Anda di halaman 1dari 16

KAJIAN LITERASI

TREND DAN ISSU SISTEM PULMONARY :

TUBERKULOSIS (TBC)

MK : KEPERAWATAN KRITIS

DOSEN : Ns. VERGENIA MASTUR, S.Kep., M.Kep

DISUSUN OLEH :

TESALONIKA KARUNDENG (1814201291)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

FAKULTAS KEPERAWATAN

MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan pembuatan kajian literasi sebagai tugas mandiri dengan
baik. Adapun pembuatan kajian literasi ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas Ujian
Tengah Semester dari mata kuliah “KEPERAWATAN KRITIS”.

Selain itu , pembuatan kajian literasi ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat
yang berguna bagi ilmu pengetahuan. Saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun terhadap kekurangan dalam kajian literasi ini agar selanjutnya penulis dapat
memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga kajian literasi ini dapat berguna
dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................
D. Manfaat Penulisan......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................

A. Pengertian Paru..........................................................................................................
B. Struktur Paru..............................................................................................................
C. Fungsi Paru................................................................................................................
D. Faktor yang mempengaruhi fungsi Paru....................................................................
E. Penatalaksanaan Tuberkulosis...................................................................................
F. Trend dan Issu penggunaan metode Mobile Health..................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................


A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paru-paru merupakan salah satu dari organ paling vital yang dimiliki manusia.
Paru-paru memiliki peranan penting untuk kelangsungan hidup. Fungsinya yang
paling utama adalah memasukkan oksigen dari udara luar ke dalam peredaran darah
untuk digunakan dalam metabolisme segenap sel-sel tubuh. Selain itu , ia membiarkan
sisa akhir metabolisme sel berupa karbondioksida keluar dari badan kita (Lehrer,
2010). Begitu pentingnya peran paru-paru apabila organ tersebut mengalami
gangguan tentunya sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan kita.

Keluhan yang sering dijumpai pada pasien bronkiektasis adalah batuk kronis
yang disertai sputum, tidak ada nafsu makan, penurunan berat badan, anemia, nyeri
pleura, lemas, kadang-kadang sesak napas dan sianosis. Selain itu sputum juga sering
mengandung bercak darah dan batuk darah. Sedangkan intervensi medis yang
diberikan pada pasien bronkiektasis adalah pemberian antibiotik dengan spektrum
luas selama 5-7 hari serta pemberian intervensi fisioterapi. Peranan fisioterapi pada
kasus bronkiektasis diantaranya mengurangi sesak, pembersihan jalan napas dengan
pengeluaran sputum, mengurangi spasme pada otot-otot bantu napas, meningkatkan
kemampuan fungsional serta mencegah kekambuhan. Fisioterapi sendiri adalah
bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutic dan mekanis) dan pelatihan fungsi,
komunikasi (Permenkes No80 tahun 2013).

Intervensi fisioterapi adalah dengan menggunakan infra red dan Active Cycle
Breathing Technique (ACBT) Infra red merupakan pancaran gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang 7700-4 juta A. Efek terapi yang
diharapkan pada pasien ini adalah dapat mengurangi rasa nyeri saat pernapasan dan
merileksasikan otot-otot pernapasan yang mengalami spasme atau kekakuan (Kisner
and colby, 2007).
Active Cycle of Breathing Technique (ACBT) merupakan cycle dari latihan deep
breathing dan huffing yang diselingi oleh breathing control. Efek terapi yang
diharapkan pada pasien ini adalah pembersihan jalur nafas dengan pengeluaran
sputum (Harden, 2009).

B. Rumusah Masalah
1. Apa yang dimaksud dari sistem paru atau pulmonary ?
2. Apa saja sturuktur paru ?
3. Apa fungsi dari paru ?
4. Bagaimana Penatalaksanaan pada Gangguan Sistem Pulmonary ?
5. Apa trend dan issu pada sistem pulmonary ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk mengetahui
1. Untuk mengetahui pengertian paru
2. Untuk mengetahui struktur paru
3. Untuk mengetahui fungsi paru
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada gangguan sistem pulmonary
5. Untuk mengetahui trend dan issu apa saja dari sistem pulmonary
D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini , diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti dan
dapat melaksanakan pengkajian serta menegakkan diagnosa kepada pasien dengan
benar dan baik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Paru
Paru-paru (pulmonary) adalah organ yang bertanggung jawab untuk proses
respirasi yang terdiri dari pulmo dekstra (paru kanan) dan pulmo sinistra (paru kiri).
Paru-paru sangat penting bagi tubuh manusia, sebab salah satu fungsi paru-paru
adalah memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida ketika tubuh
menghirup udara.

B. Struktur Paru
Paru merupakan salah satu organ pada saluran napas bawah pada system
pernapasan manusia. Sebelum kita membahas secara detil tentang paru, berikut organ
lain yang termasuk dalam saluran napas bawah yang nantinya berhubungan dengan
paru.
1. Trakea
Merupakan saluran napas bawah lanjutan dari laring, yang menghantarkan udara
menuju ke pulmo untuk mengalami proses difusi. Terletak di mediastinum (daerah
kompartemen yang berada ditengah diantara dua rongga paru di regio thoraks)
bagian superior dan terdiri dari tracheal ring yang dibentuk oleh kartilago (tulang
rawan) dan menempati bagian tengah leher. Trakheal ring ini berbentuk cincin
yang tidak sempurna menyerupai huruf C dimana bagian ujung-ujung yang
terbuka dibagian belakang dihubungkan oleh otot polos (musculus trachealis)
serta terletak di bagian anterior (depan) dari esophagus (saluran makanan).
2. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea berupa saluran konduksi udara dan juga sebagai
tempat difusi oksigen-karbon dioksida di ujung terminal dibagian yang berkaitan
langsung dengan alveolus.
Bronkus principalis (bronkus primer) terdiri dari bronkus principalis dekstra (yang
akan menuju ke pulmo dekstra) dan bronkus principalis sinistra (yang akan
menuju ke pulmo sinistra). Perbedan bronkus principalis yaitu : bronkus
principalis dekstra à diameter lebih lebar, ukuran lebih pendek, berjalan lebih
vertical bronkus principalis sinistra à diameter lebih kecil, ukuran lebih panjang,
berjalan agak horizontal Setelah menjadi bronkus principalis dan memasuki
pulmo melalui hilus, kemudian bronkus principalis menjadi 5 bronkus lobaris
(bronkus sekunder) yang memasuki lobus pulmo. Pada lobus pulmo dekstra
terdapat 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius dan lobus inferior. Sedangkan
pada pulmo sinistra terdapat 2 lobus yaitu lobus  superior dan lobus inferior.
Masing-masing bronkus lobaris akan bercabang menjadi bronkus segmentalis
(bronkus tersier) yang akan memasuki segmen bronkopulmonal yang dimiliki oleh
lobus paru.
Selanjutnya terdapat 20-25 kali kelipatan percabangan dari bronkus segmental
sampai akhirnya menjadi bronkus terminalis yang selanjutnya bercabang menjadi
bronkus respiratorius yang berkaitan langsung dengan 5-6 saccus alveolaris yang
dilapisi oleh alveoli (tempat terjadinya difusi oksigen-karbon dioksida).
3. Alveolus
Unit fungsional paru-paru adalah kantung udara kecil yang muncul dari
bronkiolus yang disebut alveoli. Ada sekitar 300-400.000.000 alveoli dalam paru-
paru orang dewasa. Diameter rata-rata dari alveolus adalah sekitar 200 sampai 300
mikron. Fungsi dasar dari alveoli adalah pertukaran gas. Struktur alveoli adalah
tempat di mana pertukaran gas selama respirasi berlangsung. Struktur ini
dikelilingi oleh kapiler yang membawa darah. Pertukaran karbon dioksida dalam
darah dari kapiler ini terjadi melalui dinding alveolus. Alveoli mulai berfungsi
ketika kita menghirup udara melalui lubang hidung kita. Udara melewati rute yang
panjang yang terdiri dari berbagai organ pada sistem pernapasan. Organ-organ ini
termasuk saluran hidung, faring, laring, trakea, bronkus utama, saluran bronkial
kecil, bronkiolus dan akhirnya mencapai alveolus melalui kantung udara kecil.
Udara mengandung oksigen yang diserap oleh darah mengalir melalui kapiler.
Oksigen ini kemudian diteruskan ke sistem peredaran darah, sehingga
menyelesaikan siklus pertukaran gas.
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi
oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot
kuat. Paru pada orang yang sehat berupa organ yang ringan, kenyal, dan seperti
spon (karena terisi oleh udara).  Paru kanan dan paru kiri menempati cavum
thoraks (rongga dada) yang diantaranya dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum.
1. Paru kanan
Memiliki 3 lobus (belahan paru) yaitu lobus superior (atas), lobus medius
(tengah), dan lobus inferior (bawah). Pada lobus inferior dipisahkan oleh 2
fissura yaitu fissure horizontal dan fissure oblique.
2. Paru kiri
Memiliki 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior yang dipisahkan
oleh 1 fissura yaitu fissure oblique.
Ukuran paru kanan lebih besar dan berat dibandingkan dengan paru kiri,
sedangkan paru kanan lebih pendek dan lebar dikarenakan kubah diafragma sisi
kanan yang lebih tinggi dibandingkan sisi kiri.
Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi
pleura viseralis dan pleura pariental dimana diantara kedua pleura ini  terdapat
rongga yang disebut kavum pleura. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung
membungkus paru sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada
rongga dada. Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis. Antara selaput luar dan selaput
dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-
paru sehingga menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada
dimana sewaktu bernafas bergerak.
  Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, salah satu fungsi paru adalah untuk
memasukkan O2 ke dalam tubuh dan mengeluarkan CO2 keluar tubuh maka
tubuh membutuhkan proses meliputi inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi adalah
pergerakan dari atmosfer ke dalam paru, sed pernafasan angkan ekspirasi adalah
pergerakan dari dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi dapat berjalan
lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot dan elastisitas jaringan paru. Otot-
otot untuk proses pernafasan dibagi menjadi dua yaitu :
 Otot inspirasi (Otot Saat Menarik Napas) terdiri atas, otot interkostalis
eksterna, sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
 Otot-otot ekspirasi (Otot Saat Menghembuskan Napas) terdiri atas rektus
abdominis dan interkostalis internus.
C. Fungsi Paru-Paru
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
mengeluarkan karbon dioksida. Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa
pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-
paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru
(alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida
dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Untuk melaksanakan fungsi
tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu:

 Ventilasi yaitu proses masuk dan keluarnya udara/oksigen antara alveoli dan


atmosfer
 Difusi yaitu proses perpindahan oksigen dari alveoli ke dalam pembuluh darah
dan berlaku sebaliknya untuk karbondioksida
 Transport yaitu proses perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke
paru dengan bantuan aliran darah
 Pengaturan ventilasi

D. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi paru adalah :


1. Usia
Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40 tahun dan dapat berkurang sebanyak
20% setelah usia 40 tahun. Selama proses penuaan terjadi penurunan elastisitas
alveoli, penebalan kelenjar bronkial, penurunan kapasitas paru
2. Jenis kelamin
Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi 20-25% dari pada wanita, karena
ukuran anatomi paru laki-laki lebih besar dibandingkan wanita. Selain itu,
aktivitas laki-laki lebih tinggi sehingga recoil dan compliance paru sudah terlatih.
3. Tinggi badan dan berat badan
Seorang yang memiliki tubuh tinggi dan besar, fungsi ventilasi parunya lebih
tinggi daripada orang yang bertubuh kecil pendek

E. Penatalaksanaan Gangguan Sistem Pulmonary : Tuberkulosis

1.    Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.

2.    Prinsip pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:

a.       OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT – KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

b.      Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan


langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).

c.       Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan :

1)      Tahap awal (intensif)

  Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.

  Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya


pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

  Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)


dalam 2 bulan.

2)      Tahap Lanjutan

  Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama

  Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga


mencegah terjadinya kekambuhan
TREND DAN ISSU TUBERKULOSIS (TB) PARU
DENGAN METODE PENGOBATAN MOBILE HEALTH

A. PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium tuberkolusis pada saluran pernafasan bagian bawah. Sampai saat ini
TB Paru masih menjadi isu kesehatan global di semua negara terutama negara
berkembang.TB Paru merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak dari 10
penyakit lainnya dan penyebab utama dari agen infeksi. Jumlah penderita TB Paru di
dunia diperkirakan 10 juta orang dimana ada delapan negara dengan insiden kasus
tertinggi diantaranya indonesia yang menduduki peringkat ketiga (Who, 2018).
Berdasarkan infodatin 2018, pada tahun 2017 jumlah penderita TB Paru di Indonesia
sebanyak 420.994 kasus. Secara data, angka keberhasilan pengobatan pasien TB Paru
2018 mengalami peningkatan dari 85% tahun 2017 menjadi 85,1%. Walapun
demikian angka kesembuhan hanya mencapai 42% artinya ada penurunan angka
kesembuhan dibandingkan dari tahun-tahun sebelumnya (Kemenkes, 2016). Penentu
keberhasilan penatalaksanaan terapi tuberkulosis salah satunya adalah kepatuhan
pasien terhadap terapi yang diberikan. Ketidakpatuhan dalam terapi akan
menyebabkan kekambuhan atau kegagalan dalam pengobatan. Dampaknya akan
meningkatkan risiko morbiditas, mortalitas bahkan resistensi obat baik pada pasien
maupun masyarakat luas. Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan pengobatan
agar patuh yaitu dengan pelayanan kesehatan menggunakan teknologi informasi
kesehatan. Teknologi informasi dalam dunia kesehatan sebagai fasilitas dalam
merubah pradigma kesehatan dari pencegahan yang pusatnya pada sistem, fokus
berubah pada pasien melalui promosi kesehatan (Nimkar, 2016)
Mobile Health (mHealth) merupakan inovasi dalam bidang kesehatan yang
berguna membuat perubahan perilaku dan mempromosikan terkait manajemen
kesehatan diluar perawatan di rumah sakit. Perawat bisa memanfaatkan mHealth
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Pelayanan yang efisien, efiktif dan
berkualitas bisa didapatkan dengan mHealth. Menggunakan mHealth dapat
memberdayakan pasien menjadi aktif berkontribusi dalam pengobatan dengan
meningkatkan kesadaran perawatan diri dalam mengoptimalkan kesehatan sehingga
pembiayaan kesehatan dapat diminimalkan. (Samples, Ni, & Shaw, 1979).
Kajian literatur review ini bertujuan mengetahui potensi pengembangan mobile health
pada pasien TB Paru dalam tatanan keperawatan komunitas yang merupakan tindak
lanjut asuhan keperawatan setelah pasien dirawat di rumah sakit atau didiagnosa TB
Paru. Harapannya pasien mampu menyelesaikan pengobatan secara tuntas sehingga
dinyatakan sembuh.

B. METODE
Database yang digunakan Scopus,google scholar, PubMed diambil untuk
menyaring artikel yang relevan. Istilah awal untuk menyaring studi terkait adalah
"Tuberculosis",”Directly observed therapy "," Mobile Health "," nursing and mHealth
"," scrining case TB ", dan" sms remaind to patient Tuberculosis". Artikel dibatasi
berdasarkan pada kriteria inklusi termasuk; Artikel diterbitkan antara 2010 dan 2018.
Para peneliti juga memasukkan beberapa jenis desain studi termasuk studi survei,
yang bersifat deskriptif, dan desain metode campuran dalam proses penyaringan.

C. KAJIAN LITERATUR APLIKASI MOBILE HEALTH PADA


TUBERKULOSIS
Penemuan Kasus
Deteksi pada kasus TB bisa menggunakan mobile phone. Pengembangan terkait
sistem skrining TB laten (latent tuberculosis infection/LTBI) dengan biaya murah,
akurat dan efektif dengan menggunakan enzim linked aptamers. Deteksi
menggunakan alat ini lebih cepat dibandingkan mengguna uji pewarna asam. Sistem
LTBI menggunakan sistem dot-blot yang memiliki kualitas yang tinggi. Dalam
pengujian bakterinya hanya membutuhkan waktu 5 jam sehingga efisien. Sistem ini
sudah dikembangkan lewat aplikasi android dengan menggunakan camera mobile
phone dalam analisis kolorimetri(Li et al., 2018).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Khan et al. di Pakistan menggunakan
telepon seluler untuk skrining TB massa berbasis insentif oleh masyarakat awam di
klinik medis swasta dan melaporkan hasil dahak. Intervensi mobile health ini
dikombinasikan dengan kampanye pemberitahuan terkait penyakit TB Paru di area
perkotaan untuk meningkatkan kesadaran tentang TB. Studi ini menemukan tingkat
deteksi kasus yang meningkat secara substansial (2,21 kali, interval konfidensi 95%
[CI] 1,93-2,53) 17 di daerah intervensi dibandingkan dengan area kontrol. Ini
menunjukkan bahwa mobile phone dapat membantu dengan strategi pencarian pasien
TB dan mungkin sangat berguna di daerah yang sulit dijangkau(Khan et al., 2012).
Tuberculosis adalah kasus yang harus segera diobati jika ditemukan. Untuk
memudahkan pelaporannya ke pelayanan kesehatan digunakanlah mobile interface in
TB notification (MITUN). Dimana nanti pelaporannya melalui system pemberitahuan
suara yang diawali pendaftaran dahulu oleh praktisis yang akan menggunakan alat
tersebut untuk menemukan kasus TB. Setelah uji coba ternyata MITUN kurang
diminati dengan alasan kurang waktu dalam pengoperasiannya, dan keterkaitan
kerahasiaan pasien dan masalah teknik masih menjadi pertimbangan tenaga kesehatan
dan masyarakat (Velayutham et al., 2015)

D. PEMBAHASAN
Mobile Health diharapkan mampu mengatasi permasalahan kesehatan yang
memiliki akses pelayanan kesehatan yang jauh. Mobile health bisa menjadi alternatif
dan menekan pembiayaan bagi pasien terutama pasien yang menderita penyakit kronis
maupun menular sepeti TB Paru yang harus mendapat monitoring dari petugas
kesehatan secara berkesinambungan.
Menurut Britto (2015) penggunaan mobile health bisa meningkatkan kepatuhan
rencana asuhan keperawatan dari 53% menjadi 94%, mengurangi pengeluaran dana
dan meningkatkan efisiensi tenaga kesehatan. Antara pasien dan tenaga kesehatan
sama-sama menguntungkan.
Di negara-negara maju seperti di AS mHealth sangat berkembang pesat karena
pendekatan yang berorientasi pada konsumen, kenyamanan, privasi, dan nilai utilitas
yang mereka tawarkan kepada konsumen baik. Mobile health juga muncul sebagai
tren yang sukses dengan pendidik kesehatan karena ruang lingkup dan fleksibilitas
yang ditawarkannya untuk mengatur, mengintegrasikan dan memberikan informasi
berjalan dengan baik. Hal ini bisa diterapkan pada pasien dengan penderita TB Paru
sehingga bisa menjaga kenyamanan dan privasi mereka.

E. POTENSI PENGEMBANGAN MOBILE HEALTH DI INDONESIA


Mobile health merupakan pengembangan dari E-health yang diterapkan sejak
tahun 1985 di Indonesia. Sejak tahun 2014 e-health berkembang dalam bentuk mobile
health. Menurut Nugraha dan Aknuranda, 2017 ; Grayman, 2014 awalnya e-health
digunakan dalam mengkomunikasikan terkait informasi medis tentang kesehatan
mental pada pasien di Provinsi Aceh melalui email. M-Health memiliki kesempatan
untuk dikembangkan menjadi layanan bagi pasien TB Paru untuk meningkatkan
kualitas pelayanan dirumah. Aplikasi mobile health yang diluncurkan PT Otsuka
indonesia tahun 2017 adalah aplikasi “Sembuh TB” yang sekarang baru di uji
cobakan di beberapa rumah sakit.
Mobile Health yang menggunakan smartphone sebagai medianya sangat mudah
dditerapkan dan sudah beredar luas di masyarakat (van der Heijden et al., 2013).
Mobile health bisa diterapkan oleh perawat komunitas yang berada di tatanan primer
dalam pelayanan kesehatan di masyarakat.Dengan wilayah kelolaan yang banyak
sedangkan SDM yang minim dan belum bisa mengcover semuanya. Sehingga
hadirnya mHealth bisa menjadi alternatif dalam memberikan asuhan keperawatan
jarak jauh dan bisa memonitor pasien yang butuh controling. Hadirnya mHealth
bukan hanya membawa keuntungan bagi profesi kepoerawatan juga merupakan
tantangan bagaimana memaksimalkan layanan asuhan keperawatan dalam
penggunaannya. Oleh karenanya, strategi intervensi haruslah didasarkan pada asumsi
bahwa pasien, perawat, dan tim layanan kesehatan lain menggunakan teknologi
sebagai alat untuk update informasi tentang kesehatan pasien dan perawatan diri
pasien agar perawat segera mengidentifikasi masalah yang muncul dan memperbaiki
manajemen perawatan ((Nagel, Pomerleau, & Penner, 2013 ; (Piette et al., 2017;
Piette et al., 2017).
Intervensi kesehatan yang menggunakan teknologi tidak lepas dari istilah Social
Networking Sites (SNS), sehingga akan muncul masalah etika terkait dengan
confidentiality, privacy, dan trust. Agar perawat dapat melakukan intervensi yang etis,
aman, efektif serta holistik hendaklah perawat memastikan jalur komunikasi yang
baik dengan pasien, menciptakan protokol penggunaan alat, mengajarkan
keterampilan dan cara pengoperasian serta menjamin keamanan terkait privasi pasien,
autonomi pasien, dan informed consent (Ahmed et al., 2013; Korhonen, Nordman, &
Eriksson, 2015)

F. KESIMPULAN
Mobile Health merupakan alat yang inovatif dan menarik dalam melawan TB,
khususnya di negara-negara dengan prevalensi TB tertinggi termasuk indonesia.
Hadirnya mHealth dapat membuat dampak besar untuk pengentasan TB Paru di
Indonesia. Area pengendalian TB yang bisa difokuskan menggunakan mHealth di
area Keperawatan Komunitas. Pengontrolan kepatuhan pengobatan dan pemantauan
DOTS menggunakan mHealth dalam mengingatkan, dan memantau pasien TB dapat
terbukti sangat efektif dengan keterbatasan sumber daya manusia, terutama ketika
masalah wilayah geografis menghambat seperti indonesia. Adanya mHealth dapat
membantu manajemen dan pengontrolan TB yang efektif.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Paru-paru merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam menjalankan
sistem respirasi (pernapasan). Saat udara mencapai paru-paru, akan terjadi pertukaran
antara oksigen dari luar tubuh dengan karbon dioksida dari dalam darah. Jika paru-
paru mengalami gangguan, maka proses ini pun akan ikut terganggu.
TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TB adalah penyakit paru-paru
akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan menimbulkan gejala
berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3 minggu), biasanya berdahak, dan
terkadang mengeluarkan darah.

Saran
Untuk memudahkan pemberian tindakan keperawatan, mungkin perlu
dilakukan prosedur tetap yang dapat digunakan setiap hari. Bila memungkinkan ,
sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi dengan buku-buku yang
di perlukan baik untuk perawat maupun untuk klien.

DAFTAR PUSTAKA

 https://id.scribd.com/document/415235906/Trend-Dan-Isu-Pada-Sistem-Pernapasan-
TUBERCULOSIS
 https://id.scribd.com/document/362831676/Sistem-Pernapasan-LatarBelakanf
 Alqahtani, S., Kashkary, A., Asiri, A., Kamal, H., Binongo, J., Castro, K., & McNabb,
S. (2018). Impact of mobile teams on tuberculosis treatment outcomes, Riyadh
Region, Kingdom of Saudi Arabia, 2013–2015. Journal of Epidemiology and Global
Health, 7, S29–S33. https://doi.org/10.1016/j.jegh.2017.09.005

Anda mungkin juga menyukai