Anda di halaman 1dari 12

 

Tugas Akhir
Teknik Konversi Energi

 
BAB II
 

  2 LANDASAN TEORI
 
2.1 Turbin Air
 

  Turbin air atau pada mulanya kincir air adalah suatu alat yang sudah sejak lama
digunakan
  untuk keperluan industri. Pada mulanya yang dipertimbangkan adalah ukuran
kincirnya, yang membatasi debit dan head yang dapat dimanfaatkan.
 
Perkembangan kincir air menjadi turbin modern membutuhkan jangka waktu yang
 
cukup lama. Perkembangan yang dilakukan dalam waktu revolusi industri menggunakan
metode
  dan prinsip ilmiah. Mereka juga mengembangkan teknologi material dan metode
produksi baru pada saat itu.
Kata "turbine" ditemukan oleh seorang insinyur Perancis yang bernama Claude
Bourdin pada awal abad 19, yang diambil dari terjemahan bahasa Latin dari kata "whirling"
(putaran) atau "vortex" (pusaran air). Perbedaan dasar antara turbin air awal dengan kincir air
adalah komponen putaran air yang memberikan energi pada poros yang berputar. Komponen
tambahan ini memungkinkan turbin dapat memberikan daya yang lebih besar dengan
komponen yang lebih kecil. Turbin dapat memanfaatkan air dengan putaran lebih cepat dan
dapat memanfaatkan head yang lebih tinggi.

2.1.1 Jenis – Jenis Turbin Air

Pada prinsipnya aliran air yang menuju turbin diarahkan langsung menuju sudu-sudu
melalui pengarah, sehingga menghasilkan daya pada sirip. Selama sudu berputar, gaya yang
dihasilkan bekerja melalui suatu jarak, sehingga menghasilkan kerja. Dalam proses ini, energi
ditransfer dari aliran air ke turbin.Turbin air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu turbin
reaksi dan turbin impuls.
a) Turbin reaksi
Yang dimaksud dengan turbin reaksi adalah turbin yang prinsip kerjanya dilakukan
dengan merubah seluruh energi air menjadi energi puntir.Turbin reaksi digerakkan dengan
air,

 
5
  Tugas Akhir 6
Teknik Konversi Energi

akan merubah
  tekanan sehingga melewati turbin danmenaikkan energi. Turbin reaksi harus

menutup untuk
  mengisi tekanan air (pengisap) atau mereka harus sepenuhnya terendam
dalam
 
aliran air. Hukum ketiga Newton menggambarkan transfer energi untuk turbin reaksi.
Beberapa contoh turbin reaksi diantaranya :
 
1. Francis
 
2. Kaplan, Propeller, Bulb, Tube, Straflo
3.
  Tyson
4.
  Kincir air

Gambar 2.1(a) Turbin Francis, (b) Turbin Kaplan, (c) Turbin Tyson, dan (d) Kincir Air (Sumber: google.com)

b) Turbin Impuls
Turbin impuls merupakan turbin yang merubah aliran semburan air. Semburan air
akan membentuk sudut yang membuat aliran putaran pada turbin. Hasil perubahan
momentum (impuls) disebabkan tekanan pada sudu turbin. Sebelum mengenai sudu turbin,
tekanan air (energi potensial) dikonversi menjadi energi kinetik oleh sebuah nosel dan
difokuskan pada turbin. Tidak ada tekanan yang dirubah pada sudu turbin, dan turbin tidak
memerlukan rumahan untuk operasinya. Turbin impuls ini paling sering digunakan pada
aplikasi turbin dengan tekanan yang sangat tinggi.
Hukum kedua Newton menggambarkan transfer energi untuk turbin impuls. Beberapa
contoh dari turbin impuls adalah :
1. Pelton
2. Turgo
3. Michell-Banki (crossflow).

 
  Tugas Akhir 7
Teknik Konversi Energi

 
Gambar 2.2 (a) Turbin Pelton, (b) Turbin Turgo, dan (c) Turbin crossflow (Sumber: google.com)
 

2.1.2 Desain
  dan Aplikasi

 
Pemilihan turbin kebanyakan didasarkan pada head air yang didapatkan dan kurang
 
lebih pada rata-rata alirannya. Umumnya, turbin impuls digunakan untuk tempat dengan head
tinggi, dan turbin reaksi digunakan untuk tempat dengan head rendah. Turbin Kaplan baik
digunakan untuk semua jenis debit dan head, efisiiensinya baik dalam segala kondisi aliran.
Turbin kecil (umumnya dibawah 10 MW) mempunyai poros horisontal, dan kadang
dipakai juga pada kapasitas turbin mencapai 100 MW. Turbin Francis dan Kaplan besar
biasanya mempunyai poros / sudu vertikal karena ini menjadi penggunaan paling baik untuk
head yang didapatkan, dan membuat instalasi generator lebih ekonomis. Poros Pelton bisa
vertikal maupun horisontal karena ukuran turbin lebih kecil dari head yang di dapat atau
tersedia. Beberapa turbin impuls menggunakan beberapa semburan air tiap semburan untuk
meningkatkan kecepatan spesifik dan keseimbangan gaya poros.

Gambar 2.3 Skema Pemilihan Turbin (H vs F) (Sumber: google.com)

Kaplan 2.0<H<40 Pelton 50<H<1300


Francis 10<H<350 Crossflow 3<H<250
Turgo 50<H<250
(H=head dalam meter)

 
  Tugas Akhir 8
Teknik Konversi Energi

2.1.3 Kecepatan
  Spesifik
 
Kecepatan spesifik (ns), menunjukkan bentuk dari turbin itu dan tidak berhubungan
 
dengan ukurannya. Hal ini menyebabkan desain turbin baru yang diubah skalanya dari desain
yang sudah   ada dengan performa yang sudah diketahui. Kecepatan spesifik merupakan
kriteria utama
  yang menunjukkan pemilihan jenis turbin yang tepat berdasarkan karakteristik
sumber
  air.
Kecepatan spesifik dari sebuah turbin juga dapat diartikan sebagai kecepatan ideal,
 
persamaan geometris turbin, yang menghasilkan satu satuan daya tiap satu satuan head.
 
Kecepatan spesifik tubin diberikan oleh perusahaan (dengan penilaian yang lainnya)
dan dan selalu
  dapat diartikan sebagai titik efisiensi maksimum. Perhitungan tepat ini
menghasilkan
  performa turbin dalam jangkauan head dan debit tertentu.

0.5
Q ……………………………….2.1
Ns  n 0.75
H
n = rpm
P = Debit (m3/s)
H = Head

Tabel 2.1 Kisaran Kecepatan Spesifik Beberapa Turbin Air

Jenis Turbin Kecepatan Spesifik

Turbin Pelton 12Ns25

Turbin Francis 60Ns300

Turbin Crossflow 40Ns200

Turbin Propeller 250Ns1000

Sumber: www.alpensteel.com/article/50-104-energi-sungai-pltmh-micro-hydro-power/169--
pelaksanaan-turbin-air.html

 
  Tugas Akhir 9
Teknik Konversi Energi

2.2 Turbin
  Crossflow

 
Turbin Crossflow adalah salah satu turbin air jenis jenis turbin aksi (impulse turbine).
 
Prinsip kerja turbin ini mula-mula ditemukan oleh seorang insinyur Australia yang bernama
 
A.G.M. Michell pada tahun 1903. Kemudian turbin ini dikembangkan dan dipatenkan di
Jerman oleh  Prof. Donat Banki sehingga turbin ini diberi nama Turbin Banki kadang disebut
juga
  Turbin Michell-Ossberger (Haimerl, L.A., 1960). Secara teoritis, rentang penerapan
turbin Crossflow berada diantara nilai tinggi terjun 1-200 m dan nilai debit 0.1 - 7 m3/detik.
 

Gambar 2.4 Turbin Crossflow (Sumber: google.com)

Turbin crossflow terdiri dari 2 bagian utama, yaitu mulut pancaran air (nozel) dan
runner. Runner turbin terbuat dari 2 buah piringan lingkaran sejajar yang ditempatkan tegak
lurus sumbu melalui pusat lingkaran dan yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan
sudu-sudu lengkung di sekeliling lingkaran. Nosel berpenampang persegi, mengeluarkan
pancaran air sepanjang lebar runner turbin dengan pancaran yang tidak terlalu besar.

2.2.1 Prinsip Kerja Turbin Crossflow

Pada dasarnya aliran tubin crossflow adalah menyilang (radial), sehingga diameter
runner tidak tergantung pada besarnya tumbukan air, sedangkan panjang runner dapat
ditentukan tanpa tergantung pada jumlah air. Pada roda turbin terdapat sudu dan air yang
mengalir melalui ruang diantaranya sudu tersebut, arah aliran air diarahkan langsung menuju
sudu-sudu melalui pengarah, agar menghasilkan daya pada sirip. Pancaran air yang masuk ke
sudu-sudu turbin membentuk sudut terhadap garis singgung lingkaran roda turbin. Apabila
roda turbin dapat berputar, maka ada gaya yang berputar pada sudu. Selama sudu berputar,

 
  Tugas Akhir 10
Teknik Konversi Energi

gaya bekerja  melalui suatu jarak tertentu, sehingga menghasilkan kerja. Dalam proses ini,
energi ditransfer
  dari aliran air ke turbin.

 
2.2.2 Kelebihan Turbin Crossflow
 

Pemakaian
  jenis Turbin Crossflow lebih menguntungkan dibanding dengan
penggunaan
 
kincir air maupun jenis turbin mikrohidro lainnya. Pada daya yang sama turbin
ini mempunyai kelebihan. Kelebihan pertama adalah hemat biaya. Yang dimaksud hemat
 
biaya disini adalah biaya ketika pembuatan turbin itu sendiri. Dibandingkan dengan diameter
 
kincir air, ukuran Turbin Crossflow sudah dapat dibangun hanya 10 cm saja. Dengan ukuran
yang kecil,   bisa disimpulkan dalam pembuatannya tidak memerlukan bahan-bahan yang
terlalu
  banyak dan biaya yang besar. Sedangkan kelebihan yang kedua adalah effisiensi.
Dibandingkan dengan kincir air effisiensi rata-rata turbin ini lebih tinggi. Itu terjadi karena
pemanfaatan energi air pada turbin ini dilakukan dua kali. Yang pertama adalah ketika air
pertama kali menumbuk sudu. Yang kedua adalah daya dorong air pada sudu ketika air akan
meninggggalkan runner. Adanya kerja air yang bertingkat ini ternyata menguntungkan dari
segi efektifitas.
Kurva dibawah ini menjelaskan effisiensi dari bebeerapa jenis turbin konvensional.

Gambar 2.5 Effisiensi Beberapa Turbin dengan Pengurangan Debit Sebagai Variabel (Sumber: Haimerl, L.A.,
1960)

Dari kurva tersebut ditunjukan hubungan antara effisiensi dengan pengurangan debit akibat
pengaturan pembukaan katup yang dinyatakan dalam perbandingan debit terhadap debit
maksimumnya. Untuk Turbin Crossflow dengan Q/Qmak = 1 menunjukan effisiensi yang
cukup tinggi sekitar 80%, disamping itu untuk perubahan debit sampai dengan Q/Qmak = 0,2
menunjukan harga effisiensi yang relatif tetap ( Meier, Ueli,1981). Dari kesederhanaannya

 
  Tugas Akhir 11
Teknik Konversi Energi

jika dibandingkan
  dengan jenis turbin lain, maka Turbin Crossflow yang paling sederhana.
Sudu-sudu Turbin
  Pelton misalnya, bentuknya sangat pelik sehingga pembuatannya harus
dituang.
 
Demikian juga runner Turbin Francis, Kaplan dan Propeller pembuatannya harus
melalui proses pengecoran/tuang.
 
Sedangkan, runner Turbin Crossflow dapat dibuat dari material baja sedang (mild
steel) seperti  ST.37 ataupun aluminium, dibentuk dingin kemudian dirakit dengan konstruksi
las.
  Demikian juga komponen-komponen lainnya dari turbin ini semuanya dapat dibuat di
bengkel-bengkel
  umum dengan peralatan pokok mesin las listrik, mesin bor, mesin gerinda
meja, bubut dan peralatan kerja bangku, itu sudah cukup. Dari kesederhanaannya itulah maka
 
Turbin Crossflow dapat dikelompokan sebagai teknologi tepat guna yang pengembangannya
 
di masyarakat pedesaan memiliki prospek cerah karena pengaruh keunggulannya sesuai
dengan
  kemampuan dan harapan masyarakat.
Turbin Crossflow secara umum dapat dibagi dalam dua tipe ( Meier, Ueli, 1981 ) yaitu :
1. Tipe T1, yaitu Turbin Crossflow kecepatan rendah.
2. Tipe T3, yaitu Turbin Crossflow kecepatan tinggi.

Kedua tipe turbin tersebut lebih dijelaskan oleh gambar 2.6:

Gambar 2.6 Dua Tipe Turbin Crossflow (Sumber: Haimerl, L.A., 1960)

 
  Tugas Akhir 12
Teknik Konversi Energi

2.3 Daya  Hidraulis Turbin Air


 
Daya hidraulis adalah daya yang dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah zat cair.
 
Daya ini bisa digunakan untuk mengetahui daya input pada Turbin Air. Daya ini dapat
 
dihitung dengan persamaan 2.2 :
Pin turbin
  = 𝜌𝑥𝑔𝑥𝐻𝑥𝑄 ……………………………….2.2
 
Dimana,
 
Pin turbin = daya hidraulis (watt)
 
𝜌 = massa jenis air (kg/m3)
g   = percepatan gravitasi (m/s2)
  H = head (mka)
Q = debit aliran air (m3)
Head yang dipakai adalah daya dorong pompa sentrifugal dimana satuan yang dipakai adalah
mka (meter kolom air). Untuk tekanan 1 kg/cm 2 = 1 bar. Sedangkan dalam tekanan 1 bar,
maka air diasumsikan akan naik setinggi sekitar 9,8 meter (meter kolom air).

2.4 Daya Mekanik Turbin Air

Daya mekanik adalah daya yang dihasilkan dari hasil perkalian torsi () dan kecepatan
sudut (). Daya ini ialah ukuran seberapa besar kerja output yang dapat dihasilkan oleh
turbin selama waktu tertentu. Daya ini dapat diketahui dengan rumus :
Pout turbin =  𝑥  ……………………………….2.3

Dimana,
Pout turbin = daya mekanik (watt)
 = torsi = F.r = (m.g)r (Nm)
m = massa beban (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s)
r = jari-jari poros (m)
 = kecepatan sudut
2𝑥𝜋 𝑥𝑛
= (rad/s)
60

n = putaran poros per menit (rpm)

 
  Tugas Akhir 13
Teknik Konversi Energi

2.5 Efisiensi
  Turbin Air
 
Efisiensi pada dasarnya didefinisikan sebagai perbandingan antara output dan input.
 
Dalam kasus ini, output adalah besarnya daya mekanik pada turbin. Sedangkan input adalah
 
besarnya daya hidraulis. Idealnya, besar efisiensi adalah 1 atau 100%. Berikut adalah cara
menghitung  besarnya efisiensi :
𝑃 𝑜𝑢𝑡 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛
  Ƞturbin = 𝑥 100% ……………………………….2.4
𝑃 𝑖𝑛 𝑡𝑢𝑟𝑏𝑖𝑛
 

2.6 Hal –  Hal Penting Dalam Perencanaan Poros

 
Untuk merencanakan sebuah poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :
 

2.6.1 Kekuatan Poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara
puntir dan lentur, juga ada poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros turbin.
Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros
diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai alur pasak harus diperhatikan.
Sebuah poros harus direncanankan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atas.

2.6.2 Kekakuan Poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika lenturan atau
defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidak-telitian (pada mesin perkakas)
atau getaran dan suara (misalnya pada turbin dan gear box). Untuk itu, selain kekuatan poros
yang harus diperhatikan, kekakuan poros juga harus menjadi konsen buat kita.

2.6.3 Putaran Kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat
terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat
terjadi pada turbin ataupun poros-poros yang lain. Getaran ini nantinya dapat menyebabkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jika mungkin, poros harus memiliki
putaran kerja yang rendah dari putaran kritisnya.

 
  Tugas Akhir 14
Teknik Konversi Energi

2.6.4 Korosi
 

 
Bahan-bahan yang dipilih untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan poros juga harus
 
diperhatikan bahan mana saja yang sekiranya tahan korosi.
 

2.6.5 Poros
  Dengan Beban Puntir

 
Berikut ini akan dibahas rencana sebuah poros yang mendapat pembebanan utama
 
berupa torsi, seperti pada poros motor dengan sebuah kopling. Jika pada poros yang akan
direncanakan  tidak mendapat bahan lain selain torsi, maka diameter poros tersebut dapat
lebih kecil daripada
  yang dibayangkan.
Meskipun demikian, jika diperkirakan akan terjadi pembebanan berupa lenturan,
 
tarikan atau tekanan. Misalnya jika sebuah sabuk, rantai atau roda gigi dipasangkan pada
poros motor, maka kemungkinan adanya pembebanan tambahan tersebut perlu
diperhitungkan dalam faktor keamanan yang diambil.
Tata cara perencanaan diberikan dalam sebuah diagram aliran. Hal-hal yang perlu
diperhatikan akan diuraikan seperti dibawah ini. Pertama kali, ambilah suatu kasus dimana
daya (P) harus ditransmisikan dan putaran poros (n) diberikan. Dalam hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap daya P tersebut. Jika P adalah daya rata-rata yang diperlukan, maka
harus dibagi dengan efisiensi mekanis Ƞ dari sistem transmisi untuk mendapatkan daya
penggerak mula yang dibutuhkan. Daya yang besar mungkin diperlukan saat start, atau
mungkin beban yang besar akan terus bekerja setelah start. Dengan demikian sering kali
diperlukan koreksi pada daya rata-rata yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi
pada perencanaan.
Jika P adalah daya minimal dari output dari motor penggerak, maka berbagai macam
faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan. Sehingga koreksi pertama dapat
diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah fc maka daya rencana Pd (kW) sebagai patokan
adalah

Pd = fc . P (kW) ……………………………….2.5

 
  Tugas Akhir 15
Teknik Konversi Energi

  Tabel 2.2 Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan (fc)

  Daya yang akan ditransmisikan fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 - 2,0
 
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 - 1,2
  Daya normal 1,0 - 1,5
Sumber
  : Dasar Prencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin oleh Sularso, Kiyokatsu
Suga, 1997
 

 
Sehingga momen rencana T (kg.mm) dapat dihitung dengan persamaan 2.6 :
 

Pd
T= (9,74 𝑥  105 ) ……………………………….2.6
n
 

Bila momen rencana T (kg.mm) dibebankan pada suatu diameter poros ds (mm), maka
tegangan geser  (kg/mm2) yang terjadi adalah :

 = 𝜋.𝑑
𝑇
=
5,1.𝑇 ……………………………….2.7
3
𝑠 /16 𝑑𝑠 3

Jika momen puntir (disebut juga sebagai momen rencana) adalah T (kg.mm) maka
tegangan geser yang diizinkan  (kg.mm) untuk pemakaian umum pada poros dapat
diperoleh dengan berbagai cara. Di sini,  dihitung dengan dasar batas kelelahan puntir yang
besarnya 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-kira 45% dari kekuatan tarik. Jadi
batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik, sesuai dengan standar ASME. Untuk
hara\ga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar 1/0,18 – 5,6. Harga 5,6 ini diambil untuk
bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh masa dan
baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan Sf1.
Selanjutnya perlu diperhatikan apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau
dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran
permukaan juga harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-pengaruh ini dalam
perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan dalam Sf2 dengan harga sebesar 1,3-3,0.
Dari sini, maka kita dapat menghitung besarnya  seperti yang dijelaskan pada persamaan
2.8 :

 
  Tugas Akhir 16
Teknik Konversi Energi

 

=   ……………………………….2.8
sf 1 x sf 2

 
Kemudian
  keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor koreksi yang
dianjurkan ASME juga dipakai disini. Faktor ini dinyatakan dalam Kt, dipilih sebesar 1,0 jika
 
beban dikenakan secara halus, 1,0 – 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, dan 1,5 –
 
3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan dan tumbukan besar.
  Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahawa beban hanya terdiri atas
momen puntir
  saja, perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan bebabn
lentur di masa mendatang. Jika memang diperkirakan akan terjadi pemakaian dengan beban
 
lentur maka dapat dipertimbangkan dengan pemakaian faktor C b yang harganya antara 1,2
 
sampai 2,3. (jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka C b diambil = 1,0).
Maka dari itu didapatkanlah rumus untuk menghitung besar diameter poros ds (mm)
seperti persamaan 2.7 ini :

3 5,1
ds= . Kt. Cb. T ……………………………….2.9


Anda mungkin juga menyukai