Anda di halaman 1dari 7

KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Isolasi Kurkumin Dari Kunyit (Curcuma longa L.)

I. Tujuan
1. Menentukan Rf kurkumin dan senyawa turunannya.
2. Menentukan urutan polaritas dari kurkumin dan senyawa turunannya.

II. Teori Dasar


Kromatografi adalah prinsip pemisahan campuran senyawa berdasarkan
perbedaan kecepatan migrasi masing – masing komponen pada dua fasa, yakni
fasa diam dan fasa gerak. Perbedaan kecepatan migrasi tersebut disebabkan oleh
perbedaan kemampuan masing – masing komponen untuk diarbsobsi oleh salah
satu fasa, baik fasa gerak maupun fasa diam. Zat terlarut yang memiliki afinitas
terhadap fasa gerak yang lebih besar akan tertahan lebih lama pada fasa diam.
Dengan demikian senyawa-senyawa dapat dipisahkan komponen demi
komponen akibat perbedaan migrasi di dalam fasa gerak dan fasa diam. Zat
terlarut di dalam suatu fasa gerak mengalir dalam suatu fasa diam. Fasa diam
adalah fasa tidak bergerak, sedangkan fasa gerak adalah fasa yang bergerak
melalui fasa diam dan membawa komponen-komponen senyawa yang akan
dipisahkan.
Terdapat empat jenis utama kromatografi yaitu kromatografi cair,
kromatografi gas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi kertas. Keakuratan
hasil pemisahan dengan metode kromatografi bergantung pada beberapa factor
berikut :
1. Pemilihan adsorben sebagai fasa diam
2. Kepolaran pelarut atau pemilihan pelarut yang sesuai sebagai fasa gerak
3. Ukuran kolom (panjang dan diameter) relatif terhadap jumlah material yang
akan dipisahkan
4. Laju elusi atau aliran fasa gerak
Kunyit (Curcuma longa L.) adalah salah satu tumbuhan yang memilki
banyak manfaat. Kunyit memiliki kandungan minyak atsiri sebanyak 6% yang
terdiri dari senyawa monoterpen dan sesquiterpen, zat warna kuning yang
disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50%-60%,
monodesmotoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor, kalium,
besi dan vitamin C. Komponen aktif utama dalam kunyit adalah kurkumin.
Kurkumin memiliki sifat antikanker dan antitumor dan mampu menghambat
enzim HIV-1 integrase.

1,7-bis(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-1,6-heptadiena-3,5-dion

III. Data Pengamatan dan Pengolahan Data


1. Kromatografi Kolom
Larutan ekstrak dengan eluen CH2Cl2 : CH3OH = 99 : 1 terbagi menjadi
3 fraksi bergradasi dalam kolom kromatografi, yakni fraksi merah (paling
atas), fraksi jingga (tengah), dan fraksi kuning (paling bawah). Dengan Rf =
0,5609.
Sedangkan larutan ekstrak dengan eluen CH2Cl2 : CH3OH = 97 : 3
memiliki Rf = 0,25.

2. KLT Preparatif
Terdapat tiga gradasi warna hasil KLT dengan eluen CH2Cl2 : CH3OH
= 97 : 3. Hasil Rf untuk ketiga gradasi warna tersebut adalah :
Rf a : 0,25 cm
Rf b : 0,4 cm
Rf c : 0,6 cm

IV. Pembahasan
Pada percobaan kali ini diawali dengan penambahan diklorometana pada
rimpang kunyit kering. Penggunaan diklorometana bertujuan untuk melarutkan
kurkumin dan turunannya yang merupakan senyawa kurkuminoid dari kunyit.
Pemilihan pelarut didasarkan atas persamaan kepolaran dengan kurkumin dan
turunannya. Diklorometan bersifat non-polar dan kurkumin dan turunannya
bersifat non-polar pula sehingga kurkumin dapat larut dalam diklorometana.
Diklorometana adalah pelarut organik sehingga ekstrak kurkumin akan berada
pada fasa organik.
Larutan kemudian didistilasi untuk memperoleh ekstrak kurkumin yang
lebih pekat dan murni. Penambahan n-heksana pada residu hasil pemekatan
berfungsi untuk memisahkan pengotor dengan komponen kunyit yang akan
diisiolasi.
Isolasi kurkumin dilakukan dengan kromatografi kolom sedangkan
analisis terhadap padatan yang diperoleh dilakukan dengan KLT preparatif.
Hasil dari analisis padatan menunjukkan adanya 3 komponen utama yang
terkandung dalam padatan tersebut. Berdasarkan literatur diketahui bahwa 3
komponen tersebut adalah senyawa-senyawa kurkuminoid yaitu kurkumin
(diferuloylmethane), demetoksikurkumin (hydroxycinnamoyl feruloylmethane)
& bis-demetoksikurkumin (dihydroxydicinnamoyl methane).
1. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom berprinsip pada perbedaan kecepatan migrasi
masing-masing komponen untuk memisahkan senyawa-senyawa yang
tercampur di dalamnya. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat
berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan
atau gas). Fasa diam pada percobaan ini adalah silika gel (SiO2) yang bersifat
polar. Sifat polar ini dikarenakan adanya gugus hidroksil pada permukaan
silika gel sehingga bila senyawa polar dilewatkan, akan terikat dengan gugus
hidroksil tersebut dalam 2 cara yaitu ikatan hidrogen dan interaksi dipol-
dipol. Fasa gerak dalam percobaan ini yaitu CH2Cl2 : CH3OH = 99 : 1 yang
bersifat non-polar.
Saat pembuatan kolom, eluen CH2Cl2 : CH3OH harus tercampur dengan
merata ke seluruh permukaan silika gel. Kolom harus dibuat dengan hati –
hati agar tidak retak sehingga proses adsorpsi senyawa dapat berlangsung
dengan baik. Silika gel cepat sekali mengering, oleh karena itu untuk menjaga
agar kolom tidak rusak, eluen CH2Cl2 : CH3OH ditambahkan hingga beberapa
cm diatas silika gel. Kolom pun dijaga tidak menggelembung agar suspensi
fasa diam menjadi homogen sehingga saat kromatografi, tidak ada
senyawa/komponen berhenti karena tertahan gelembung.
Dalam kromatografi ini, fasa diam (Silica gel) bersifat polar dan fasa
gerak (eluen CH2Cl2 : CH3OH) bersifat non-polar. Fasa diam yang bersifat
polar lebih berikatan dengan komponen yang cenderung polar. Maka semakin
polar suatu senyawa, semakin lama pula senyawa tersebut tertahan di fasa
diam sedangkan senyawa-senyawa yang kurang polar akan terbawa keluar
kolom lebih cepat. Dalam kolom terbentuk tiga lapisan warna yaitu kuning
(lapisan paling bawah), jingga (lapisan tengah), dan merah (lapisan paling
atas). Lapisan ini menandakan ketiga senyawa kurkuminoid yang ada. Setelah
dilakukan elusi akan diperoleh larutan yang berwarna kuning saja, berwarna
jingga dan merah.
Eluet yang pertama terelusi yaitu larutan berwarna kuning merupakan
senyawa yang paling tidak polar diantara ketiga lainnya. Eluet tersebut
terbawa keluar kolom lebih cepat karena senyawanya lebih tertahan pada fasa
gerak yang bersifat non polar sehingga sifat senyawa tersebut pastilah yang
paling non polar. Eluet ketiga yaitu larutan berwarna merah adalah senyawa
yang paling polar karena lebih tertahan pada fasa diam yang bersifat polar.
Eluet kedua yaitu larutan berwarna jingga merupakan senyawa yang sifat
polarnya lebih besar kedua setelah eluet pertama.
Berdasarkan data pada literatur, kurkumin merupakan senyawa yang
lebih polar dibanding senyawa kurkuminoid lainnya sehingga pada percobaan
ini kurkumin akan terelusi paling terakhir. Oleh karena itu, kurkumin terletak
pada lapisan paling atas yaitu pada fraksi warna merah. Fraksi kedua dari atas
yaitu eluet berwarna jingga adalah demetoksikurkumin yang memiliki
kepolaran tertinggi kedua setelah kurkumin, sedangkan fraksi paling bawah
yaitu fraksi berwarna kuning adalah bisdemetoksikurkumin yang merupakan
komponen paling non-polar diantara ketiga senyawa kurkuminoid.

2. KLT Preparatif
Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) preparatif bertujuan
untuk menguji kemurnian kristal yang terbentuk. Pelarut yang dipilih
disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Pada percobaan
ini pelarut yang digunakan adalah CH2Cl2 : CH3OH karena kepolarannya
sama dengan senyawa yang akan diuji. CH2Cl2 : CH3OH bersifat non-polar
dan kurkumin beserta turunannya cenderung bersifat non polar juga. Data
yang diperoleh dari KLT preparatif adalah nilai Rf yang berguna untuk
identifikasi senyawa. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang
ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh
pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
Pada percobaan komponen yang berada dalam larutan yang diuji
bergerak dengan eluen dan menimbulkan bercak warna. Pelarut dapat
mencapai bagian atas dari lempengan, sedangkan bercak akan timbul sebelum
batas atas lempengan. Pada percobaan ini, ada 3 noda/bercak yang timbul.
Ketiga titik ini adalah senyawa kurkuminoid yang juga merupakan pigmen
warna kuning pada kunyit, yakni kurkumin (diferuloylmethane),
demetoksikurkumin (hydroxycinnamoyl feruloylmethane), dan bis-
demetoksikurkumin (dihydroxydicinnamoyl methane).
Pemisahan dengan KLT preparatif lebih akurat daripada kromatografi
kolom, karena diperoleh nilai Rf yang dapat dibandingkan dengan Rf pada
literatur. Pengukuran nilai Rf berlangsung sebagai berikut:
Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Menurut data pada literatur, Rf kurkumin berada diantara 0,2-0,4,
tergantung fasa gerak dan diam yang digunakannya. Bila dibandingkan
dengan hasil uji KLT preparatif, nilai Rf kurkumin berada diantara rentang
tersebut yaitu 0,25. Dapat dikatakan bahwa kurkumin berhasil diisolasi,
walaupun kemurniannya tidak 100%. Kurkumin berada pada lapisan warna
paling bawah dalam KLT preparatif. Hal ini berarti kurkumin merupakan
senyawa yang paling polar diantara senyawa kurkuminoid lainnya karena
lebih tertahan pada silica gel (fase diam) yang bersifat polar. Senyawa yang
kepolarannya setelah kurkumin adalah demetoksikurkumin dan senyawa yang
paling non-polar diantara ketiganya adalah bis-demetoksikurkumin.

V. Simpulan
1. Rf kurkumin adalah 0,25, Rf demetoksikurkumin adalah 0,4 dan Rf bis-
demetoksikurkumin adalah 0,6.
2. Urutan polaritas kurkumin dan senyawa turunannya dari senyawa yang
kepolarannya lebih besar yaitu kurkumin, demetoksikurkumin dan bis-
demetoksikurkumin.

VI. Daftar Pustaka


• Weast, Robert C. 1978. CRC Handbook of Chemistry and Physics. Florida:
CRC Press, Inc. Hal 293, 308.
• Underwood, A.L., R.A. Day Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. 2nd ed.
Jakarta: Penerbit Erlangga. (Halaman 479)
• http://id.wikipedia.org/wiki/Kurkumin

Anda mungkin juga menyukai