Anda di halaman 1dari 42

KUMPULAN ARTIKEL

1. PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL-DALIL TENTANGISTIDRAJ


2. DALIL-DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN
SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA.,(DALIL,
TERJEMAHAN, PENJELASAN, SERTA CONTOHKASUS).
3. BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DI DALAM KITAB
KITAB SUCI AGAMA LAIN (Kristen, Hindu, Yahudi,dll)
4. Al-QURÁN SEBAGAI SUMBER SAINS DANTEKNOLOGI
5. PENGERTIAN DAN ORANG-ORANG SALAFUS SHALIH YANG
SESUNGGUHNYA: GENERASI SAHABAT, TABIIN, DAN TABIITTABIIN)

Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam

Dosen Pengampu :
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Ziddan


Nim :L1B021126
Prodi : Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DI BAWAH REKTOR
UNIVERSITAS MATARAM
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ i


KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................... 1
A. LatarBelakang ........................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................................................... 2
D. Metode penyusunan................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
A. Pengertian dan konsep Istidroj................................................................................................................ 3
BAB III DALIL-DALIL HADIST QUDSI ......................................................................................... 9
A. Dalil-dalil hadist Qudsi tentang hukuman yang disegerakan sebagau bentuk kasih sayang Allah
terhadap hambanya ......................................................................................................................................... 9
BAB IV DOSA DAN KRITERIA RIBA BESERTA DALIL-DALILNYA ..................................... 16
A. Dosa Riba ............................................................................................................................................. 16
B. Kriteria Riba ......................................................................................................................................... 18
C. Dalil-dalil Riba ..................................................................................................................................... 18
BAB V KEUTAMAAN SHODAQOH BESERTA DALIL-DALILNYA ........................................ 21
A. Keutamaan Sedekah ............................................................................................................................. 21
D. Dalil-dalil Shodaqoh............................................................................................................................. 23
BAB VI SIFAT TAKDIR KEMATIAN BESERTA DALIL-DALILNYA ...................................... 25
A. Sifat takdir kematian............................................................................................................................. 25
B. Dalil-dalil kematian .............................................................................................................................. 27
BAB VII KEWAJIBAN AMAR MA'RUF - NAHI MUNKAR BESERTA DALIL-DALILNYA .. 32
A. Kewajiban Amar Ma'ruf - Nahi Munkar .............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 38

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
terstruktur mata kuliah Pendidikan Agama Islam ini karena tanpa pertolongan-Nya saya tidak
akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah muhammad SAW atas
ilmu yang telah diajarkan kepada kita mengenai pentingnya menuntut ilmu sehingga saya bisa
menyelesaikan tugas ini dengan maksimal. Tugas saya yang berjudul “KUMPULAN
ARTIKEL” ini membahas beberapa hal mengenai pendidikan islam seperti Istidraj, Hukuman
yang disegerakan sebagai bentuk kasih sayang ALLAH SWT terhadap hambanya,berita
kenabian RASULULLAH SAW yang dimuat dalam kitab-kitab suci agama lain,nahi munkar,
dan fitnah akhir zaman.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr.Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
sebagai dosen pengampu mata kuliah pendidikan agama islam yang telah memberikan tugas
ini sehingga menambah wawasan dan pengetahuan saya akan pendidikan agama islam.

Besar harapan saya tugas ini memberi manfaat di kemudian hari bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi para penyusun khususnya.

ii
Penyusun, Mataram, Desember
2021

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Salah satu bentuk ibadah adalah tekun menuntut ilmu .Islam akan meninggikan derajat
orang orang yang berilmu. Begitu pentingnya ilmu dalam islam hingga diperintahkan melalui
Al-Qur’an maupun hadis. Dalam islam juga tidak boleh mendikotomikan ilmu. Semua ilmu
saling berhubungan dan tentunya semua pada kitab Allah. Dalam satu hadis riwayat ibnu majah,
menuntut ilmu hukumnya ada yang mengatakan fardhu ain dan fardu kifayah. Fardu ain adalah
wajib hukumnya bagi setiap muslim untuk mengerjakannya. Sedangkan fardu kifayah apabila
salah satu sudah mengerjakan maka gugur kewajibannya bagi yang lain.

Kunci keberhasilan dengan ilmu. Barang siapa menginginkan soal soal yang
berhubungan dengan dunia wajibkah memiliki ilmunya,dan barangsiapa ingin selamat dan
berbahagia di akhirat wajiblah ia memilikinya pula dan barangsiapa ingin keduanya wajiblah
ia memiliki ilmu kedua duanya.

Allah SWT tidak menyuruh semua umat muslim berjihad dijalan perang. Jalan lain
berjihad dapat dilakukan dengan cara lain seperti menuntut ilmu. Ilmu tidak dibiarkan begitu
saja melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari hari. Filsafat ilmu dalam islam terbagi
menjadi 3 bagian yakni mempelajari, mengamalkan, dan mengajarkan. Mempelajari seperti
yang telah dibahas sebelumnya hukumnya adalah fardhu bagi setiap muslim. Mengamalkan
juga harus dilakukan karena ilmu yang tidak diamalkan adalah ibarat pohonyang tanpa buah.
Ilmu yang sudah dipelajari akan sia sia dan tidak ada gunanya. Setelah mengamalkan
disempurnakan dengan mengajarkan ilmu kepada orang lain. Tujuannya agar dapat
membedakan yang benar dan yang salah dalam kehidupan karena ilmu hakikatnya adalah
kebenaran. Oleh karena itu, penulis berusaha dan menyusun kumpulan artikel mengenai
berbagai topik tentang agama islam dengan maksimal dengan harapan dapatmembantu
membaca untuk memahami topik topik yang dibahas dalam tugas.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dan pengertian dari Istidraj berdasarkan dalil dalil?

2. Apa saja dalil dan penjelasan tentang hukuman yang disegerakan sebagai bentuk
kasihsayang AllahSwt?

3. Apa saja berita kenabian Rasulullah SAW yang dimuat di dalam kitab-kitab suci agama
lain?

4. Bagaimana Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber sains dan teknologi

5. Apa pengertian dan orang orang salafus shalih yang sesungguhnya {generasi, sahabat,
tabiin, dan tabiit tabiin}

C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan konsep dan pengertian Istidraj berdasarkan dalil-dalil

2. Untuk menjabarkan dalil-dalil tentang hukuman yang disegerakan sebagai bentuk kasih
sayang AllahSwt.

3. Untuk menjabarkan berita kenabian Rasulullah SAW yang dimuat di kitab kitab suci
agama lain.

4. Untuk menjabarkan Al-Qur’an sebagai sumber sains dan teknologi

5. Untuk menjelaskan pengertian dan sifat orang orang salafus shalih yang sesungguhnya

D. Metode penyusunan

Metode penyusunan yang saya gunakan adalah kajian pustaka. Kajian pustaka
merupakan daftar referensi dari berbagai web.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan konsep Istidroj

Istidrāj adalah ketika manusia mengabaikan peringatan yang telah diberikan dalam bentuk
kesengsaraan dan penderitaan. Namun, mereka tetap tidak mau mengambil pelajaran dan
nasihat darinya. Lalu diberikan kepada mereka pintu pintu kesenangan. Apabila mereka
bergembira dengan apa yang diberikan dengan perasaan sombong, maka akan Allah Swt siksa
mereka dengan azab yang pedih.16 Seperti yang dinyatakan Ali al-Shabuni, Allah Swt
memberikan limpahan nikmat kepada mereka, lalu mengira bahwa nikmat itu menunjukkan
bahwa Allah Swt menyayangi mereka, sehingga mereka menjadi fasik dan tenggelam dalam
kesesatan sehingga keputusan siksa menimpa mereka.17 Al-Ghazali menjelaskan bahwa Allah
Swt memiliki makar bagi pendosa. Mereka lupa karena dengan kelezatan sesaat atau
kemenangan yang menipu dan kegoncangan negara yang disertai dengan kecongkakan dan
kesombongan. Keadaan seperti ini merupakan dikte Allah Swt kepada orang-orang yang
melakukan kebatilan,

Menurut Hamka, istidrāj berarti naik dengan berangsur sedikit demi sedikit. Laksana naik
tangga, tangga demi tangga, sehingga sampai ke puncak atau mencapai klimaks. Naik
berangsur-angsur sampai di puncak, atau turun berangsur-angsur sampai ke alas. Semuanya ini
dengan tidak disadari oleh yang bersangkutan, sebab mereka telah melupakan Allah Swt, maka
Ia pun menjadikan mereka lupa diri.19 Sebagaimana firman Allah Swt: “Dan janganlah kamu
seperti orang-orang yang lupa kepada Allah Swt, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada
mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. al-Hasyr (59): 19) Hamka
menjelaskan lagi, bahwa istidrāj artinya dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpadisadari.
Diperlakukan apa yang mereka kehendaki dan dibukakan segala pintu kenikmatan, sampai
mereka lupa diri. Mereka umpama lupa bahwa setelah panas pasti adanya hujan, sesudah lautan
yang tenang pasti tibanya gelombang. Mereka berbuat berbagai maksiat dari keinginan hawa
nafsunya yang tidak terkekang. Akhirnya diri mereka sesat dan siksaan Allah Swt datang
kepada mereka.

3
ulama tafsir sepakat bahwa istidrāj merupakan suatu penangguhan siksaan atau azab dari Allah
Swt terhadap mereka yang melakukan kezaliman dan kemaksiatan. Kapan terlaksana siksaan
dan azab yang ditangguh tersebut, para mufasir berbeda pendapat. Ada yang menafsirkan
bahwa azab atau siksaan akan terjadi di dunia dan akhirat. Siksaan azab di akhirat akan lebih
buruk berbanding siksaan azab di dunia karena seburuk-buruk tempat kembali adalah di
neraka, Ada yang berpendapat bahwa tangguhan azab dan siksaan Allah Swt akan ditimpakan
ketika di akhirat. Ini adalah rencana Allah Swt agar mereka menanggung dosa-dosa secara total
dan datang di padang mahsyar dengan berlumuran dosa

Mufasir yang memahami bahwa istidraj akan diberlakukan di dunia dan akhirat adalah al-
Maraghi, Ibnu Katsir, M. Quraish Shihab, dan Hamka. Mereka berpendapat bahwa azab tidak
ditangguhkan sepenuhnya di akhirat. Akan tetapi, di dunia juga sudah ditimpakan azab buat
mereka yang berdosa. Dalam tafsirnya, al-Maraghi menyimpulkan bahwa sunnah Allah Swt
berlaku baik pada bangsa maupun individu. Mereka akan dihukum sesuai dengan sebab
musabab yang menjadi dasar pengaturan makhluk makhluk-Nya.28 Orang yang zalim akan
terus melakukan kezaliman, jika tidak dihukum. Mereka tidak memperhitungkan lagi akibat
dari perbuatan yang dilakukan. Mereka akan merajalela dalam melakukan kezaliman, sehingga
datang akibat dari kezalimannya itu di dunia, yaitu ketika alat-alat Negara menjatuhkan
hukuman atasnya atau ia sendiri mengalami musibah atau mati terkapar. Di akhirat tentu saja
azab neraka akan menyambutnya dengan siksaan yang lebih buruk lagi, dan neraka adalah
seburuk-buruk tempat kembali.29 Ibnu Katsir berpendapat bahwa tangguhan azab dan siksaan
Allah Swt kepada mereka yang ditimpa istidrāj bisa terlaksana di dunia dan di akhirat. Allah
Swt akan mengakhirkan dan memberi tangguh kepada mereka. Hal ini merupakan bagian dari
tipu daya terhadap mereka. Rencana Allah Swt sangat tangguh bagi orang yang menentang
perintah-Nya, mendustakan para Rasul-Nya serta mereka yang berani berbuat maksiat kepada-
Nya.30 Ibnu Katsir juga mengutip hadis Nabi Saw: 31

‫ﻗﺎلرﺳﻮلھﻠﻼﺻﻠﻰھﻠﻼﻋﻠﯿﮫوﺳﻠﻢإنھﻠﻼلﯿﻤﻠﻲلﻠﻈﺎلﻢﺣﺘﻰإذاأﺧﺬهلﻢﯾﻔﻠﺘﮫ‬:‫ﻋﻦأﺑﻲﻣﻮﺳﻰرﺿﻲھﻠﻼﻋﻨﮫﻗﺎل‬

“Dari Abu Musa ra, ia berkata bahwa Rasul Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt
memberikan tangguh kepada orang zalim hingga jika Allah Swt telah menjatuhkan siksaan,
maka tidak akan ada yang luput dariNya.” (HR. al-Bukhari)3

B.DALIL-DALIL ISTIDRAJ

1. Al Baqarah Ayat21-22

‫َ ﻣَﻦ‬ َ‫ََءِﺑﻨًَﺂء‬
‫ﺴﺂﻤ َََﺰلوا َن‬ ‫َﻢاﻻَرﺟَﻌﻞلَـ ضَِﻓراﺷﺎ وال‬
‫ﻜ‬ ‫َﻜﻢﺗَﺘﱠﻘﻮنَﺎلِﱠﺬىﻣﻦﻗَِﺒﻠﻜﻢلَﻠﱠﻌ‬ ‫ﺧﻘَﻜ َ َﯾﻦوالِﱠﺬ‬
‫َﻜﻢالِﱠﺬىﺑﱠر َﻢ ﻠ‬ ‫ساَﻋﺒ‬
‫َﺪوا‬ ‫ﱡﯾﺎَﯾ ھﺎالﻨﱠﺎ‬

‫ﺠﻌﻠﻮارَزﻗًﺎلﱠـَﻜﻢۚ اَََنَﺪادا وا ََنـﺘﻢ ﺗَﻌﻠَﻤﻮَن‬


َ ‫ﻓَﻼَﺗ‬ ‫الﺜَﱠﻤرتﻣَﻦ‬ َ ‫ﻓَﺎ‬
‫ﺧرﻣﺂًء ﮫﺑِٖج‬ ‫لﺴﻤﺂِء‬
َ ‫ا‬
َِ aََ
4
Artinya: Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang
yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu
mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamumengetahui.

2. An Nahl Ayat36

‫ضﻓﺎَْنﻈرْوا ﻛْﯿﻒ‬ ‫ﻀَﻠﺔ َْﯿْرواِﻓﻰ ا َْﻻَْر‬


‫ﺴ‬ ‫َﻓ‬ َ‫ﺟﺘ ِﺒﻮاالﻄﱠﺎوا َََۚتﻓَِﻤْﻨﻏﻮ ْھﻢ ﻣْﻦ ھََ ﺪ َو َِﻣْ ھْﻢ ﻣْﻦ ﺣﻘﱠﺖ َْ ِﯿﮫالﻠ‬
‫ﻋ‬ َ‫ا َن ا َﺪو َ َْ ﻨ‬
‫ىﷲ ﻨ‬ ‫اﻋﺒ ﷲ‬
َ ََ

‫ﺎﻗَﺒﺔلاَْﻤﱢﻜﺬِْﺑَﯿﻦ‬
ِ ‫ﻛﺎن ﻋ‬
َ

Artinya: Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah thaghut”, kemudian di antara mereka ada yang
diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di
bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul).

3. Al-Isra’ Ayat23

‫ﻗًَْﻮَھﻻﻤﺎ‬ ‫ََ ﺎﻤﻓَﻼَﺗ ْﻘﻞلﱠھ ََﻤﺂا ھ‬


‫ف وََﻻﺗَْﻨ َْ ھََ ﻤﺎ َْﻞلﱠوﻗ‬ ‫ََﺒراََ ََﺣﺪكاَْ ََﻤﺂا ََْھو ﻛﻠ‬ ْ ‫َﻣﺎ ﯾَْﺒ َﻠﱠﻐﻦﺴًﻨﺎ‬
‫ﻋَﻨﺪ ِﻜ‬ ‫ا ِﱠ‬ ‫ﺎِﺑوَْلﻮاِل ﯾَْﺪ ﻦاَِْﺣ‬ ‫َْ َواﱠاِﻵاِﱠﯾﺎهَﺗْﻌﺒﺪ‬
‫رھ‬ ‫ل‬
‫ََِﻛًﯾْرﻤﺎ‬

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.

5
4. Al-Maidah Ayat72

‫ك‬
‫ﺸْر‬
ِ َِ a‫ِﺑﺎ‬ ‫ﺳ َﺪو َ رﱢﺑﻲ َْﻢا َِنٗﱠﮫوََ رﺑﱠﻜ ﻣْﻦ‬ ‫َِء ََْﯾﻞا‬ ِ‫َا‬
‫ﺢ ﻲ‬
‫ﯾﺒِﻨ‬ َ ْ‫َوﻗََﺎلَلاﻤﻣ‬
َ ‫رﯾﻢ ﺴْﯿ‬ ْ ‫َنﻛﻔَرالِﱠ ْﺬﯾ َ ََﻮاَْ َلھﻤ‬
‫ﺴﯿ اَْﺑﻦ‬
‫ﺢ‬ ‫ََﻦﻗَﺎلْﻮا ا ِ ﱠ‬ ‫َلَﻘْﺪ‬
‫ََراۤ اﻋﺒ ﷲ‬ ‫ﷲ‬
ََ ََ

‫ﻈﻠ ْﻣﻦا ََْ نﺼٍﺎر‬ ْ ََ‫اﱠلﻨﺎرَوََ ﻣﺎِلﻠو‬


ِ ‫ﮫ َِﻤ َْﯿﻦ‬z‫ﻣﺄو‬ ‫َِﮫاَْلﺠﻨﱠَﺔﻋﯿَْﻠ‬ ‫َﻓَﻘْﺪ ﱠ‬
َ ‫ﺣَرم‬
‫ﷲ‬
َ

Artinya: Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu dialah Al-
Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “WahaiBani Israil! Sembahlah
Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya adalah
neraka. Dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang zalim itu.

5. Al-Bayyinah Ayat5

‫اﱠلﺰﻛﻮةَ ْﯾوﺆﺗاﻮوَذِلﻚ د َْﯾﻦالَْﻘَﱢﯿﻤ ِﺔ‬ ََ‫وﯾِْﻘﯿﻤﻮاالﺼﻠﻮة‬ ‫ﺼَﯿﻦ ََء ۤ ﺎ‬


َ‫َﺣﻨ‬ ْ ۙ‫َلﮫاﱢلْﺪَﯾﻦە‬ َْ َ ‫َِﻣْرواﱠاِﻻِلَﯿْﻌﺒﺪواوََ ﻣﺂا‬
َ‫ﻔ‬ ‫ﷲ ِﻣ‬
‫ﺨﻠ‬
ََ

Artinya: Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).

6. Az-Zariyat Ayat56

6
‫ﺠﻦ َْ َِﺲﱠاِﻻِلَﯿْﻌﺒﺪْون‬ َْ‫وََ ﻣﺎ ﻠ‬
‫ﺧﻘﺖاَْ ل ﱠ‬
‫ﻻْنوا‬

Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku.

7
7. An-Nisa’ Ayat36

‫ﺴْﻜﯿﻦ ََﺠِﺎر۞وا‬
ِ ‫َﺠِﺎرذى اْلرْﻘﺑﻰ‬
‫وا َْل‬ َ‫ﺎنﺎ َﻤﻰوالْﯿﺘَ وا َْل‬
ً ‫ﺴ‬‫ِﺑوﺬىاَْ ْلﻘرﺑﻰ‬ ‫ََْلﻮاِل ﯾَْﺪﺎِﺑو ﻦاَِْﺣ‬ ‫َِرْﻛﻮا ﮫِٖﺑوََ ﺗﻻﺸ َْﯿ َـ‬ َ ‫واﻋﺒﺪوا‬
َ
ْ‫ل‬ ‫ﻤ‬ ‫ًَﺷﺎ‬ ‫ﷲ‬
ََ

‫ﺨًﻮر َۙا‬
ْ ‫ﻛﺎن ْﻣﺨَﺘًﺎﻻَﻓ‬ َ‫َﻢ ا َِﱠن‬
َ ‫ﷲَﺖا ََْ َﯾﻤﺎن ﺤِﯾ ﺐﻻ ﻣْﻦ‬ ‫ْﻜ‬ ََ ‫ﺴِﺒ‬ ‫ََﺠْۢﻨﺐ واْﺑ‬
‫ﺐِﺑْﺎل ﻦال َْﻞِۙﯿوََ ﻣﺎ‬ ‫َﺠﻨﺐوالﺼﺎﺣ‬
‫ا ْل‬
‫ﻜﻠَﻣ‬

Artinya: Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya
yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan
diri.

8
BAB III

A. Dalil-dalil hadist Qudsi tentang hukuman yang disegerakan sebagau bentuk kasih
sayang Allah terhadap hambanya

Hadits secara bahasa berarti Al-Jadiid (‫ )الجديد‬yang artinya adalah sesuatu yang baru.
Sedangkan hadits menurut istilah para ahli hadits adalah :

ٍ‫ أ َ ْو َوصْف‬،‫ أ َ ْو ت َ ْق ِري ٍْر‬،‫ أ َ ْو فِ ْع ٍل‬،‫سلَّ َم م ِْن قَ ْو ٍل‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫ْف إِ َلى النَّ ِبي‬ ِ ُ ‫َما أ‬
ُ ‫ضي‬

Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik ucapan,
perbuatan, persetujuan, maupun sifat. Sebagai salah satu sumber utama dalam hukum islam,
hadits memiliki beberapa kategori diantaranya ada yang disebut dengan hadits qudsi.

HOME SOFIFI TERNATE HALBAR MOROTAI TALIABU HALSEL HALTENG HALUT


HALTIM TIDORE SULA HUKRIM POLITIK NASIONAL

OPINI RAGAM

Beranda Khazanah

Mengenal Hadits Qudsi dan Contoh-contohnya

Agustus 7, 2021

7910

Ilustrasi

Jakarta – Hadits secara bahasa berarti Al-Jadiid (‫ )الجديد‬yang artinya adalah sesuatu yang baru.
Sedangkan hadits menurut istilah para ahli hadits adalah :

9
ٍ‫ أ َ ْو َوصْف‬،‫ أ َ ْو ت َ ْق ِري ٍْر‬،‫ أ َ ْو فِ ْع ٍل‬،‫مِن قَ ْو ٍل‬
ْ ‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫ْف إِ َلى النَّ ِبي‬ ِ ُ ‫َما أ‬
ُ ‫ضي‬

Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam baik ucapan,
perbuatan, persetujuan, maupun sifat.

Sebagai salah satu sumber utama dalam hukum islam, hadits memiliki beberapa kategori
diantaranya ada yang disebut dengan hadits qudsi.

Ada banyak pendapat yang memberikan pengertian tentang hadits qudsi, nah berikut beberapa
pendapat ulama yang memberikan pengertian hadits qudsi, yaitu :

Syeikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

‫ ويسمى أيضا ً (الحديث الرباني والحديث اإللهي‬،- ‫ما رواه النبي صلى هللا عليه وسلم عن ربه – تعالى‬

“Hadits yang diriwayatkan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam dari rabb-nya (Allah
subhanahu wa ta’ala), dan hadits ini disebut juga dengan hadits rabbani dan hadits ilahi.”

dan Syeikh Al utsatimin juga mengatakan bahwa, hadits qudsi ialah hadits yang diriwayatkan
oleh Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, bahwasanya ia dianggap sebagai firman Allah, yang
dinukil oleh Rasulullah tetapi dengan lafal dari beliau. Ini nampak jelas dari apa yang dinukil
pada akhir sanadnya. seperti ini,

“Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

…‫( قال هللا تعالى‬Allah telah berfirman…), atau

10
ّ ‫( فيما يرويه عن ربه‬dari yang ia riwayatkan dari Rabb-nya ‘Azza wa Jalla…)
…‫عز وجل‬

Beliau juga berpendapat tentang lafal dan makna hadits qudsi,

‫ وال يقرأ في الصالة‬،‫ ولذلك ال يتعبد بتالوة لفظه‬،ً‫معنى ال لفظا‬


ً ‫والحديث القدسي ينسب إلى هللا تعالى‬

“Hadits qudsi dinisbahkan kepada Allah ta’ala dalam makananya tapi tidak dengan lafalnya.
Oleh karena itu membaca lafalnya tidak termasuk sebagai ibadah dan tidak dibaca dalam
shalat.”(Musthalahul Hadits, 1/6)

Abul Qahir Al Jurjani

‫ فهو ما أخبر هللا‬.‫الحديث القدسي هو من حيث المعنى من عند هللا تعالى ومن حيث اللفظ من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫تعالى به نبيه بإلهام أو بالمنام فأخبر عليه السالم عن ذلك المعنى بعبارة نفسه فالقرآن مفضل عليه ألن لفظه منزل أيضا‬

Al Jurjani mengatakan bahwasanya Hadist Qudsi adalah hadits yang maknanya datang dari
Allah subhanahu wa ta’ala, adapun redaksinya dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
salam.

Jadi hadits qudsi ini merupakan berita dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada Muhammad
melalui mimpi atau ilham. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menyampaikan berita
itu dengan ungkapan beliau sendiri.

Jika dibandingkan dengan Al Quran, meskipun makananya sama-sama datang dari Allah
subhanahu wa ta’ala. Hal ini lah yang membedakan tingkatan Al Quran dan hadits qudsi, al
Quran lebih utama karena Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan redaksinya secara langsung.
(at-Ta’rifat hlm. 133)

Imam Az Zarqani

11
Imam Az Zarqoni juga menyampaikan pendapatnya tentang definisi dari hadits qudsi ini,
menurutnya redaksi dan makna hadits qudsi keduanya dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Sedangkan Hadits Nabawi (selain hadits qudsi) maknanya berdasarkan wahyu dalam kasus di
luar Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam, sementara redaksinya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa salam.

‫الحديث القدسي أُوحيت ألفاظه من هللا على المشهور والحديث النبوي أوحيت معانيه في غير ما اجتهد فيه الرسول واأللفاظ‬
‫من الرسول‬

Hadits qudsi itu redaksinya diwahyukan dari Allah subhanahu wa ta’ala (termasuk pendapat
yang masyhur]. adapun hadits nabawi ialah makna diwahyukan dari Allah subhanahu wa ta’ala
untuk selain masalah ijtihad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan redaksinya dari beliau.
(Manahil Al Urfan, 1/37)

Jika kita melihat berdasarkan keterangan dari Az Zarqawi tentang Al Quran maupun Hadits
qudsi, keduanya merupakan sama-sama firman Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun yang
membedakan dari keduanya adalah masalah statusnya, dan hadits qudsi juga tidak memiliki
keistimkewaan khusus sebagaimana Al Quran. (Manahil al Urfan, 1/37)

Ibnu Hajar Al Asqalani

Ibnu Hajar Al Asqolani juga memberikan penyataannya tentang hadits qudsi (hadits ilahiah)
dalam salah satu kitabnya, yang berbunyi:

‫ وهي تحتمل أن يكون المصطفى صلى هللا عليه وسلم أخذها عن هللا تعالى بال واسطة أو بواسطة‬:‫األحاديث اإللهية‬

Hadits Ilahiyah adalah hadits yang memiliki kemungkinan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa salam mengambilnya dari Allah subhanahu wa ta’ala tanpa perantara atau melalui perantara.
(Fathul Qadir 4/468)

Jalaluddin al-Mahalli
12
Beliau merupakan salah satu penulis dari kitab tafsir jalalain, dan beliau mengistilahkan hadits
ini dengan hadits rabbani, dengan pernyataan beliau yang berbunyi:

‫ع ْبدِي بِي‬ َ َ‫ أَنَا ِع ْند‬:‫ث الصَّحِ ي َحي ِْن‬


َ ‫ظ ِن‬ َّ َ‫ْاأل َ َحا ِديث‬
ِ ‫الربَّانِيَّةَ َك َحدِي‬

Hadits Rabbani yaitu seperti hadits yang disebutkan di kedua kitab hadits shahih (Imam Bukhari
dan Imam Muslim): ” Saya sesuai perasangka hamaba-Ku kepada-Ku.” (Hasyiyah al Atthar ‘ala
syarh al Mahalli).

Imam Abdurrouf Al Munawi

‫الحديث القدسي إخبار هللا تعالى نبيه عليه الصالة والسالم معناه بإلهام أو بالمنام فأخبر النبي صلى هللا عليه وسلم عن ذلك‬
‫المعنى بعبارة نفسه‬

Al munawi mendefinisikan bahwa hadits qudsi adalah berita yang Allah turunkan kepada Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam secara makana dalam bentuk mimpi atau ilham. Lalu
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam menyampaikan berita itu dalam redaksi beliau.

Contoh Hadits Qudsi

Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits nabi, maka jumlah hadits qudsi bisa dibilang tidak
banyak. Jumlahnya ada 4444 hadits tetapi tidak banyak yang mengetahui.

Para ulama memperkirakan jumlah hadist qudsi hanya sekitar 200 hadist.Karena sedikitnya
jumlah hadist qudsi maka ada beberapa ulama yang mengumpulkannya dalam sebuah kitab.
Antara lain:

Kitab berjudul “al-Kalimah at-Tayyibah ” oleh Ibnu Taimiyah

Kitab Berjudul “Adab al-Hadist al-Qudsi” oleh Ahmad Syarbashi


13
Kitab Berjudul “al-Ittihafat as-Sunniyyah bi al-Hadis al-Qudsiyyah” oleh Abdur Ra’uf al-
Munawi

Di antara contoh hadits qudsi adalah sebagai berikut,

‫ َوأَنَا َمعَهُ إِذَا‬،‫ع ْبدِي بِي‬ َ ‫ظ ِن‬ َ َ‫ أَنَا ِع ْند‬:‫ ” يَقُو ُل َّللاَّ ُ تَعَالَى‬:‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ ُّ ‫ قَا َل النَّ ِب‬: َ‫ قَال‬،ُ‫ع ْنه‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
‫ي بِ ِشب ٍْر تَقَ َّربْتُ إِ َل ْي ِه‬
َّ ‫ب إِ َل‬َ ‫ َوإِ ْن تَقَ َّر‬،‫َل َخي ٍْر مِ ْن ُه ْم‬ ٍ َ ‫ َوإِ ْن ذَك ََرنِي فِي َم‬،‫ فَإ ِ ْن ذَك ََرنِي فِي نَ ْف ِس ِه ذَك َْرتُهُ فِي نَ ْفسِي‬،‫ذَك ََرنِي‬
ٍ َ ‫َل ذَك َْرتُهُ فِي َم‬
“ ً‫ َو ِإ ْن أَت َانِي يَ ْمشِي أَت َ ْيتُهُ ه َْر َولَة‬،‫ي ذ َِرا ًعا تَقَ َّربْتُ ِإلَ ْي ِه بَا ًعا‬
َّ ‫ب ِإ َل‬
َ ‫ َو ِإ ْن تَقَ َّر‬،‫عا‬
ً ‫ذ َِرا‬

“Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam


bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Aku mengikuti sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Dan Aku
ada bersamanya jika ia senantiasa ingat Aku. Jika ia ingat Aku sendirian, maka Aku pun akan
ingat ia sendirian. Jika ia ingat Aku dalam sekumpulan orang, Aku akan ingat dia dalam
kumpulan yang lebih baik dari itu (Malaikat). Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku akan
mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepadaku sehasta, Aku akan mendekat
kepadanya satu depa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya
berlari” (HR. Bukhari no.7405).

: :ُ‫ فَ ُه َو َم ْوضُوعٌ ِع ْندَه‬،ِ‫علَى نَ ْف ِسه‬ َ ‫ َكت‬، َ‫َّللاُ ْالخ َْلق‬


َ ‫َب فِي ِكت َابِ ِه‬ ‫ضى ه‬ َ َ‫سله َم ” لَ هما ق‬ َ ُ ‫صلهى َّللاه‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫ قَا َل َرسُو ُل ه‬:‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ قَا َل‬
َ ِ‫َّللا‬ َ
‫ض ِبي” )رواه مسلم )وكذلك البخاري والنسائي وابن ماجه‬
َ ‫غ‬ ُ ‫إِ هن َر ْح َمتِي ت َ ْغل‬
َ ‫ِب‬

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasulullah Saw, “Ketika Allah
menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya
sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku.” (HR. Muslim,
al-Bukhari, an-Nasa-i dan Ibnu Majah)

‫سله َم قَا َل ” قَالَ ه‬


: ، َ‫ َكذهبَنِي ا ْب ُن آدَ َم َولَ ْم يَكُ ْن لَه ُ ذَلِك‬:‫َّللا ُ تَعَالَى‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َ ،ُ‫ع ْنه‬
ِّ ِ‫ع ْن النهب‬ َ ُ‫َّللا‬‫ي ه‬ َ ‫ض‬ِ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ َر‬ َ
‫ َوأ َ هما‬،ِ‫عادَتِه‬ ْ ‫ي‬
َ ِ‫مِن إ‬ ‫علَ ه‬ ِ ‫ْس أ َ هو ُل ْالخ َْل‬
َ َ‫ق بِأ َ ْه َون‬ َ ‫ َولَي‬،‫ لَ ْن يُعِيدَنِي كَ َما بَدَأَنِي‬:ُ‫هاي فَقَ ْولُه‬
َ ‫ فَأ َ هما ت َ ْكذِيبُه ُ إِي‬، َ‫شت َ َمنِي َولَ ْم يَكُ ْن لَه ُ ذَلِك‬َ ‫َو‬
‫ َولَ ْم يَكُ ْن لِي كُفُ ًوا أ َ َحد ٌ” )رواه البخاري )وكذلك النسائي‬،ْ‫ لَ ْم أ َ ِلدْ َولَ ْم أُولَد‬،ُ ‫ص َمد‬ ‫ َوأَنَا ْاْل َ َحد ُ ال ه‬،‫ ات ه َخذَ َّللاه ُ َولَدًا‬:ُ‫هاي فَقَ ْولُه‬
َ ‫شتْ ُمهُ إِي‬
َ

Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra., bahwasanya Nabi Saw bersabda, telah Berfirman Allah

14
Swt: “Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umat manusia) telah mendustakanku, dan mereka
tidak berhak untuk itu, dan mereka mencelaku padahal mereka tidak berhak untuk itu, adapun
kedustaannya padaku adalah perkataanya, “Dia tidak akan menciptakankan aku kembali
sebagaimana Dia pertama kali menciptakanku (tidak dibangkitkan setelah mati)”, adapun celaan
mereka kepadaku adalah ucapannya, “Allah telah mengambil seorang anak, (padahal) Aku
adalah Ahad (Maha Esa) dan Tempat memohon segala sesuatu (al-shomad), Aku tidak beranak
dan tidak pula diperankkan, dan tidak ada bagiku satupun yang menyerupai.” (HR. al-Bukhari
dan an-Nasa-i)

ُّ ‫ أَنَا أ َ ْغنَى ال‬:‫اركَ َوت َ َعا َلى‬


‫ش َر َكاءِ َع ْن‬ َّ ‫ ” قَا َل‬:‫س َّل َم‬
َ ‫َّللاُ ت َ َب‬ َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ قَالَ َرسُو ُل‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ع ْنه‬
َ ‫َّللا‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
‫ (رواه مسلم وكذلك ابن ماجه‬.”ُ‫ ت ََر ْكتُهُ َوش ِْر َكه‬،‫غي ِْري‬ َ ‫ع َم ًال أ َ ْش َركَ فِي ِه َمعِي‬ َ ‫ال ِش ْركِ ؛ َم ْن‬
َ ‫ع ِم َل‬

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Telah bersabda Rasulullah Saw, “Telah
berfirman Allah tabaraka wa ta’ala (Yang Maha Suci dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang
Maha Mandiri, Yang Paling tidak membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal
menyekutukan Aku dalam amalan itu, maka Aku meninggalkannya dan sekutunya.” (HR.
Muslim dan Ibnu Majah)

15
BAB IV

Dosa dan Kriteria Riba Beserta Dalil-Dalilnya

A. Dosa Riba

Secara teknis, pengertian riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok atau
modal secara bathil. Hukumnya adalah haram. Jelas, karena ini merugikan orang lain.
Pasalnya, agama Islam selalu mengharamkan sesuatu yang tidak baik atau merugikan.

Dalam konteks syariah (hukum Islam), riba termasuk salah satu dosa besar. Secara
bahasa, riba bermakna ziyadah (tambahan). Beberapa ahli ulama banyak berbeda
pendapat untuk mengartikan riba. Dosa riba yang disebabkannya begitu besar. Imam
adz-Dzahabi dalam kitab Al-Kabaair menempatkan perbuatan memakan harta riba
sebagai dosa terbesar ke-12 menurut ajaran Islam.

Urutan kesekian tentunya tidak dalam konteks meringan-ringankannya. Secara jelas,


riba dimasukkan sebagai salah satu dosa terbesar. Pelakunya diancam dengan rupa-rupa
hukuman, baik di dunia maupun kelak di akhirat.

1. Masuk Neraka

dosa riba yang pertama adalah masuk neraka; Teringat perkataan ulama, saat
seseorang mendapatkan siksaan sebentar saja di neraka, seluruh kenikmatan yang
selama ini dia dapatkan di dunia akan lenyap tak tersisa. Surga tempat abadi penuh
kenikmatan yang tiada tara. Tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh
telinga, dan tak pernah terbersit dalam hati.

Sebaliknya, neraka tempat akhir paling buruk dengan segala macam siksaan yang
begitu pedih. Semoga Allah menjaga dan menyelamatkan kita dari siksa api neraka.

2. Berkahnya Rezeki Hilang, Jadi Makin Berkurang

dosa riba selanjutnya adalah hilangnya keberkahan rezeki; Dilihat secara kasat mata,
para pelaku riba akan mendapatkan keuntungan secara cepat. Mereka mendapatkan
keuntungan dari kelipatan pinjaman. Namun jika disadari lebih jauh lagi, tak ada
keberkahan di dalamnya. Mereka akan merugi. Punya keuntungan banyak, tapi cepat
habis entah ke mana.Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, dari Nabi

16
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Riba membuat sesuatu jadi bertambah banyak. Namun ujungnya riba makin
membuat sedikit (sedikit jumlah, maupun sedikit berkah, -pen.).” (HR. Ibnu Majah,
no. 2279; Al-Hakim, 2: 37) Keberkahan itu tak bisa dibeli. Ia datang dan pemberian
dari Allah azza wa jalla. Makanya dalam Islam kita diajarkan, selain meminta rezeki
yang banyak berlimpat, juga halal serta berkah.

3. Diperangi Allah, Rabb Seluruh Alam

Tak ada dosa yang lebih mengerikan yang diingatkan oleh Allah selain dosa
memakan harta riba. Bahkan Allah dan RasulNya yang akan memerangi para
pelakunya. Naudzubillah. Coba renungkan dosa riba yang satu ini, jika Allah dan
RasulNya memerangi, terus kita mau tinggal di mana? Bumi, alam semesta dan
seluruh isinya, hingga tubuh Allah yang ciptakan.

4. Memperoleh Laknat dari Rasulullah

5. Dosa riba selanjutnya Memperoleh Laknat dari Rasulullah ; Di akhirat kelak, kita
begitu butuh pertolongan berupa syafaat dari baginda Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam. Apa jadinya ketika mendapat laknat darinya? Naudzubillah, maka
jauhilah riba! Jabir bin Abdullah meriwayatkan, “Rasulullah melaknat pemakan riba,
yang memberi, yang mencatat dan dua saksinya. Beliau bersabda: “Mereka semua
sama.” (HR. Muslim)

6. Siksaan Pedih di Neraka

7. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda, “Pada malam Isra’, aku mendatangi suatu kaum yang perutnya sebesar
rumah dan dipenuhi dengan ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Akupun
bertanya, “Siapakah mereka wahai Jibril?” “Mereka adalah para pemakan riba,”
jawab beliau.” (HR. Ibnu Majah, HR. Ahmad)

Kita terkena duri dan api dunia saja sudah kesakitan. Apalagi di akhirat kelak? dari
dosa riba ini siksaannya berkali-kali lipat dunia.

8. Sedekah, Infak Sampai Zakat Kita Tertolak Tak akan berbuah kebaikan, sesuatu
yang sifatnya adalah keburukan. Allah hanya menerima yang baik-baik. Jadi
kekayaan hasil riba, yang disedekahkan, diinfakkan, diwakafkan, hingga dizakatkan
tidak akan berbuah kebaikan bagi pelakunya.

9. Termasuk 7 Dosa Besar yang Menghancurkan

17
Dosa riba selanjutnya adalah Dosa Besar yang Menghancurkan; Perilaku riba
termasuk bagian dari tujuh dosa besar yang membinasakan.

10. Doa Jadi Sukar Terkabul Salah satu dampak dari dosa riba; Doa Jadi Sukar Terkabul;
Tubuh yang di dalamnya mengalir sesuatu yang haram, oleh Allah doanya sulit
terkabul. Padahal Allah suka sekali jika hambaNya berdoa padaNya.

B. Kriteria Riba

1. Riba fadhl

Riba fadhl yaitu penambahan nilai pada pertukaran barang yang bertujuan untuk
mencari keuntungan.

Contohnya cicin emas 24 karat seberat 5 gram ditukar dengan emas 24 karat seberat
4 gram, penambahan itulah yang dinamakan riba.

2. Riba nasi’ah

Riba nasi’ah yaitu penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang riba yang
dipertukarkan dengan jenis barang lainnya.

Contohnya membeli buah-buahan yang masih kecil, lalu penyerahannya dilakukan


setelah buah-buahan menjadi besar atau bisa dipetik.

3. Riba al-yadh

Riba al-yadh adalah riba yang terjadi dengan melakukan jual beli barang riba disertai
dengan penundaan barang yang ditukar kepada penerima riba.

Sangat tegas didalam Al-Qur’an, hukum riba adalah haram. Menurut Ahmad Sarwat
ditulis dalam bukunya ‘kiat-kiat syar’I hindari riba’, pelaku riba akan diperangi oleh
Allah SWT.

C. Dalil-dalil Riba

1. Allah SWT mengharamkan secara tegar praktik riba. Allah SWT berfirman:

ِ ‫َّللاُ ۡالبَ ۡي َع َو َح َّر َم‬


Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." " ‫الر ٰبوا‬ ‫َوا َ َح َّل ه‬
.)Al Baqarah: 275(

2. Kemudian Allah juga memerintahkan orang-orang beriman untuk menghentikan


praktik riba. Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, " َ‫الر ٰبٰٓوا ا ِۡن كُ ۡنتُمۡ ُّم ۡؤ ِمن ِۡين‬ َ ‫ٰٰۤيـاَيُّ َها الَّذ ِۡينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا ه‬
َ ‫َّللا َوذَ ُر ۡوا َما بَق‬
ِ َ‫ِى مِن‬
bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba )yang beIum dipungut( jika
18
.kamu orang-orang yang beriman" )Al Baqarah 278(

3. Allah SWT mengancam akan memerangi orang-orang yang tidak menuruti perintah-
Nya untuk meninggalkan riba. Allah berfirman:

Maka jika kamu tidak mengerjakan " ۚ‫َّللا َو َرسُ ۡولِه‬ ٍ ‫فَا ِۡن لَّمۡ ت َۡف َعلُ ۡوا فَ ۡاذَنُ ۡوا ِب َح ۡر‬
ِ ‫ب مِنَ ه‬
)meninggalkan sisa riba(, maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan
.memerangimu." )QS Al Baqarah 279(

4. Dan Allah berjanji akan memasukkan pelaku riba ke dalam neraka kekal selamanya.
Allah berfirman:

َ‫عاد‬َ ‫َو َم ۡن‬ ِؕ ‫ف َوا َ ۡم ُر ٗۤٗه ِا َلى ه‬


‫َّللا‬ َ ‫ظةٌ ّم ِۡن هر ِبّ ٖه فَ ۡانت َهٰ ى فَلَهٗ َما‬
َؕ ‫س َل‬ ّ ِ ‫َّللاُ ۡال َب ۡي َع َو َح هر َم‬
َ ‫الر ٰبواؕ فَ َم ۡن َجا ٓ َء ٗه َم ۡو ِع‬ ‫َوا َ َح هل ه‬
َ‫ف ِۡي َها ٰخ ِلد ُۡون‬ ِ ‫ب النه‬
ۡ‫ارۚ هُم‬ ُ ٰ‫صح‬ ۡ َ ‫ولٓٮِٕكَ ا‬
ٰ ُ ‫فَا‬

"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya Iarangan dari Tuhannya, laIu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
Iarangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekaI di dalamnya
(QS Al Baqarah 275).

5. Al-Quran Surat Ar-Rum ayat 39

ٰٓ
‫ٱَّلل فَأ ُ ۟و ٰلَئِكَ ُه ُم‬
ِ َّ َ‫ٱَّلل ۖ َو َما ٰٓ َءات َ ْيتُم مِن زَ ك َٰوةٍ ت ُ ِريد ُونَ َوجْ ه‬ ۟ ‫اس فَ َال َي ْرب‬
ِ َّ َ‫ُوا عِند‬ ِ ‫َو َما ٰٓ َءات َ ْيتُم مِن ِربًا ِليَ ْرب َُو ۟ا ف ِٰٓى أ َ ْم ٰ َو ِل ٱل َّن‬
ْ ‫ْٱل ُم‬
َ‫ض ِعفُون‬

Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada
harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

6. Al-Quran Surat Ali Imran ayat 130

َ‫ٱَّلل لَعَلَّكُ ْم ت ُ ْف ِلحُون‬ ۟ ُ‫ضعَفَةً ۖ َوٱتَّق‬


َ َّ ‫وا‬ ْ َ ‫ٱلربَ ٰ ٰٓو ۟ا أ‬
َ ٰ ‫ض ٰعَفًا ُّم‬ ِ ‫وا‬ ۟ ُ‫ٰيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
۟ ُ‫وا َال ت َأْكُل‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

keberuntungan.
19
7. Al-Quran Surat An-Nisa ayat 160-161

ُ‫ع ْنه‬
َ ‫الر َبا َوقَدْ نُ ُهوا‬ ِ ‫ِير َاوأ َ ْخ ِذ ِه ُم‬
ً ‫َّللا َكث‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
َ ‫عن‬ َ ‫ت لَ ُه ْم َو ِب‬
َ ‫ص ِد ِه ْم‬ ْ َّ‫ت أُحِ ل‬ َ ‫فَ ِبظُ ْل ٍم مِنَ الَّذِينَ هَاد ُوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم‬
ٍ ‫ط ِيبَا‬
َ ‫اس ِب ْال َباطِ ِل ۚ َوأ َ ْعتَدْنَا ل ِْلكَاف ِِرينَ ِم ْن ُه ْم‬
‫عذَابًا أَلِي ًما‬ ِ َّ‫َوأ َ ْك ِل ِه ْم أ َ ْم َوا َل الن‬

Artinya: Maka disebabkan kedhaliman orang Yahudi, maka kami haramkan atas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi
mereka. Dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan
disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
darinya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Dan
Kami telah menjadikan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih.

20
BAB V

Keutamaan Shodaqoh Beserta Dalil-Dalilnya

A. Keutamaan Sedekah

banyak sekali manfaat yang bisa dihasilkan dari sedekah, baik itu bagi penerima maupun
pemberi. Terlebih jika aktivitas berbagi dilakukan di bulan Ramadhan. Sedekah menjadi
amal yang mampu menambah dari kekurangan yang dimiliki seseorang. Kekurangan itu
bisa terisi dan menjadi tercukupi. Dengan sedekah, kita bisameringankan beban yang
dimiliki seseorang hingga membuatnya tersenyum.

Sedekah tidak hanya berpatok pada harta benda saja, sehingga membuat sebagian dari
kita berpikir ulang melakukan amal baik ini. Hal-hal non materi pun bisa saja dikatakan
sebagai sedekah. Seperti, menolong orang lain baik dengan tenaga maupun pikiran,
memberi nafkah keluarga atau istri, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari tengah
jalan pun masuk ke dalam sedekah.

Sampai dengan hal yang paling sederhana sepertimurah senyum kepada orang lainpun,
adalah sedekah. Seperti yang Rasulullah sampaikan, “Senyummu kepada saudaramu
adalah sedekah”.(HR. At-Tirmidzi).

Melihat ada banyaknya cara untuk berbuat baik dengan sedekah ini. Rasanya, tidak ada
lagi alasan untuk berkata tidak melakukannya. Apalagi, jika mengetahui banyaknya
manfaat dan keutamaan dari bersedekah. Bagiyang belum mengetahui, sekiranya ada 5
keutamaan bersedekah sebagaimana yang sudah disebutkan di dalam Al-Qur’an maupun
hadits.

1. Ganjaran Harta Maupun Pahala yang Berlipat Ganda

Salah satu hal istimewa dari bersedekah adalah limpahanpahala yang bisa diraih. Hal
ini sesuai dengan janji Allah perihal keutamaan bersedekah itu sendiri yang
tercantum dalam Al-Quran.

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan


meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya akan
dilipatgandakan (pahala) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak.” (QS.
Al-Hadid: 18).

Bahkan, dengan sedekah jariyah, seseorang bisa saja terus mendapatkan pahala
walau ia telah mati. Amalan iniyang biasa kita kenal dengan shodaqoh jariyah.
21
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasannya Rasulullah SAWbersabda,

“Apabila anak cucu Adam itu mati, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga
perkara: Shodaqoh jariyah, anak sholeh yang memohon ampunan untuknya (ibu dan
bapaknya) dan ilmu yang bermanfaat setelahnya.”

2. Sedekah Dapat Memanjangkan Usiadan Mencegah Kematian Buruk

Salah satu keutamaan dari bersedekah ini adalah mampu memperpanjang usia. Tapi,
yang dimaksud dalam usiaini adalah amalan kebaikan dari orang yang bersedekah
ini akan terus dikenang melebihi umur hidup di dunia ini. Denghan sedekah,
seseorang dijauhkan dari kematian yang buruk.

Hal ini seperti yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW,

“Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat


mencegah kematian yang buruk, Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong,
kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri.”(HR. Thabrani).

3. Sedekah Sebagai Penghapus Dosa, Seperti Air Memandakan Api

Orang yang banyak bersedekah maka ia seperti air yang memadamkan api. Dosa-
dosa kita dihapuskan dengan pahala kebaikan yang berlimpah dari amalan sedekah.
Dengan sedekah, Allah SWTakan menghapus dosa-dosa hamba-Nya. Oleh sebab itu,
jangan pernah ragu dan menolak untuk bersedekah.Kita juga tidak pernah tahu,
berapa besar dosa-dosa yang kita miliki. Untuk itulah, sedekah bisa menjadi salah
satu amalan yang harus konsisten kita lakukan.

Rasulullah Saw bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu
memadamkan api.” (HR. At-Tirmidzi).

4. Sedekah Dapat Menjauhkan Diri dari Api Neraka

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dengan sedekah mampu menghapus dosa-


dosa kita. Maka, dengan sedekah pulalah kita bisa terhindar dari api neraka.
Mengingat pahala berlipat ganda yang didapat serta dihapusnya dosa-dosa, maka kita
pun bisa menjauhkan diri kita agar tidak masuk ke dalam neraka jahanam. Hal ini
sebagai sabda Rasulullah SAW,

“Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir
kurma.”(Muttafaqun ‘alaih).

22
5. Mendapatkan Naungan di Hari Kiamat Karena Sedekah

Dijelaskan oleh Allah dalam ayat-ayat Al-Quran, pada hari kiamat nanti manusia
akan dibangkitkan dan dikumpulkan di Padang Mahsyar. Disebutkanjuga, pada saat
itu jarak matahari akan sangat dekat dengan kepala setiap orang sehingga akan terasa
sangat panas.

D. Dalil-dalil Shodaqoh

1. Surah Al Baqarah Ayat 245

ُ ‫ض َويَب‬
َ‫ْصطُ َوإِلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون‬ ُ ِ‫ٱَّللُ يَ ْقب‬ ْ َ ‫ض ِعفَ ۥهُ لَ ٰٓۥهُ أ‬
َ ‫ضعَا ًفا َكث‬
َّ ‫ِيرة ً ۚ َو‬ َ ٰ ُ‫سنًا فَي‬
َ ‫ٱَّلل قَ ْرضًا َح‬
َ َّ ‫ض‬ُ ‫َّمن ذَا ٱلَّذِى يُ ْق ِر‬

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik

(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan

pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah

menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu

dikembalikan."

2. Surah Al Baqarah Ayat 261

‫ِف ل َِمن‬ ُ ‫ضع‬ َّ ‫س ۢنبُلَ ٍة م ِ۟ائَةُ َح َّب ٍة ۗ َو‬


َ ٰ ُ‫ٱٱَّللُ ي‬ ُ ‫سنَا ِبلَ فِى كُ ِل‬
َ ‫س ْب َع‬ ْ ‫ٱَّلل َك َمث َ ِل َح َّب ٍة أ َ ۢن َبت‬
َ ‫َت‬ َ ‫َّمث َ ُل ٱلَّذِينَ يُن ِفقُونَ أ َ ْم ٰ َولَ ُه ْم فِى‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬
‫علِي ٌم‬ َّ ‫شا ٰٓ ُء ۗ َو‬
َ ‫ٱَّللُ ٰ َو ِس ٌع‬ َ َ‫ي‬

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui."

3. Surah Al Hadid Ayat 7

۟ ُ‫وا مِنكُ ْم َوأَنفَق‬


ٌ ِ‫وا لَ ُه ْم أَج ٌْر َكب‬
‫ير‬ ۟ ُ‫وا ِم َّما َجعَلَكُم ُّم ْست َ ْخلَفِينَ فِي ِه ۖ فَٱلَّذِينَ َءا َمن‬
۟ ُ‫ٱَّلل َو َرسُو ِلِۦه َوأَن ِفق‬ ۟ ُ‫َءا ِمن‬
ِ َّ ِ‫وا ب‬

23
"Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari

hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang

yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya

memperoleh pahala yang besar."

4. Surat An-Nisa Ayat 114

۞ ‫اس ۚ َو َم ْن َي ْف َع ْل ٰذَلِكَ ا ْبتِغَا َء‬ ٍ ‫صدَقَ ٍة أ َ ْو َم ْع ُروفٍ أ َ ْو ِإص ََْل‬


ِ ‫ح َبيْنَ النه‬ َ ‫ِير م ِْن نَ ْج َواهُ ْم ِإ هَل َم ْن أ َ َم َر ِب‬
ٍ ‫ََل َخي َْر فِي َكث‬
َ ‫ف ن ُؤْ تِي ِه أَج ًْرا‬
‫عظِ ي ًما‬ َ َ‫َّللا ف‬
َ ‫س ْو‬ ِ‫ت ه‬ ِ ‫ضا‬َ ‫َم ْر‬

"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan)


orang yang menyuruh bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mendamaikan di
antara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian dengan maksud mencari
keridhoan Allah, tentulah Kami akan memberi kepadanya pahala yang amat besar."

BAB VI
24
Sifat Takdir Kematian Beserta Dalil-Dalilnya

A. Sifat takdir kematian

Kematian adalah suatu hal yang pasti akan terjadi tetapi sering kita lupakan. Kematian
menjadi hal yang sangat menakutkan bagi sebagian orang. Tetapi Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita senantiasa mengingat
kematian. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ت َي ْع ِني ْال َم ْوت‬


ِ ‫أ َ ْكث ُِروا ِذ ْك َر هَاذ ِِم اللَّذَّا‬

Artinya: “Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu: KEMATIAN’ (Hadits

Shahih riwayat At-Tirmidzi dan yang lainnya).

Dengan banyak mengingat kamatian manusia bisa lebih bersemangat dalam beribadah,

dan melaksanakan amal-amal shalih. Dengan demikian agar lebih waspada

menghadapi kematian mari kita bahas tentang sifat-sifat kematian.

Secara tiba-tiba

Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan dan dimana dia akan mati. Kematian

datang secara tiba-tiba dan tidak ada yang dapat menduganya. Kematian itu pasti tetapi

tidak banyak diantara kita yang benar-benar siap dalam meghadapinya.

Bersifat memaksa

Kematian itu bersifat memaksa sehingga apabila telah datang kepada seseorang maka

tidak akan ada yang mampu menolaknya. Dalam Al-Qur’an disebutkan

‫ص َما فِي قُلُو ِبكُ ْم‬ َ ِ‫ُوركُ ْم َو ِليُ َمح‬


ِ ‫صد‬ َّ ‫ِي‬
ُ ‫َّللاُ َما فِي‬ َ ‫اج ِع ِه ْم َولِ َي ْبتَل‬
ِ ‫ض‬َ ‫علَ ْي ِه ُم ْالقَتْ ُل ِإلَى َم‬ َ ‫قُ ْل لَ ْو كُ ْنت ُ ْم فِي بُيُوتِكُ ْم لَ َب َرزَ الَّذِينَ كُت‬
َ ‫ِب‬
‫ُور‬
ِ ‫صد‬ ُّ ‫ت ال‬ِ ‫علِي ٌم ِبذَا‬ َّ ‫َو‬
َ ُ‫َّللا‬

Artinya, “Katakanlah, sekiranya kalian dalam rumah kalian, niscaya orang-orang yang
25
telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh. Dan
Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada pada hati kalian dan untuk
membersihkan apa yang ada dalam hati kalian. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (QS.
Ali Imran:154)

Mengejar

Kematian akan mengejar siapapun meskipun berlindung di balik benteng yang kokoh
atau teknologi kedokteran yang canggih. Allah Ta’ala berfirman,

َ‫ش َهادَ ِة فَيُن َِبئُكُم ِب َما كُنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬ ِ ‫عال ِِم ْالغَ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬ َ ‫قُ ْل ِإ َّن ْال َم ْوتَ الَّذِي تَف ُِّرونَ ِم ْنهُ فَإِنَّهُ ُمالَقِيكُ ْم ث ُ َّم ت ُ َردُّونَ ِإلَى‬

Artinya: “Katakanlah, sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka

sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian kan kembali

kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepada

kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)

Bersifat Ghaib

Kematian adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Waktu terjadinya adalah perkara

yang ghaib, namun kejadiaannya adalah kenyataan yang bisa dilihat. Allah ta’ala

berfirman,

ٍ ‫س بِأَي ِ أ َ ْر‬
‫ض‬ ٌ ‫غدًا َو َما تَد ِْري نَ ْف‬ ُ ‫س َماذَا ت َ ْك ِس‬
َ ‫ب‬ ْ ‫ع ِة َويُنز ُل ْالغَيْثَ َويَ ْعلَ ُم َما فِي‬
ٌ ‫األر َح ِام َو َما تَد ِْري نَ ْف‬ َ ‫َّللا ِع ْندَه ُ ع ِْل ُم السَّا‬
َ َّ ‫إِ َّن‬
‫ير‬
ٌ ِ‫علِي ٌم َخب‬ َ َّ ‫ت َ ُموتُ إِ َّن‬
َ ‫َّللا‬

Artinya, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari
kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim.
Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui secara pasti apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia
akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman:
34)

Tidak Dapat Ditunda atau Dipercepat

26
Kematian telah ditentukan waktunya. Ia tidak dapat ditunda atau dipercepat. Allah Ta’ala
berfirman

ٌ ‫سا ِإذَا َجآ َء أ َ َجلُ َها َوهللاُ َخ ِب‬


َ‫ير ِب َما ت َ ْع َملُون‬ ً ‫َولَن يُ َؤ ِخ َر هللاُ نَ ْف‬

Artinya, “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang

apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian

kerjakan. (QS. Al-Munafiqun:11)

Dalam ayat yang lain,

َ‫عةً َوالَ َي ْست َ ْق ِد ُمون‬ َ َ‫َو ِلكُ ِل أ ُ َّم ٍة أ َ َج ٌل فَإِذَا َجاء أ َ َجلُ ُه ْم الَ َي ْست َأْخِ ُرون‬
َ ‫سا‬

Artinya, “Apabila sampai ajal maut mereka itu, mereka tidak dapat menunda atau

mempercepat(nya) walau sesaat pun.” (QS. Al-A’raf: 34)

Kematian Bukanlah Kebinasaan

Jasad manusia bisa saja hancur setelah nyawa dicabut darinya. Tetapi jiwa dan ruh

akan tetap ada dan kembali kepada pencipta-Nya. Kematian sama saja dengan kembali

kepada Allah. Ia bukanlah kebinasaan , melainkan hanya perpindahan dari satu fase

kehidupan di dunia ke fase kehidupan sesudah mati.

B. Dalil-dalil kematian

1. QS. Ar-Rahman: 26-27

ِ ْ ‫ان * َويَ ْبقَى َو ْجهُ َربِكَ ذُو ْال َج َال ِل َو‬


‫اإل ْك َر ِام‬ ٍ َ‫علَ ْي َها ف‬
َ ‫كُ ُّل َم ْن‬
Semua yang ada di bumi itu akan binasa (26). Dan tetaplah kekal Dzat Tuhanmu

yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (27).

2. QS. Al-Mulk: 2

27
ُ ُ‫يز ْالغَف‬
‫ور‬ ُ ‫ع َم ًال َوه َُو ا ْلعَ ِز‬ َ ْ‫الَّذِي َخلَقَ ْال َم ْوتَ َو ْال َحيَاة َ ِليَ ْبلُ َوكُ ْم أَيُّكُ ْم أَح‬
َ ‫س ُن‬

Allah lah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapakah di

antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun.

3. QS. Al-Anbiya: 34-35

َ‫َو َما َجعَ ْلنَا ِلبَش ٍَر م ِْن قَ ْبلِكَ ْال ُخ ْلدَ أَفَإ ِ ْن ِمتَّ فَ ُه ُم ْالخَا ِلد ُون‬

Kami tidak menjadikan hidup kekal bagi seorang manusiapun sebelum kamu.

Maka jika kamu mati, apakah mereka akan kekal?. – (QS. Al-Anbiya: 34)

َ‫ش ِر َو ْال َخي ِْر ِفتْنَةً َو ِإلَ ْينَا ت ُ ْر َجعُون‬ ِ ‫كُ ُّل نَ ْف ٍس ذَا ِئقَةُ ْال َم ْو‬
َّ ‫ت َونَ ْبلُوكُ ْم ِبال‬

Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji

kamu dengan keburukan serta kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada

Kamilah kamu akan dikembalikan. – (Q.S Al-Anbiya: 35)

4. QS. As-Sajdah: 11

ِ ‫قُ ْل يَت ََوفَّاكُ ْم َملَكُ ْال َم ْو‬


َ‫ت الَّذِي ُوكِلَ بِكُ ْم ث ُ َّم إِلَى َربِكُ ْم ت ُ ْر َجعُون‬

Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk mencabut nyawamu akan

mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan”.

5. QS. Qaf: 19

ِ ‫ت بِ ْال َح‬
ُ ‫ق ذَلِكَ َما كُ ْنتَ مِ ْنهُ تَحِ يد‬ ِ ‫س ْك َرة ُ ْال َم ْو‬ ْ ‫َو َجا َء‬
َ ‫ت‬

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah perkara yang kamu

28
selalu lari daripadanya.

6. QS. Al-Qiyamah: 26-30

َ ‫ق * ِإلَى َر ِبكَ َي ْو َم ِئ ٍذ ْال َم‬


ُ‫ساق‬ ِ ‫ساقُ ِبالسَّا‬ ِ َّ‫ظ َّن أَنَّهُ ْالف َِرا ُق * َو ْالتَف‬
َّ ‫ت ال‬ َ ‫ق * َو‬ ِ َ‫ك ََّال ِإذَا َبلَغ‬
ٍ ‫ت الت َّ َراق َِي * َوقِي َل َم ْن َرا‬
Sekali-kali tidak. Apabila nafas seseorang telah sampai ke kerongkongan (26), dan

dikatakan kepadanya: “Siapakah yang bisa menyembuhkan?” (27), dan orang yang

tengah sekarat itu meyakini bahwa sesungguhnya itu adalah waktu perpisahannya

(dengan dunia) (28), dan bertautlah betis dengan betis lainnya (saat ruh dicabut)

(29), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu akan digiring (30).

7. QS. Ali Imran: 145

‫اب ْاْلخِ َرةِ نُؤْ تِ ِه‬ ِ َّ ‫َو َما َكانَ ِلنَ ْف ٍس أ َ ْن ت َ ُموتَ إِ َّال بِإِذْ ِن‬
َ ‫َّللا ِكت َابًا ُم َؤج ًَّال َو َم ْن ي ُِردْ ث َ َو‬
َ ‫اب الدُّ ْنيَا نُؤْ تِ ِه ِم ْن َها َو َم ْن ي ُِردْ ث َ َو‬
َّ ‫َجْزي ال‬
َ‫شاك ِِرين‬ ِ ‫سن‬ َ ‫ِم ْن َها َو‬

Setiap yang bernyawa tidak akan mati melainkan atas izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya
Kami berikan pahala dunia itu kepadanya, dan barangsiapa menghendaki pahala
akhirat, niscaya Kami berikan pula pahala akhirat itu kepadanya. Dan kami akan
memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

8. QS. Al-Jumuah: 8

َ‫ش َهادَةِ فَيُن َِبئُكُ ْم ِب َما كُ ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬ ِ ‫عال ِِم ْالغَ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬ َ ‫قُ ْل ِإ َّن ْال َم ْوتَ الَّذِي تَف ُِّرونَ ِم ْنهُ فَإِنَّهُ ُم َالقِيكُ ْم ث ُ َّم ت ُ َردُّونَ ِإلَى‬
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu hindari itu, maka sesungguhnya

kematian itu pasti akan menemui kamu. Kemudian kamu akan dikembalikan

kepada Allah, yang maha mengetahui perkara yang ghaib dan yang nyata. Lalu

Dia akan memberitahukan segala apa yang telah kamu kerjakan”.

9. QS. Al-Baqarah: 154

29
َ‫َّللاِ أ َ ْم َواتٌ بَ ْل أَحْ يَا ٌء َولَك ِْن َال ت َ ْشعُ ُرون‬ َ ‫َو َال تَقُولُوا ِل َم ْن يُ ْقت َ ُل فِي‬
َّ ‫سبِي ِل‬

Dan janganlah kamu mengatakan tentang orang-orang yang gugur di jalan Allah,

(bahwa mereka itu) mati. Bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, hanya saja kamu

tidak menyadarinya.

10. QS. An-Nahl: 32

َ‫علَ ْيكُ ُم ادْ ُخلُوا ْال َجنَّةَ بِ َما كُ ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬ َ ُ‫الَّذِينَ تَت ََوفَّاهُ ُم ْال َم َالئِ َكة‬
َ َ‫طيِبِينَ يَقُولُون‬
َ ‫س َال ٌم‬

Yaitu orang-orang yang diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik. Para

malaikat itu berkata (kepada mereka): “Salaamun ‘alaikum, masuklah kamu ke

dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”.

11. QS. Al-Munafiqun: 11

َ‫ير بِ َما ت َ ْع َملُون‬ َّ ‫سا إِذَا َجا َء أ َ َجلُ َها َو‬


ٌ ِ‫َّللاُ َخب‬ ً ‫َّللاُ نَ ْف‬
َّ ‫َولَ ْن ي َُؤ ِخ َر‬

Dan Allah sekali-kali tidak akan pernah menangguhkan (kematian) seseorang

apabila telah tiba waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu

kerjakan.

12. QS. Az-Zumar: 42

‫علَ ْي َها ْال َم ْوتَ َوي ُْر ِس ُل ْاأل ُ ْخ َرى ِإ َلى‬


َ ‫ضى‬ َ َ‫ك الَّتِي ق‬ ْ ‫س حِ ينَ َم ْوتِ َها َوالَّتِي لَ ْم ت َ ُم‬
ُ ‫ت فِي َمنَا ِم َها فَيُ ْم ِس‬ َ ُ‫َّللاُ يَت ََوفَّى ْاأل َ ْنف‬
َّ
َ‫ت ِلقَ ْو ٍم َيتَفَ َّك ُرون‬ َ ‫أ َ َج ٍل ُم‬
ٍ ‫س ًّمى ِإ َّن فِي ذَلِكَ َْل َيا‬

Allah menggenggam jiwa seseorang ketika matinya dan menggenggam jiwa


seseorang yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia menahan jiwa seseorang
yang ajal kematiannya telah tiba dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu
yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
30
kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.

13. QS. Al-Anfal: 50

ِ ‫اب ْال َح ِري‬


‫ق‬ َ ‫َولَ ْو ت ََرى ِإذْ َيت ََوفَّى الَّذِينَ َكف َُروا ْال َم َال ِئ َكةُ َيض ِْربُونَ ُو ُجوهَ ُه ْم َوأَدْ َب‬
َ ‫ارهُ ْم َوذُوقُوا‬
َ َ ‫عذ‬

Seandainya kamu melihat ketika para malaikat mencabut nyawa orang-orang yang

kafir, para malaikat memukuli mereka dari bagian depan dan belakang seraya

berkata: “Rasakanlah siksaan api neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan

merasa ngeri).

BAB VII

31
Kewajiban Amar Ma'ruf - Nahi Munkar Beserta Dalil-Dalilnya

A. Kewajiban Amar Ma'ruf - Nahi Munkar

amar ma’ruf nahi mungkar adalah upaya menciptakan kemaslahatan umat dan
memperbaiki kekeliruan yang ada pada tiap-tiap individunya. Dengan demikian, segala
hal yang bertentangan dengan urusan agama dan merusak keutuhannya, wajib
dihilangkan demi menjaga kesucian para pemeluknya.

Persoalan ini tentu bukan hal yang aneh karena Islam adalah akidah dan syariat yang
meliputi seluruh kebaikan dan menutup segala celah yang berdampak negatif bagi
kehidupan manusia.

Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan amal yang paling tinggi karena posisinya sebagai
landasan utama dalam Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara
mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (Ali
Imran: 110)

Jika kita perhatikan dengan saksama, sebenarnya diutusnya para rasul dan diturunkannya
Al-Kitab adalah dalam rangka memerintah dan mewujudkan yang ma’ruf, yaitu tauhid
yang menjadi intinya, kemudian untuk mencegah dan menghilangkan yang mungkar,
yaitu kesyirikan yang menjadi sumbernya.

Jadi, segala perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang disampaikan melalui rasul-Nya
adalah perkara yang ma’ruf. Begitu pula seluruh larangan-Nya adalah perkara yang
mungkar. Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan amar ma’ruf nahi mungkar
ini sebagai sifat yang melekat dalam diri nabi-Nya dan kaum mukminin secara
menyeluruh.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

32
“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, serta taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah
Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (at-Taubah: 71)

Siapa pun meyakini bahwa kebaikan manusia dan kehidupannya ada dalam ketaatan
kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan hal
tersebut tidak akan sempurna tercapai melainkan dengan adanya amar ma’ruf nahi
mungkar. Dengan hal inilah umat ini menjadi sebaik-baik umat di tengah-tengah
manusia.

B. Dalil-dalil Amar Ma'ruf-Nahi Munkar

1. Dalil yang memerintahkannya :

Firman Allah subhanahu wata’ala :

َ َ‫﴾ َو ْلتَكُن ّمِنكُ ْم أ ُ همةٌ يَدْعُونَ إِلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬
﴿ َ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوأ ُ ْوَلَئِكَ هُمُ ْال ُم ْف ِلحُون‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka
adalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Imran:104).

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

‫ان‬ ِْ ‫ف‬
ِ ‫اإلي َم‬ ْ َ ‫سا ِن ِه فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع فَ ِبقَ ْل ِب ِه َوذَلِكَ أ‬
ُ ‫ض َع‬ َ ‫َم ْن َرأَى ِم ْنكُ ْم ُم ْنك ًَرا فَ ْليُغَ ِي ْرهُ ِب َي ِد ِه فَإ ِ ْن لَ ْم َي ْستَطِ ْع فَ ِب ِل‬

“Siapa di antara kalian yang melihat suatu kemungkaran, maka cegahlah dengan

tangannya. Jika belum mampu, cegahlah dengan lisannya. Jika belum mampu,

dengan hatinya, dan pencegahan dengan hati itu adalah selemah-lemah iman.”

(HR.Muslim no. 70 dan lain-lain)

33
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

َ ‫ فَإِذَا أَبَ ْيت ُ ْم ِإ َّال ْال َم ْجل‬:‫ قَا َل‬،ِ‫َّث فِيه‬


‫ِس‬ ِ َّ َ‫ يَا َرسُول‬:‫ قَالُوا‬،ِ‫ط ُرقَات‬
ُ ‫ َما لَنَا بُد ٌّ م ِْن َم َجا ِل ِسنَا نَت َ َحد‬،‫َّللا‬ ُّ ‫وس فِي ال‬َ ُ‫ِإيَّاكُ ْم َو ْال ُجل‬
ُ ‫ َو ْاأل َ ْم ُر ِب ْال َم ْع ُروفِ َوال َّن ْه‬،‫ َو َردُّ الس ََّال ِم‬،‫َف ْاألَذَى‬
‫ي‬ ُّ ‫ َوك‬،‫ص ِر‬ َ ‫َض ْال َب‬ َّ ‫فَا ْعطُوا ال‬
ُّ ‫ غ‬:‫ َما َحقُّهُ؟ قَا َل‬:‫ قَالُوا‬،ُ‫ط ِريقَ َحقَّه‬
.‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر‬
َ

“Hindarilah duduk-duduk di pinggir jalan!” Para sahabat bertanya, “Wahai


Rasulullah bagaimana kalau kami butuh untuk duduk-duduk di situ
memperbincangkan hal yang memang perlu?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menjawab, “Jika memang perlu kalian duduk-duduk di situ, maka berikanlah hak
jalanan.” Mereka bertanya, “Apa haknya?” Beliau menjawab, “Tundukkan
pandangan, tidak mengganggu, menjawab salam (orang lewat), amar ma’ruf nahi
mungkar.” (HR. Muslim 2161).

Itulah dalil-dalil yang jelas tentang wajibnya menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.

2. Dalil-dalil sanjungan dan pujian atas pelaku amar ma’ruf nahi mungkar:

Firman Allah subhanahu wata’ala :

َ َ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬


﴿ِ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َوتُؤْ مِ نُونَ بِالل‬ ْ ‫﴾…كُ ْنت ُ ْم َخي َْر أ ُ هم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت لِل هن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada

yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…” (QS.

Ali Imran : 110)

Firman Allah subhanahu wata’ala :

‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َويُقِي ُمونَ ال ه‬


﴿ َ‫ص ََلة َ َويُؤْ تُون‬ َ َ‫ض يَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬ ُ ‫َو ْال ُمؤْ مِ نُونَ َو ْال ُمؤْ ِمنَاتُ بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَا ُء بَ ْع‬
ٌ ‫ع ِز‬
‫يز َحكِي ٌم‬ َ ‫َّللاُ إِ هن ه‬
َ ‫َّللا‬ َ َ‫َّللا َو َرسُولَهُ أُو ٰلَئِك‬
‫سيَ ْر َح ُم ُه ُم ه‬ َ ‫الزكَاة َ َويُطِ يعُونَ ه‬ ‫﴾ ه‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang

34
ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah : 71)

Firman Allah subhanahu wata’ala :

﴿ َ‫ يُ ْؤمِ نُونَ بِاللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْلخِ ِر َويَأ ْ ُم ُرون‬. َ‫هللا آنَا َء اللهي ِْل َوهُ ْم يَ ْس ُجد ُون‬ ِ ‫ت‬ ِ ‫ب أ ُ همةٌ قَائِ َمةٌ يَتْلُونَ آيَا‬
ِ ‫مِن أ َ ْه ِل ْال ِكت َا‬
ْ
‫ت َوأُو َلئِكَ مِنَ ال ه‬
َ‫صالِحِ ين‬ ِ ‫ارعُونَ فِي ْال َخي َْرا‬ ِ ‫س‬ َ ُ‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر َوي‬
َ َ‫﴾ ِب ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬

“Di antara ahli kitab itu ada golongan yang Berlaku lurus [Yakni: golongan ahli kitab
yang telah memeluk agama Islam], mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa
waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman
kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang Mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai
kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ali Imran : 113-114)

Firman Allah subhanahu wata’ala :

﴿ ‫اس َو َم ْن يَ ْفعَ ْل ذَلِكَ ا ْبتِغَا َء‬ ٍ ‫صدَقَ ٍة أ َ ْو َم ْع ُروفٍ أ َ ْو إِص ََْل‬


ِ ‫ح بَيْنَ ال هن‬ َ ِ‫ِير م ِْن نَجْ َواهُ ْم ِإ هَل َم ْن أ َ َم َر ب‬
ٍ ‫ََل َخي َْر فِي َكث‬
َ ‫ف نُؤْ تِي ِه أَج ًْرا‬
‫عظِ ي ًما‬ َ ‫س ْو‬َ َ‫ضاةِ هللاِ ف‬
َ ‫﴾ َم ْر‬.

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-


bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf,
atau Mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan siapa yang berbuat demikian
karena mencari keridhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar.” (QS. An-Nisa’: 114).

3. Dalil-dalil tentang ancaman dan celaan bagi orang yang meninggalkan amar ma’ruf
nahi mungkar

Firman Allah subhanahu wata’ala:

َ ْ‫اْلثْ َم َوأ َ ْك ِل ِه ُم السُّحْ تَ لَ ِبئ‬


ْ ‫س َما كَانُوا َي‬
﴿ َ‫صنَعُون‬ ِ ْ ‫ع ْن قَ ْو ِل ِه ُم‬ ُ ‫الربها ِنيُّونَ َو ْاْلَحْ َب‬
َ ‫ار‬ ‫﴾لَ ْو ََل َي ْن َهاهُ ُم ه‬

35
“Mengapa orang-orang alim mereka, dan pendeta-pendeta mereka (Yahudi) tidak

melarang mereka mengucapkan perkataan dosa dan memakan yang haram?

Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu.” (QS. Al-Maidah :

63).Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Tidak ada ayat dalam Al-Qur’an

yang paling keras mencela -ulama yang melalaikan tugas mereka dalam

menyampaikan da’wah tentang larangan-larangan dan kejahatan-kejahatan- dari

pada ayat ini”. Al-qurtubi berkata: “Ayat ini menunjukkan bahwasannya orang

yang tidak melarang kemungkaran, sama halnya seperti pelaku kemungkaran itu

sendiri. Maka ayat ini menjadi celaan bagi ulama yang melalaikan amar ma’ruf

nahi mungkar”.

Ad-Dhohhaak berkata, “Tidak ada ayat dalam Al-Quran yang lebih aku takuti dari

pada ayat ini.”

Firman Allah subhanahu wata’ala:

﴿ َ‫ِيس ِب َما كَانُوا َي ْفسُقُون‬ َ َ‫ع ِن السُّوءِ َوأ َ َخذْنَا الهذِين‬


ٍ ‫ظلَ ُموا ِب َعذَا‬
ٍ ‫ب َبئ‬ َ َ‫﴾فَلَ هما نَسُوا َما ذ ُ ّك ُِروا ِب ِه أ َ ْن َج ْينَا الهذِينَ َي ْن َه ْون‬

“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka kami

menyelamatkan orang-orang yang mencegah perbuatan jahat dan kami timpakan

kepada orang yang berbuat dzalim siksaan yang keras disebabkan mereka selalu

berbuat fasik.” (QS. Al-A’raf: 165).

Imam Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata, “Maka Allah menegaskan akan

selamatnya orang-orang yang melarang (dari kemungkaran), binasanya orang

orang yang zhalim, dan Allah diam tidak mengomentari orang-orang yang diam

(tidak melarang dari kemungkaran), karena balasan itu disesuaikan dengan jenis

amalan. Mereka ini (golongan yang ketiga), mereka tidak pantas mendapatkan

36
pujian sehingga harus dipuji dan mereka juga tidak melakukan dosa sehingga

harus dicela. Bersamaan dengan itu, para imam berselisih tentang mereka, apakah

mereka termasuk dari yang binasa atau yang selamat? Ada dua pendapat”.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Ar-Rojihy –hafizhahullah– berkata dalam Al-Qaulul

Bayyinul Azhharhal. 46-47, “Yang nampak bahwa mereka (golongan ketiga)

termasuk ke dalam golongan yang selamat, karena Allah telah mengkhususkan

kebinasaan hanya kepada orang-orang yang zhalim sedangkan mereka bukanlah

orang-orang yang zhalim dengan dua alasan:

Pertama: Sesungguhnya amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah fardhu kifayah

yang jika sudah ada sebagian orang yang menegakkannya maka gugurlah

(kewajiban) dari yang lainnya. Maka mereka (golongan ketiga) mencukupkan diri

dengan pengingkaran mereka (golongan yang selamat) atas golongan yang binasa.

Kedua: Mereka (golongan ketiga) menampakkan kemarahan mereka atas golongan

yang binasa, hal ini menunjukkan bahwa golongan ketiga sangat membenci apa

yang dilakukan oleh golongan yang binasa, dengan ucapan mereka kepada orang

orang yang melarang, “Mengapa kalian menasehati kaum yang Allah akan

membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?”.

Maka mereka (golongan ketiga) tidak bertoleransi dan tidak pula diam atas mereka

(golongan yang binasa), akan tetapi mereka hanya mencukupkan diri (dari

melarang) karena sudah ada orang lain yang menegakkan kewajiban yang agung

ini”.

Firman Allah subhanahu wata’ala:

﴿ ‫ش ْرهُ ْم‬ ِ ‫ق َو َي ْقتُلُونَ الهذِينَ َيأ ْ ُم ُرونَ ِب ْال ِقسْطِ مِنَ ال هن‬
ّ ِ ‫اس فَ َب‬ ٍ ّ ‫َّللاِ َو َي ْقتُلُو َن النه ِب ِيّينَ ِبغَي ِْر َح‬
‫ت ه‬ ِ ‫ِإ هن الهذِينَ َي ْكفُ ُرونَ ِبآ َيا‬
‫ب أَل ٍِيم‬
ٍ ‫﴾ ِب َعذَا‬

37
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para
nabi yang memang tidak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh
manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima
siksa yang pedih.” (QS. Ali Imran: 21).

Imam al-Quthubi berkata: “Ayat ini menunjukkan bahwa amar ma’ruf nahi mungkar
diwajibkan pada umat-umat terdahulu”.

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

ِ ‫اس َو ََل ت َ ْكت ُ ُمونَه ُ فَنَبَذُوهُ َو َرا َء ظُ ُه‬


ً ‫ور ِه ْم َوا ْشت ََر ْوا بِ ِه ث َ َم ًنا قَل‬
﴿ ‫ِيَل‬ َ ‫َّللاُ مِيثَاقَ الهذِينَ أُوتُوا ْال ِكت‬
ِ ‫َاب لَت ُ َبيِّنُنههُ لِل هن‬ ‫َوإِذْ أ َ َخذَ ه‬
َ‫س َما يَ ْشت َُرون‬ َ ْ‫﴾فَ ِبئ‬

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi
kitab (yaitu): ”Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan
jangan kamu menyembunyikannya.” Lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang
punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah
buruk tukaran yang mereka terima.” (QS. Ali Imran : 187)

Daftar Pustaka

38
http://beritamalut.co/2021/08/07/mengenal-hadits-qudsi-dan-contoh-contohnya/

https://blog.amartha.com/dosa-riba-menurut-

islam/#:~:text=Dalam%20konteks%20syariah%20(hukum%20Islam,riba%20bermakna%20zi
yadah%20(tambahan).&text=Secara%20teknis%2C%20pengertian%20riba%20adalah,Hukum
nya%20adalah%20haram

https://www.republika.co.id/berita/pnud1u458/betapa-besarnya-dosa-riba

https://www.royalorchidsyariah.com/dosa-riba/

https://saintif.com/apa-itu-riba/

https://www.republika.co.id/berita/qr47jl320/dalil-alquran-dan-hadits-yang-mengharamkan-
praktik-riba

https://www.republika.co.id/berita/qr47jl320/dalil-alquran-dan-hadits-yang-mengharamkan-
praktik-riba

https://kumparan.com/hijab-lifestyle/5-ayat-dalam-al-quran-yang-jelaskan

https://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/keutamaan-sedekah

https://kumparan.com/berita-update/ayat-al-quran-tentang-sedekah-1vK3wJ3Ec9t

https://m.liputan6.com/ramadan/read/2969721/ini-ayat-ayat-alquran-tentang-keajaiban-
sedekah

https://muslimah.or.id/8548-sifat-sifat-kematian.html

https://kumparan.com/berita-hari-ini/kumpulan-ayat-tentang-kematian-dalam-alquran-sebagai-
pengingat-bagi-umat-islam-1v05pbShwSx

https://asysyariah.com/kewajiban-amar-maruf-nahi-mungkar-2/

39

Anda mungkin juga menyukai