik selain apa yang telah dan sedang dialaminya.” Ibnu
khaff mengatakan tentang ridho “ kerelaan hati menerima ketentuan tuhan, dan persetuan
hatinya terhadap yang diridhoi Allah untuknya.

h. Mahabbah
Secara harfiah, mahabah atau al-hubb sering diartikan dengan cinta dan kasih sayang.
Mahabah adalah usaha mewujudkan rasa cinta kasih sayang yang ditujukan kepada Allah.
Mahabah juga dapat diartikan sebagai luapan hatidan gejolaknya ketika dirundungkeinginan
untuk bertemudengan kekasih, yaitu Allah SWT. Tasawuf menjadikan mahabah sebagai
tempat persinggahan orang yang berlomba untuk memperoleh cinta illahi menjadi sasaran
orang-orang yang beramal dan menjadi uirahan orang-orang yang mencintai tuhannya.
i. Ma’rifah
Ma’rifah (arafa-ya ‘rifatan) secara etimologis berarti mengenal, mengetahui, dan boleh
pula diartikan dengan menyaksikan. Istilah ma’rifat dalam tasawuf sering di konotasi pada
panggilan hati melalui berbagai bentuk tafakur untuk menghayati nilai-nilai kerinduan yang
berhasil dari kegiatan dzikir sesuai dengan tanda-tanda pengungkapan (hakikat) secara terus
menerus. Maksudnya hati menyaksikan kekuasaan tuhan dan merasakan besarnya
kebenaranNya dan mulianya kehebatannya yang tibdak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Dari aspek lain ma’rifat juga berarti mengetahui apa saja yang dibayangkan dalam hati tanpa
menyaksikan sendiri keadaannya berdasarkan pengetahuan Tuhan.
C. Pendapat Maqamat Para Sufi
Berikut beberapa pendapat tentang jalan atau cara yang dilalui para sufi :
1. Abu Bakar Muhammad al-Kalabadi
a) Tobat
b) Zuhud
c) Sabar
d) Kefakiran
e) Kerendahan hati
f) Tawakkal
g) Kerelaan

2. Abu Nashar al-Sarraj al-Thusi


a) Tobat
b) Wara’
c) Zuhud
d) Kefakiran
e) Sabar
f) Tawakkal
g) Kerelaan
3. Al-Ghazali
a) Tobat
b) Sabar
c) Kefakiran
d) Zuhud
e) Tawakkal
f) Mahabbah
g) Makrifat
h) Kerelaan
4. Al-Kalabadzi
a) Tobat
b) Zuhud
c) Sabar
d) Kefakiran
e) Rendah hati
f) Tawakkal
g) Kerelaan
h) Mahabbah
i) Makrifat
5. Abd al-Qasim al-Qusyairi al-Naisaburi
a) Tobat
b) Wara’
c) Zuhud
d) Tawakkal
e) Sabar
f) Rida
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam ilmu Tasawuf, maqamat berarti kedudukan hamba dalam pandangan
Allah berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui riyadhah, ibadah, maupun
mujahadah. Di samping itu, maqamat berarti jalan panjang atau fase-fase yang harus
ditempuh oleh seorang sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Maqam
dilalui seorang hamba melalui usaha yang sungguh-sungguh dalam melakukan
sejumlah kewajiban yang harus ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Seorang
hamba tidak akan mencapai maqam berikutnya sebelum menyempurnakan maqam
sebelumnya. Berkaitan dengan macam-macam maqamat yang harus ditempuh oleh
seorang salik untuk berada sedekat mungkin dengan Allah, para sufi memiliki
pendapat yang berbeda-beda. Dalam pada itu Imam al-Ghazali dalam kitabnya ihya’
Ulum Al-Din mengatakan bahwa maqamat itu ada delapan yaitu al-taubah, al-shabr,
al-tawakkal, dan al-ridla, sedangkan al-tawadlu, al-mahabbah, dan al-ma’rifah oleh
mereka tidak disepakati sebagai maqamat. Sementara itu Abu Nasr al-Sarraj al-Tusi
dalam kitab al-Luma’ menyebutkan jumlah maqamat hanya tujuh, yaitu al-taubah, al-
zuhud, al-faqr, al-tawakkal dan al-ridla. Sedangkan menurut Muhammad al-Kalabazy,
maqamat terdiri dari sepuluh tingkatan, yaitu taubat, zuhud, sabar, faqr, tawadhu’,
takwa, tawakkal, ridha, mahabbah, dan ma’rifat.
Daftar Pustaka
http://santoson111.blogspot.com/2015/02/maqamat-dalam-tasawuf.html

http://istiwasiaturrohmi.blogspot.com/2016/03/maqam-maqam-dalam-tasawuf.html

https://lusiagitarahmawati.wordpress.com/2012/11/23/makalah-maqomat-dalam-tasawuf

Anda mungkin juga menyukai