“Keperawatan Maternitas I”
Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tidak lupa juga sholawat
serta salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang menjadi
tauladan dalam menuntut ilmu.
Mata Kuliah “Keperawatan Maternitas I” yang kami susun dalam bentuk makalah
judul “Membuat Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Dengan Infeksi Puerperalis”
dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, saya juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada:
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini oleh karena
itu kami sangat senang dan terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk perbaikan tugas
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
a. Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea bercampur nanah,
mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma, gangguan
involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin akan diperlukan, antara lain:
1. Pemeriksaan dalam, untuk memeriksa langsung organ reproduksi
2. Pemeriksaan payudara, untuk memeriksa jika kemungkinan infeksi berasal dari
peradangan payudara
3. USG, untuk memeriksa kondisi rahim, serviks, kandung kemih, dan ginjal jika
diperlukan
4. Pemeriksaan darah dan kultur, untuk melihat ada tidaknya penanda infeksi, jenis
bakteri penyebab, dan antibiotik yang sensitif terhadap bakteri penyebab
5. Pemeriksaan urine, untuk melihat ada tidaknya infeksi pada saluran kemih.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
2. Berikan terapi antibiotik prokain penisilil setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6
jam ditambah dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral.
3. Lakukan transfusi darah bila perlu.
4. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
peritoneum.
5. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita infus atau tranfusi diberikan
perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Malaise, letargi.Kelelahan dan/ atau keletihan yang terus menerus (persalinan
lama, stresor pascapartum multipel).
2. Sirkulasi
Takikardia dari dengan berat bervariasi.
3. Eliminasi
Diare mungkin ada. Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
4. Integritas ego
Ansietas jelas (peritonitis).
5. Makanan/ cairan
Anoreksia, mual, muntah, haus, membran mukosa kering, distensi abdomen
kekauan, nyeri lepas (peritonitis).
6. Neurosensori
Sakit kepala.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen. afterpain berat atau lama, nyeri
abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan guardin (endometritis),
nyeri/kekakuan abdomen unilateral/ bilateral (salpingitis/ooferitis, parametritis).
8. Pernafasan
Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik).
9. Keamanan
Suhu 38,0ᵒ C atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus menerus, diluar 24 jam
pasca partum adalah tanda infeksi. Namun suhu lebih tinggi dari 38,9ᵒ C pada 24
jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi. Demam ringan kurang dari 38,0ᵒ C
menunjukkan infeksi insisi, demam lebih tinggi dari 38,9ᵒ C adalah petunjuk atau
infeksi lebih berat (misalnya salpingitis, parametritis, peritonitis). Dapat terjadi
menggigil, menggigil berat atau berulang(seringberakhir 30-40 menit), dengan
suhu memuncak sampai 104ᵒF, menunjukkan infeksi pelvis, tromboflebitis atau
peritonitis. Melaporkan pemantauan internal, pemeriksaan vagina intra partum
sering, kecerobohan pada teknik aseptik.
10. Seksualitas
Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam / lebih). Retensi produk
konsepsi, eksplorasi uterus atau pengangkatan plasenta secara manual, atau
hemoragi pasca partum. Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri
tekan, atau memisah dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa. Lokea
mungkin bau busuk, tidak ada bau (bila infeksi oleh streptokokal betahemolitik),
banyak atau berlebihan.
11. Interaksi sosial
Status sosio ekonomi rendah dengan stresor bersamaan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nosokomial.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
3. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan infeksi
pada proses persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan
sendiri.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilitas, kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara persendian/kebutuhan oksigen dan gayahidup
yang sedentary.
6. Ketakutan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan ibu dan bayi
sekunder akibat adanya infeksi.
C. Intervensi
1. Diagnosis 1 : Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nosokomial.
Tujuan dan kriteria hasil :
1. Bebas dari infeksi
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap
infeksi.
3. Mematuhi prosedur deteksi, yang dibuktikan dengan mengkaji drainase vagina
dan atau luka abdomen, jika diperlukan.
4. Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar.
5. Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko infeksi personal.
1. Kaji adanya masa yang dapat diraba pada lokasi yang dicurigai abses(dapat
ditegaskan dengan ultrasonografi)
Rasional : Untuk mengkaji adanya abses ,yang mungkin memerlukan drainase
bedah
2. Pantau manifestasi yang mengindikasikan syok yang akan terjadi.
Rasional : Demam diatas 38,90C ,peningkatan letargi ,peningkatan denyut
jantung dan frekuensi nafas ,perubahan pola TD atau hipotensi atau perubahan
proses berfikir adalah manifestasi syok septic. Sepsis dan syok septic,yang
merupakan komplikasi potensial infeksi adalah situasi kedaruratan yang
membutuhkan identifikasi dan pemberian bantuan volume cairan serta terapi
antibiotic dengan cepat untuk mencegah kematian.
3. Tindakan nutrisi yang baik setelah pelahiran melalui makanan dari semua
kelompok makanan
Rasional : Asupan protein dan kalori yang adekuat penting untuk pemulihan
dan perbaikan jaringan
4. Ajarkan dan lakukan hygiene perineum secepatnyha pada periode postpartum
Rasional : Untuk mengurangi resiko masuknya organisme pathogen melalui
insisi ,episiotomy,laserasi,atau abrasi.
5. Dorong penggunaan peribottle untuk membersihkan perineum setiap selese
eliminasi .Peragakan cara mengganti pembalut dari depan ke belakang setiap
selesai eliminasi
Rasional : Untuk mengurangi resiko kontaminasi fekal pada episiotomy atau
laseras
2. Diagnosis 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
Tujuan dan kriteria hasil :
1. Menoleransi diet yang di programkan
2. Memiliki membrane mukosa oral yang lembab, turgor kulit elastic, dan massa
tubuh serta berat badan dalam batas normal.
3. Nilai pemeriksaan laboratorium dalam batas normal (missal :
transferin,albumin,elektrolit)
4. Melaporkan tingkat energy yang adekuat.
5. Terdapat tanda penyembuhan ( mis, suhu normal, kemerahan pada insisi
berkurang)
6. Menyangkal anoreksia atau mual
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Postpartum atau masa postpartum adalah masa sesudahnya persalinan terhitung
dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum
hamil dan lamanya masa postpartum kurang lebih 6 minggu. Perawatan luka perineum
yang dilakukan secara tidak benar dapat menyebabkan infeksi. Infeksi puerperalis yaitu
semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat
genetalia pada waktu persalinan dan nifas, ditandai dengan kenaikan suhu hingga
mencapai 38ºC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat
yang tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, preeklamsia, dan kebersihan
daerah perineum yang kurang terjaga. Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan
mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 %
adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir.
3.2 Saran
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori
beserta konsep asuhan keperawatan pada infeksi puerperalis, karena infeksi puerperalis
rentan ditemui terutama pada wanita yang mengalami gangguan pada sistem imun,
sehingga ibu nifas sangat membutuhkan perhatian khusus. Selain itu, peran perawat
sebagai role model dan edukator juga diperlukan dalam hal ini masyarakat khususnya
keluarga perlu mendapatkan edukasi mengenai kebersihan pada masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanti, Yulrina, and Susi Susanti. 2016. “Faktor Ibu Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Persalinan Lama Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.” Jurnal Kesehatan
Komunitas.
Bps, D I, Ny Khoiriyah, and A M D Keb. 2011. “ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. ‘R’
P10001 NIFAS HARI KE-4 DENGAN INFEKSI PUERPERALIS DI BPS
Ny.Khoiriyah, AMD.KEB.” Jurnal kebidanan: 1–23.
Kirana, Yuke. 2015. “Hubungan Tingkat Kecemasan Postpartum Dengan Kejadian Post
Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi.” Jurnal Ilmu Keperawatan III(1): 1–13.
Ratih, Rini Hariani. 2020. “PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG
PERAWATAN LUKA PERINEUM.” 2507(February): 1–9.