Analisis Korupsi 1454 Fix

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PUTUSAN TENTANG

KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG

Mata Kuliah Tindak Pidana Khusus


Kelas E

FIRANTI ISLAMI (110 110 130 205)


TORY S. KRISANTINA (110 110 130 211)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Analisis Putusan

No. 1454 K/PID.SUS/2011


Kasus Posisi:

Terdakwa yakni Bahasyim Assiffie selaku Pegawai Negeri Sipil pada


Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan menjabat sebagai Kepala
Kantor Pemeriksaan dan Penyidian Pajak Jakarta Tujuh pada tanggal 3
Februari 2005 mendatangi Kartini Mulyadi, seorang wajib pajak, di Lantai
5 Gedung Bina Mulia Jalan Rasuna Said Kuningan Jakarta Selatan.
Terdakwa meminta sejumlah uang kepada Kartini Mulyadi, temannya
sejak SMA, dengan alasan untuk perbaikan kantor dan lain-lain diluar
kewenangan jabatannya, yang akhirnya diiyakan oleh Kartini Mulyadi
oleh karena pertimbangan bahwa Terdakwa merupakan Pejabat Direktorat
Pajak serta agar perusahaanya tidak diganggu oleh Terdakwa. Kemudian
karyawanya yakni Cendani Kusuma Phoe membantu penarikan uang dari
rekening Kartini Mulyadi lalu mentransfernya ke rekenin istri Terdakwa
sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Terhitung sejak
menjabat dalam jabatannya tersebut yakni pada tahun 2004, Terdakwa
memiliki kekayaan lebih dari Rp 800.000.000.000,00 (delapan ratus miliar
rupiah). Uang tersebut tersebar di rekening istri, dan anak-anaknya, yakni
Sri Purwanti, Winda Arum Hapsari, dan Riandini Resanti.

Dakwaan:
 Pertama
o Primer
Pasal 12 huruf a Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

1
o Subsidair
Pasal 12 huruf e Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
o Lebih Subsidair
Pasal 12 B ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
o Lebih-Lebih Subsidair
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

DAN
 Kedua
o Primer
Pasal 3 ayat (1) huruf a Undang Undang No. 15 Tahun
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
o Subsidair
Pasal 3 ayat (1) huruf b Undang Undang No. 15 Tahun
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
o Lebih Subsidair
Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang No. 15 Tahun
2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

Putusan:
1. Menyatakan Terdakwa Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin
KHALIL SARINOTO tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana
dalam dakwaan Kesatu Primair ;
2. Membebaskan Terdakwa oleh karena itu dari dakwaan Kesatu
Primair tersebut ;

2
3. Menyatakan Terdakwa Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin
KHALIL SARINOTO terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana ”KORUPSI” ;
4. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut
dengan pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan denda
sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan
ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar, maka
kepada Terdakwa dikenakan pidana pengganti berupa pidana
kurungan selama 3 (tiga) bulan ;
5. Menyatakan Terdakwa Drs. BAHASYIM ASSIFIE, M.Si. bin
KHALIL SARINOTO terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana ”PENCUCIAN UANG” ;
6. Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut
dengan pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan denda
sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dengan
ketentuan apabila pidana denda tersebut tidak dibayar, maka
kepada Terdakwa dikenakan pidana pengganti berupa pidana
kurungan selama 3 (tiga) bulan ;
7. Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam tahanan sebelum
putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, akan
dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan ;
8. Menetapkan barang bukti sebagaimana terlampir dalam
putusan.

Analisis:

Tentang Unsur Delik Dakwaan Pertama Primer


Terdakwa pada putusan ini dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak
pidana sebagaimana dalam dakwaan kesatu primer yaitu Pasal 12 huruf a
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, yang bunyinya:

3
“Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya.”

Unsur delik pasal ini tidak terpenuhi karena terdakwa sebagai pegawai
negeri bukan sekedar menerima hadiah, tetapi lebih tepatnya menyalah
gunakan kewenangan jabatannya untuk meminta hadiah dari orang lain,
maka yang terpenuhi adalah unsur delik dari dakwaan kesatu subsidair
yaitu Pasal 12 huruf e Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang berbunyi:

“Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana


penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah):

e. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan


maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.”

Sehingga terbukti perbuatan terdakwa memenuhi unsur delik pasal ini


karena terdakwa merupakan pegawai negeri yang dengan maksud

4
menguntungkan diri sendiri, dengan menggunakan kekuasaannya
memaksa Kartini Mulyadi memberikan sejumlah uang, dan Kartini
Mulyadi memberikan sejumlah Rp. 1.000.000.000,- karena takut akan
kekuasaan terdakwa.

Tentang Kewenangan Mengadili Pengadilan Tindak Pidana Korupsi


untuk Memeriksa Perkara TPPU.
Pada putusan tersebut terlihat bahwa pengajuan kasasi tersebut diterima
dan perkara tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab juridis
pengadilan tipikor tingkat kasasi. Permasalahannya adalah apakah
pengadilan tipikor memiliki kewenangan mengadili untuk memeriksa
perkara Tindak Pidana Pencucian Uang yang terdapat di dakwaan kedua
Jaksa Penuntut Umum. Menurut Undang Pasal 6 huruf b Undang Nomor
46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menyatakan
bahwa Pengadilan Tindak Pidana Korupsi memiliki kewenangan untuk
mengadili tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya
adalah tindak pidana korupsi. Jadi Pengadilan Tipikor berwenang dalam
mengadili perkara TPPU tersebut.

Anda mungkin juga menyukai