Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.

2 Tahun 2014: 141-148 ISSN 0216-468X

Kekuatan Tarik dan Porositas Hasil Sambungan Las Gesek


Aluminium 6061 dengan Berbagai Suhu Aging
Pungky Eka Setyawan, Yudy Surya Irawan, Wahyono Suprapto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Jl. MT Haryono 167 Malang 65145
Phone: +62-341-587711, Fax: +62-341-554291
E-mail: punk_caryo@yahoo.co.id

Abstract
Aluminum alloy is one of materials that is difficult joining with fusion welding.
Friction welding is solution to solve engineering problems in joinning with fusion
welding. The parametersthat influence onfriction weldingare frictiontime, rotational
speed, compressive force, and upset force. In this study, specimens were friction
welded with rotation speed of 1600 rpm, compressive force during friction welding
123 kgf for 120 seconds, and upset force 202 kgf for 120 seconds.The weakness
of the friction welding process is a decline in strength, it is due to friction welding is
done in solid condition. In order to increase tensile strength of friction welding joint,
precipitation hardening methods can be used.Precipitation hardening methods
carried out in three stages, solution heat treatment, quenching and agingwith
0 0
artificial aging process. The artificial aging temperature variated by 150 C, 175 C,
0 0 0
185 C 200 C, and 225 C with a holding time in 7 hours. The results showed that
precipitation hardening cause porosity decreasedin the weld joint. Specimens with
0
a aging temperature 150 C and holding time for 7 hours has the smallest porosity
of 0,11 % and it has maximum tensile strength of 186,65 MPa.
Keywords: Tensile Strength, Pososity, Friction Welding, Aging Treatment.

PENDAHULUAN Kelebihan aluminium yaitu memiliki berat


Pengelasan merupakan salah satu yang relatif ringan dengan berat jenis sebesar
3
teknik penyambungan logam akibat panas, 2.7 g/cm atau hampir 1/3 dari berat jenis
atau dapat didefinisikan sebagai akibat dari baja, kekuatan mekanis dan sifat-sifat fisiknya
metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik dapat ditingkatkan dengan cara
menarik antar atom.Industri manufaktur menambahkan unsur-unsur paduan [2]. Jenis
merupakan suatu industri yang tidak dapat aluminium yang sering digunakan dalam
terlepas dari penyambungan logam. Dalam industri yaitu aluminium seri 6061. Aluminium
industri,penyambungan logam mempunyai 6061 tergolong aluminium seri 6xxx dengan
tujuan yaitu untuk membuat suatu barang elemen pemadu magnesium dan silicon,
yang tidak mungkin dilakukan dengan teknik paduan jenis ini termasuk dalam jenis yang
lain kemudian memudahkan pekerjaan, dan dapat di heat treatment dan mempunyai sifat
menekan biaya produksi. mampu potong dan daya tahan korosi yang
Pada tahun 1809 aluminium ditemukan cukup baik[3].
oleh Sir Humphrey Davy sebagai suatu unsur, Kelemahan aluminium dan paduannya
dan Pada tahun 1825 pertama kali direduksi ditinjau dari proses penyambungannya yaitu
sebagai logam oleh H. C. Oersted. Ditinjau sulit dilakukan dengan pengelasan cair, hal ini
dari penggunaannya aluminium sebagai disebabkan karena aluminium mempunyai
logam mendapat urutan yang kedua setelah lapisan aluminium oksida pada
besi dan baja setiap tahunnya, dan ini permukaannya, sehingga untuk dapat dilas
merupakan urutan yang tertinggi di antara lapisan aluminium oksida tersebut harus
logam-logam non-ferrous. Produksi aluminium dihancurkan terlebih dahulu. Salah satu solusi
di dunia mencapai 15 juta ton per-tahunnya, dalam memecahkan permasalahan dalam
yang tercatat pada tahun 1981[1]. teknik penyambungan logam yang sulit
dilakukan dengan pengelasan cair yaitu

141
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.2 Tahun 2014: 141-148 ISSN 0216-468X

dengan melakukan penyambungan dengan sehingga kekuatan tarik dan kekerasannya


pengelasan gesek (friction welding). meningkat [7].
Metode pengelasan gesek termasuk Proses Solution heat treatment adalah
dalam jenis pengelasan bertekanan, proses suatu proses pemanasan logam aluminium
pengelasan gesek dilakukan dalam keadaan dalam dapur pemanas dengan temperatur
0
solid state di mana tidak ada listrik atau kurang dari 548 C dan dilakukan penahanan
sumber energi lain yang digunakan, energi atau holding time sesuai dengan jenis dan
panas dihasilkan dengan memanfaatkan ukuran benda kerja. Proses solution heat
adanya gesekan pada permukaan dari treatment bertujuan untuk mendapatkan
bagian yang akan dilas. Pengelasan yang larutan padat yang mendekati homogen[7].
diterapkan yaitu dengan menggunakan panas Selanjutnya Quenching dilakukan
secara efisien pada daerah las sehingga dengan cara mendinginkan logam yang telah
panas akibat gesekan antar permukaan dipanaskan dalam dapur pemanas kedalam
tersebut didistribusikan secara merata pada media pendingin. Media pendingin yang
permukaan yang akan disambung. Selama digunakan yaitu air, dipilihnya air sebagai
proses pengelasan, permukaan berada di media pendingin pada proses quenching
bawah tekanan dan periode ini disebut tahap karena air merupakan media pendingin yang
pemanasan kontinu dimana material yang cocok untuk logam-logam yang memiliki
disambung mengalami deformasi plastis tingkat kekerasan atau hardenability yang
kemudian kedua material yang disambung relatif rendah seperti logam paduan
menjadi dingin dan membentuk ikatan dalam aluminium. Pendinginan dilakukan secara
0
keadaan padat[4]. cepat, dari temperatur pemanas ( ≥ 525 C)
Kelebihan pengelasan gesek yaitu: tidak ketemperatur yang lebih rendah, pada
memerlukan fluks/selaput las, bahan umumnya mendekati temperatur ruang.
pengisi/elektroda ataupun gas dalam proses Proses quenching bertujuan agar Larutan
pengelasannya, tidak ada percikan api las padat homogen yang terbentuk dari proses
ataupun asap yang dihasilkan, tidak ada solution heat treatment dan kekosongan atom
pencairan sehingga tidak ada cacat tetap pada tempatnya. Kekosongan atom
solidifikasi yang terjadi (misalnya gas dalam jumlah besar dapat membantu proses
porositas, segregasi atau inklusi terak). difusi atom[8].
Akan tetapi terdapat kelemahan dalam Proses yang terakhir yaitu aging.
metode pengelasan gesek salah satunya Perubahan sifat-sifat dengan berjalannya
yaitu menurunnya kekuatan hasil sambungan waktu pada umumnya dinamakan agingatau
dibandingkan dengan kekuatan pada logam penuaan. Aging atau penuaan pada paduan
dasar [5]. aluminium dibedakan menjadi dua, yaitu
Sudut chamfer sangat berpengaruh penuaan alami ( natural aging) dan penuaan
terhadap kekuatan tarik sambungan las gesek buatan (artificial aging). Penuaan alami (
0
paduan Al-Mg-Si, sudut chamfer30 dan gaya natural Aging) adalah penuaan untuk paduan
tekan akhir 157 kgf memberikan peningkatan aluminium yang di agingdalam keadaan
kekuatan tarik yang optimal [6]. Kelemahan dingin. Natural agingberlangsung pada
0 0
dari hasil sambungan las gesek paduan Al- temperatur ruang antara 15 C – 25 C dan
Mg-Si yaitu terjadi penurunan kekuatan tarik dengan waktupenahanan 5 sampai 8 hari.
dibandingkan dengan kekuatan tarik pada Penuaan buatan ( artifical aging) adalah
logam induknya. Salah satu parameter penuaanuntuk paduan aluminium yang di
penting dalam proses pengelasan gesek aging dalam keadaan panas. Artifical
paduan Al-Mg-Si yaitu gaya tekan akhir. agingberlangsung pada temperatur antara
0 0
Gaya tekan akhir diatas 157 kgf dapat 100 C - 200 C dan denganlamanya waktu
meningkatkan kekuatan tarik [5]. Perlakuan penahanan antara 1 sampai 24 jam.
panas dengan proses artificial agingpada Pengambilan temperatur artificial agingpada
0 0
aluminium juga dapat digunakan sebagai temperatur antara 100 C- 200 C akan
solusi yang tepat untuk menurunkan porositas berpengaruh pada tingkat kekerasan sebab
hasil sambungan las gesek paduan Al-Mg-Si pada proses artificial agingakan terjadi
perubahan-perubahan fasa atau struktur

142
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.2 Tahun 2014: 141-148 ISSN 0216-468X

artificial aging, pengambilan temperatur menghaluskan permukaan gesek dan


0
artificial agingpada temperatur antara 100 C- mengurangi gesekan. Pengamplasan
0
200 C denganholding time antara 1 sampai dilakukan menggunakan amplas grit size
24 jam akan berpengaruh pada tingkat number1000 dengan mengunakan mesin
kekerasan, karena akan terjadi perubahan- bubut dengan putaran 500 rpm selama 30 s.
perubahan fasa atau struktur [8].
Perlakuanprecipitation hardeningpada Tabel 1. Komposisi Kimia Aluminium 6061 (%
aluminium paduan AA7075 sebelum berat).
dilakukan Friction welding sangat Unsur Nilai (%) Unsur Nilai (%)
berpengaruh terhadap nilai kekuatan tarik.
tahapan-tahapan precipitation hardening Si 0,6020 Pb 0,0014
inilah yang memberikan pengaruh yang Fe 0,1820 P 0,00058
signifikan terhadap nilai kekuatan tarik
aluminium paduan A7075. Setelah dilakukan Cu 0,2500 Sn 0,00066
proses solution heat treatmentpada suhu 480 Mn 0,0086 Sb < 0,0004
0
C selama 2 jam, quenchingmenggunakan
media air danartificial aging dengan suhu 120 Mg 0,8830 Sr 0,00018
0
C selama 24 jam kemudian dilakukan friction Cr 0,1110 Be 0,00006
weldingmenghasilkan kekuatan tarik yang
optimal. yaitu 555 MPa. Apabila Zn 0,0109 Zr 0,0015
dibandingkan dengan kekuatan tarik pada Ti 0,0192 Bi < 0,0003
logam dasarnya terjadi penurunan kekuatan
tarik sebesar 11% [9].Oleh sebab itu Na 0,0021 Cd 0,0010
dilakukan penelitian tentang precipitation Ca 0,0005 Al 97,900
hardening pada spesimen aluminium 6061
setelah mengalami proses friction welding Ni 0,0044
untuk melihat fenomena kekuatan tariknya
Benda kerja1 Benda kerja 2
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan
digunakanyaitu metode penelitian
eksperimental sejati (true experimental 80 mm 155 mm 20 mm
research), Material yang digunakan yaitu
Aluminium 6061 berbentuk silinder pejal. Dari Gambar 1.Dimensi Benda Kerja.
hasil uji komposisi kimia, material Aluminium
6061 memiliki kandungan unsur seperti yang Proses pengelasan gesek dilakukan
ditunjukkan dalam Tabel 1. menggunakan mesin bubut. Pengelasan
Material awal untuk pembuatan gesek dilakukan menggunakan kecepatan
spesimen pengelasan gesek berbentuk spindle sebesar 1600 rpm, dengan pemberian
silinder pejal.Material tersebut dipotong tekanan awal sebesar 123 kgf secara
dengan menggunakan power hack sawsesuai konstan. Proses pengelasan dilaksanakan
dengan ukuran yang diinginkan seperti pada selama 2 menit. Setelah itu putaran
Gambar 1. Pemotongan dilakukan dengan dihentikan dan ditambahkan gaya tekan akhir
menggunakan media air pendingin (coolant ) sebesar 202 kgf selama 2 menit. Metode yang
untuk mendinginkan material agar panas yang digunakan untuk menghasilkan gaya tekan
timbul dan berdampak negatif terhadap hasil awal dan akhir adalah dengan memanfaatkan
pemotongan spesimen dapat diminimalkan. gaya tekan pada pegas yang ditempatkan
Setelah dipotong kemudian, dilakukan proses dalam sebuah alat bantu cekam yang
penghalusan pada kedua permukaan yaitu dipasang pada tail stock. Skema pemberian
pada permukaan spesimen yang nantinya gaya tekan awal dan akhir dapat dilihat pada
disambung melalui proses pengelasan gesek. Gambar 2.
Penghalusan dilakukan dengan cara
pengamplasan dengan tujuan untuk

143
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.2 Tahun 2014: 141-148 ISSN 0216-468X

hardeningspesimen terlebih dahulu dilakukan


uji porositas tujuannya yaitu untuk
mengetahui perubahan nilai porositas
sebelum diproses precipitation hardening dan
sesudah precipitation hardening.
Pengujian porositas menggunakan
metode piknometri yaitu dengan menghitung
prosentase porositas yang terdapat pada
spesimen uji dengan membandingkan
densitas sampel atau apparent density
dengan densitas teoritis atau true density,
yaitu:[11]

𝜌𝑠
%P = 1− x 100% (1)
𝜌 𝑡ℎ

Gambar 2. Skema Pemberian Gaya


Tekan Awal dan Akhir. dengan:
%P = Prosentase porositas (%)
Pada detik 0-120 terjadi proses ρs = Densitas sampel atau apparent
3
pengelasan gesek disertai pemberian gaya density (g/cm )
tekan awal, sedangkan pada detik 121-240 ρth = Densitas teoritis atau true density
3
terjadi proses tempa atau proses pemberian (g/cm )
gaya tekan akhir.
Untuk proses pengujian tarik, spesimen Jumlah spesimen total yaitu 21
dibentuk menggunakan mesin bubut spesimen dengan rincian masing-masing
berdasarkan standart JIS Z 2201seperti pada variasi terdiri dari 3 sampel. Variasi spesimen
Gambar 3. Pada proses pembentukan yaitu spesimen B (base/logam induk),
spesimen pada mesin bubut menggunakan air Spesimen TP (spesimen tanpa perlakuan
pendingin (coolant) hal ini dilakukan agar precipitation hardening), spesimen P 150
spesimen tidak mengalami pemanasan yang (Spesimen precipitation hardening dengan
0
mengakibatkan efek negatif seperti suhu artificial aging 150 C), spesimen P 175
perubahan struktur materialakibat (Spesimen precipitation hardening dengan
0
panas.Dimensi benda kerja yang akan suhu artificial aging 150 C), spesimen P 150
digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan (Spesimen precipitation hardening dengan
0
pada Gambar3. suhu artificial aging 175 C), spesimen P 185
(Spesimen precipitation hardening dengan
0
suhu artificial aging 185 C), spesimen P 200
(Spesimen precipitation hardening dengan
0
suhu artificial aging 200 C), spesimen P 225
(Spesimen precipitation hardening dengan
0
suhu artificial aging 225 C).

Gambar 3. Spesimen Uji Tarik Standar JIS Z HASIL DAN PEMBAHASAN


2201 [10]. Berdasarkan hasil pengujian tarik maka
kekuatan tarik spesimen logam dasar,
Proses precipitation hardening dilakukan spesimen hasil sambungan las gesek tanpa
dengan tiga tahap yaitu solution heat perlakuan panas dan spesimen hasil
treatment, quenching dan aging dengan sambungan las gesek dengan perlakuan
proses artificial aging mengunakan dapur panas (precipitation hardening) nilai kekuatan
pemanas (furnace). Proses artificial aging tariknya dapat ditentukan.
0
dilakukan dengan variasi suhu 150 C, 175
0 0 0 0
C, 185 C 200 C, dan 225 C dengan
holding time selama 7 jam. Akan tetapi
sebelum spesimen diproses precipitation

144
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.2 Tahun 2014: 141-148 ISSN 0216-468X

yang teratur dan masihdapat memberikan


sumbangan terhadap peningkatan kekerasan
pada paduan alumunium akan tetapi
peningkatan kekerasan yang terjadi pada fasa
ini berjalan sangat lambat, fasa ini disebut
fasa antara. Apabila temperatur dinaikan atau
waktu penuaan diperpanjang lagi maka akan
memasuki tahap fasa pelunakan. Disebut
fasa pelunakan karena pada suhu ini
menyebabkan paduan aluminium kembali
menjadi lunak.
Perlakuan precipitation hardening pada
spesimen hasil pengelasan gesek dengan
0
Gambar 4. Kecenderungan Kekuatan artifisial agingpada temperatur antara 100 C–
0
Tarik Spesimen. 200 C berpengaruh pada tingkat kekerasan.
Dari Gambar 4. Dapat dijelaskan bahwa
0
Dari Gambar 4. kekuatan tarik hasil aging pada suhu 150 C terjadi peningkatan
sambungan las gesek aluminium 6061 kekuatan tarik, karena pada suhu ini
tertinggi terdapat pada spesimen dengan memasuki fasa pengerasan tahap kedua
perlakuan precipitation hardening pada suhu sehingga nilai kekuatan tariknya maksimal.
0 0
artificial aging 150 C dengan nilai kekuatan Sedangkan aging pada suhu 175 C
tariknya adalah 186,65 MPa. Sedangkan memasuki fasa antara yaitu fasa dimana
kekuatan tarik hasil sambungan las gesek masih dapat memberikan sumbangan
aluminium 6061 yang terendah terdapat pada terhadap peningkatan kekerasan akan tetapi
spesimen dengan perlakuan precipitation peningkatannya sangat lambat. Sedangkan
0 0 0
hardening pada suhu artificial aging185 C aging pada suhu 185 C hingga 225 C maka
dengan nilai kekuatan tariknya adalah 124,68 memasuki tahap pelunakan sehingga
0
MPa.Setelah mengalami proses precipitation kekuatan tarik pada suhu 185 C hingga 225
0
hardening kekuatan tarik sambungan C mengalami penurunan.
aluminium 6061 meningkat sebesar 31,30 % Kekuatan tarik sambungan hasil
dari kekuatan tarik spesimen tanpa pengelasan gesek juga dipengaruhi oleh
precipitation hardening. Namun apabila besarnya porositas yang terdapat pada
dibandingkan dengan kekuatan tarik pada spesimen pengujian tarik. Untuk itu perlu
logam dasar terjadi penurunan sebesar 34 %. dilakukan pengujian porositas yang bertujuan
Suhu dan waktu penahanan sangat untuk mengetahui dan mengukur adanya
berpengaruh terhadap perubahan fasa pada rongga di dalam spesimen hasil pengelasan
paduan aluminium tahapan pada proses gesek. Hasil pengujian porositas disajikan
aging yang pertama yaitu permulaan aging pada Gambar 5.
0
berkisar mulai suhu ruang yaitu sekitar 27 C
0
sampai <100 C, spesimen memasuki tahap
Larutan padat lewat jenuh, kemudian pada
0
suhu 100 C tidak lebih, memasuki tahap
pengerasan tahap pertama. Pada pengerasan
tahap pertama ini kekerasan paduan
aluminium mulai meningkat. Kemudian pada
0 0
suhu > 100 C tepatnya pada suhu 130 C
dan apabila waktu penahanan terpenuhi maka
akan didapatkan kekerasan yang
optimal,tahap ini disebut tahap pengerasan
tahap kedua. Apabila temperaturnya
dinaikkan atau temperatur tetap dengan Gambar 5. Porositas Spesimen
waktu aging diperpanjang maka akan Sebelum dan Sesudah Perlakuan
terbentuk presipitasi dengan struktur kristal Precipitation Hardening.

145
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.2 Tahun 2014: 141-148 ISSN 0216-468X

Berdasarkan penelitian ini nilai porositas yang terendah terdapat pada spesimen
sesudah dilakukan precipitation hardening dengan perlakuan suhu artificial aging
0
mengalami penurunan. Nilai penurunan 185 C dengan nilai kekuatan tariknya
porositas dapat dilihat pada Gambar adalah 124,68 MPa.
5.Porositas hasil sambungan las gesek 2. Porositas pada hasil sambungan
aluminium 6061 yang tertinggi sebelum pengelasan gesek akan menurun
dilakukan perlakuan precipitation hardening dengan dengan adanya perlakuan
yaitu pada spesimen P 185, dengan nilai precipitation hardening dibandingkan
porositas sebesar 0.18%. Sedangkan dengan tanpa perlakuan precipitation
porositas hasil sambungan las gesek hardening. Spesimen dengan perlakuan
0
aluminium 6061 terendah sebelum dilakukan suhu artificial aging150 C memiliki nilai
precipitation hardening yaitu pada spesimen porositas terendah yaitu sebesar 0,11%.
P 150,dengan nilai porositas sebesar 0.13%.
Kemudian setelah dilakukan precipitation DAFTAR PUSTAKA
hardening nilai porositas spesimen P 185 [1] Surdia, Tata., Saito, S., 1995.
menjadi 0.14 %. Sedangkan nilai porositas Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT
terendah pada spesimen P 150 juga Pradnya Paramita.
mengalami penurunan menjadi0.11%. [2] D, Altenpohl, 1982, Aluminum Viewed
Perlakuan precipitation hardening pada from Within: An Introduction into
spesimen hasil pengelasan gesek dengan theMetallurgy of Aluminum Fabrication.
0
artifisial agingpada temperatur antara 100 C– Dusseldorf: Aluminum-Verlag., hal. 3.
0
200 C berpengaruh pada tingkat kekerasan. [3] ASM International., 1998,Properties and
Dapat dijelaskan bahwa dengan adanya Selection: Nonferrous Alloys and
perlakuan precipitation hardening dengan Special-Purpose Materials. Metals
0
suhu aging 150 C memasuki fasa Handbook Vol. 2. Materials Park. Ohio.
pengerasan tahap kedua sehingga nilai laju [4] Uzkut, Mehmet, ÜNLÜ Bekir Sadık,
difusi optimal menyebabkan porositas YILMAZ Selim Sarper, AKDAĞ Mustafa.,
spesimen juga berkurang. Sama halnya 2010, Friction Welding And Its
dengan aging dengan pada suhu sebelumnya Applications In Today’s World. .Sarajevo:
0
aging pada suhu 175 C sampai dengan 225 International Symposium on Sustainable
0
C mengalibatkan larutan padat pada Development, issd 2010 science book,
spesimen menjadi homogen, kekekosongan 710-724.
atom yang tetap pada tempatnya dalam [5] Santoso, Eko B., Irawan, Y.S., Sutikno,
jumlah yang besar menyebabkan difusi atom E., 2012, Pengaruh Sudut Chamfer dan
yang maksimal. Difusi atom yang maksimal Gaya Tekan Akhir Terhadap Kekuatan
dapat memperkuat ikatan sambungan. Bentuk Tarik dan Porositas Sambungan Las
Struktur kristal (Butir) yang terbentuk pun juga Gesek Al-Mg-Si, Jurnal Rekayasa
semakin halus sehingga dapat meningkatkan Mesin., Vol.3, No. 1, 293-298.
kekuatan hasil sambungan las gesek [6] Irawan, Y. S., Wirohardjo, M., Ma’arif,
aluminium 6061. M.S., 2012,Tensile Strength of Weld
Joint Produced by Spinning Friction
KESIMPULAN Welding of Round Aluminum A6061 with
Dari penelitian yang telah di lakukan ini Various Chamfer Angles.Advanced
bisa diambil kesimpulan yaitu: Materials Research Vol. 576, 761-765.
1. Suhu pada proses artificial aging sangat Trans Tech Publications, Switzerland.
berpengaruh terhadap nilai kekuatan [7] Paryono, Bayuseno AP, dan Nugroho,
tarik spesimen hasil pengelasan gesek S., 2011, Pengaruh Perlakuan Panas T6
dengan perlakuan precipitation terhadap Kekerasan pada Paduan
hardening. Kekuatan tarik tertinggi Aluminium ADC12 Hasil Proses High
terdapat pada spesimen dengan Pressure Die Casting (Hpdc). Jurnal
0
perlakuan suhu artificial aging 150 C Rekayasa Mesin Polines., Vol. 6,
dengan nilai kekuatan tariknya adalah Semarang.
186,65 MPa. Sedangkan kekuatan tarik

146
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.2 Tahun 2014: 141-148 ISSN 0216-468X

[8] ASM Internasional, 1998, Heat [10] Japanese Industrial Standards


Treating,Metals Handbook, Vol. 4, Association, 1980,Standard Book of JIS:
Materials Park. Ohio. JIS Z 2201. Japanese Industrial
[9] Rafi, H. Khalid, Ram G.D. Janaki, Standard Association. Tokyo.
Phanikumar G, and Rao K. Prasad, [11] Taylor, Sum & McClain, and Berry, 2000,
2010, Microstructure and Tensile Uncertainty Analysis of Metal Casting
Properties of Friction Welded Aluminum Porosity Measurements Using
Alloy Aa7075-T6, Materials and Design, Archimedes Principle. International
31, 2375–2380. Journal of Cast Metals Research., Vol.
11, America: Prentice-Hall International,
Inc.

147
Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.2 Tahun 2014: 141-148 ISSN 0216-468X

148

Anda mungkin juga menyukai