Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TRIASE STAR TRIASE (Prehospital)

Dosen Pembimbing ;
Dr. Linda Presti Febriani, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun oleh :
1. Anisyah Putri (0119005)
2. Keyshilla Holilah A (0119026)
3. Siti Alifiah N.K.K (0119047)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020/2021
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami menyatakan bahwa :

Kami mempunyai kopi dari makalah ini bisa kami reproduksi jika makalah yang dikumpulkan
hilang atau rusak

Makalah ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang telah
dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorang pun yang membuat makalah ini untuk kami.

Jika kemudian hari terbukti adanya ketidak jujuran akademik, kami bersedia mendapatkan sangsi
sesuai peraturan yang berlaku.

Mojokerto,18 September 20201

No Nama Nim Tanda tanggan


1. Anisyah Putri 0119005
2. Keyshilla Holilah A 0119026
3. Siti Alifia N.K.K 0119047
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
dengan judul "STAR TRIASE (Prehospital)" mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak.Untuk itu,
dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan
penulis.Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif sehingga kami
dapat menyempurnakan makalah ini.

Mojokerto, 18 September 2021

penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Triage sebagai pintu gerbang perawatan pasien memegang peranan penting dalam
pengaturan darurat melalui pengelompokan dan memprioritaskan paien secara efisien sesuai
dengan tampilan medis pasien. Triage adalah perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada
prioritas pasien (korban selama bencana) bersumber pada penyakit/ tingkat cedera, tingkat
keparahan, prognosis dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage dapat ditentukan kebutuhan
terbesar pasien/korban untuk segera menerima perawatan secepat mungkin.
Tujuan dari triage adalah untuk mengidentifikasi pasien yang membutuhkan tindakan
resusitasi segera, menetapkan pasien ke area perawatan untuk memprioritaskan dalam perawatan
dan untuk memulai tindakan diagnostik atau terapi. Perawat dalam melakukan pengkajian dan
menentukan prioritas perawatan (triage) tidak hanya didasarkan pada kondisi fisik, lingkungan
dan psikososial pasien tetapi juga memperhatikan patient flow di departemen emergensi dan
akses perawat.
Triage departemen emergensi memiliki beberapa fungsi diantaranya : 1) identifikasi pasien
yang tidak harus menunggu untuk dilihat, dan 2) memprioritaskan pasien (Mace and Mayer,
2013). Berbagai macam sistem triage telah digunakan diseluruh dunia yaitu The Australian
Triage Scale (ATS), The Manchester Triage Scale, The Canadian Triage and Acuity Scale
(CTAS) dan Emergency Severity Index (ESI). CTAS (Canadian Triage and Acuity Scale) diakui
sebagai sistem triage yang handal dalam penilaian pasien dengan cepat. Kehandalan dan
validitasnya telah dibuktikan dalam triage pada pasien pediatrik dan pasien dewasa(Lee, Et al,
2011).
Ini menjadi kunci utama supaya penanganan bencana mampu menyelamatkan jiwa
sebanyak-banyaknya. Dalam konsep sebagai penolong, bahwa semua korban bencana pastinya
tak akan bisa kita selamatkan, pasti ada yang tidak bisa tertolong karena tingkat keparahannya,
namun tim penolong perlu menolong yang bisa di tolong dengan segera sehingga mampu
menyelamatkan yang survive.
Saat tim penolong terlalu sibuk dengan orang yang prediksi (prognosis) kehidupannya
kecil, maka bisa jadi orang dengan prognosis kehidupan yang lebih besar akan mengarah ke
kematian. Bila Triage ini dikuasai oleh orang awam, polisi, pemadam kebakaran, petugas
kesehatan daerah, puskesmas maka besar kemungkinan banyak korban mampu untuk
diselamatkan.Tidak perlu lagi para petugas kesehatan di rumah sakit menghabiskan waktunya
untuk menampung korban yang telah meninggal akibat ikut terbawa dalam rombongan korban
bencana.

1.2 Tujuan Penulisan


1.Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian dari triage.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahamiKonsep Star Triage
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Penetapan Level Triase dan Tag Yang
Digunakan
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami Aluran Algoritma Triase

1.3 Manfaat Penulisan


Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, dan memahami pengertian dari triage,
Konsep Star Triage, Penetapan Level Triase dan Tag Yang Digunakan dan dapat memahami
Aluran Algoritma Triage.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP TRIASE
2.1.1 PENGERTIAN TRIASE

Triase (Triage) berasal dari kata perancis yang berarti “menyeleksi”. Dulu istilah
ini dipakai untuk menyeleksi buah anggur untuk membuat minuman anggur yang bagus
atau memisahkan biji kopi sesuai kualitasnya. Setelah itu, konsepnya semakin berkembang
dan konsep yang dipakai seperti sekarang ini ditetapkan setelah perang dunia I. Triase
bencana adalah suatu sistem untuk menetapkan prioritas perawatan medis berdasarkan
berat ringannya suatu penyakit ataupun tingkatkedaruratannya, agar dapat dilakukan
perawatan medis yang terbaik kepada korban sebanyak-banyaknya, di dalam kondisi
dimana tenaga medis maupun sumber-sumber materi lainnya serba terbatas (Zailani dkk,
2009).
Menurut Kathleen dkk (2008), triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat
dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas
penanganannya.
Menurut Pusponegoro (2010), triase berasal dari bahasa Prancis trier bahasa
Inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu
proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat.
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan
dan sumber daya yang ada (Wijaya, S, 2010).

2.1.2 KONSEP STAR TRIASE

Simple Triage and Rapid Treatment (START) adalah metode yang telah
dikembangkan atas pemikiran bahwa Triase harus “akurat”, “cepat”, dan “universal”.
Metode tersebut menggunakan 4 macam observasi yaitu, “bisa berjalan”, “bernafas”,
“sirkulasi darah”, dan “tingkat kesadaran” untuk menentukan tindakan dan penting sekali
bagi seluruh anggota medis untuk mampu melakukan Triase dengan metode ini (Zailani,
dkk, 2009).
Metode START dikembangkan untuk pertolongan pertama yang bertugas memilah
pasien pada korban musibah misal/bencana dengan waktu 30 detik atau kurang
berdasarkan tiga pemeriksaan primer yaitu: Respirasi, Perfusi (mengecek nadi radialis, dan
status mental. Tugas utama penolong tirage adalah untuk memeriksa pasien secepat
mungkin dan memilah atau memprioritaskan pasien berdasarkan berat ringannya cedera.
Pasien akan diberi label sehingga akan mudah dikenali oleh penolong lain saat tiba di
tempat kejadian.
Menurut Stein, L., 2008 menjelaskan sistem START untuk insiden korban masal
(Mass Cassualty Incident) tidak harus dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan yang
sangat terampil. Sistem ini bahkan dapat dilakukan oleh penyedia dengan tingkat
pertolongan pertama pelatihan.Tujuannya adalah untuk dengan cepat mengidentifikasi
individu yang membutuhkan perawatan, waktu yang dibutuhkan untuk triase setiap korban
kurang dari 60 detik.

2.1.3 RUMAH SAKIT YANG MENERAPKANNYA DAN CARA PENERAPAN SOP

di IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen. Sistem triage yang digunakan adalah
START sistem. Setiap pasien yang datang akan dilakukan triage oleh perawat ataupun
bidan yang berjaga, tidak ada petugas triage khusus karena semua perawat dan bidan yang
berjaga berwenang melakukan triage.

Pasien akan masuk ruang triage dan akan dilakukan triage sesuai dengan kegawatan
pasien. Penandaan triage dilakukan dengan melihat warna pada lembar observasi ketepatan
triage yang digunakan. Setelah dilakukan triage pasien akan ditempatkan sesuai dengan
golongan triagenya.
Uptriage dilakukan ketika terjadi kondisi pasien yang tiba-tiba memburuk ataupun
ketika terjadi keragu-raguan dalam menentukan tingkat kegawatan (triage). Dalam
melakukan triage pernah terjadi kesalahan terutama pada kunjungan pasien banyak, namun
kesalahan dalam triage tersebut langsung dilakukan uptriage.
2.1.4 PENETAPAN LEVEL TRIASE DAN TAG YANG DIGUNAKAN

START triase memiliki tag empat warna untuk mengidentifikasi status korban.
Langkah pertama adalah meminta semua korban yang membutuhkan perhatian untuk
pindah ke daerah perawatan.Ini mengidentifikasi semua korban dengan luka ringan yang
mampu merespon perintah dan berjalan singkat jarak ke area pengobatan. Ini adalah
GREEN kelompok dan diidentifikasi untuk pengobatan delayed, mereka memang
membutuhkan perhatian. Jika anggota kelompok ini tidak merasa bahwa mereka yang
menerima pengobatan mereka sendiri akan menyebarkan ke rumah sakit pilihan mereka.
Langkah selanjutnya menilai pernapasan.Jika respirasi lebih besar dari 30 tag
korban sebagai RED (Immediate), jika tidak ada reposisi respirasi jalan napas.Jika tidak
ada respirasi setelah reposisi untuk membuka jalan napas, tag korban BLACK (mati).Jika
tingkat pernapasan kurang dari 30 bpm, periksa denyut nadi radial dan refill kapiler.Jika
tidak ada pulsa radial teraba atau jika kapiler isi ulang lebih besar dari 2 detik, menandai
korban RED (Immediate).Jika ada perdarahan yang jelas, maka kontrol perdarahan dengan
tekanan. Minta orang lain, bahkan korban GREEN untuk menerapkan tekanan dan
melanjutkan untuk triase dan tag individu. Jika ada nadi radial, nilai status mental korban
dengan meminta mereka untuk mengikuti perintah sederhana seperti meremas tangan. Jika
mereka tidak bisa mengikuti perintah
sederhana, maka tag mereka RED (Immediate) dan jika mereka dapat mengikuti perintah
sederhana, maka tag mereka YELLOW (delayed).
Penerapan metode STAR TRIASE telah disepakati di Amerika Serikat dalam rangka
penyeragaman dan menstandarkan dalam pemilahan kategori pasien (Lee, C.H., 2010).
Dari kedua metode tersebut menggunakan tingkat triage dan coding warna untuk
mengkategorikan korban bencana, yaitu :
1. Triase Tag Merah ("Segera-Immediate" atau T1 atau Prioritas 1): Pasien yang
hidupnya berada dalam bahaya langsung dan yang membutuhkan pengobatan segera
2. Triase Tag Kuning ("tertunda-delayed" atau T2 atau Prioritas 2): Pasien yang
hidupnya tidak dalam bahaya langsung dan siapa yang akan membutuhkan mendesak,
tidak langsung, perawatan medis
3. Triase Tag hijau ("Minimal" atau T3 atau Prioritas 3): Pasien dengan luka ringan yang
akhirnya akan memerlukan pengobatan
4. Tag Triase hitam ("hamil-expectant" atau Tidak Prioritas): Pasien yang mati atau yang
memiliki luka yang luas sehingga mereka tidak bisa diselamatkan dengan sumber daya
terbatas yang tersedia.

2.1.5 ALURAN ALGORITMA TRIASE

Algoritma dibawah ini membuat lebih mudah untuk mengikuti. Pemeriksaan tiga
parameter, pernapasan, perfusi dan status mental kelompok dapat dengan cepat
diprioritaskan atau disortir menjadi 4 kelompok warna berdasarkan apakah mereka
membutuhkan intervensi langsung yang kelompok RED, intervensi tertunda (sampai satu
jam) yang merupakan kelompok YELLOW, luka ringan dimana intervensi dapat ditunda
hingga tiga jam yang adalah kelompok GREEN dan mereka yang mati yang kelompok
BLACK. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menghapus mereka yang
membutuhkan perhatian yang paling mendesak. Pada kelompok YELLOW dan GREEN
perlu dinilai kembali untuk menentukan apakah status mereka berubah.

Algoritma ini mengklasifikasikan korban berdasarkan:


1. Korban kritis/immediate diberi label merah/kegawatan yang mengancam nyawa (prioritas 1).
Untuk mendeskripsikan pasien perlu dilakukan transfortasi segera kerumah sakit .Kriteria
pengkajian adalah sebagai berikut .
a. Respirasi > 30 x/menit;
b. Tidak ada nadi radialis;
c. Tidak sadar / penurunan tekanan darah;

2. Delay / tunda diberi label kuning/kegawatan yang tidak mengancam nyawa dalam waktu
dekat (perioritas 2). Untuk mendeskripsikan cedera yang tidak mengancam nyawa dan dapat
menunggu pada periode tertentu untuk penatalaksanaan dan trasfortasi dengan criteria sebagai
berikut:
a. Respirasi < 30 x/menit;
b. Nadi teraba;
c. Status mental normal;
Korban terluka yang masih bisa berjalan diberi label hijau / tidak terdapat kegawatan /
penanganan dapat ditunda perioritas 3. Penolong pertama di tempat kejadian akan
memeberikan instruksiverbal untuk ke lokasi yang aman dan mengkaji korban dari trauma,
serta mengirim ke rumah sakit.
Meninggal diberi label hitam/tidak memerlukan penanganan. Bedasarkan algortima
tersebut di kembangkan kedalam sistem atau apalikasi triage dimana dengan sistem ini dapat
membantu dalam proses penanganan korban/ pemilahan korban berdasarkan tingkat ke
daruratannya.Penelitian ini memfokuskan pada sistem informasi penanggulanagan bencana
dengan triage yaitu bagaimana memilah korban berdasarkan tingkat kegawatanya. Dengan
system yang dibagun dapat membatu pihak medis dalam bertindak cepat pada proses
penanaggulanagn korban.
Berdasarkan penelitian yang berkaitan dengan system penengulangan bencana yaitu
Aplikasi jaringan sensor nirkabel untuk monitoring medis di daerah bencana menjelaskan
bagaimana membangun aplikasi penanganan korban bencana dan hanya memfokuskan pada
jaringan sensor nirkabel untuk mendeteksi denyut nadi pasien (Niswar,2012). Penelitian lain
yaitu keperawatan telepon triage membahas penggunaan telepon triage untuk memberikan
informasi dan konseling melalui media telepon (wayunah,2012).
2.1.6 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

1.Pengertian Proses mengidentifikasi pasien dengan cedera yang mengancam jiwa,


memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya penyakit
menentukan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi
2.Tujuan 1. Untuk mengetahui secara cepat kondisi pasien
2. Untuk dapat memberikan penanganan yang cepat pada pasien yang
mengalami kondisi yang mengancam kehidupan
3. Untuk meminimalkan tingkat kerusakan/ tingkat keparahan pasien
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas
4.Referensi Buku Panduan BT&CLS (Basic Life Suppport & Basic Cardiac Life
Support) Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2012
5. Prosedur a. Alat :
1. Tabung oksigen
2. Nasal prong, Nasal Katheter, Masker Oksigen
3. Ambu Bag
4. Oro-pharyngeal tube/ Mayo/ Gudell
b.
c. Bahan :
1. APD (Sarung tangan steril, masker)
2. Set Infus (Selang Infus, abocath sesuai ukuran)
3. Cairan kristaloid (NaCl 0,9%, RL)
4. Spuit 5cc
5. Kassa steril
6. Plester

Prosedur :
1. Kriteria
Petugas melakukan triase berdasarkan observasi terhadap 3 hal,
yaitu :
A. Pernafasan ( respiratory)
B. Sirkulasi (perfusion)
C. Status Mental (Mental State)
2. Sistem triase
Petugas menggunakan triase tipe START (Simple Triage and
Rapid Treatment), proses triase tidak boleh lebih dari 60 detik/
pasien. START mengklasifikasikan pasien dalam empat kelompok:
1. Hijau : Pasien sadar dan dapat berjalan
2. Kuning : Semua pasien yang tidak termasuk golongan
merah dan hijau, pasien cedera yang tidak mengancam
jiwa dalam waktu dekat.
3. Merah : Semua pasien yang ada gangguan Airway,
Breathing, Circulation, Disability dan Exposure, pasien
cedera berat atau mengancam jiwa dan memerlukan
transport segera
4. Hitam : pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak
memungkinkan untuk resusitasi

6. Langkah- 1. Petugas menerima pasien di UGD. Petugas melakukan anamnese


langkah dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan
derajat kegawatannya .
2. Petugas melakukan pengamatan untuk menilai pasien. Untuk
pasien yang masih bisa berjalan diberikan label Hijau.
3. Petugas memeriksa Airway dan Breathing. Cek pernapasan,
apabila tidak bernapas buka jalan napasnya, jika tetap tidak
bernapas berikan label Hitam, sedangkan untuk pasien dengan laju
pernapasan > 30 kali / menit atau pernapasan 10-30 kali permenit,
lakukan penilaian terhadap sirkulasi / perfusi.
4. Petugas mengecek Capilary test (tekan kuku tangan pasien)
kemudian lepas, apabila kembali merah lebih dari 2 detik (> 2
detik) berikan label Merah. Bila pencahayaan kurang sehingga
capilary test tidak bisa dilakukan, lakukan cek nadi radialis,
apabila tidak teraba atau lemah berikan label Merah. Apabila nadi
radialis teraba, lakukan pemeriksaan status mental.
5. Petugas memberikan perintah sederhana kepada pasien, apabila
pasien bisa mengikuti maka berikan label Kuning. Apabila pasien
tidak dapat mengikuti perintah berikan label Merah.
6. Petugas mempriotaskan pelayanan pasien dengan urutan warna :
merah, kuning, hijau, hitam
7. Pasien kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan
diruang tindakan UGD sesuai dengan SOP Penanganan Pasien
Gawat Darurat. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih
lanjut, pasien segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih
tinggi sesuai dengan SOP Rujukan Pasien Emergensi.
8. Pasien dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapatdipindahkan ke ruang observasi dan
menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah
selesai ditangani.
9. Pasien dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
pasien dapat diperbolehkan untuk pulang.
10. Pasien kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah. 
11. Petugas mencatat kronologi pasien, tindakan dan perawatan yang
telah dilakukan dalam rekam medis.
12. Petugas membuang sampah (medis dan non medis) ketempat
sampah masing- masing.
13. Petugas merapikan alat dan bahan.
14. Petugas mencuci tangan.

7.Diagram Alur Unit Instalasi Gawat Darurat (IGD) memiliki alur pelayanan tersendiri.
Tergantung dari tipe rumah sakitnya, kompleksitas alur pelayanan IGD
dapat beragam. Namun secara prinsip, desain alur pelayanan IGD
memiliki dasar yang sama, yang dikenal dengan nama triase (triage).

8. Hal-hal yang 1. Sistem Komunikasi


perlu diperhatikan 2. Pendidikan
3. Transprotasi
4.pendanaan
5.Quality control

9. Indikator Unit 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa.


terkait Gawat 2.  Jam buka pelayanan gawat darurat, standar 24 jam.
Darurat 3.   Pemberi pelayanan kegawat daruratan yang bersertifikat (yang masih
berlaku).
4.  Ketersediaan tim penanggulangan bencana, standar 1 tim.
5.  Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat, standar ≤ 5 menit
terlayani setelah pasien datang.
6.Kepuasan pelanggan, standar ≥ 70%.
7.   Kematian pasien ≤ 24 jam, standar ≤ 2 per 1000 ( pindah ke
pelayanan rawat inap setelah 8 jam ).
8.  Khusus untuk RS jiwa, pasien dapat ditenangkan dalam waktu ≤ 48
jam.
9.  Perawat minimal D3 dan bersertifikat pelatihan Pelayanan Gawat
Darurat.

10.  Tidak adanya pasien yang diharuskan membayar uang muka.

10. Dokumen 1. SOP Penanganan Pasien Gawat Darurat


terkait 2. SOP Rujukan Pasien Emergensi

11. Rekaman No. Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai


historis perubahan diberlakukan
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem informasi triage untuk penanggulangan korban bencana dapat dilakukan
dengan mengimplementasikan algoritma Simple Triage and Rapid Treatment (START)
dimana sistem secara otomatis mengklasifikasikan korban berdasarkan tingkat keparahan
kondisi korban. Algoritma START merupakan standar dalam bidang kesehatan Aplikasi
Triage mempermudah proses penanggulangan korban bencana dibandingkan dengan proses
Triage secara manual, dimana proses triage secara konvensional dengan memakai lembaran
kertas mengakibatkan proses Triage menjadi lambat. Sistem yang dibangun masih berupa
sistem informasi yang dipakai untuk proses triage di lapangan atau di lokasi bencana dengan
memberikan klasifikasi tingkat keparahan kondisi korban. Sehingga diharapkan proses
pengembangan dapat melakukan proses triage ulang (re-triage) guna memberikan keputusan
dalam tindakan medis di rumah sakit.

3.2 SARAN
Sebagai penyusun makalah ini, kami menyarankan kepada para pembaca khususnya kepada
para mahasiswa keperawatan agar lebih mendalami materi yang telah dipaparkan dalam
makalah ini agar dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun saat berada di
lapangan sehingga dapat menerapkan keperawatan kegawatdaruratan.
DAFTAR PUSTAKA

Nuris Kushayati. (2015). Analisis Metode Triage Prehospital Pada Insiden Korban Masal (Mass
Casualty Incident).Akademi Perawat Dian Husada Mojokerto.

Haidiki Habib. (2016). Triase Modern Rumah Sakit dan Aplikasinya di Indonesia.Instalansi
Gawat Darurat RSCM.

Roby Stevi Lumbu (2016). Sistem Informasi Triage Untuk Penanggulanggan Korban
Bencana.Jurusan Tekhnik Elektro, Politeknik Negeri Manado.

Wieji Santosa (2015). Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Pemberian Label Triase
Dengan TIndakan Perawat Berdasarkan Label Triase Di IGD Rumah Sakit Petrokimia
Gresik.

Anda mungkin juga menyukai