Anda di halaman 1dari 4

UTS HUKUM UTS

Assalamualikum perkenalkan nama sa

1. Peta konsep kedudukan hukum islam dalam agama islam


Ajaran islam dibagi menjadi 3 yang pertama Akidah kedua syariah dank e 3 adalah akhlak,
hukum islam sendiri masuk dalam syariah, dimana syariah dibagi lagi menjadi dua golongan
yaitu ibadah dan mu’amalah, ibadah terdiri dari 5 rukun islam seperti syahadat, sholat zakat,
puasa, dan haji
Kemudian muamalah adalah suatu kegiatan yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan sesama umat manusia. Adapun muamalah secara etimologi memiliki makna yang sama
dengan al-mufa’ala yaitu saling berbuat, yang berarti hubungan kepentingan antar seseorang
dengan orang lain.
Adapun jenis-jenis muamalah yaitu :
1. syirah merupakan suatu akad di mana dua pihak yang melakukan kerjasama dengan tujuan
untuk memperoleh keuntungan.
2. Jual beli Dalam dalam hukum Islam memiliki arti suatu kegiatan atau kesepakatan dalam
menukar barang dengan tujuan untuk dimiliki selamanya. Adapun beberapa syarat saat
proses jual beli di antaranya berakal sehat, transaksi dilakukan atas dasar kehendak sendiri,
dan penjual maupun pembeli harus punya akal, baligh, dan lain sebagainya.
3. Murabah adalah transaksi atau pembayaran angsuran yang diketahui oleh kedua pihak. Baik
dari ketentuan margin keuntungan atau harga pokok pembelian.
4. Hutang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada orang dengan catatan suatu
saat nanti akan dikembalikan sesuai perjanjian.

Hukum islam sendiri dibagi menjadi 2 yaitu taqlifi dan wadi

1. Hukum taklifi adalah ketentuan hukum yang menuntut para mukallaf (aqil-baligh) atau
orang yang dipandang oleh hukum cakap melakukan perbuatan hukum baik dalam bentuk
hak, kewajiban, maupun dalam bentuk larangan.
Taklifi dibagi menjadi 3 yaitu perintah, larangan, dan pilihan, untuk menjalankan sesuatu
atau meninggalkannya. Dari ketiga kategori itu, para ulama kemudian membaginya lagi
menjadi lima macam, yaitu wajib, haram, mandub (sunnah), mubah, dan makruh.
2. Hukum wadh’i adalah perintah Allah yang berkaitan dengan penetapan sesuatu sebagai
sebab, syarat, atau penghalang bagi yang lain.
Hukum wadhi dibagi menjadi 3 golongan
- Sebab : sebab adalah sesuatu yang keberadaannya dijadikan Syari’ sebagai pertanda
keberadaan suatu hokum dan ketiadaan sebab sebagai pertanda tidak adanya hukum.
- Syarat : Yang dimaksud dengan syarat ialah apa yang tergantung adanya hukum dengan
adanya syarat dan dengan tidak adanya syarat maka hukum tidak ada. Syarat yang
ditetapkan mungkin sebagai pelengkap sebab hukum seperti pembunuhan itu dilakukan
dengan berencana. Akad nikah dijadikan syarat halalnya pergaulan suami istri, namun agar
akad nikah itu sah disyaratkan dihadiri oleh dua orang saksi. Demikianlah dalam semua
perjanjian dan tindakan baru dianggap sah dan mengikat kedua belah pihak apabila
terpenuhi syarat-syaratnya.
- Mani’ : Yang dimaksud dengan mani’ menurut para ahli ialah:
Mani’ialah apa yang memastikan adanya tidak ada hukum atau batal sebab hukum
sekalipun menurut syara’ telah terpenuhi syarat dan rukunnya tetapi karena adanya mani’
(yang mencegah) berlakunya hukum atasnya”.
Atau dengan kata lain apabila terdapat, hukum tidak akan ada atau sebab hukum menjadi
batal sekalipun memenuhi syarat dan rukunnya.
- Azimah rukhsah : azimah merupakan hukum yang ditetapkan semenjak semula tidak berlaku
hanya untuk keadaan atau kasus atau orang tertentu dan bukan pula untuk tempat dan
waktu tertentu. Umpamanya shalat lima waktu diwajibkan setiap orang, diwajibkan pada
semua keadaan asal saja mukallaf dipandang cakap melakukannya.
hukum yang telah ditetapkan untuk memberikan kemudahan bagi mukhalaf pada keadaan
tertentu yang menyebabkan kemudahan
- Sah dan batal : Lafal ‘sah’ dapat diartikan lepas tanggung jawab atau gugur kewajiban
didunia serta memperoleh pahala dan ganjaran di akhirat.
Sebaliknya, lafal ‘batal’ yang dapat diartikan tidak melepas tanggung jawab, tidak
menggugurkan kewajiban didunia dan di akhirat tidak memperoleh pahala.

2. Berikut saya akan menjelaskan peta onsep mengenai Sumber-sumber hukum islam
Sumber-sumber hukum islam ada 3 yaitu :
- Al-quran : Menurut istilah Al-Qur'an ialah "kumpulan wahyu Allah SWT, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, dengan perantaraan malaikat Jibril yang dihimpun dalam
sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia dan membacanya
termasuk ibadah". Al-Qur'an merupakan sumber hukum Islam yang pertama dan utama.
Sebagai sumber hukum Islam, Al-Qur'an mengandung 3 pokok pengetahuan hukum yang
mengatur tentang kehidupan umat manusia yaitu :
1. Hukum yang berkaitan dengan aqidah, yakni ketetapan tentang wajib
beriman kepada Allah SWT, Malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul, hari akhir dan takdir.
2. Tuntunan yang berkaitan dengan akhlaq (budi pekerti), yaitu ajaran agar
seorang muslim memiliki sifat mulia dan menjauhi sifat tercela.
3. Hukum yang berkaitan dengan amal perbuatan manusia yang terdiri dari
ucapan, perbuatan, perjanjian dan lain-lain.
- Hadist : Hadits menurut bahasa artinya “Berita". Menurut istilah hadits ialah segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan, perbuatan dan
ketetapan (taqrir) Nabi.
Macam-macam hadist Ditinjau dari bentuknya
1. Hadits qauliyah Yaitu segala ucapan dan perkataan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam
2. Hadits fi’liyah Yaitu segala tindakan dan perbuatan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam
3. Hadits taqririyah Yaitu persetujuan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
terhadap perilaku para shahabat
- Ijtihad : ialah berusaha keras dan bersungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah
yang tidak ada ketetapannya baik dalam Al-Qur'an maupun Al-Hadits, serta berpedoman
kepada cara-cara menetapkan hukum yang telah ditentukan.
Di dalam ijtihad senidiri dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Ijma’, yaitu kesepakatan pendapat para ahli mujtahid dalam segala zaman mengenai
hukum syari'ah.
2. Qias, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu masalah yang tidak ada hukumnya
dengan kejadian lain yang ada hukumnya karena keduanya terdapat persamaan illat
(sebab-sebabnya).
3. Istikhsan, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap masalah ijtihadiyah berdasarkan
prinsip-prinsip kebaikan.
4. Masholihul Mursalah, yaitu menetapkan suatu hukum terhadap suatu masalah
ijtihadiyah atas dasar kepentingan umum.
3. Berikut saya akan menjelaskan Peta konsep tentang pola ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh
siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak
dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan
pertimbangan matang.
Ijtihad sendiri dibagi menjadi 5 yaitu :
- Ijma : ijma merupakan kesepakatan para ahli atau para ulama dalam menyelesaikan suatu
perkara atau persoalan yang berkaitan dengan agama Islam.
1. Ijma al sarih atau ijma sarih merupakan ijma dimana para ahli ijtihad atau ulama masing-
masing mengeluarkan pendapatnya, baik secara lisan maupun tertulis mengenai
persetujuannya atas pendapat yang dikemukakan oleh ahli ijtihad lain.
2. ijma al sukuti, yakni ijma yang terjadi ketika para ulama memutuskan untuk diam
dimana diamnya para ulama atau ahli ijtihad ini adalah karena setuju dengan pendapat
yang dikemukakan oleh ahli ijtihad lainnya.
- Qiyas : secara istilah qiyas diartikan sebagai menetapkan hukum terhadap sesuatu
perbuatan yang belum ada ketentuannya dan didasarkan pada sesuatu yang sudah ada
ketentuannya.
- Istihab : menurut istilah ulama fiqh, istihab ialah tetap berpegang pada hukum yang telah
ada dari suatu peristiwa atau kejadian sampai ada dalil yang mengubah hukum tersebut
1. Ishtishab berdasar penetapan akal
2. Istishab berdasarkan hukum syara’
- Mashlahah mursalah : penetapan hukum berdasarkan kepentingan umum terhadap suatu
persoalan yang tidak ada ketetapan hukumnya dalam syara', baik secara umum maupun
secara khusus.
- Urf : merupakan istilah Islam yang dimaknai sebagai adat kebiasaan. ‘Urf terbagi menjadi
Ucapan atau Perbuatan dilihat dari segi objeknya, menjadi Umum atau Khusus dari segi
cakupannya, menjadi Sah atau Rusak dari segi keabsahan menurut syariat.
4. Pola yang tepat untuk menetapkan hukum islam yaitu salah satunya dengan

cara hukum positif Islam yang bersumber dari nilai-nilai agama Islam. Kita tarik asas-
asas hukum Islam, kemudian menuangkannya sebanyak mungkin ke dalam hukum
nasional. Dengan cara demikian maka pembudayaan hukum islam tidak saja terjadi di
bidang hukum perdata, khususnya hukum keluarga, tetapi juga di bidang lain,
seperti hukum pidana, hukum tata negara, dan hukum administrasi negara. Dengan
orientasi ini maka hukum Islam akan benar-benar menjadi sumber hukum di masa
kini, Untuk menuangkan hukum Islam yang terdapat di al-Quran dan Hadits menjadi
suatu bentuk perundang-undangan diperlukan (seni menyusun undang-undang).
khususnya Badan Pembuat Undang-undang bahwa norma-norma dalam al-Quran itu
apabila dituangkan dalam bentuk undang-undang atau bentuk peraturan perundang-
undangan lainnya, dapat memenuhi keadilan setiap orang.
Untuk mewujudkan satu hukum nasional bagi bangsa Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dengan kebudayaan dan agama yang berbeda pada masa kini
ditambah lagi dengan keanekaragaman hukum yang ditingga lkan oleh
penguasa kolonial dahulu, adalah bukan pekerjaan mudah. Pembangunan
hukum nasional yang akan berlaku bagi semua warga negara tanpa
memandang agama yang dipeluknya, haruslah diberlakukan dengan hati-
hati, karena antara agama yang dipeluk oleh warga negara Indonesia, ada
agama yang tidak dapat dipisahkan dari hukum , seperti agama Islam . Oleh
karena itu dalam pembangunan hukum nasional di negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam , unsur hukum agama harus benar-benar diperhatikan.
Dan Untuk itu perlu ada wawasan dan kebijaksanaan yang jelas
dari pemerintah

Anda mungkin juga menyukai