Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PERANCANGAN

3.1. PERANCANGAN SISTEM KONTROL

Pada awalnya sistem pompa transmisi menggunakan sistem manual


dimana dalam menyalakan atau mematikan sistem diperlukan dua operator lebih.
Tugas para operator adalah mengatur saat untuk menyalakan atau mematikan
motor, mengatur valve jaringan dimana sangat dibutuhkan untuk menjaga
pressure, pengaturan buka tutupnya valve pompa pada saat menyalakan dan
mematikan agar tidak merusak impeller. Jika sistem sudah berjalan harus ada
seorang operator yang mengamati aktual proses yang berlangsung jika terjadi
kenaikan atau penurunan proses dikarenakan kebutuhan dari kostumer.
Berdasarkan kekurangan yang ada diatas maka penulis mengajukan
penambahan sistem kontrol untuk automatisasi sistem pompa transmisi. Gambar
dibawah adalah blok kontrol yang telah dirancang, pemroses dari sistem kontrol
ini adalah PLC Siemens S7-300 yang mempunyai fungsi untuk mengatur inputan,
aktuator, kontroller dan status dari tiap bagian.
PLC Siemens S7-300 menerima harga pengukuran aktual dari pressure,
flow, level dan aktual pembukaan valve. Dalam perintah untuk menjalankan
pompa berasal dari panel operator dan setpoint proses berasal dari HMI. Setelah
itu PLC akan memerintahkan HCP untuk menjalankan motor dan MCC valve
untuk menjalankan valve. Di kedua bagian iersebut akan memberikan sinyal
feedback ke PLC yang berfunsi untuk pengontrolan. Semua status dan
pengukuran yang terjadi akan dikirim ke operator panel dan HMI untuk
memudahkan operator memonitor proses yang terjadi.

18
Pressure Sensor Flow Sensor Level Sensor

PLC
Panel HCP Motor Panel MCC Valve
Siemens S7-300

HMI
Panel Operator (Human Machine
Interface)

Gambar 3.1 Blok diagram Automatisasi Pompa Transmisi

3.1.1 Pemasangan PLC dan HMI

Dalam memodifikasi sistem manual menjadi automatisasi yang telah


disebutkan diatas diperlukan PLC (Programmable Logic Controller) sebagai
pengontrol. PLC ditempatkan pada satu panel tersendiri. Pemasangan PLC Dalam
penambahan PLC dan HMI perlu diperhatikan dalam perancangannya,
Dalam perancangannya ada tiga hal yang harus diperhatikan :
1. Jenis Input dan Output
2. Susunan Konfigurasi PLC
3. Penempatan dalam panel
Ketiga hal diatas harus diperhatikan agar pada saat penggunaannya tidak salah
sehingga menyebabkan tidak berfungsinya, rusak atau pendek masa kerja PLC
tersebut. Dibawah ini akan dijelaskan ketiga hal tersebut.
Dalam penggunaan PLC perlu diperhatikan jenis Input dan Output (I/O)
yang diperlukan, jika dilihat I/O terdiri dari 4 jenis yaitu :
• I/O analog dengan perubahan respon lambat
Input ini berupa temperature transduser, flow air, level dsb Output berupa
analog untuk penampilan display panel.

19
• I/O analog dengan perubahan respon cepat
Input ini berupa tachometer, current transduser, voltage transduser dsb
Output berupa analog untuk setpoint VSD (Variable Speed Drive),
actuator tension control.
• I/O digital dengan perubahan respon lambat
Input ini berupa push button, limit switch dsb. Output berupa sinyal
penggerak relay, lampu indikator dsb.
• I/O digital dengan perubahan respon cepat
Input ini berupa encoder, HMD dsb. Output berupa sinyal pulse
synchronisasi frequensi jaringan.
Dengan mengidentifikasikan I/O kita akan mencegah salah pemilihan jenis modul
yang digunakan.
Setelah pemilihan modul yang benar maka langkah selanjutnya adalah
mengkonfigurasi susunan modul – modul yang akan digunakan dengan Power
Module, CPU dan modul I/Onya. Sesuai dengan konfigurasinya dimulai dengan
power Supply (PS), CPU kemudian Modul I/O(SM) dengan maksimum
pemasangan 8 modul dalam satu rack. Gambar dibawah ini adalah tata cara
penyusunan dari PLC Siemens S7-300. Terdapat dua cara pemasangan yaitu
horisontal dan vertikal. Untuk yang pemasangan horisontal suhu operasi yang
dibolehkan adalah 0oC sampai 60oC dan vertikal adalah 0oC sampai 40oC. Jika
terjadi pemasangan lebih dari 8 modul maka selanjutnya dipasang dengan
menggunakan remote I/O (IM). Pada gambar diperlihatkan pemasangannya.
Untuk pemasangan remote I/O bisa ke bawah atau keatas, namun jarak harus
disesuaikan dengan jenis komunikasi yang dipakai remote I/O dengan CPUnya.

20
Gambar 3.2 Tipe Instalasi Siemens S7-300

21
Gambar 3.3 Pemasangan PLC S7-300 Dengan Remote I/O

Setelah mengetahui pemasangan modul maka selanjutnya perlu


diperhatikan peletakan modul di dalam panel. Dalam peletakan modul ini perlu
diperhatikan jarak yang diperbolehkan dalam penempatannya. Hal ini perlu
diperhatikan agar pelepasan panas yang terjadi bisa lancar. Jika pelepasan panas
bagus maka kinerja PLC akan lebih terjaga.

22
Gambar 3.4 Jarak Yang Diperbolehkan Dalam Panel

Gambar 3.5 Panel PLC

23
3.1.2 Pemasangan HMI (Human Machine Interface)
HMI dalam automatisasi sistem pompa transmisi sangat penting. Pada
dasarnya HMI berfungsi sebagai penghubung (interface) antara kontrol dengan
manusia. Sebagai contoh untuk memonitor beberapa titik dalam saat yang
bersamaan dalam satu layar, memasukkan set point proses, dan menampilkan
alarm dan fault di sistem. Dalam pemasangannya HMI yang berupa operator panel
harus diperhatikan beberapa hal, yaitu : tegangan yang digunakan untuk supply
power, tipe komunikasi antara HMI dengan PLC dan data yang ditransfer anatra
PLC dan HMI.

3.2 PERANCANGAN KONSTRUKSI


Dalam perancangan konstruksi modifikasi sistem kontrol pompa transmisi
di PT. AETRA AIR JAKARTA tidak mengalami perubahan yang besar. Hal ini
disebabkan agar pada saat terjadi masalah pada sistem automatisasi, operator bisa
mengubah ke posisi manual sambil menunggu sistem yang baru diperbaiki. Hal
ini diharapkan tidak terjadi penghentian operasi yang menyebabkan kerugian di
pihak AETRA dan keluhan konsumen. Dalam perancangan konstruksi ini
mempunyai beberapa langkah yaitu :
• Pemasangan panel PLC baru dan HMI di operator panel
• Pemsangan Pressure sensor
• Pemasangan Flow sensor
• Pemasangan Level sensor

3.2.1 Pemasangan Panel PLC baru dan HMI


Penambahan panel kontrol baru ditempatkan berdekatan dengan panel
MCC valve dan HCP yang berfungsi sebagai aktuator dalam sistem. Pemasangan
kontrol diusahakan agar tidak mengganggu sistem asal dan setelah pemasangan
telah selesai bisa langsung dirubah menjadi sistem automatis. Pemasangan HMI
juga bisa dilakukan pada saat sistem yang lama sedang berjalan. Berikut adalah
gambar panel PLC baru dan HMI di panel operator.

24
Gambar 3.6 Panel PLC baru dan HMI pada Panel Operator

3.2.2 Pemasangan Pressure Sensor


Pressure sensor digunakan untuk mengukur tekanan air. Di sistem
distribusi ini terdapat dua tempat yang diukur yaitu tekanan air setelah manifold
valve dan tekanan air setelah CDC valve, pressure yang pertama berfungsi untuk
menjaga tekanan air yang keluar dari pompa dan pressure yang ke dua berfungsi
untuk mengukur tekanan air yang dibutuhkan untuk mencapai CDC. Pada
pemasangan kedua pressure tersebut berbeda, untuk pressure CDC, pressure
dipasang pada percabangan pressure manual yang eksistingnya dan untuk
pemasangan pressure manifold disini dibuat pipa dengan diameter yang sama
dengan diameter pressure. Pipa ini dipasang di bagian atas dari pipa utama,
pengerjaan ini memerlukan matinya semua pompa untuk mempermudah
pemasangan. Gambar berikut menggambarkan pemasangan pressure sensor di
pressure satu di manifold dan pressure 2 di CDC.

25
Gambar 3.7 Pemasangan Pressure Gambar 3.8 Pemasangan Pressure
Transduser Manifold Transduser CDC

3.2.3 Pemasangan Flowmeter


Untuk mengetahui flow atau debit air yang mengalir di pipa perlu dipasang
flow sensor. Flow sensor yang digunakan pada sistim ini menggunakan Siemens
dengan tipe SONOFLO menggunakan gelombang ultrasound. Dalam
pemasangannya diperlukan mematikan sistem agar tidak ada air yang ada didalam
pipa. Karena itu pengerjaan dilakukan di malam hari saat kebutuhan konsumen
akan air sedikit sehingga meminimalisasi kerugian. Sebelum melakukan
pengeboran di pipa maka harus dilakukan pengukuran pipa baik sudut yang
diperbolehkan oleh pabrik yaitu 60o. Gambar 3.9 adalah salah satu langkah
persiapan yang harus dilakukan.

26
Gambar 3.9 Pengukuran sudut dan lokasi pipa tepat ditengah

Setelah dilakukan pengukuran, baru dilakukan pelubangan pipa sesuai


dengan titik yang telah ditentukan. Kemudian penempatan pipa sesuai dengan
kemiringan sudut yang dibutuhkan. Setelah pipa dipasang sesuai dengan sudut
yang ditentukan maka transduser dimasukkan kedalam pipa tadi. Gambar 3.10
menggambarkan pemasangan pipa dan transduser yang telah selesai dilakukan.

27
Gambar 3.10 Pemasangan Flowmeter setelah pipa terpasang

Gambar 3.11 Flowmeter telah terpasang

3.2.4 Pemasangan Level Sensor


Level sensor sangat diperlukan untuk mengukur ketinggian air di bak
penampung air intake yang akan di transmisikan. Hal ini penting untuk mengukur
besar debit yang diperbolehkan untuk mengurangi resiko kavitasi. cara
pemasangan level transduser bisa dilihat pada gambar dibawah ini. Pertama dibuat
support pipa sampai dengan dasar bak yang berfungsi agar trasnduser yidak

28
terpengaruh dengan riak air. penempatan transduser. Kemudian transduser
dimasukkan ke dalam pipa sampai dengan akhir pipa.

Gambar 3.12 Pemasangan Level sensor

29

Anda mungkin juga menyukai