ESSAY
MARI BUDAYAKAN LITERASI, MARI BERPRESTASI
Di era perkembangan teknologi informasi seperti saat ini membuat informasi dan ilmu
pengetahuan menjadi sangat mudah untuk diakses. Tidak seperti di tahun-tahun sebelumnya
yang dimana buku menjadi satu-satunya sumber bacaan, kini sumber bacaan dapat dengan
mudah untuk didapatkan dari berbagai media. Dan ditambah lagi, hadirnya buku elektronik
membuat seseorang dapat mengakses buku apapun, kapanpun dan dimanapun kita berada.
Namun, dengan hadirnya segala kemudahan untuk mengakses bahan bacaan seperti
sekarang ini masih belum mampu untuk mendongkrak tingkat literasi masyarakat Indonesia
khususnya para pelajar. Hal ini ditunjukan dengan berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh
UNESCO dengan judul “The World’s Most Literate Nations” menyebutkan bahwa tingkat
literasi Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara. Yang berarti tingkat literasi di
Indonesia sangat rendah.
Membaca memang merupakan kegiatan yang mudah untuk dilakukan, tetapi untuk
menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan bukanlah hal yang mudah. Apalagi di era seperti
sekarang ini yang dimana hampir semua hal dapat divisualisasikan menjadi grafis sehingga
mengurangi minat membaca pelajar. Oleh karena itu, pembudayaan literasi bagi pelajar sudah
menjadi sebuah hal darurat yang harus segera dilakukan terutama di sekolah-sekolah.
Menumbuhkan kembali budaya literasi di kalangan pelajar memang bukanlah sesuatu yang
mudah, namun bukan juga sesuatu hal yang mustahil untuk dicapai. Ada beberapa upaya yang
dapat dilakukan untuk membangkitkan literasi dan minat baca dikalangan pelajar.
Pertama, menyediakan sumber atau bahan bacaan yang menarik dan variatif baik di
sekolah maupun di rumah. Bahan bacaan yang menarik dan variatif tersebut dapat berupa buku
tema pendidikan, novel, buku bacaan yang berisi gambar (visual) yang dapat menarik pelajar
untuk membaca, selain itu koran dan majalah juga dapat menjadi sumber atau bahan bacaan.
Kedua, membentuk komunitas pecinta literasi. Yang nantinya komunitas ini dapat mengadakan
berbagai acara pertunjukan ataupun lomba-lomba yang berkaitan dengan literasi. Sehingga
pelajar juga memiliki skill yang tinggi terhadap dunia seni dan literasi. Ketiga, memaksimalkan
fasilitas perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah yang telah tersedia. Namun, langkah
tersebut harus diimbangi pula dengan sarana dan prasarana yang memadai pula sehingga
pelajar dapat merasa nyaman dan semakin tertarik untuk membaca. Keempat, menggaungkan
budaya literasi melalui media sosial atau internet seperti blog, website, Instagram, Facebook,
WhatsApp dan lain sebagainya. Karena mengingat pola hidup pelajar sekarang yang lebih
banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gadget daripada membaca, maka langkah ini
merupakan langkah ini dirasa merupakan paling strategi paling tepat untuk menyebarluaskan
budaya membaca di kalangan pelajar.
Dalam mewujudkan budaya literasi ini tentu tidak dapat dilakukan secara instan. Maka
diperlukan adanya pembiasaan yang kemudian akan menjadi sebuah karakter pada diri pelajar.
Serta, dalam mewujudkan budaya literasi tidak dapat dilakukan hanya dengan mengandalkan
pelajar dan sekolah saja, melainkan diperlukan pula adanya kontribusi dari orang tua pelajar,
masyarakat dan juga pemerintah.
Minat membaca berbanding lurus dengan tingkat prestasi dari seorang pelajar. Karena
dengan membaca akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan juga keterampilan seseorang.
Pendidikan tanpa membaca bagaikan raga tanpa ruh. Semakin tinggi tingkatan minat membaca
seseorang, maka akan semakin tinggi pula kualitasnya.