Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

IBU POSTPARTUM DENGAN INFEKSI PUERPERALIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Keperawatan Maternitas I”

Dosen Pengampu: Ns. Diyan Indriyani, M.Kep., Sp.Mat.

Disusun Oleh:

1. Desi Fajriyanti (1911011002)


2. Putri Rosalinda (1911011005)
3. Fitrianing Azizah Nurlaily (1911011006)
4. Lailatul Magfiroh (1911011014)
5. Putri Nofia Marta W. (1911011018)
6. Yolanda Intan Aulia (1911011019)
7. Silvia Margareta K.F (1911011020)
8. Mohammad Zulkifli (1911011029)
9. Dita Apriliya Putri (1911011032)
10. Nuril Alifia Damayanti (1911011033)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tidak lupa juga sholawat
serta salam kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang menjadi
tauladan dalam menuntut ilmu.

Mata Kuliah “Keperawatan Maternitas I” yang kami susun dalam bentuk makalah
judul “Membuat Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Dengan Infeksi Puerperalis”
dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, saya juga tidak lupa mengucapkan
terimakasih kepada:

1. Ns. Sasmiyanto, S.Kep.,M.Kes. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Muhammadiyah Jember.
2. Ns. Yeni Suryaningsih, sebagai Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember.
3. Dr. Dian Damayanti sebagai Kepala Prodi S1 Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jember.
4. Ns. Cipto Susilo, S.Pd., S.Kep., M.Kep. sebagai Sekretaris Prodi S1 Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jember.
5. Diyan Indriyani, M.Kep., Sp.Mat. Sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas I Universitas Muhammadiyah Jember.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini oleh karena
itu kami sangat senang dan terbuka untuk menerima kritik dan saran untuk perbaikan tugas
makalah ini.

Jember, 23 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................3
2.1 Konsep Medis.........................................................................................3
2.2 Konsep Keperawatan..............................................................................7
2.3 WOC Infeksi Pueperalis.........................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................9
3.1 Kesimpulan.............................................................................................9
3.2 Saran.......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas atau postpartum adalah masa setelah persalinan selesai, setelah masa
nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum
hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan iperkirakan 60%
kematian ibu diakibatkan oleh pendarahan yang terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Heryani, 2012). Dalam angka
kematian ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab
kurangnya perhatian pada wanita post partum.
Masa puerperium atau masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir kira-
kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti sebelum
kehamilan dalam waktu 3 bulan. Infeksi Postpartum merupakan morbiditas dan
mortalitas bagi ibu pasca bersalin. (Saifuddin, 2006). Infeksi postpartum ialah infeksi
yang terjadi pada traktus genitalia setelah persalinan (Rayburn dan Carey, 2001). Faktor
karakteristik Ibu sebagai penyebab kemungkinan terjadinya infeksi post partum
diantaranya kurangnya pengetahuan tentang vulva hygiene dengan benar, faktor
pendidikan ibu post partum, faktor sosial-ekonomi, nilai dan kepercayaan.
Penyebab timbulnya infeksi pada perineum adalah luka yang diakibatkan oleh
karena kurangnya vulva hygiene di daerah luka jahitan perineum. Vulva hygiene tidak
dijaga, akan berdampak terhadap masuknya kuman dan bakteri sehingga akan
memudahkan terkena infeksi postpartum. Semua ibu post partum yang melakukan
perawatan luka perineum dengan baik dapat mempercepat penyembuhan luka perineum,
sedangkan perawatan luka perineum yang dilakukan secara tidak benar dapat
menyebabkan infeksi (Damarini et al., 2013). Salah satunya adalah Infeksi puerperalis
yaitu semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-
alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang
infeksi yang mengkin saja dapat timbul pada masa nifas sehingga nantinya dapat
membantu dalam menentukan tindakan yang dapat dilakukan untuk mecegah ataupun
menangani kejadian infeksi tersebut pada ibu nifas. Oleh karena itulah dalam makalah ini,
kami akan membahas mengenai hal tentang infeksi masa nifas salah satunya yaitu infeksi
puerperalis tersebut.
1.2 Tujuan Penulis
a. Tujuan Utama
Penulisan asuhan keperawatan ini secara umum bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan maternitas I dan mendapat pengalaman dalam melakukan
asuhan keperawatan terhadap ibu postpartum dengan Infeksi Puerperalis, sehingga
dapat terlaksana pelayanan keperawatan yang tepat.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian, analisa masalah, dan menentukan
2. Mampu merencanakan intervensi keperawatan yang sesuai dengan prioritas
masalah yang ditemukan.
3. Mampu melakukan implementasi sesuai dangan rencana tindakan yang sudah
disusun.
4. Mampu melakukan evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan rioritas
masalah yang ditemukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis


A. Post Partum
Postpartum atau masa postpartum adalah masa sesudahnya persalinan
terhitung dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke
keadaan sebelum hamil dan lamanya masa postpartum kurang lebih 6 minggu. Post
Partum dibagi menjadi 3 periode yaitu :
1. Puerpureum dini, merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan
boleh bekerja setelah 40 hari. tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah kelahiran.
2. Intermedial Puerpureum, kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
6-8 minggu.
3. Remote Puerpureum, waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat
sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu-minggu, berbulan-bulan
atau tahunan.
Pada ibu Post Partum mengalami perubahan-perubahan baik secara fisiologis
maupun psikologis. Perubahan yang terjadi pada adaptasi fisiologis, ibu mengalami
perubahan sistem reproduksi dimana ibu mengalami proses involusio uteri, laktasi dan
perubahan hormonal. Sedangkan perubahan pada adaptasi psikologis adanya rasa
ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan, dan hal ini akan
berdampak kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap
faktor-faktor yang mana dalam keadaan normal mampu diatasinya.
Periode Post Partum menurut Rubin, 1961 (Bobak,2005) dibagi menjadi tiga
fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua, yang mana fase-fase
penyesuaian tersebut yaitu :
1. Taking In Phase, dimana perilaku ibu cenderung mengharapkan keinginannya
terpenuhi oleh orang lain, perhatian ibu terpusat pada diri sendiri, pemenuhan
kebutuhan diutamakan untuk istirahat dan makan, mengenang pengalaman
melahirkan, berperilaku pasif dan bergantung pada orang lain.
2. Taking Hold, pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayinya. Selain itu perasaannya mudah
tersinggung dan komunikasinya kurang hati-hati.
3. Phase dan Letting Go Phase, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
B. Infeksi Puerpuralis
Infeksi puerpuralis adalah infeksi pada genitalia setelah persalinan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada waktu
persalinan dan perawatan masa post partum, ditandai dengan kenaikan suhu hingga
mencapai 38ºC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan
dengan mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh
adanya alat yang tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, preeklamsia, dan
kebersihan daerah perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa postpartum dapat
terjadi karena beberapa faktor pemungkin, antara lain pengetahuan yang kurang, gizi,
pendidikan, dan usia. Infeksi post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada saluran
genital yang terjadi dalam 28 hari setelah persalinan. Sedangkan menurut Mochtar
Rustam, 1998 : 413, Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas.
C. Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan
aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga
dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
1. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat-alat yang tidak steril, tangan penolong dan sebagainya.
2. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit.
3. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum menyebabkan infeksi terbatas.
4. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit
D. Patofisiologi dan Pathway
Pada infeksi puerperalis ini bisa terjadi sesaat sebelum persalinan, saat
persalinan dan setelah persalinan dimana penyebab dari infeksinya alat-alat genitalia
ini disebabkan karena bakteri Streptococcus haematilicus aerobic, Staphylococcus
aurelis, Escherichia coli dan Clostridium welchi. Dimana setelah bakteri tersebut
dapat masuk ke dalam vagina dan uterus lalu dapat menyebarkan memalalui limfa,
vena dan permukaan endometrium sehingga terjadilan infeksi sehingga pasien akan
mengalami seperti nyeri pada peritonium , infeksi perineum lalu pada bagian vagina
atau uterus juga akan terjadi infeksi sehingga menyebabkan lokea purulenta, infeksi
ini juga dapat terjadi pada payudara dimana pengeluaran toksin dari bakteri membuat
rasa nyeri pada saraf dan membuat produksi ASI terinfeksi, selain itu infeksi ini dapat
membuat gangguan sistemik dimana akan terjadi peningkatan suhu sehingga pasien
mengalami hipertemi selama 2-10 hari, takikardi, anoreksia dimana pasien mengalami
muntah, mual sehingga nutrisi ibu kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu juga terjadi
pelepasan sitokinin yang dapat membuat pasien mengalami anemia. Selain itu jika
pasien mengalami luka misalkan seperti pada servik yang rawan mengalami luka
sehingga terjadi proses radang dan pada luka-luka tersebut dapat menyebar di luar
luka asalnya.
Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam
uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang
dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2. Droplet infeksi. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya yang
berada di ruang tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja
di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran
pernapasan dilarang memasuki kamar bersalin.
3. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-
penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh
antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan
untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu postpartum.
4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.
5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intra partum biasanya berlangsung pada waktu
partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan
pemeriksaan dalam. Gejala-gejalanya antara lain, kenaikan suhu tubuh biasanya
disertai dengan leukositosis dan takikardi, denyut jantung janin dapat meningkat
pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum
kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan dan dengan
melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.
E. Manifesta Klinik
Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu :
1. Peningkatan suhu
2. Takikardie.
3. Nyeri pada pelvis
4. Nyeri tekan pada uterus
5. Lokhea berbau busuk/ menyengat
6. Penurunan uterus yang lambat
7. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi

Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:

a. Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea bercampur nanah,
mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma, gangguan
involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin akan diperlukan, antara lain:
1. Pemeriksaan dalam, untuk memeriksa langsung organ reproduksi
2. Pemeriksaan payudara, untuk memeriksa jika kemungkinan infeksi berasal dari
peradangan payudara
3. USG, untuk memeriksa kondisi rahim, serviks, kandung kemih, dan ginjal jika
diperlukan
4. Pemeriksaan darah dan kultur, untuk melihat ada tidaknya penanda infeksi, jenis
bakteri penyebab, dan antibiotik yang sensitif terhadap bakteri penyebab
5. Pemeriksaan urine, untuk melihat ada tidaknya infeksi pada saluran kemih.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
2. Berikan terapi antibiotik prokain penisilil setiap 6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6
jam ditambah dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per oral.
3. Lakukan transfusi darah bila perlu.
4. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
peritoneum.
5. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita infus atau tranfusi diberikan
perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Malaise, letargi.Kelelahan dan/ atau keletihan yang terus menerus (persalinan
lama, stresor pascapartum multipel).
2. Sirkulasi
Takikardia dari dengan berat bervariasi.
3. Eliminasi
Diare mungkin ada. Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
4. Integritas ego
Ansietas jelas (peritonitis).
5. Makanan/ cairan
Anoreksia, mual, muntah, haus, membran mukosa kering, distensi abdomen
kekauan, nyeri lepas (peritonitis).
6. Neurosensori
Sakit kepala.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen. afterpain berat atau lama, nyeri
abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan guardin (endometritis),
nyeri/kekakuan abdomen unilateral/ bilateral (salpingitis/ooferitis, parametritis).
8. Pernafasan
Pernafasan cepat/dangkal (berat/proses sistemik).
9. Keamanan
Suhu 38,0ᵒ C atau terjadi lebih tinggi pada dua hari terus menerus, diluar 24 jam
pasca partum adalah tanda infeksi. Namun suhu lebih tinggi dari 38,9ᵒ C pada 24
jam pertama menandakan berlanjutnya infeksi. Demam ringan kurang dari 38,0ᵒ C
menunjukkan infeksi insisi, demam lebih tinggi dari 38,9ᵒ C adalah petunjuk atau
infeksi lebih berat (misalnya salpingitis, parametritis, peritonitis). Dapat terjadi
menggigil, menggigil berat atau berulang(seringberakhir 30-40 menit), dengan
suhu memuncak sampai 104ᵒF, menunjukkan infeksi pelvis, tromboflebitis atau
peritonitis. Melaporkan pemantauan internal, pemeriksaan vagina intra partum
sering, kecerobohan pada teknik aseptik.
10. Seksualitas
Pecah ketuban dini atau lama, persalinan lama (24 jam / lebih). Retensi produk
konsepsi, eksplorasi uterus atau pengangkatan plasenta secara manual, atau
hemoragi pasca partum. Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras, nyeri
tekan, atau memisah dengan drainase purulen atau cairan sanguinosa. Lokea
mungkin bau busuk, tidak ada bau (bila infeksi oleh streptokokal betahemolitik),
banyak atau berlebihan.
11. Interaksi sosial
Status sosio ekonomi rendah dengan stresor bersamaan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nosokomial.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
3. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan infeksi
pada proses persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan pada kehidupan
sendiri.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring atau imobilitas, kelemahan
umum, ketidakseimbangan antara persendian/kebutuhan oksigen dan gayahidup
yang sedentary.
6. Ketakutan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan ibu dan bayi
sekunder akibat adanya infeksi.
C. Intervensi
1. Diagnosis 1 : Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nosokomial.
Tujuan dan kriteria hasil :
1. Bebas dari infeksi
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap
infeksi.
3. Mematuhi prosedur deteksi, yang dibuktikan dengan mengkaji drainase vagina
dan atau luka abdomen, jika diperlukan.
4. Mendemonstrasikan teknik mencuci tangan yang benar.
5. Melakukan tindakan untuk mengurangi risiko infeksi personal.

Intervensi dan Rasional :

1. Kaji adanya masa yang dapat diraba pada lokasi yang dicurigai abses(dapat
ditegaskan dengan ultrasonografi)
Rasional : Untuk mengkaji adanya abses ,yang mungkin memerlukan drainase
bedah
2. Pantau manifestasi yang mengindikasikan syok yang akan terjadi.
Rasional : Demam diatas 38,90C ,peningkatan letargi ,peningkatan denyut
jantung dan frekuensi nafas ,perubahan pola TD atau hipotensi atau perubahan
proses berfikir adalah manifestasi syok septic. Sepsis dan syok septic,yang
merupakan komplikasi potensial infeksi adalah situasi kedaruratan yang
membutuhkan identifikasi dan pemberian bantuan volume cairan serta terapi
antibiotic dengan cepat untuk mencegah kematian.
3. Tindakan nutrisi yang baik setelah pelahiran melalui makanan dari semua
kelompok makanan
Rasional : Asupan protein dan kalori yang adekuat penting untuk pemulihan
dan perbaikan jaringan
4. Ajarkan dan lakukan hygiene perineum secepatnyha pada periode postpartum
Rasional : Untuk mengurangi resiko masuknya organisme pathogen melalui
insisi ,episiotomy,laserasi,atau abrasi.
5. Dorong penggunaan peribottle untuk membersihkan perineum setiap selese
eliminasi .Peragakan cara mengganti pembalut dari depan ke belakang setiap
selesai eliminasi
Rasional : Untuk mengurangi resiko kontaminasi fekal pada episiotomy atau
laseras
2. Diagnosis 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
Tujuan dan kriteria hasil :
1. Menoleransi diet yang di programkan
2. Memiliki membrane mukosa oral yang lembab, turgor kulit elastic, dan massa
tubuh serta berat badan dalam batas normal.
3. Nilai pemeriksaan laboratorium dalam batas normal (missal :
transferin,albumin,elektrolit)
4. Melaporkan tingkat energy yang adekuat.
5. Terdapat tanda penyembuhan ( mis, suhu normal, kemerahan pada insisi
berkurang)
6. Menyangkal anoreksia atau mual

Intervensi dan Rasional :

1. Pantau perasaan ibu sebelum nampan makanan dibawa masuk


Rasional : Jika ibu mual,jauhkan nampan hingga mual hilang atau obat
antiemetic diberikan untuk mengurangi mual yang dapat mencegah muntah.
2. Pantau nillai laboratorium (mis,transferin,albumin,elektrolit)
Rasional : Untuk mendeteksi keseimbangan negative nitrogen ,keseimbangan
elektrolit,yang mencerminkan status nutrisi.
3. Pantau turgor kulit ,kelembaban dan warna membrane mukosa oral dan
haluaran serta konsentrasi urin.
Rasional : Untuk mendeteksi keadekuatan hidrasi .Penurunan asupan sekunder
akibat mual ,yang disertai dengan kenaikan suhu, mengakibatkan kekurangan
cairan.
4. Pantau asupan diet semua makanan dan catat sebagai “persentase yang
dimakan”, atau dalam milliliter cairan jika klien hanya mengonsumsi cairan
Rasional : Untuk menentukan keadekuatan kandungan nutrisi dan kalori
5. Kaji bagaimana kemajuan menyusui dan apakah ibu memiliki suplai ASI yang
adekuat
Rasional : Nutrisi ibu yang tidak adekuat dapat memepengaruhi suplai ASI
dan mengakibatkan nutrisi buruk pada bayi
3. Diagnosis 3 : Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
Tujuan dan kriteria hasil :
1. Menggunakan tindakan pereda nyeri non-analgesik untuk mengurangi nyeri
(mis. Teknik bernafas)
2. Mendemonstrasikan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai tingkat
kenyamanan yang diungkapkan oleh individu
3. Mendiskusikan keuntungan dan kerugian analgesik atau anastesi altermatif
yang tersedia
4. Mempertahankan tingkat nyeri pada (sebutkan) atau kurang dengan sekala 0-
10
5. Menggunakan analgesik yang tepat untuk mengendalikan nyeri

Intervensi dan Rasional :

1. Kaji sifat nyeri (lokasi,frekuensi,keparahan,durasi,faktor pencetus, faktor yang


meredakan); gunakan skalanomor untuk menilai keparahan.
Rasional : Nyeri adalah pengalaman subjektif; pengalaman klien harus di
fahami untuk merencanakan tindakan pereda nyeri yang paling efektif namun
paling sedikit mengganggu
2. Tentukan analgesik dan/atau anestetik yang dipilih (mis. Epidural), rute,
pemberian, dan dosisi untuk menghasilakan pereda nyeri yang optimal.
Rasional : Metode pereda nyeri farmakologi yang digunakan bergantung pada
keinginan umum dan khusus ibu, serta keuntungan versus kerugian pada ibu
dan bayi (mis. Melambatkan atau menghentikan kontraksi uterus). Pemberian
analgesik secara sistemik melewati sawar darahotak ibu dan plasenta, yang
menimbulkan efek hipnosis pada ibu dan janin (mis. Depresi pernafasan
neonatus). Perawat dapat membantu keluarga dalam pengambilan keputusan
berbasis informasi dengan menjelaskan agens yang dipilih, mengevaluasi
kesedihan ibu untuk berpartisipasi dalam tindakan pereda nyeri, dan mengkaji
kemampuan individu terdeket untuk memberikan dukungan.
3. Kaji tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran pada interval yang tepat dan catat
Rasional : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan keterjagaan adalah indikator
penting derajat nyeri (mis. Peningkatan tekanan darah, takikardia, peningkatan
pernapasan, gelisah) dan analgesia yang terlalu banyak (mis. Bradikardia,
hipotensi, depresi, pernapasan). Tandatanda vital “kelima” adalah nyeri, dan
nyeri sering harus dikaji untuk menentukan kenyamanan klien dan kebutuhan
analgesia lanjutan, serta menyesuaikan intervensi keperawatan untuk
kenyamanan yang terus menerus.
4. Tentukan kemiskinan pengaruh budaya dan agama ibu pada persepsi dan
respon ibu terhadap nyeri.
Rasional : Respon nyeri (seperti menangis keras) mungkin diterima dalam
beberapa budaya , namun tidak pada budaya lain; perawat tidak boleh keliru
antara tidak menunjukkan emosi dan tidak ada nyeri. Beberapa agama
mungkin memandang nyeri sebagai anugrah; lainnya, sebagai hukuman.
Anggapan ini dapat memengaruhi persepsi ibu mengenai nyeri dan ansietas
akibat nyeri.
4. Diagnosis 4 : Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan
dengan infeksi pada proses persalinan, penyakit fisik, ancaman yang dirasakan
pada kehidupan sendiri.
Tujuan dan kriteria hasil :
1. Orang tua mengungkapkan perasaan positif tentang bayi/anak.
2. Orang tua menunjukan perilaku sayang (misalnya,kontak mata dan posisi
en face dengan bayi baru lahir ;memilih nama selama
kehamilan;berperilaku sehat selama kehamilan ;memberi respon terhadap
isyarat bayi;menggendong,menyentuh,mengayun,menepuk,mencium dan
tersenyum pada bayi baru lahir)
Intervensi dan rasional :
1. Kaji catatan prenatal untuk melihat apakah ibu mencari asuhan di awal
kehamilan ,mengikuti kunjungan terjadwal,menghadiri setiap sesi
penyuluhan dan meengalami kenaikan berat badan sesuai dengan pola
penambahan berat badan yang diharapkan
Rasional : Untuk menentukan adanya factor resiko apa pun yang mungkin
mengubah pengalaman ikatan orang tua/bayi.
2. Kaji reaksi ibu dan keluarga terhadap bayi baru lahir saat kelahiran
Rasional : Mengindikasikan ikatan atau ketiadaan ikatan. Tidak ada kontak
mata atau kurang minat pada bayi dapat mengindikasikan perubahan
ikatan orang tua-bayi
3. Kaji apakah ibu memanggil bayi baru lahir dengan nama dan mengajukan
pertanyaan menyangkut kondisi dan tempat bayi baru lahir
Rasional : Mengindikasikan minat dan ikatan ibu dengan bayi.
4. Kaji ikatan ibu dengan bayi baru lahir berulang kali saat mereka disatukan
kembali dengan mengingat factor keletihan bila infeksi muncul
Rasional : Untuk menentukan apakah intervensi diperlukan guna
membantu pelekatan ibu dengan bayi
5. Kaji perilaku orang tua yang mencerminkan kurang nya pelekatan
Rasional : Tidak memperhatikan bayi menolak untuk menggendong , gagal
menempatkan bayi dalam kontek keluarga,menangani bayi dengan kasar
dan mengabaikan kebutuhan keamanan bayi.
5. Diagnosis 5 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring atau
imobilitas, kelemahan umum, ketidakseimbangan antara persendian/kebutuhan
oksigen dan gaya hidup yang sederhana.
Tujuan dan kriteria hasil :
1. Mempertahankan tingkat aktivitas sesuai dengan kemampuan yang bisa,
dibuktikan dengan denyut jantung dan tekanan darah yang normal selama
beraktivitas dan tidak ada keletihan, kelemahan, serta sesak nafas.
2. Menggunakan teknik konsevarsi energy

Intervensi dan Rasional :

1. Kaji kemampuan ibu untuk melakukan ambulasi dan aktivitas perawatan


mandiri.
Rasional : Membantu menentukan tingkat intoleran aktivitas ibu untuk
menetapkan tujuan realistis.
2. Kaji perubahan denyut nadi setelah beraktivitas
Rasional : Denyut jantung dapat meningkat 20 hingga 30 denyut/menit setelah
beraktivitas, yang bergantung pada jumlah dan jenis aktivitas. Peningkatan
melebihi 20 hingga 30 kali adalah abnormal dan dapat mengindikasikan
gangguan jantung serta membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
3. Kaji adanya perubahan ortostatik pada tekanan darah.
Rasional : Penurunan tekanan ortostatik dapat disebabkan oleh penurunan
volume cairan, infeksi, atau nyeri. Peningkatan atau penurunan tekanan darah
yang signifikan saat beraktivitas memerlukan evaluasi lebih lanjut.
4. Kaji persepsi ibu tentang intoleran aktivitas yang dialami.
Rasional : Memberikan informasi dasar tentang pemahaman ibu mengenai
keletihan dan penyebabnya serta untuk memandu penanganan.
6. Diagnosis 6 : Ketakutan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan ibu
dan bayi sekunder akibat adanya infeksi.
Tujuan dan Kriteria Hasil :
1. Mengungkapkan pemahaman tentang risiko pada bayi
2. Mencari informasi untuk mengurangi ketakutan.
3. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi ketakutan
4. Mengungkapkan kepuasan dengan pengendalian gejala.
5. Mengungkapkan rasa kendali.
6. Membedakan antara ancaman nyata dan imajinasi.

Intervensi dan Rasional :

1. Kaji reaksi terhadap adanya infeksi dan perbaiki salah konsepsi.


Rasional : Untuk menetapkan dasar dalam perencanaan asuhan. Mengoreksi
konsepsi yang salah dan memberi informasi actual dapat mengurangi
ketakutan dan ansietas.
2. Kaji pengetahuan pasien tentang penanganan/prosedur, persalinan, proses
melahirkan, asuhan bayi, dan lain-lain.
Rasional : Pengkajian berfungsi sebagai dasar dalam rencana peyuluhan, jika
diperlukan. Ketakutan dapat disebabkan oleh kesalah pahaman atau kurang
pengetahuan
3. Kaji adanya menifestasi fisik dan rasa takut.
Rasional : Ibu mungkin enggan mengungkapkan rasa takut atau tidak
menyadarinya. Identifikasi membantu perawat menentukan tingkat ketakutan
dan merencanakan intervensi yang tepat.
4. Kaji adanya keletihan dan intoleran aktivitas.
Rasional : Keletihan dapat memperbesar rasa takut.
D. Implementasi Keperawatan
Lakukan tindakan sesuai dengan intervensi atau perencanaan sesuai dengan
kebutuhan pasien serta diagnosis keperawatan yang di dapatkan. Lakukan tindakan
dengan melibatkan keluarga pasien.
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah semua tindakan dilakukan yang terakhir jangan lupa untuk evaluasi agar dapat
mengetahui tindakan apa saja yang perlu di lanjutkan karna belum tercapai dan
tindakan yang sudah tercapai.
2.3 WOC (Web Of Caotion)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Postpartum atau masa postpartum adalah masa sesudahnya persalinan terhitung
dari saat selesai persalinan sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum
hamil dan lamanya masa postpartum kurang lebih 6 minggu. Perawatan luka perineum
yang dilakukan secara tidak benar dapat menyebabkan infeksi. Infeksi puerperalis yaitu
semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat
genetalia pada waktu persalinan dan nifas, ditandai dengan kenaikan suhu hingga
mencapai 38ºC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama. Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat
yang tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, preeklamsia, dan kebersihan
daerah perineum yang kurang terjaga. Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan
mikroorganisme anaerob dan aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan
jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 %
adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir.
3.2 Saran
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori
beserta konsep asuhan keperawatan pada infeksi puerperalis, karena infeksi puerperalis
rentan ditemui terutama pada wanita yang mengalami gangguan pada sistem imun,
sehingga ibu nifas sangat membutuhkan perhatian khusus. Selain itu, peran perawat
sebagai role model dan edukator juga diperlukan dalam hal ini masyarakat khususnya
keluarga perlu mendapatkan edukasi mengenai kebersihan pada masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Akmaliyah, Mela. 2013. “Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Pureperalis.” Journal of


Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–99.

Ardhiyanti, Yulrina, and Susi Susanti. 2016. “Faktor Ibu Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Persalinan Lama Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.” Jurnal Kesehatan
Komunitas.

Belakang, A Latar. 2017. “Infeksi Pada Ibu Postpartum.” : 1–12.

Bps, D I, Ny Khoiriyah, and A M D Keb. 2011. “ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. ‘R’
P10001 NIFAS HARI KE-4 DENGAN INFEKSI PUERPERALIS DI BPS
Ny.Khoiriyah, AMD.KEB.” Jurnal kebidanan: 1–23.

F, Keifer GEffenberger. 2012. “Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Puerpuralis.” Angewandte


Chemie International Edition, 6(11), 951–952.

Kirana, Yuke. 2015. “Hubungan Tingkat Kecemasan Postpartum Dengan Kejadian Post
Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi.” Jurnal Ilmu Keperawatan III(1): 1–13.

Ratih, Rini Hariani. 2020. “PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG
PERAWATAN LUKA PERINEUM.” 2507(February): 1–9.

Timbawa, S., R. Kundre, and Y. Bataha. 2015. “HUBUNGAN VULVA HYGIENE


DENGAN PENCEGAHAN INFEKSI LUKA PERINEUM PADA IBU POST
PARTUM DI RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO.” Jurnal
Keperawatan UNSRAT.

Anda mungkin juga menyukai