ESSAY REFLEKSI
DI RUANG IGD RSUD SANJIWANI GIANYAR
Tanggal 25-04-2021
Introduction
Essay pada kasus ini menggunakan Gibss Reflection Cycle (1988). Melalui refleksi ini
dapat sebagai bahan untuk pengembangan diri dan pengetahuan saya kedepannya.
Description
Rotasi pertama saya di stase Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan adalah mengenai
ibu Post Kuretage dengan riwayat Post Op Tiroidektomi dengan pengobatan di ruang
IGD RSUD Sanjiwani Kabupaten Gianyar. Dimana RSUD Sanjiwani merupakan
Rumah Sakit rujukan Bali Timur yang dapat menjaring pasien sebelum ke RSUP
Sanglah, dimana terdiri dari kasus-kasus sulit dan penyakit yang membutuhkan
pemeriksaan penunjang dirujuk kesini. Penatalaksaan dalam suatu penyakit disini
dilakukan secara komprehensif disertai skrining kemungkinan lainnya. Ibu hamil muda
yang datang dengan keluhan perdarahan dalam jumlah sedikit atau mungkin hanya
bercak hingga banyak, dan adanya gumpalan darah atau jaringan yang ikut keluar
merupakan keluhan umum yang terjadi pada pasien yang mengalami abortus. Tanda ini
juga disertai dengan nyeri serta kram di perut bagian bawah, bisa juga nyeri yang
menjalar hingga bokong dan panggul. Jenis- jenis abortus yaitu :
1. Abortus komplit: Adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Abortus inkomplit: Adalah sebagian konsepsi telah keluar dari vakum uteri,
sebagian lagi masih tertinggal.
3. Abortus insipiens: Adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi
masih di dalam kavum uteri.
4. Abortus imminens: Adalah abortus tingkat permulaan, dimana terjadi
pendarahan per vaginam ostium masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
dalam kandungan.
5. Missed Abortion: Adalah abortus dimana embrio atau fetus telah meninggal
dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 8 minggu atau lebih.
6. Abortus habitualis: Adalah keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut-
turut atau lebih.
7. Abortus Infeksiosus: Abortus yang mengalami infeksi
Dalam kasus ini, ibu hamil muda tersebut mengalami Abortus Inkomplit, ditandai
dengan umur kehamilan baru menginjak usia 14 minggu 4 hari. Dan dari hasil
pemeriksaan dalam (VT) ditemukan adanya pembukaan pada servik dan teraba
jaringan.
Sebelum dilakukan Kurettage dilakukan pemeriksaan darah DL dan BT/CT. Dengan
hasil sebagai berikut :
Setelah dilakukan pengkajian melalui anamnesa lebih lanjut, ibu pernah menjalani
oprasi tiroidektomi, dengan terapi obat levothyroxine. Dan riwayat pemeriksaan dengan
hasil Laboratorium sebagai berikut :
Ini bukan merupakan kuret pertama kali yang dialami oleh ibu tersebut, melainkan
untuk yang kedua kalinya. Dimana pada hamil yang kepertama ibu mengalami hal yang
sama, yaitu Abortus dengan penanganan Kuretage ( bulan November 2020).
Hal yang menarik perhatian saya disini adalah bagaimana diagnosis dan
penatalaksanaan Anemia. Disini saya menemukan perbedaan dalam acuan untuk
mendiagnosis Anemia. Sependek pengetahuan saya, diagnosis anemia defisiensi zat
besi dapat diperoleh melalui pemeriksaan darah. Dimana tes hitung darah lengkap
dapat menunjukkan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, dan hematokrit
(persentase sel darah merah dalam darah). Anemia ditandai dengan kadar hemoglobin
dan hematokrit yang lebih rendah dari normal. Pada kasus ibu/pasien yang didapatkan
kadar HGB 7-8 g/dL didiagnosis mengalami Anemia sedang, namun pada kasus ini Ibu
EKY dengan kadar HGB 7,7 g/dL tidak didiagnosis Anemia sedang.
Hal inilah yang membuat saya bertanya, apa yang mendasari perbedaan dalam
diagnosis tersebut, dimana nilai kadar HGB Ibu EKY adalah 7,7 g/dL tetapi tidak
didiagnosis Anemia.
Evaluation
Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah
yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya, organ tubuh
tidak mendapat cukup oksigen, sehingga membuat penderita anemia pucat dan mudah lelah
(Tjin Willy, 2019).
Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin.
Akibatnya, sel-sel dalam tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tidak berfungsi
secara normal (hipoksemia). Secara garis besar, anemia terjadi akibat tiga kondisi
berikut ini:
Produksi sel darah merah yang kurang.
Kehilangan darah secara berlebihan.
Hancurnya sel darah merah yang terlalu cepat.
WHO sudah menentukan kadar Hb normal untuk ibu hamil beserta batasan
kategori anemia ringan dan berat pada masa kehamilan (Siswanto, 2021) , yaitu sebagai
berikut:
Normal: Hb> 11 gr/dl
Anemia ringan: Hb 8-11 gr/dl
Anemia berat: Hb < 7 gr/dl
Untuk kadar Hb normal ibu hamil sesuai usia kehamilan yaitu:
Perempuan dewasa tidak hamil: 12-15.8 gr/dl
Hamil trimester pertama: 11.6-13.9 gr/dl
Hamil trimester kedua: 9.7–14.8 gr/dl
Hamil trimester ketiga: 9.5–15.0 gr/dl
Penyakit tiroid adalah gangguan yang disebabkan oleh kelainan bentuk atau fungsi
kelenjar tiroid. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan bukan penyakit yang
menular. Dimana kelenjar tiroid adalah kelenjar yang terletak di leher dan berfungsi
untuk menghasilkan hormon tiroid yang mengatur metabolisme tubuh. Gangguan pada
kelenjar tiroid dan hormon tiroid akan menimbulkan gejala penyakit tiroid yang
berbeda-beda, tergantung jenis dan penyebabnya (Tjin Willy, 2019).
Anemia yang sebagian besar disebabkan oleh defisiensi zat besi juga merupakan
masalah gizi di Indonesia. Pada kondisi hipotiroid, jumlah asam lambung yang
disekresi akan mengalami penurunan sehingga dapat mengganggu absorbsi zat-zat gizi
termasuk Fe. Selain itu, kondisi hipotiroid juga dapat mengakibatkan gangguan sintesis
hemoglobin akibat kurangnya hormon tiroksin. Hipotiroid juga mengakibatkan
penurunan ketebalan lapisan mukosa dan vili-vili usus halus, pematangan sel epitel dan
enzim-enzim di usus halus, sehingga terjadi kegagalan usus untuk mengabsorbsi besi
(Enardi1 et al., 2014)
Berdasarkan pada contoh kasus tersebut saya menemukan bahwa dalam
mendiagnosis anemia tidak hanya berpacu pada angka tersebut dan angka tersebut tidak
dapat berlaku universal terhadap semua ibu hamil. Terdapat beberapa bal yang perlu
diperhatikan dalam mendiagnosis anemia, yaitu dengan cara gabungan hasil penilaian
klinis dan laboratorium merupakan cara yang ideal. Disamping itu faktor-faktor
tersebut mempunyai patokan tersendiri untuk didiagnosis menjadi anemia dan untuk
dilakukan tindakan tranfusi darah.
Analysis
Diagnosis anemia dilakukan dengan anarnnesis faktor risiko, pemeriksaan fisik dan
laboraturium. Pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan keadaan umum ibu, keadaan
konjungtiva dan warna kuku tangan atau kaki. Selain itu hasil anamnesa dengan pasien
juga penting mengenai keluhan yang dirasakan seperti pusing, mudah lelah/letih, tidak
bersemangat dan lainnya. Apabila ditemukan keadaan anemia secara visual, dianjurkan
untuk melakukan konfrmasi kadar hemoglobin melalui pemeriksaan laboratorium.
Pendekatan tradisional adalah penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, hasil laboratorium. Selanjutnya hasil pemeriksaan klinis dianalisis
dan sintesis sehingga dapat disimpulkan sebagai sebuah diagnosis, baik diagnosis
sementara atau diagnosis definitif (Yahya, 2017).
Dalam artikel yang berjudul Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi
(Amalia & Tjiptaningrum, 2016), ada beberapa tahap terjadinya anemia dan factor-
faktor yang berperan dalam terjadinya anemia defisiensi besi adalah sebagai berikut ;
Tahap terjadinya anemia defisiensi besi, yaitu:
(1). Penurunan serum ferritin sedangkan pemeriksaan Hb dan zat besi masih normal.
(2). Kadar besi didalam serum akan menurun dan kadar hemoglobin masih normal.
(3). Penurunan kadar Hb, MCV, MCH, MCHC pada keadaan berat, Ht dan peningkatan
kadar free erythrocyte protoporphyrin(FEP).
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya anemia defisiensi besi adalah:
(1). Kebutuhan yang meningkat.
(2). Kurangnya besi yang diserap
(3). Infeksi
(4). Perdarahan saluran cerna.
Menentukan adanya anemia dengan memeriksa kadar hemoglobin (Hb) dan atau
Packed Cell Volume (PCV) merupakan hal pertama yang penting untuk memutuskan
pemeriksaan lebih lanjut dalam menegakkan diagnosis ADB. Pada ADB nilai indeks
eritrosit MCV, MCH menurun, sedangkan MCHC akan menurun pada keadaan berat.
Dalam kasus ini ibu EKY yang awal datang dengan diagnosa Abortus Inkomplit
segera dilakukan Kuretage. Dari hasil pemeriksaan laboratorium yaitu cek Darah
Lengkap dan faal hemostasis didapatkan hasil yang mengalami penurunan adalah kadar
Hb 7,7 gr/dL, MCH 17,5 pg, MCHC 27,4 gr/dL, dan MCV 63,9 fL. Dimana sesuai
keadaan tersebut ibu EKY menderita Anemia Defisiensi Besi (ADB). Kemungkinan
penyebab utamanya adalah kurangnya penyerapan zat besi. Diketahui dari hasil
anamnesa riwayat penyakit ibu dari sebelum menikah, ibu pernah mengalami operasi
tiroidektomi dan dengan terapi obat levothyroxine.. Dengan kondisi hipotiroid dapat
mengakibatkan gangguan sintesis hemoglobin akibat kurangnya hormon tiroksin.
Hipotiroid juga mengakibatkan penurunan ketebalan lapisan mukosa dan vili-vili usus
halus, pematangan sel epitel dan enzim-enzim di usus halus, sehingga terjadi kegagalan
usus untuk mengabsorbsi besi.
Namun dari hasil pemeriksaan fisik secara visual, ibu EKY keadaan umumnya
baik, kesadaran Compos Mentis, suhu : 36,8oC , nadi 78x/mnt, respirasi 20x/mnt,
tekanan darah 110/70 mmHg dan SpO2 99%. Selain itu ibu EKY tidak merasakan
keluhan pasien yang mengalami Anemia pada umumnya atau Asimptomatik. Sehingga
dalam hal ini ibu EKY tidak didiagnosis anemia. Namun ibu EKY tetap diberikan
therapy obat penambah darah yang kaya akan zat besi, KIE konsultasi dengan dokter
Bedah dan Dokter SpOG untuk perencanaan hamil selanjutnya, KIE untuk meminum
obat secara rutin sesuai dosis anjuran serta makan makanan sehat yang kaya akan zat
besi.
Conclusion and Action Plan
Anemia defisiensi besi adalah keaadan berkurangnya zat besi dalam tubuh untuk
sintesis hemoglobin. Untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi dapat melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. (Amalia & Tjiptaningrum,
2016)
Cara mendiagnosis adanya anemia defisiensi besi adalah :
(1). Anamnesis mencari faktor predisposisi dan etiologi
(2). Pemeriksaan fisik lemah, letih, lesu, pucat dll
(3). Pemeriksaan penunjang Hb, PCV (Packed Cell Volume), leukosit, trombosit dll.
Tatalaksana dari anemia defisiensi besi adalah :
(1). Pemberian zat besi oral
(2). Pemberian zat besi intramuscular
(3). Transfusi darah.
Referensi:
XAmalia, A., & Tjiptaningrum, A. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Anemia
Defisiensi Besi. 5, 5. file:///C:/Users/Admin/Downloads/944-1532-1-PB.pdf
Enardi1, O. P., Widodo2, U. S., & Detty Siti Nurdiati3. (2014). Status gondok
berhubungan dengan pola menstruasi dan kejadian anemia pada wanita usia subur
di daerah endemik GAKY. JURNAL GIZI DAN DIETETIK INDONESIA, 2(1).
https://core.ac.uk/download/pdf/205145721.pdf
Siswanto, A. (2021). Menjaga Hb Normal pada Ibu Hamil. Menjaga Hb Normal Pada
Ibu Hamil. https://www.ibudanbalita.com/artikel/menjaga-hb-normal-pada-ibu-
hamil#:~:text=WHO sudah menentukan kadar Hb,%3A Hb %3C 7 gr%2Fdl
Tjin Willy. (2019a). anemia. Https://Www.Alodokter.Com/Anemia.
https://www.alodokter.com/anemia
Tjin Willy. (2019b). Penyakit Tiroid. https://www.alodokter.com/penyakit-tiroid
Yahya. (2017). Pendekatan Diagnosis dan Terapi Anemia: Non-Klinis vs Klinis.
Pendekatan Diagnosis Dan Terapi Anemia: Non-Klinis vs Klinis, 1.
http://dokterpost.com/diagnosis-terapi-anemia/