ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pendekatan Value
Clarification Technique (VCT) metode percontohan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran
PKn. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen design dengan bentuk nonequivalen control group
design. Penelitian ini dilakukan di SDN 13 Cingkariang Kec.Banuhampu Kab.Agam pada kelas VA
sebagai kelas eksperimen dan VB sebagai kelas kontrol yang masing-masing berjumlah 25 siswa.
Teknik analisis data menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas selanjutnya dilakukan uji-t
untuk melihat pengaruh pedekatan VCT. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata nilai pretest
sebesar 38,768 untuk kelas eksperimen dan 41,448 untuk kelas kontrol. Rata-rata nilai posttest sebesar
90,68 untuk kelas eksperimen dan sebesar 86,32 untuk kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan uji-t
diperoleh thitung sebesar 1,73 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 0,05 adalah sebesar 1,67722,
sehingga thitung > ttabel. Dengan demikian disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan VCT metode
percontohan berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa di kelas V SDN 13 Cingkariang.
Kata Kunci : Pendekatan Value Clarification Technique (VCT) metode percontohan, Hasil Belajar
Siswa, PKn
Abstract
This study aims to determine the effect of Value Clarification Technique (VCT) modeling
method on the studnts’ learning outcome in civic education. This study is a quasi-experimental design
with a non-equivalent control group. The research was conducted in elementary school Number 13
Cingkariang Banuhampu Sub-district of Agam District with class VA as the experimental class and
Class VB as the control class. Both classes have twenty five students. The data analysis technique
employed was the normality test and homogeneity test, which was then followed by a t-test to see the
effect of VCT. The results show that the average pretest score is 38,768 for the experimental class and
41,488 for the control class. The average posstest score is 90,68 for the experimental class and 86,32
for the control class. The result of the t-test shows that the tcount is 1,73 and the ttable on the significance
level of 0,05 is 1,6772, which means that tcount>ttable. Therefore, it is concluded that the Value
Clarification Technique modeling method affects the students’ learning outcome in civic education in
Elementary School Number 13 Cingkariang.
Keyword : The Value Clarification Technique (VCT) Modeling Method, Students’ Learning Outcome,
Civic Education.
PENDAHULUAN menjernihkan, memperjelas atau
mengklarifikasikan nilai-nilai hidupnya lewat
Pendekatan pembelajaran merupakan titik
value problem solving, diskusi, dialog dan
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
presentasi. Misalnya peserta didik dibantu
belajar mulai dari awal sampai akhir
menyadari nilai hidup mana yang sebaiknya
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran
diutamakan dan dilaksanakan.
dapat tercapai dengan baik. Hal ini sejalan
VCT juga memberi penekanan pada usaha
dengan pendapat Taufik dan Muhammadi
membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan
(2011:39) yang menyatakan bahwa
perbuatan untuk meningkatkan kesadaran
“Pendekatan pembelajaran merupakan titik
tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
VCT memiliki beberapa bentuk, salah satu
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
bentuk dari pendekatan VCT adalah VCT
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
Percontohan.
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
Menurut Ahmad (dalam jurnal Reinita,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
2012:152) pendekatan VCT metode
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
percontohan merupakan “model VCT yang
tertentu”.
berupaya mengungkapkan nilai/sikap melalui
Pendekatan pembelajaran menjadi hal
contoh-contoh, cerita dan kasus sebagai media
yang paling penting dalam proses belajar
stimulus. Cerita dan kasus yang digunakan
mengajar di kelas. Guru harus bisa
harus mampu menyeret perasaan dan kejiwaan
mencocokkan pendekatan dengan materi
siswa dan menyentuh hati nurani siswa yang
pembelajaran agar siswa lebih mudah
pada akhirnya akan melahirkan argumen dan
memahaminya. Salah satu pendekatan yang
klarifikasi pendirian siswa”.
mudah untuk dipahami siswa dalam proses
Reinita dalam jurnalnya (2012:152)
pembelajaran yaitu pendekatan Value
menyatakan bahwa “dengan penggunaan
Clarification Technique (VCT).
pendekatan pembelajaran VCT Percontohan,
Pendekatan pembelajaran VCT
guru dapat memberikan pemahaman
merupakan suatu pendekatan inovatif yang
pengetahuan, pembinaan sikap, dan melatih
menekankan nilai/sikap sosial, budaya,
berprilaku melalui percontohan dari guru serta
personal, dan masyarakat. Adisusilo
pengalaman langsung siswa”.
(2012:141) mengemukakakn bahwa “VCT
Pendekatan VCT metode percontohan ini
merupakan pendekatan pendidikan nilai
sangat sesuai dengan konsep pembelajaran
dimana peserta didik dilatih untuk
PKn yang menitikberatkan pada penanaman
menemukan, memilih, menganalisis,
nilai, sikap, norma, dan moral. Pembelajaran
memutuskan, dan mengambil sikap sendiri
PKn merupakan salah satu mata pembelajaran
nilai-nilai hidup yang ingin
yang dipelajari oleh siswa di Sekolah Dasar
diperjuangkannya.” Peserta didik dibantu
(SD) yang menekankan pada pembentukan
e-Jurnal Inovasi Pembelajaran SD
Volume 1, Nomor 1, 03 Oktober 2018
nilai, sikap dan perilaku siswa agar menjadi denganpendekatan VCT metode percontohan
warga negara yang baik serta melaksanakan ini pembelajaran PKn akan lebih bermakna
hak dan kewajiban sebagai warga negara. dalam kehidupan sehari-hari serta dapat
Melalui pembelajaran PKn di SD meningkatkan hasil belajar PKn siswa di
diharapkan kepada siswa agar benar-benar sekolah. Oleh sebab itu, pedekatan VCT
dapat memahami, menghayati, dan percontohan ini sangat baik dan cocok sekali
mengamalkan dalam bentuk perilaku sehari- digunakan dalam pembelajaran PKn terutama
hari, baik sebagai individu, maupun anggota pada penanaman nilai, sikap dan perilaku
masyarakat. Apabila hal tersebut terlaksana peserta didik.
dengan baik tentunya akan memudahkan Berdasarkan observasi yang dilakukan
membentuk siswa yang memiliki kemampuan penelitipada tanggal 16 Juli 2018 di kelas V
berfikir kritis, rasional, beriman, dan memiliki SDN 13 Cingkariang Kec.Banuhampu
sikap peduli terhadap negaranya. Kab.Agam diketahui bahwa pelaksanaan
Hal tersebut sejalan dengan kurikulum proses pembelajaran PKn secara umum masih
BSNP Peraturan menteri pendidikan nasional cenderung menggunakan model konvensional.
No 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa tujuan Menurut Djamarah (dalam Isjoni 2007 : 25)
mata pembelajaran PKn adalah agar siswa “Model pembelajaran konvensional adalah
memiliki kemampuan : (1) Berpikir secara model pembelajaran tradisional atau disebut
aktif, rasional, dan kreatif dalam menanggapi juga dengan model ceramah, karena sejak dulu
isu kewarganegaraan (2) Berpartisipasi secara model ini telah dipergunakan sebagai alat
aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak komunikasi lisan antara guru dengan anak
secara cerdas dalam kegiatan kemasyarakatan, didik dalam proses belajar dan pembelajaran”.
berbangsa dan bernegara serta anti korupsi (3) Model pembelajaran konvensional yang
Berkembang secara positif dan demokrasi banyak digunakan didalam kelas adalah
untuk membentuk diri berdasarkan karakter- dengan metode ceramah, dimanasaat
karakter masyarakat Indonesia agar dapat pelaksanaannya guru lebih aktif dan lebih
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya dominan dalam menjelaskan materi secara
(4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain lisan dan tanya jawab . Kemudian di SD yang
dalam peraturan dunia secara langsung atau telah penelitiobservasi terlihat bahwa pada saat
tidak langsung dengan memanfatkan teknologi proses pembelajaran PKn masih kurangnya
informasi dan komunikasi. penggunaan media pembelajaran sehingga
Melalaui pendekatan pembelajaran VCT membuat siswa menjadi pasif dan jenuh dalam
metode percontohan, siswa akan belajar PKn mengikuti proses pembelajaran di kelas.
dalam konteks pengalaman nyata, yang Selain dari permasalahan di atas, pada
meliputi aplikasi keterampilan berfikir, saat proses pembelajaran PKn guru kurang
memecahkan masalah, apresiasi budaya, menstimulus pikiran dan perasaan serta kurang
apresiasi nilai moral (Putra, 2014:2). Maka mengarahkan siswa dalam menentukan
3|P a g e
e-Jurnal Inovasi Pembelajaran SD
Volume 1, Nomor 1, 03 Oktober 2018
kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 1, pada kelas eksperimen dan model
Tabel 1 Hasil pretest kelas eksperimen postest kelas eksperimen dan kelas
Deskripsi Hasil Pretest Hasil Pretest kontrol dapat dilihat pada tabel 2,
Kelas Kelas Kontrol berikut:
Eksperimen
N 25 25
Nilai 62,7 72,6
maksimun
Nilai 23,1 26,4
minimum
Rentang 39,6 46,2
Panjang kelas 7 8
Banyak kelas 6 6
5|P a g e
e-Jurnal Inovasi Pembelajaran SD
Volume 1, Nomor 1, 03 Oktober 2018
Tabel 2 Hasil postest kelas eksperimen dan berbantu Microsoft Excel 2007 dengan
kelas kontrol taraf signifikansi 5% atau α = 0,05.
1) Normalitas pretest kelas
Deskripsi Hasil Hasil Postest
Postest Kelas Kontrol eksperimen dan kelas kontrol
Kelas Tabel 3, Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas
Eksperimen
N 25 25 Eksperimen dan Kontrol
Nilai 100 100 L
maksimun N Hasil
L tabel
No Sampel (banyak Perhitun
Nilai 76 72 hitung α
siswa) gan
minimum 0,05
Rentang 24 28 Kelas
0,0320 0,
Panjang 4 5 1 Eksperi 25 Normal
2 1772
kelas men
Banyak 6 6 Kelas 0,0114 0,
2 25 Normal
kelas Kontrol 5 1772
Berdasarkan tabel 5, diketahui L
Dari tabel 2, di atas diketahui
hitung kelas eksperimen sebesar
bahwa pada kelas eksperimen dan 0,03202 dan Lhitung kelas kontrol
kelas kontrol sama-sama memiliki sebesar 0,01145 dengan jumlah sampel
jumlah siswa sebannyak 25 orang. masing-masing 25 orang. Pada taraf
Nilai maksimum postest kelas signifikansi α = 0,05 didapat nilai L
eksperimen dan kelas kontrol sama- tabel sebesar 0, 1772. Sehingga pada
6|P a g e
e-Jurnal Inovasi Pembelajaran SD
Volume 1, Nomor 1, 03 Oktober 2018
Tabel 5 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas taraf signifikansi α = 0,05 didapat