Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PUTUSAN

PERDAGANGAN ORANG

Mata Kuliah Tindak Pidana Khusus


Kelas E

FIRANTI ISLAMI (110 110 130 205)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Analisis Putusan

Nomor 702/PID/2011/PT-MDN
Terdakwa:

Dakwaan:
 Pertama
o Primer
Pasal 12 huruf a Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
o Subsidair
Pasal 12 huruf e Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
o Lebih Subsidair
Pasal 12 B ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
o Lebih-Lebih Subsidair
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
DAN
 Kedua
o Primer
Pasal 3 ayat (1) huruf a Undang Undang No. 15 Tahun
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian UangSubsidair
o Lebih Subsidair

Putusan:

1
 Menyatakan terdakwa ERLINA Alias ERLIN bersalah melakukan
tindak pidana kejahatan sebagaimana diatur Pasal 2 UU RI
Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.

Analisis:

Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Perdagangan Orang menyatakan:
(1) Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat
walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang
kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut
di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah).

Unsur subjektifnya adalah:


 Setiap orang

Unsur objektifnya adalah:

 Melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,


pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
 Dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,

2
penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat
 Untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah
negara Republik Indonesia

Terdakwa Erlina dapat dipidana dengan pasal ini karena memenuhi unsur
delik yaitu subyek hukum yang dapat dimintai pertanggung jawaban, melakukan
penerimaan seseorang, dengan penipuan dan memberi bayaran, untuk tujuan
mengeksploitasi orang tersebut di wilayah NKRI.

Namun mengingat usia korban yang masih di bawah 18 tahun, maka


terdakwa juga dapat dipidana dengan Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan:

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau


ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan
dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun
dan denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
dan paling sedikit Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku


pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Unsur subjektifnya adalah:

 Setiap orang

Unsur objektifnya adalah:

 Dengan sengaja

3
 Melakukan kekerasan, atau ancaman kekerasan, memaksa,
atau melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak
 Dengan tujuan agar anak tersebut melakukan persetubuhan
dengannya atau orang lain.

Terdakwa dapat dipidana dengan pasal ini karena memenuhi unsur delik
pasal tersebut, yaitu subjek hukum yang dapat dimintai pertanggung jawaban,
dengan sengaja melakukan bujukan terhadap anak agar anak tersebut
melakukan persetubuhan dengan orang lain.

Dari dua pasal yang dapat dijatuhkan pidananya pada terdakwa tersebut,
penulis menganalisis bahwa pasal 2 UU No. 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang lebih tepat untuk digunakan,
karena pasal ini menegaskan maksud dari “eksploitasi” yang menjadi niat utama
terdakwa, dan bukan sekedar “persetubuhan” yang terdapat pada UU
perlindungan anak.

Menurut KBBI apa yang dimaksud dengan “eksploitasi” adalah


pemanfaatan untuk keuntungan sendiri; pengisapan; pemerasan (tentang tenaga
orang). Hal itu tentu memiliki makna yang lebih luas dari sekedar
“persetubuhan” karena “eksploitasi” juga memberikan keuntungan dari segi
materiil bagi orang si pengeksploitasi (terdakwa).

Dengan demikian lebih tepat apabila terdakwa Erlina dinyatakan bersalah


karena telah terbukti secara melakukan tindak pidana “Merekrut seseorang
untuktujuan eksploitasi di wilayah Republik Indonesia”.

Anda mungkin juga menyukai