Analisis Perdagangan Orang Fixed
Analisis Perdagangan Orang Fixed
PERDAGANGAN ORANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Analisis Putusan
Nomor 702/PID/2011/PT-MDN
Terdakwa:
Dakwaan:
Pertama
o Primer
Pasal 12 huruf a Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
o Subsidair
Pasal 12 huruf e Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
o Lebih Subsidair
Pasal 12 B ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
o Lebih-Lebih Subsidair
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
DAN
Kedua
o Primer
Pasal 3 ayat (1) huruf a Undang Undang No. 15 Tahun
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian UangSubsidair
o Lebih Subsidair
Putusan:
1
Menyatakan terdakwa ERLINA Alias ERLIN bersalah melakukan
tindak pidana kejahatan sebagaimana diatur Pasal 2 UU RI
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
Analisis:
2
penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat
Untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah
negara Republik Indonesia
Terdakwa Erlina dapat dipidana dengan pasal ini karena memenuhi unsur
delik yaitu subyek hukum yang dapat dimintai pertanggung jawaban, melakukan
penerimaan seseorang, dengan penipuan dan memberi bayaran, untuk tujuan
mengeksploitasi orang tersebut di wilayah NKRI.
Setiap orang
Dengan sengaja
3
Melakukan kekerasan, atau ancaman kekerasan, memaksa,
atau melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak
Dengan tujuan agar anak tersebut melakukan persetubuhan
dengannya atau orang lain.
Terdakwa dapat dipidana dengan pasal ini karena memenuhi unsur delik
pasal tersebut, yaitu subjek hukum yang dapat dimintai pertanggung jawaban,
dengan sengaja melakukan bujukan terhadap anak agar anak tersebut
melakukan persetubuhan dengan orang lain.
Dari dua pasal yang dapat dijatuhkan pidananya pada terdakwa tersebut,
penulis menganalisis bahwa pasal 2 UU No. 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang lebih tepat untuk digunakan,
karena pasal ini menegaskan maksud dari “eksploitasi” yang menjadi niat utama
terdakwa, dan bukan sekedar “persetubuhan” yang terdapat pada UU
perlindungan anak.