Anda di halaman 1dari 13

JHeS, Vol 2, No 1, Maret 2018, Hal.

12 - 13 23
ISSN print: 2549-3345, ISSN online: 2549-3353
DOAJ: http://doaj.org/toc/2549-3353
Google scholar: https://scholar.google.co.id
Sinta: sinta.ristekdikti.go.id
Tersedia online di https://ejournal.unisayogya.ac.id

Studi Kualitatif Perilaku Pencegahan Deman Berdarah


pada Rumah Tangga

Ishak
STIKES Muhammadiyah Sidrap
Email: ishak_kenre@yahoo.com

Abstract: Based on the data of Pangkajene Health Care Center, Maritengngae,


Sidenreng Rappang 2016, the number of dengue patients treated in 2013 as many
as 50 patients, in 2014 decreased by 22 patients with the death of 2 patients, while
in 2015 decreased by 15 patients. From the number of cases January 2013 to
December 2015 as many as 87 patients. Puskesmas Pangkajene is the health
center with the highest number of DHF patients in Sidrap district.This research is
a qualitative study by using in-depth interview technique to program manager
from Health Care Center as informan.

Keywords: prevention of DHF; family

Abstrak: Berdasarkan data Puskesmas Pangkajene, Maritengngae, Sidenreng


Rappang tahun 2016, jumlah penderita DBD yang dirawat tahun 2013 sebanyak
50 penderita. Tahun 2014 menurun sebanyak 22 penderita dengan kematian 2
penderita, sedangkan tahun 2015 menurun sebanyak 15 penderita. Dari jumlah
kasus tersebut periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2015 sebanyak 87
penderita. Puskesmas Pangkajene merupakan puskesmas dengan jumlah
penderita DBD terbanyak di Kabupaten Sidrap. Penelitian ini merupakan studi
kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (deep inerview)
terhadap informan dalam hal ini pengelola program dari puskesmas.

Kata kunci: pencegahan DBD; rumah tangga


Ishak, Studi Kualitatif Perilaku Pencegahan Deman Berdarah pada Rumah 13
Tangga.....
PENDAHULUAN perseratus ribu penduduk (Dinkes
Demam Berdarah Dengue Propinsi Sulawesi Selatan, 2016).
(DBD) atau dikenal sebagai Demam Berdasarkan data sekunder
Berdarah diduga diambil dari gejala yang diperoleh dari Puskesmas
penyakit yaitu adanya demam atau Pangkajene, Maritengngae, Sidenreng
panas dan adanya pendarahan. Sedang Rappang tahun 2016, jumlah penderita
kata “Dengue” sendiri pengertiannya DBD yang dirawat tahun 2013
masih simpang siur. Pengertian yang sebanyak 50 penderita, tahun 2014
berasal dari Afrika Barat “Dinga” atau menurun sebanyak 22 penderita de-
dari bahasa Indian “Dengue” yang ngan kematian 2 penderita, sedangkan
keduanya berarti tiupan dimana kata tahun 2015 menurun sebanyak 15
ini mencermirkan penyakitnya yang penderita. Dari jumlah kasus tersebut
mendadak (Muwarni,2008). mulai Januari 2013 sampai dengan
Demam Berdarah Dengue Desember 2015 sebanyak 87 pen-
banyak ditemukan di daerah tropis dan derita. Puskesmas Pangkajene meru-
sub tropis. Data dari seluruh dunia pakan puskesmas dengan jumlah
menunjukkan Asia menempati urutan penderita DBD terbanyak di kabupaten
pertama dalam jumlah penderita DBD Sidrap (Puskesmas Pangkajene, 2016).
setiap tahunnya. Di Indonesia DBD ini Beberapa faktor yang berisiko
pertama kali ditemukan di Jakarta dan terjadinya penularan dengue adalah
Surabaya pada tahun 1968, dimana pertumbuhan penduduk, perubahan
sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 iklim, faktor urbanisasi yang tidak
orang diantaranya meninggal dunia terkontrol dengan baik, pengelolaan
(angka kematian 41,3%). limbah dan penyediaan air bersih
Kasus DBDdi Indonesia yang tidak memadai, berkembangnya
berfluktuasi setiap tahunnya dan penyebaran dan kepadatan nyamuk,
cenderung semakin meningkat angka serta kurangnya sistem pengendalian
kesakitannya dan sebaran wilayah nyamuk yang tidak efektif. Virus
yang terjangkit semakin luas. Penyakit dengue ditularkan dari orang ke orang
ini tidak hanya sering menimbulkan melalui gigitan nyamuk Aedes
KLB tetapi juga menimbulkan dampak aegypti yang merupakan vektor ende-
buruk sosial maupun ekonomi. Kerugi- mik yang paling utama disamping
an sosial yang terjadi antara lain Aedes albopictus, Aedes poly-
karena menimbulkan kepanikan dalam nesiensis, Aedes scutelaris dan Aedes
keluarga, kematian anggota keluarga, niveus. Nyamuk penular dengue ini
dan berkurangnya usia harapan hidup terdapat hampir di seluruh pelosok
(Kementerian Kesehatan RI, 2014). Indonesia sehingga DBD diperkira-
Di Sulawesi Selatan kasus kan akan semakin meningkat dan luas
DBD telah terjadi di seluruh kabupaten sebarannya (Kementerian Kesehatan
atau kota. Namun demikian Insiden RI,2013).
Rate (IR) DBD mengalami penurunan Sampai saat ini belum ada
tiga tahun berturut-turut, yakni tahun vaksin untuk mencegah dan obat
2013 yaitu 51,00 per seratus ribu untuk membasmi virusnya, karena itu
penduduk, tahun 2014 sebesar 35,00 pemberantasan penyakit DBD di-
per seratus ribu penduduk dan pada laksanakan terutama dengan
tahun 2015 menurun menjadi 30,00 memberantas nyamuk penularnya.
Beberapa cara Pemberantasan Sarang
pengendalian Nyamuk (PSN)
vektor yaitu dengan 3M plus, pem-
dengan berantasan jentik,
pengabutan larvasidasi dan
(fogging), penggerakan
14 Journal of Health Studies, Vol. 2, No. 1 Maret 2018, Hal. 12-
23
masyarakat wawancara pengamb mendalam
untuk me- mendalam (deep ilan data dengan
ningkatkan interview) primer menggunaka
peran serta. terhadap dan n pedoman
Berdasarkan informan. sekun- wawancara.
uraian Penelitian der. Data
tersebut ini dilaksanakan primer HASIL DAN
maka perlu di Kelurahan diperoleh PEMBAHASAN
dilakukan Pangkajene melalui Karakte
penelitian Kecamatan proses ristik umum
“Studi Maritengngae wawanca informan
Kualitatif Kabupaten ra berdasarkan
Perilaku Sidenreng mendala hasil
Pencegahan Rappang pada m penelitian,
Demam bulan April indepth diperoleh
Berdarah sampai interview data tentang
Dengue di September 2017 dengan usia
Wilayah dengan kegiatan informan informan
Puskesmas atau yaitu
Pangkajene responde berumur 8-
Kabupaten n. 12 tahun
Sidrap tahun Sedangka sebanyak 13
2016”. n data orang, yang
sekunder merupa- kan
METODE diperoleh dari murid SD di
PENELITIA Puskesm Kelurahan
N as Pangkajene
Menuru Pangkaje yang pernah
t Sugiyono ne. menderita
(2010), H DBD.
variabel asil Informan
penelitian penelitia berikutnya
adalah suatu n yaitu orang
atribut, sifat disajika tua dan guru
atau nilai n dalam sekolah
dari orang, bentuk yang pernah
objek atau analisis menderita
kegiatan isi DBD
yang jawaban berusia 30-
mempunyai (content 50 tahun
variasi antara analysis sebanyak 6
satu dengan ). orang, serta
yang lainnya Pengum informan
atau objek pulan kunci yaiu
lainnya.Penel data petugas
itian ini dilakuka kesehatan
merupakan n sebanyak 3
studi melalui orang yang
kualitatif proses berusia 21-
dengan wawanc 27 tahun.
menggunaka ara
n teknik
Ishak, Studi Kualitatif Perilaku Pencegahan Deman Berdarah pada Rumah 15
Tangga.....
Tabel 1. Distribusi
Informan
Menurut
Karakteristikn
ya di
Kelurahan
Pangkajene
Kecamatan
Maritengngae
Kabupaten
Sidenreng
Rappang,
Tahun 2017

No Kode Umur
Informan (Tahun)
1 S 13
2 PA 11
3 Su 10
4 Sr 10
5 IR 9
6 AD 10
7 A 11
8 SD 10
9 RSR 11
10 ES 8 P Pelajar Informan Biasa
11 AS 11 L Pelajar Informan Biasa
12 As 7 P Pelajar Informan Biasa
13 IM 10 P Pelajar Informan Biasa
14 Orang Tua S 50 L URT Informan Biasa
15 Orang Tua PA 31 P URT Informan Biasa
16 Orang Tua AD 30 P URT Informan Biasa
17 Orang Tua A 50 P URT Informan Biasa
18 AR 41 L Guru Informan Biasa
19 NN 42 L Guru Informan Biasa
20 dr. N 42 P Dokter Informan Kunci
21 K 27 P Tenaga Informan Kunci
Kesehatan
22 N 21 L Tenaga Informan Kunci
Kesehatan

Tabel 1 menunjukkan bahwa 22 orang informan memiliki karakteristik


yang beragam, sehingga diperlukan ketelitian untuk mengumpulkan berbagai
informasi dari mereka.

Pencegahan deman berdarah dimasak biasanya disimpan oleh


dengue (DBD) oleh penderita, ibu di tempat penyimpanan air. Air
keluarga penderita DBD di Kelurahan itu biasanya disimpan di dalam
Pangkajene umumnya telah melakukan gentong. Gentong yang berisi air
pencegahan, walaupun belum secara serta bak kamar mandi biasanya
optimal. Tindakan informan dalam dibersihkan oleh ibu satu kali
pencegahan DBD tidak terlalu jauh seminggu” (Wawancara denga
berbeda antara lain menguras dan PA).
menutup tempat penampungan air,
membuang sampah pada tempatnya “Ada bak yang dipakai ibu di
dan menggunakan kelambu jika tidur. rumah untuk menyimpan air. Bak
Bentuk pencegahan yang lain belum itu selalu ditutup. Kalau kotor,
optimal yaitu kebiasaan tidur pada kakak disuruh sama ibu untuk
waktu pagi atau sore hari serta membersihkan bak itu.”
kebiasaan menggantung pakaian. (Wawancara dengan RSR).
Kebiasaan Menguras dan Menutup Berdasarkan hasil wawancara,
Tempat Penampuangan Air keluarga informan yang pernah
Hasil wawancara dengan infor- menderita DBD memiliki kebiasaan
man menunjukkan bahwa mereka telah untuk menutup dan menguras tempat
terbiasa menguras dan membersihkan penampungan air. Tempat
tempat penampungan air, sebagaimana penampungan air yang digunakan
yang diungkapkan dari kutipan hasil secara rutin dibersihkan oleh anggota
wawancara berikut: keluarga. Kebiasaan menguras tempat
penampungan air dilakukan satu kali
“Di rumah saya, air yang akan
seminggu. Tapi ada juga informan informan yang masih duduk di kelas 2, 3 dan 4.
yang menguras dan membersihkan
tempat penampungan air setiap hari. “Saya kelas 4 SD.... Ibu saya selalu menutup
Kebiasaan menutup dan menguras bak air, tetapi saya tidak tahu kenapa ibu
tempat penampungan air tidak menutupnya”.(Wawancara dengan AD).
diketahui manfaatnya oleh sebagian
Hasil wawancara dengan AD tempat sampah oleh orang tua
(10 tahun) menunjukkan bahwa supaya rumah tidak kotor.
kebiasaan menutup dan menguras Sampah yang sudah terkumpul
tempat penampungan air biasa dimasukkan ke dalam karung
dilakukan setiap hari oleh anggota oleh bapak, kemudian dibawa ke
keluarga informan, tapi karena usia belakang rumah untuk dibakar.”
dan kurangnya pengetahuan informasi (Wawancara dengan S).
tentang manfaat menutup dan
menguras tempat penampungan air “Di rumah kami ada tempat
menyebabkan mereka tidak tahu. sampah dari ember bekas dan
karung. Sampah-sampah yang
Kebiasaan MembuangSampah terkumpul selama dua hari saya
Menurut hasil wawancara buang ke tempat pembuangan
yang telah dilakukan seluruh sampah untuk
informan telah terbiasa membuang dibakar.”(Wawancara dengan
sampah pada tempatnya.Mereka Orang Tua S).
mendapatkan informasi tentang
manfaat membuang sampah pada “Setiap Apel hari Senin, kami
tempatnya dari orang tua dan guru di selaku guru selalu menghimbau
sekolah. Kebiasaan ini juga menjadi para siswa untuk selalu menjaga
bagian penting dalam upaya kebersihan sekolah.”(Wawancara
pencegahan berbagai macam penya- dengan AR).
kit, khususnya penyakit DBD di
Kelurahan Pangkajene. Hal ini Keterangan informan telah
terungkap dalam hasil wawancara dianalisis dalam bentuk reduksi data
berikut dengan S, Orang Tua S dan yang menunjukkan bahwa selalu
AR (Guru SekolahDasar). tersedia tempat untuk membuang
sampah. Informan selalu berusaha
“Di rumah ada tempat sampah untuk menjaga kebersihan lingkung-
dari ember. Saya selalu an untuk mencegah terjadinya
dibiasakan membuang sampah di penyakit DBD. Tempat sampah
yang tersedia biasanya dari karung,
ember dan tempat sampah plastik
yang biasa dibeli di pasar atau kios-
kios.

Kebiasaan Tidur Pagi atau


SoreHari
Hasil wawancara dengan
informan yang pernah menderita DBD
menunjukkan bahwa hanya satu saja
yang tidak terbiasa tidur padawaktu
pagi atau sore hari, sedangkan
informan yang lain telah terbiasa untuk
tidur pada pagi atau sore hari. Hal ini
terungkap dari wawancara dengan
murid SD (10 tahun) Untuk menguatkan informan yang
“Kalau libur sekolah saya diperoleh dari wawancara dengan SD, berikut
biasanya tidur pukul 8-10 pagi. petikan wawancara dengan beberapa informan
Kalau sore, pulang dari sekolah, yang terbiasa tidur pada pagi atau sore hari.
saya tidur pukul 3-4sore”.
“Saya biasa tidur mulai pukul 3
sore.”(Wawancara dengan ES). daripetikan wawancara berikut.
“Kalau anak saya selalu tidur “Pakaian sekolah yang sudah
pukul 3-4 sore. Kalau hari libur, dipakai selalu saya gantung
anak saya tidur pukul 8-9 karena besok masih mau dipakai
pagi.”(Wawancara dengan RSR). lagi.”(Wawancara dengan PA).
“Saya biasa tidur mulai pukul 3 “Baju sekolah saya gantung di
sore.”(Wawancara dengan Orang dinding karena masih bisa dipakai
Tua S). besok. Kalau baju kotor langsung
dicuci sama ibu.”(Wawancara
Berdasarkan hasil reduksi dengan S).
informasi dari hasil wawancara
menunjukkan bahwa informan yang “Anak saya biasanya
terbiasa tidur pagi biasanya mereka menggantung pakaian di
lakukan ketika hari libur yang kamar.”(Wawancara dengan
dilakukan dengan waktu yang Orang Tua A).
bervariasi, antara pukul 08.00-10.00.
Tidur siang juga biasa mereka lakukan Hasil reduksi data yang
bila pulang sekolah, antara pukul diperoleh yaitu baju sekolah biasanya
12.00-15.00. Ada juga informan yang digantung, karena masih mau
terbiasa tidur sore, antara pukul 15.00- dikenakan kembali dan baju yang
17.00. kotor langsung dicuci. Kebiasaan
menggantung pakaian merupakan
Kebiasaan Menggantung Pakaian tradisi yang sulit untuk dihindarkan.
Hasil wawancara menunjukkan Ini terbukti dengan informasi yang
bahwa seluruh informan terbiasa didapat dan menunjukkan bahwa
menggantung pakaian di dinding atau siswa SD di Kelurahan Pangkajene
belakang pintu. Kebiasaan yang yang pernah menderita DBD selalu
dilakukan oleh masyarakat Pangkajene menggantung pakaian karena melihat
tersebut dapat menjadi salah satu kebiasaan ini dari orang tuamereka.
sebab anggota keluarga mereka
terkena penyakit DBD. Hal ini terlihat Kebiasaan Menggunakan Kelambu
Menurut hasil wawancara
dengan seluruh informan yang pernah
menderita DBD, hanya duainforman
yang tidak terbiasa menggunakan
kelambu ketika tidur malam. Hasil
wawancara mendalam (indepth
interview) dengan S (13 tahun) dan
IM (10 tahun) diperoleh informasi
tentang kebiasaan keluarga S dan IM
dalam menggunakan kelambu ketika
tidur.
“Kalau malam hari, saya dan
ayah tidur tidak pakai kelambu
karena di rumah hanya ada satu Kelambu hanya digunakan untuk tidur
kelambu. Kelambu yang ada malam hari.”
digunakan oleh ibu dan kedua
adik saya. Kalau saya dan adik- “Di rumah, kalau tidur saya tidak pernah
adik tidur pagi atau sore hari, pakai kelambu.”(Wawan- cara dengan IM).
biasanya tidak pakai kelambu.
Hasil reduksi data tentang Salah satu informan yaitu
kebiasaan informan yang tidak orang tua PA (31 tahun), mengatakan
menggunakan kelambu menunjukkan bahwaselain menggunakan kelambu
bahwa mereka tidak menggunakan keluarga PA terbiasa menggunakan
kelambu karena kelambu yang lotion anti nyamuk bila ingin tidur.
dimiliki di rumah hanya satu. S (13 Kebiasaan ini memang bisa
tahun) misalnya, kelambu yang ada menghindari terjadinya gigitan
digunakan oleh ibu dan kedua nyamuk, sehingga dapat mencegah
adiknya. Lain halnya dengan IM (10 berbagai macam penyakit yang
tahun) yang tidak pernah mengguna- menjadikan nyamuk sebagai
kan kelambu karena memang di vektornya.
rumah tidak memiliki kelambu untuk
menghindari gigitan nyamuk. “Saya sering mengingatkan anak-
Kelambu yang dikenakan oleh anak supaya memakai kelambu
informan hanya digunakan pada atau lotion antinyamuk.”
malam hari, sedangkan jika tidur (Wawancara dengan PA).
siang hari, mereka tidak mengguna-
kan kelambu. Pencegahan Demam Berdarah
Dengue oleh Petugas Kesehatan
“Kalau tidur pagi saya tidak Upaya pencegahan yang
pakai kelambu.” (Wawancara dilakukan untuk menangani penyakit
dengan AS). DBD di Kelurahan Pangkajene dan
petugas kesehatan bisa dikatakan
“Kalau tidur malam, saya pakai sudah baik. Walaupun belum
kelambu supaya tidak digigit maksimal. Ini terbukti dari informasi
nyamuk. Tapi kalau tidur sore saya yang peneliti dapatkan dari dr. N (42
tidak pakai tahun).
kelambu.”
(Wawancara dengan SD). “Pihak Puskesmas Pangkajene
biasanya melakukan penyuluhan
“Saya tidak pernah pakai kelambu ke sekolah-sekolah di Wilayah
kalau tidak siang.” (Wawancara Puskesmas Pangkajene. Materi
dengan ES). Penyuluhan yang kami berikan
berkenaan dengan kebersihan
lingkungan, penjelasan tentang 3
M (menutup tempat
penampungan air, menguras
tempat penampungan air, dan
menimbun barang-barang bekas)
dan materi lainnya yang
berkenaan dengan penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk. Untuk
membantu pencegahan DBD,
puskesmas melalui petugas P2M
(Pencegahan Penyakit Menular)
bekerja sama dengan pihak
sekolah melalui UKS (Usaha program yang telah dilakukan dinas
Kesehatan Sekolah). Bila sudah kesehatan dan puskesmas adalah ketika
ada kasus DBD, pihak dinas ada wabah baru kami turun ke lapangan.
kesehatan biasanya melakukan Kami biasanya turun ke lapangan bila
fogging (pengasapan). Tapi, sudah memasuki masa peralihan musim
kelemahan dari pelaksanaan dari musim hujan ke musim
kemarau.”(Wawancara dengan menunjukkan bahwa penyuluhan te-
dr. N). lah dilakukan ke sekolah-sekolah,
materi yang dibawakan tentang
Untuk menguatkan informasi pentingnya 3M (menutup tempat-
dari dr. N, peneliti juga melakukan tempat penampungan air, menguras
wawancara dengan Ibu K (27 tahun) bak-bak penampungan air, dan
dan N (21 tahun) selaku petugas menimbun barang-barang bekas),
Puskesmas Pangkajene yang pihak puskesmas telah bekerja sama
menanggulangi masalah surveilan dengan sekolah melalui program UKS
dan DBD. (Usaha Kesehatan Sekolah).
Namun, di sisi lain program
“Bila ada kasus tentang DBD di pencegahan yang dilakukan masih
sisi, seluruh staf P2M langsung kurang. Ini bisa dilihat dengan
turun ke lapangan untuk program kesehatan khususnya
melakukan surveilan. Harus ada penanganan penyakit DBD yang hanya
kasus dulu baru kami bisa turun dilaksanakan bila telah terjadi wabah
ke lapangan. Setelah itu, seluruh di Kelurahan Pangkajene. Dinas
staf juga melakukan penyuluhan Kesehatan Kabupaten Sidenreng
yang berkenaan dengan kasus Rappang juga biasa melakukan
yang terjadi di wilayah fogging (pengasapan) bila telah
ini.”(Wawacara dengan Ibu K). muncul banyak kasus DBD di daerah
tersebut. Bila sudah ada kasus DBD,
“Kebiasaan masyarakat di sini pihak Dinas kesehatan biasanya
memang sulit diubah. Misalnya, melakukan fogging (pengasapan).
perilaku tidur di waktu pagi atau Tapi, kelemahan dari pelaksanaan
sore hari tanpa kelambu serta program yang telah dilakukan dinas
informasi tentang pentingnya kesehatan dan puskesmas adalah
pencegahan penyakit DBD ketika ada wabah atau bila sudah
melalui 3 M yang masih banyak memasuki masa peralihan musim dari
tidak diketahui.”(Wawancara musim hujan ke musim kemarau baru
dengan N). turun ke lapangan untuk mengatasi
masalah DBD tersebut.
Hasil reduksi data Setelah dilakukan analisis isi dari
hasil wawancara dengan keseluruhan
informan, maka perlu dilakukan
pembahasan mengenai pencegahan
penyakit DBD yang telah dilakukan
oleh masyarakat Kelurahan Pang-
kajene Kecamatan Maritengngae
Kabupaten Sidrap. Penelitian ini
dibatasi pada studi pencegahan yang
berkenaan dengan kebiasaan menutup
dan menguras tempat penampungan
air, kebiasaan membuang sampah,
kebiasaan tidur pada waktu pagi dan
sore hari, kebiasaan menggantung
pakaian adalah cara yang terbaik dan kasus DBD di Kelurahan Pangkajene yang
termurah untuk dapat mengatasi mencapai 19 orang, 13 diantaranya adalah anak
berbagai masalah. sekolah yang merupakan salah satu masalah
Demikian juga untuk men- jadi perhatian semua pihak yakni
penanggulangan penyakit Demam masyarakat, sekolah, petugaskesehatan dan
Berdarah Dengue (DBD). Terjadinya instansi pemerintah. Berbagai upaya pencegahan
yang dilakukan tidak mungkin hanya macam penyakit yang disebabkan oleh
mengandalkan perorangan saja. nyamuk, termasuk DBD.
Namun harus juga melibatkan peran Menurut Ngatimin (2004), pada
seluruh warga masyarakat. etnik Bugis di Sulawesi Selatan, jentik
Berdasarkan hasil wawancara nyamuk tidak ditemukan di bak mandi
dengan informan yang pernah ataupun pada tempayan penyimpanan
menderita DBD, kebiasaan menutup air minum, tetapi pada tempayan kecil
dan menguras tempat penampungan di samping tangga untuk mencuci kaki
air selalu dilakukan oleh informan. Hal sebelum naik tangga menuju ke rumah.
ini juga didukung oleh keluarga Berpola pada kebiasaan sesuai perilaku
informan yang telah diwawancarai budaya, adanya tempayan bukanlah
oleh peneliti. Penelitian ini memang merupakan masalah, akan tetapi dari
tidak mencakup penyebab terjadinya aspek perilaku dengan kebiasaan,
penyakit DBD di Kelurahan kurang cermat untuk menyimpan
Pangkajene, tapi kebiasaan yang tempayan kecil di samping tangga,
dilakukan di rumah memang tidak tempat Aedes aegypti bebas bertelur
mencerminkan asal mula masuknya dan berkembang biak. Terdapat
virus dengue ke tubuh penderita. kecenderungan bahwa pengendalian
Interpretasi data yang dilakukan DBD dari aspek perilaku memerlukan
menunjukkan bahwa ada satu kepiawaian untuk memahami perilaku
informan yang belum memiliki petugas, warga masyarakat, dan tak
permahaman yang baik tentang kalah pentingnya perilaku nyamuk.
pentingnya membersihkan bak tempat Jadi, upaya pence- gahan yang tepat
penampungan air dan menutupnya. untuk mengendalikan laju penyakit
Padahal, tempat penampungan air ini DBD adalah peningkatan pemahaman
merupakan tempat bersarang dan hidup sehat dalam konteks ekosistem,
berkembangbiaknya nyamuk Aedes budaya dan perilaku.
aegypti yang menjadi vektor virus Menampung dan menyimpan air
dengue. Selain itu, menutup tempat sebelum digunakan adalah suatu
penampungan air merupakan kebiasaan yang lazim ditemukan di
kebiasaan yang sangat diperlukan masyarakat baik pada daerah
untuk mencegah terjadinya berbagai perkotaan maupunpada masyarakat
daerah pedesaan di Indonesia.
Kebiasaan masyarakat dalam me-
nyimpan air ini ada kaitannya dengan
jumlah dan cara memperolehnya. Bila
ditinjau dari jumlah pemakaian oleh
setiap rumah tangga dengan sendirinya
akan berpengaruh terhadap cara
penyimpanan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pemakaian atau
kebutuhan akan air antara lain faktor
sosial ekonomi, populasi, iklim dan
lain-lain dan faktor teknis kualitas,
kuanitas, keadaan sistem sendiri.
Kebiasaan membuang sampah Hasil interpretasi data menunjukkan bahwa
pencegahan yang telah dilakukanoleh kebiasaan yang dimiliki oleh seluruh informan
penderita, keluarga penderita dan tentang membuang sampah pada tempatnya
pihak sekolah sudah optimal. Ini sudah baik. Mereka telah memiliki perilaku yang
terbukti dari hasil penelitian yang telah baik guna mencegah penyakitDBD.
dilakukan melalui wawancara men- Perilaku membuang sampah yang
dalam terhadap seluruh informan. dilakukan oleh informan yang telah menderita
DBD sudah baik. Namun, perlu ada penderita.
kesadaran yang lebih baik lagi untuk Hasil interpretasi data
membersihkan lingkungan rumah, menunjukkan, pada malam hari
sekolah, serta lingkungan sekitarnya. informan menyatakan bahwa
Membuang sampah di sembarang menggunakan kelambu ketika tidur.
tempat dapat mengakibatkan Padahal perilaku nyamuk Aedes
menumpuknya sampah sehingga dapat aegypti hanya menggigit pada pagi
menimbulkan bau yang mengganggu hari hingga sorehari.Bila dianalisis
aktivitas orang-orang di sekitar lebih jauh, maka dapat dipastikan
tumpukan sampah tersebut. bahwa walaupun informan selalu
Kebiasaan menutup dan menjaga kebersihan atau melakukan
menguras tempat penampungan air, upaya pencegahan, perlu diketahui
serta membuang sampah pada bahwa nyamuk memiliki perilaku
tempatnya sudah mereka lakukan terbang dengan jarak sekitar 100
dengan baik. Namun kebiasaan- meter, sehingga walaupun nyamuk
kebiasaan yang lain seperti tidur pagi Aedes aegypti tidak bersarang di
atau sore hari dan menggantung rumah informan atau di lingkungan
pakaian-pakaian masih sulit untuk sekolah, nyamuk tetap dapat menggigit
dihindari. Begitu juga dengan calon penderita dan setelah itu kembali
kebiasaan memakai kelambu ketika kesarangnya.
tidur. Hasil interpretasi data Menurut Hendrawan (2007),
menunjukkan bahwa kebiasaan belum ada vaksin anti dengue sehingga
menggantung pakain yang dilakukan tubuh belum bisa dibuat kebal
oleh seluruh informan memang sulit terhadap virus dengue. Namun, bukan
untuk dihindari oleh setiap kita yang berarti tidak ada cara untuk dapat
masih ingin mengenakan pakain yang terbebas dari serangan virus dengue.
telah kita pakai. Perilaku ini memang Agar tidak memasuki tubuh manusia,
mengandung risiko karena pakaian rantai penularan virus dengue harus
yang biasanya digantung dapat diputus dengan meniadakan peran
menjadi tempat hinggap nyamuk nyamuk Aedes-nya. Jika masyarakat
sebelum dan sesudah menggigit melakukan beberapa kiat pencegahan
maka tidak akan ada kasus DBD. Kiat
tersebut diantaranya adalah lingkungan
rumah dari nyamkuk Aedes dan
jentiknya, lakukan penyemprotan
sendiri di rumah dengan obat nyamuk
biasa bila diperlukan, singkirkan
tempat perindukan nyamuk Aedes di
rumah dan sekitarnya, jangan ada air
yang tergenang di rumah dan
sekitarnya, dan laporkan segera kepada
Ketua RT bila ada tetangga yang
terjangkit DBD.
Sosialisasi tentang pencegahan
DBD lebih penting dan sangat
diperlukan daripada permintaan
menyemprot nyamuk. Biaya terus saja bertambah dari tahun ke tahun. Itu
pengobatan di puskesmas atau rumah menjadi petunjuk bahwa ada yang kurang dalam
sakit akibat sikap dan tindakan penanganan DBD. Menangani DBD berarti
membiarkan munculnya kejadian DBD negara menghadapi tiga lawan, yaitu virus
yang sesungguhnya sejak awal dapat dengue, nyamuk Aedes, dan masyarakat yang
dicegah. Kasus DBD di Indonesia belum menguasai cara melawanDBD.
Untuk itu, diperlukan upaya Informan telah terbiasa menggantung
yang menyeluruh oleh berbagai pihak pakaian di dinding atau belakang pintu
untuk melakukan pencegahan penyakit karena pakaian tersebut akan
DBD di Indonesia pada umumnya dikenakan kembali bila belum kotor.
serta khususnya pada Kelurahan Informan yang tidak terbiasa
Pangkajene Kabupaten Sidrap. menggunakan kelambu ketika tidur
malam disebabkan karena tidak
SIMPULAN DAN SARAN memiliki atau keterbatasan kelambu
untuk melindungi seluruh keluarga.
Simpulan Namun keseluruhan informan tidak
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah menggunakan kelambu jika
dilakukan di Kelurahan Pangkajene tidur pagi atau sore hari. Hal ini karena
Kecamatan Maritengngae Kabupaten kurangnya pengetahuan tenang
Sidenreng Rappang, maka dapat perilaku waktu terbang nyamuk
diperoleh kesimpulan bahwa kebiasaan Aedesaegypti.
menguras dan membersihkan tempat Upaya pencegahan yang
penampungan air sudah menjadi dilakukan untuk menangani penyakit
kebiasaan dalam keluarga mereka DBD di Kelurahan Pangkajene oleh
yang dilakukan satu kali seminggu. petugas kesehatan dan pihak lain bisa
Informan telah terbiasa membuang dikatakann sudah baik, walaupun
sampah pada tempatnya. Mereka belum maksimal. Hal ini disebabkan
mendapatkan informasi tentang karena program penanganan yang
manfaat membuang sampah pada kurang efektif dan cenderung kuratif.
tempatnya dari orang tua dan guru
disekolah. Saran
Hasil wawancara dengan infor- Dianjurkan kepada informan
man yang pernah menderita DBD yang pernah menderita DBD agar
menunjukkan bahwa hanya satu meningkatkan upaya pencegahan
informan saja yang tidak terbiasa tidur penyakit tersebut sehingga tidak
di waktu pagi dan sore hari, sedangkan terulangkembali. Masih diperlukan
informan yang lain telah terbiasa untuk upaya untuk memberikan informasi
tidur pada pagi atau sore hari. yang lebih luas dan mendalam
kepada seluruh warga Kelurahan
Pangkajene tentang pencegahan
DBD. Sangat diperlukan kerja sama
dan keterlibatan lintas sektoral untuk
mencegah mewabahnya DBD di
Kabupaten Sidenreng Rappang pada
umumnya.

DAFTAR RUJUKAN
Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Pedoman Pengendalian Demam
Berdarah Dengue Di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI:
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Panduan Peningkatan Peran Serta
Petunjuk Teknis PSN Demam Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang
Berdarah Dengue Oleh Juru Nyamuk DBD. Kementerian Kesehatan
Pemantau Jentik.Kementerian RI: Jakarta.
Kesehatan RI: Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Modul
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pengendalian Demam Berdarah Dengue.
Kementerian Kesehatan RI: Muwarni A. 2008. Perawatan Pasien
Jakarta. Penyakit Dalam. Nuha Medika:
Hendrawan, Nadesul. 2007. Cara Yogyakarta.
Muda Mengalahkan Demam Ngatimin, Rusli. 2004. Hidup Sehat
Berdarah. Buku Kompas: Bagi Petugas Kesehatan di
Jakarta. Klinik, Rumah Sakit, dan
Komunitas.Yayasan PK-3:
Makassar.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Bisnis. Penerbit Alfabet:
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai