Anda di halaman 1dari 132

1

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah Subhanahu


Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya sehingga penulisan
modul bahan ajar ini telah dapat diselesaikan. Penulisan Buku Anatomi Fisiologi
Genetika dan Neurologi ini dikembangkan dengan tujuan sebagai bahan acuan
dalam perkuliahan mahasiswa Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
Buku ini terdiri dari dua belas Bab mulai dari Anatomi Fisiologi dan
Neurologi pada Manusia, Alat-Alat Indra, Otot, Genetika, Anatomi Fisiologi
Susunan Saraf, Sistem Motorik dan Sensorik, Fungsi Luhur, Perkembangan
Motorik dan Sensorik Anak, dan epilepsi.
Mudah-mudahan dengan mempelajari materi-materi pokok tersebut
mahasiswa dapat memiliki pengetahuan dasar tentang Anatomi Fisiologi dan
Neurologi pada Manusia dan dapat menerapkannya, khususnya dalam
memberikan pelayanan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus agar
berkembang sesuai potensinya.
Penulis menyadari bahwa penulisan buku ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangannya, dengan
segala kerendahan hati penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaannya di masa datang. Akhir kata,
semoga buku ini dapat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Luar
Biasa maupun pembaca untuk menembah wawasan tentang anatomi fisiologi
genetika dan dasar-dasar Neurologi.

Padang, Juli 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR … ………. ……….. ……….. ……….. ……… ii
DAFTAR ISI … ……….. ……….. ……….. ……….. ……….. ……… iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………... 1
B. Tujuan yang Hendak Dicapai ………………………………………. 2
C. Sistematika penulisan ………………………………………………. 2
D. Kaitan Modul ini dengan Pendidikan Luar Biasa ………………….. 3

BAB II ANATOMI FISIOLOGI GENETIKA DAN NEUROLOGI...... 5


A. Anatomi Fisiologi ……… ……….. ……….. ………..……………. 5
B. Konsep Dasar Ilmu Faal ... ……….. ……….. ………...................... 6
C. Sel dan Jaringan ……….. ……….. ……….. ……………………… 7
D. Istilah-Istilah Anatomi …. ……….. ……….. ……….. ……………. 8
E. Konsep Dasar Neurologi .. ……….. ……….. ……….. ……………. 9
F. Beberapa Istilah dalam Sistem Saraf ……… ………..……………... 10
G. Perkembangan Susunan Saraf …… ……….. ………..…………….. 11
H. Mikro Anatomi Sel Saraf (Neuron) ……….. ……….. …………….. 12

BAB III ANATOMI FISIOLOGI INDRA PENGLIHATAN ……… … 15


A. Anatomi Fisiologi Indra Penglihatan ………………………………... 16
B. Kelainan Pada Mata …………………………………………………. 21
C. Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan ………………………………... 26

BAB IV ANATOMI FISIOLOGI INDRA PENDENGARAN ……….. 32


A. Anatomi Fisiologi Indra Pendengaran …..…………………………... 32
B. Gangguan-gangguan Pada Indra Pendengaran …………………….. 42
C. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran ………………………………. 44

iii
BAB V ANATOMI FISIOLOGI PENCIUMAN DAN PENGECAPAN…….48
A. Anatomi Fisiologi Indra Penciuman …..…………………………….49
B. Anatomi Fisiologi Indra Pengecapan …..…………………………... 51

BAB VI OTOT ……….………..………………….. ………..………. 55


A. Macam-Macam Otot …… ……….. ……….. ……….. …………. 55
B. Tonus Otot ……. ……….. ……….. ……….. ……….. …………. 56
C. Bentuk Otot …………….. ……….. ……….. ……….. ………… 57
D. Otot pada Gelang Bahu dan Lengan ………. ……….. …………. 58
E. Otot-Otot pada Gelang Panggul dan Tungkai ………. ………….. 59
F. Otot-otot pada Leher dan Badan ………………………………… 59

BAB VII GENETIKA . ………. ……….. ……….. ……….. ………. 61


A. Pengertian Genetika ……. ……….. …….................... ………….. 61
B. Istilah dalam Genetik ….. .............. ………. ……….. ………….. 62
C. Peranan Genetika ………. ……….. ……….. ……….. ………… 63
D. Kromosom dan Gen ……. ……….. ……….. ………..…….…… 63
E. Hukum-Hukum Mendel ... ……….. ………..…………………… 65

BAB VIII ANATOMI FISIOLOGI SUSUNAN SARAF ………..…..70


A. Susunan Saraf Pusat (Central Nervus System) ……………….….. 70
B. Susunan Saraf Perifer ……………………………………………. 80
C. Susunan Saraf Otonom ………………………………………….. 87

BAB IX FUNGSI LUHUR ….. ……….. ……….. ………………… 89


A. Pengertian Fungsi Luhur .. ……….. ……….. ………..………….. 89
B. Pembagian Fungsi Luhur . ……….. ……….. ……….. …………. 90
C. Gangguan Fungsi Luhur .. ……….. ……….. ……….. …………. 96

BAB X SISTEM MOTORIK DAN SENSORIK …………………….. 98


A. Sistem Ekstra Piramidalis dan Piramidalis ... ……….. ………….. 99
B. Komponen Sistem Motorik ……… ………. ……….. ………….. 100

iv
C. Sistem Sensoris ……………………………………………………103

BAB XI PERKEMBANGAN MOTORIK DAN SENSORIK ANAK ……. 108


A. Perkembangan Anak Normal ……. ……….. ……….. …………. 109
B. Retardasi Mental ……….. ……….. ……….. ……….. …………112
C. Gangguan Bicara ……….. ……….. ……….. ……….. ………... 115

BAB XII EPILEPSI ………………………………………………… 117


A. Pengertian epilepsy ………………………………………………. 117
B. Factor penyebab epilepsy ……………………………………….. 118
C. Klasifikasi epilepsy ……………………………………………… 119
D. Penatalaksanaan epilepsy ……………………………………….. 119

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH

v
1

BAB I
PENDAHULUAN

Pendahuluan
Dengan mempelajari bab ini mahasiswa dapat memahami anatomi
fisiologi genetika dan neurologi serta kaitannya dengan pendidikan yang
akan ditempuh di jurusan pendidikan luar biasa.
Tujuan :
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami pengertian anatomi fisiologi tubuh manusia.
2. Memahami konsep dasar ilmu anatomi fisiologi.
3. Menjelaskan hubungan anatomi fisiologi dengan pendidikan luar
biasa.
4. Menjelaskan istilah-istilah pada anatomi yang menunjukkan posisi
dan arah perjalanan saraf pada tubuh manusia

A. Latar Belakang
Mahasiswa jurusan pendidikan luar biasa sebagai calon guru bagi anak
berkebutuhan khusus perlu memiliki pengetahuan serta pemahaman mengenai
konsep perkembangan anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, sebagai
dasar ilmunya mahasiswa perlu mempelajari materi anatomi fisiologi
genetika dan neurologi dengan baik sebagai bekal untuk mendalami masalah
yang berhubungan dengan kelainan atau keluarbiasaan anak. Sebagai kelainan
atau keluarbiasaan diakibatkan oleh adanya kerusakan pada fungsi anatomi
sebab-sebab genetik.
Modul Anatomi Fisiologi Genetika dan Neurologi ini mempunyai
penekanan yang berbeda dengan anatomi untuk mahasiswa kedokteran
maupun ilmu kesehatan lainnya. Hal ini dikarenakan anatomi fisiologi
genetika dan neurologi di jurusan pendidikan luar biasa materinya lebih
diarahkan untuk memahami gejala penyimpangan anatomis dan fisiologis

1
yang dialami pada anak berkebutuhan khusus. Dengan mempelajari modul
ini, mahasiswa diharapkan akan lebih memahami masalah kelainan serta
penyebabnya pada anak berkebutuhan khusus. Dengan demikian para
mahasiswa memiliki pengetahuan dasar untuk mendeteksi adanya kelainan
serta dapat merancang program-program terapi yang dibutuhkan sesuai
dengan jenis kelainannya.
Mengingat modul ini belum pernah ada di buat oleh tim pengajar dan
sulit diperoleh di pasaran, maka mahasiswa mendapat kesulitan dalam
mempelajari materi ini sesuai dengan dengan anak berkebutuhan khusus.
Selain itu mahasiswa membutuhkan bahan-bahan buku yang sesuai dengan
kelainan anak berkebutuhan khusus. Karena alasan di atas maka tim ini
memandang perlu membuat modul anatomi fisiologi dan genetika.

B. Tujuan yang Hendak Dicapai


Penulisan Modul ini bertujuan untuk :
1. Menyediakan modul sumber yang sesuai dengan kurikulum Pendidikan
Luar Biasa tentang anatomi fisiologi dan genetika dan persyrafan manusia.
2. Memandirikan mahasiswa dalam belajar, sehingga proses belajar dalam
kelas maupun secara e-learning dapat berjalan dengan lancar dan mahasiswa
aktif berdiskusi serta untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen.
3. Agar Mahasiswa memahami stuktur anatomi dan fungsi organ tubuh serta
neurologinya dan juga mengetahui penyebab dari kecacatan anak
berkebutuhan khusus serta dapat memberikan pelayanan sesuai dengan
kecacatan atau kelainan sistem neurologi pada anak.

C. Sistematika Penulisan
Modul ini ini ditulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Pada setiap permulaan bab akan ditulis tujuan yang hendak dicapai dari
materi.
2. Diakhir penyajian materi pada setiap bab dibuat kesimpulan dari masing-
masing materi yang telah disajikan.

2
3. Setiap akhir bab diberikan tugas yang berhubungan dengan anak
berkebutuhan khusus dan pertanyaan yang yang harus dijawab sesuai
dengan kecacatan anak.

D. Kaitan Modul ini dengan Pendidikan Luar Biasa


Semua mahasiswa diharapkan memiliki pemahaman tentang konsep-
konsep perkembangan anak berkebutuhan khusus, oleh karena itu mahasiswa
perlu menguasai anatomi fisiologi genetika dan sistem neurologi dengan baik
sebagai bekal untuk mendalami masalah-masalah yang berhubungan dengan
kelainan atau keluarbiasaan anak. Sebagai kelainan atau keluarbiasaan yang
diakibatkan oleh adanya kerusakan pada fungsi anatomi, fisiologi, sebab-
sebab genetic, maupun factor saraf.
Modul Anatomi Fisiologi dan Genetika dan sistem neurologi di jurusan
Pendidikan Luar Biasa mempunyai penekanan yang berbeda dengan anatomi
Fisiologi dan Genetika dan sistem neurologi untuk mahasiswa kedokteran,
sebab untuk modul ini lebih diarahkan untuk memahami gejala-gejala
anatomis dan fisiologis pada anak berkebutuhan khusus. Melalui modul ini,
diharapkan mahasiswa akan lebih memahami masalah-masalah kelainan serta
penyebab kelainan pada anak berkebutuhan khusus, sehingga para mahasiswa
memiliki pengetahuan dasar untuk mendeteksi adanya kelainan serta dapat
merancang pembelajaran dan program pemberian pelayanan pendidikan yang
dibutuhkan sesuai dengan kelainan anak berkebutuhan khusus.
Modul ini sengaja dibuat oleh tim pengajar agar mahasiswa
memperoleh pedoman/guide dalam mempelajari materi ini sesuai dengan
tuntutan dalam rencana pembelajaran semester Anatomi Fisiologi dan
Genetika dan sistem neurologi di jurusan Pendidikan Luar Biasa . Tak cukup
sampai disitu, mahasiswa juga dapat mencari bahan-bahan baik dari buku,
jurnal, maupun referensi dalam bentuk lainnya yang dapat menunjang
kegiatan pembelajaran mahasiswa yang sesuai dengan materi yang dibahas.

3
Tugas :
1. Berikanlah alasan mengapa mahasiswa jurusan pendidikan luar biasa
perlu mempelajari tentang anatomi fisiologi genetika dan sistem
neurologi ?
2. Jelaskan hubungannya antara anatomi dengan pendidikan luar biasa.
Kemudian berikan contohnya
3. Carilah beberapa referensi yang membahas tentang anatomi fisiologi
genetika dan sistem neurologi dengan gangguan gangguan yang terjadi
pada anak berkebutuhan khusus

4
BAB II
DASAR-DASAR ANATOMI FISIOLOGI
GENETIKA DAN NEUROLOGI

Pendahuluan
Ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan manusia disebut
Authropobiologi (Ilmu manusia). Authropobiologi dapat dibagi menjadi
ilmu Urai (Anatomi), ilmu Faal (Fisiologi), dan ilmu Keturunan (Genetika).

Tujuan :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami tentang anatomi Fisiologi Tubuh Manusia
2. Menjelaskan tentang ilmu Faal dan ilmu – ilmu yang berkaitan dengan
Anatomi.
3. Memahami bentuk, susunan dan fungsi normal organ-organ tubuh, dan
mengetahui kelainan-kelainan yang timbul.
4. Membedakan antara sel dan jaringan pada tubuh manusia
5. Menjelaskan istilah-istilah dalam anatomi

A. Anatomi Fisiologi
Anatomi berasal dari bahasa Latin, kata “ana” = ke atas, dan “tome”=
memotong. Secara umum bila didefinisikan, anatomi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari struktur dan susunan tubuh manusia. Anatomi mempelajari
letak geografis bagian tubuh, misalnya lengan, kepala,dada dan sebagainya. Di
dalam tubuh juga didapati struktur lain yaitu otot, saraf, tulang, dan pembuluh
darah yang dipelajari dalam ilmu anatomi.
Disebut ilmu urai karena mempelajari letak dan hubungan bagian tubuh
tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan tentang kegunaan sistem struktur dan
sistem jaringannya. Oleh sebab itu kita sering menggunakan istilah Anatomi
Fungsional yang berkaitan erat dengan fisiologi atau ilmu faal. Fisiologi atau

5
ilmu faal adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau kerja dari alat-alat tubuh
manusia dalam keadaan normal, baik dalam keadaan aktif maupun pasif.
Selain hal-hal di atas diketahui juga bahwa ada struktur tertentu yang
dapat dilihat dengan mata telanjang dan ada pula yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop. Oleh sebab itu diperkenalkanlah Anatomi
Makroskopik yang artinya melihat dengan mata telanjang dan Anatomi
Microskopik atau melihat dengan memakai alat.
Ilmu yang berkaitan erat dengan anatomi adalah :
1. Histologi ilmu yang mempelajari struktur halus tulang.
2. Sitologi ilmu yang mempelajari sel
3. Osteologi ilmu yang mempelajari tulang
4. Arthologi ilmu yang mempelajari sendi
5. Miologi ilmu yang mempelajari otot
6. Splanchologi ilmu yang mempelajari alat viceral atau alat-alat dalam.
7. Aesthosiologi ilmu yang mempelajari alat panca indra
8. Neurologi ilmu yang mempelajari sistem saraf

Manfaat ilmu urai dan faal :


1. Untuk mendalami bentuk, susunan dan fungsi normal organ-organ tubuh,
dan mengetahui kelainan-kelainan yang timbul.
2. Digunakan juga pada waktu mengadakan diagnosis fisik, pada waktu
terapi operatif, terapi dengan melatihotot, terapi dengan mengadakan
message.

B. Konsep Dasar Ilmu Faal


Istilah umum untuk menyebut sel yang hidup adalah protoplasma.
Protoplasma merupakan suatu sistem yang kompleks dan terdiri dari beberapa
bagian yang heterogen. Di dalam dalam sel-sel itu, unsur-unsur dan molekul
berada dalam suatu sistem sehingga mereka selalu berada dalam gerakan-
gerakan yang memungkinkan terjadinya reaksi kimia. Ukuran molekul dalam
protoplasma adalah 0,001 dan 0,1 mikron. Dalam protoplasma molekul-
molekul ini selalu dalam keadaan bergerak, yang disebut gerak Brown.

6
Lapisan luar protoplasma merupakan membran peka rangsang, artinya
kemampuan untuk memberikan jawaban atau respon kepada reseptor bila
dirangsang.
Macam-macam bentuk rangsangan :
1. Rangsangan mekanis : pijakan, pukulan.
2. Rangsangan kimia
3. Rangsangan termis : panas, dingin
4. Rangsangan listrik : strom.

C. Sel dan Jaringan


Komponen utama sel adalah membran sel, plasma, dan inti.
Gambar 2.1 Komponen Utama Sel

7
Membran merupakan keping-keping halus, gabungan dari protein dan
lemak yang merupakan tempat lewatnya berbagai zat yang keluar masuk sel.
Membran ini juga bertugas untuk mengatur hidup dari segala rangsang yang
datang.
Plasma merupakan cairan sel yang kompleks menyerupai koloid encer
dan mengandung berbagai zat terlarut. Di dalam plasma ini, banyak bahan
organik dan an organik yang larut dan tidak larut. Organel-organel lain yang
terdapat di dalam plasma ini adalah mitokondria, badan Golgi dan lisosom.
Di dalam mitokondria terjadi respirasi sel. Sedangkan badan golgi belum ada
fungsinya yang sejalan, tetapi sering dihubungkan dengan fungsi eksresi dari
sel. Lisosom banyak terdapat pada sel yang menyelenggarakan imunitas,
seperti leukosit, monosit, dan limposit. Inti atau nukleus disebut juga kation,
bentuknya bulat terdiri atas selaput (Karyotheca), plasma (Karyoplasma),
anak inti (Nucleulus) dan kromatin.

D. Istilah-istilah Anatomi
Istilah yang digunakan pada anatomi manusia sebagian besar berasal dari
bahasa Latin dan Yunani. Pengenalan istilah anatomi ini sangat penting artinya
untuk memahami anatomi manusia secara utuh. Materi antomi ini telah
disesuaikan dengan keperluan yang erat kaitannya dengan anak berkebutuhan
khusus. Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam mempelajari anatomi
adalah :
1. Anterior adalah bagian depan
2. Posterior adalah bagian sebelah belakang.
3. Superior adalah bagian sebelah atas.
4. Inferior adalah bagian sebelah bawah.
5. Medial adalah bagian tengah
6. Lateral adalah bagian kesamping.
7. Kaudal adalah bagian kearah ekor.
8. Dorsal adalah bagian punggung.
9. Ventral adalah bagian perut.
10. Kranial adalah bagian kearah kepala.

8
11. Rostral adalah bagian moncong.
12. Fontral adalah bidang vertikal yang tegak lurus dengan bidang sagital
(yang membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang)
13. Transverse adalah bidang horizontal yang tegak lurus dengan bidang
sagital (yang membagi tubuh menjadi tubuh bagian atas dan bawah)
14. Mid Sagital Plane, adalah yang membagi tubuh untuk menjadi sama dan
semetris kiri dan kanan.

E. Konsep Dasar Neurologi


Neurologi berasal dari kata neuro dan logos. Neuro berarti saraf dan
logos berarti ilmu. Jadi neurology merupakan ilmu yang mempelajari tentang
syaraf. Di dalam mempelajari pengertian neurology merupakan langkah awal
untuk mengkaji dan mempelajari ilmu saraf yang lain. Dalam belajar Dasar-
dasar Neurologi Pendidikan Luar Biasa ini, sangat erat kaitannya dengan
makhluk hidup seperti ilmu pengetahuan biologis dan ilmu alam yang
mempelajari reaksi alam terhadap fisik dan gerakan-gerakan tubuh. Ruang
lingkup dari materi konsep Dasar Neurologi yaitu : Pengertian Neurologi,
beberapa istilah dalam system saraf, perkembangan system saraf, mikro
anatomi sel saraf, struktur histologi sistem saraf.
Neurologi bersal dari kata neuro dan logos. Neuro berarti saraf dan logos
berarti ilmu. Jadi neurology berarti ilmu saraf. Evelyin C Pearce (1993)
mendefenisikan “neurology berarti ilmu pengetahuan tentang saraf dan struktur
saraf”. Tercakup dalam pengertian ini mengenai anatomi atau susunan saraf
dan hubungan bagian-bagianny satu sama lain, serta fisiologi atau fungsi kerja
saraf manusia dalam keadaan normal.
Mempelajari letak dan hubungan satu system saraf tidak dapat
terpisahkan dari pengamatan tentangan kegunaan setiap struktur dan sistem
jaringanya. Hal ini membawa kita pada penggunaan istilah anatomi fungsional
yang bertalian erat dengan fisiologi atau ilmu faal. Ilmu ini sangat erat
hubunganya dengan pengetahuan tentang semua makhluk hidup yang tercakup
dalam pelajaran biologi, juga erat kaitannya dengan sitologi yang mempelajari
detail struktur sel serta bio kimia yang mempelajari perubahan kimiawi dan

9
kegiatan sel serta menyelidiki proses kimia jasad hidup serba komplek. Juga
erat hubunganya dengan ilmu alam yang mempelajari reaksi fisik dan gerakan-
gerakan yang terjadi di badan. Sel merupakan unsur terkecil dari tubuh yang
memiliki semua bagian, sel disesuaikan dengan fungsi yang harus dilaksanakan
atau dengan jaringan dimana sel itu berada.

F. Beberapa Istilah dalam Sistem Saraf


Kita dapat menerima rangsangan dan reaksi terhadapnya. Alat –alat yang
menerima rangsangan disebut dengan reseptor, dan alat peraksi terhadap
rangsangan disebut efektor. Di antara reseptor dan efektor berkembang
jaringan yang menghubungkan keduanya itu. Jaringan penghubung ialah
Jaringan saraf.
Bagian saraf yang menghantarkan rangsangan yang diterima oleh
reseptor disebut dengan saraf sensor, sedangkan bagian saraf yang
menghantarkan rangsangan reaksi ke efektor disebut saraf penggerakan atau
saraf motoris. Di antara saraf sensoris dan motoris terhadap bagian sel saraf
yang disebut perikerion. Badan sel ini berfungsi untuk mengolah rangsangan
yang diterima.
Bila jumlah reseptor bertambah banyak dan berkembang menjadi
bermancam-macam indera, maka jaringan saraf menjadi lebih kompleks, Di
dalam tubuh timbul daerah- daerah dimana badan –badan sel saraf terkumpul
membentuk satu simpul saraf atau ganglion. Di dalam sebuah ganglion badan-
badan sel saraf saling mempengaruhi.
Pada perkembangan lebih lanjutnya, berkembang sel- sel penghubung
antara badan- badan sel di dalam simpul saraf itu, sehingga memungkinkan
pengolahan semua rangsangan- rangsangan yang di terima. Demikian simpul
saraf berkembang menjadi susunan saraf sentral.
Pada manusia reseptor indera-indera ialah penglihatan, pendengaran,
penghidung, pengecap, dan peraba atau perasa dalam kulit dan alat-alat lain.
Indera–indera ini berfungsi menangkap rangsangan dari luar maupun
rangsangan dari dalam tubuh dan mengubahnya menjadi rangsangan–
rangsangan saraf. Di dalam indera-indera ini macam –macam rangsangan itu

10
diubah menjadi rangsangan saraf yang disalurkan melalui saraf-saraf perifer ke
susunan saraf sentral (Pusat).
Saraf perifer yang menghubungkan reseptor-reseptor dengan susunan
saraf sentral disebut saraf eferen atau saraf sensoris. Efektor ialah macam-
macam alat dalam tubuh yang bereaksi terhadap rangsangan yang berasal dari
susunan saraf sentral,seperti alat –alat pengerakan (Otot, urat, tulang), kelenjar,
pembuluh darah dan alat-alat lain. Saraf yang menghubungankan saraf-saraf
sentral dengan efektor disebut saraf eferen atau saraf motors. Saraf aferen ini
membentuk saraf perifer.

G.Perkembangan Susunan Saraf


Pada emberion yang berumur 2 (dua ) minggu, di bagian medial
ectoderm terjadi sebuah lelukan yang makin lama makin dalam, sel-sel sekitar
lekukan perkembangan biak, batas tepi-tepi lekukan kiri dan kanan menutup.
Ectoderm permukaan menjadi satu lagi sel-sel yang berkembang baik sekitar
ruangan lekukan terpisah dari permukaan dan bentuk sebuah bumbung.
Bumbung ini memanjang ke depan dan ke belakang. Di ujung depan terbentuk
otak, di bagian belakanganya terbentuk medulla spinalis. Di bagian depan
terbentuk tiga benjolan. Benjolan-benjolan ini berturut-turut dari belakang ke
depan disebut rombensefalon, mensensefalon, dan prosensefalon.
Rombensefalon berkembang menjadi melensefalon dan metensefalon.
melesenfalon kemudian membentuk medulla oblongata dan pons.
Metensefalon dibagian dorsal membentuk serebellum (Otak kecil).
Prosensefalon berkembang membentuk diensefalon dan telensefalon.
Tensefalon kemudian berkembang menjadi serebelum (Otak besar). Dari
diensefalaon dan telensefalon. Tumbuh tonjolan yang disebut tonjolan optic,
yang kemudian membentuk sarf mata ke II ( nervus optikus).
Di sisi kiri dan kanan dari bumbung saraf sebelah belakang ada sel- sel
ektodem yang memisahkan diri pada tempat-tempat tertentu yang kemudian
membentuk ganglion vertenralis atau ganglion spinal. Disekitar sumbu
embrion, ektoderm dan mesoderm membentuk segmen- segmen. Pada

11
bumbung saraf, segmen-segmen ini bergabung menjadi satu membentuk
medulla spinalis.
Dari mesoderm berkembang otot dan tulang. Segmentasi tulang tampak
pada vertebra. Otot-otot pada umumnya terbentuk dari persatuan beberapa
segmen otot, disebut miotom segmen tulang disebut osteotom, segmen saraf
medulla spinalis disebut mielotom. Segmen kulit disebut dermaton dan segmen
saraf disebut neurotom. Tiap neuron mensarafi dermatom, miotom dan
osteotom yang sesuai. Di bagian servikal terdapat 8 segmen, torakal 12
segmen, lumbal 5 segmen , sakral 5 segmen dan kogsegela 2-3 segmen.
Di dalam medulla spinalis, sel-sel neuro terkumpul dibagian tengan
membentuk zat kelabu subtansian grisea, yang berbentuk seperti kupu-kupu. Di
dalam batang otak, zat kelabu juga terdapat dibagian tengah lebih dekat ke
vertrikel-veetrikel. Di dalam serebrum dan sebulum zat kelabu terdapat di
permukaan membentuk korteks. Zat putih atau subtansia alba berisi serat-serat
saraf, yaitu akson (Sumbu prosesus / juluran sel saraf yang menghantar
rangsangan keluar dari pusat sel) dan dendrit-dendrit dalam subtansia alba,
sebelum dan batang otak juga terdapat kumpulan -kumpulan badan sel neuron
yang juga disebut mikleus.

H. Mikro Anatomi Sel Saraf ( Neuron )


Pusat sel saraf atau nuron terdiri dari sebuah badan sel yang juga disebut
perikarion yang berisi nucleus. Di dalam sitoplsma perikrion terdapat badan-
badan yang disebut substansi nissi. Dari perikarion menjulur prosesus-prosesus
yang menghantar rangsangan yang menuju perikarion disebut dengan dendrite.
Jumlah dendrite biasanya banyak yaitu lebih dari satu. Prosesus yang
menghantar rangsangan keluar dari perikarion disebut akson. Jumlah akson
biasanya hanya satu atau mungkin pula dua. Bagian permulaan dari akson
tampak lebih besar dari pada bagian permulaan yang lebih perifer. Di bagian
perifer bukit ini akson terselubung oleh mielen. Sampai mielen ini berlekuk-
lekuk. Lekukan -lekukan ini disebut nodus ramter.
Di dalam saraf perifer, akson-akson dan dendrit-dendrit yang tergabung
dalam berkas-berkas oleh jaringan ikat. Jaringan ikat ini disebut endoneurium.

12
Berkas –berkas ini tergabung lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh
perineurium dan berkas-berkas yang terselubung oleh perineurium ini
tergabung lagi menjadi berkas lebih besar lagi oleh epineurium.Bila sebuah
akson terputus, bagian yang terputus hubungannya dengan perikarion akan
mengalami degenerasi. Yang berdegenerasi aksonya sendiri dan sampai
mielinnya.
Jaringan saraf terdiri dari sel saraf (Neuron) dan sel penyokong
(Neuronglia). Neuron terdiri atas bagian sel yang mempunyai uluran
sitoplasma yang panjang dan pendek. Uluran yang panjang disebut axon atau
neurit tempat diman rangsangan disalurkan dari sel saraf. Uluran yang pendek
disebut dendrite dimana rangsangan berjalan menuju sel saraf.

Ringkasan
Anatomi berasal dari bahasa Latin, kata “ana” = ke atas, dan “tome”=
memotong. Secara umum bila didefinisikan, anatomi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari struktur dan susunan tubuh manusia.
Anatomi mempelajari letak geografis bagian tubuh, misalnya lengan,
kepala,dada dan sebagainya. Di dalam tubuh juga didapati struktur lain
yaitu otot, saraf, tulang, dan pembuluh darah yang dipelajari dalam ilmu
anatomi.
Fisiologi atau ilmu faal adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau
kerja dari alat-alat tubuh manusia dalam keadaan normal, baik dalam
keadaan aktif maupun pasif. Genetika disebut juga dengan ilmu keturunan.
Genetika ialah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
sifat yang diturunkan atau sifat menurun, cara-cara mewariskan sifat-sifat
keturunan, serta pengaruh faktor luar kepada keturunannya.
Neurologi berasal dari kata neuro dan logos. Neuro berarti saraf dan
logos berarti ilmu. Jadi neurology merupakan ilmu yang mempelajari
tentang syaraf. Di dalam mempelajari pengertian neurology merupakan
langkah awal untuk mengkaji dan mempelajari ilmu saraf yang lain.

13
Tugas
1. Jelaskan mengapa saudara perlu memahami anatomi fisiologi dan
genetika.
2. Jelaskan pengertian anatomi fisiologi dan genetika.
3. Jelaskan apa kaitannya anatomi dengan pendidikan luar biasa.
4. Kemukakan manfaat istilah yang saudara ketahui pada bab ini.
5. Jelaskan cara kerja dari struktur tubuh manusia.

14
BAB III
ANATOMI FISIOLOGI INDRA PENGLIHATAN

Pendahuluan
Dengan mempelajari bab ini pembaca dapat memahami anatomi
mata, anatomi penglihatan, anatomi penciuman, dan anatomi pengecap,
kelainan-kelainan yang diakibatkan oleh kerusakan alat-alat indra pada
anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan tersebut dan dapat memberikan
pelayanan yang sesuai dengan kelainan yang terjadi pada anak.

Tujuan :
Untuk mencapai sasaran di atas, maka mahasiswa harus mampu :
1. Menjelaskan anatomi mata serta fungsinya.
2. Menjelaskan masing-masing kelainannya bila bola mata mengalami
kerusakan
3. Menjelaskan anatomi telinga serta fungsi dari organ telinga tersebut.
4. Menjelaskan tes yang dilakukan untuk pmeriksaan kelainan
pendengaran.
5. Memberikan pelayanan pendidikan pada masing-masing kecacatan anak.
6. Menjelaskan anatomi pengecap dan pengidu serta fungsinya.
7. Menjelaskan masing-masing akibat dari kerusakan indra pengecap dan
penghidu.

Perangsangan suatu reseptor atau alat indra akan memberikan informasi


kepada sistem saraf untuk mengenal keadaan sekeliling, sehingga tubuh dapat
segera menyesuaikan dengan keadaan yang baru disekitarnya. Penyesuaian ini
diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dari suatu makhluk hidup
di tempat tinggalnya.
Alat indra adalah alat yang ada pada tubuh manusia dan berfungsi untuk
mengenal keadaan dunia luar. “Alat” itu adalah reseptor saraf yang sensitif.
“Dunia luar” adalah dunia di luar tubuh manusia itu sendiri yang disebut

15
rangsangan. Reseptor yang ada di dalam tubuh sensitif terhadap rangsangan itu
disebut dengan indra. Indra ini mampu mengubah rangsangan menjadi impuls.
Impuls ini merupakan sinyal listrik yang sampai ke otak untuk membawa berita
sehingga orang dapat mengenal dunia luar.
Indra penglihatan terdapat pada organ tubuh mata. Ada beberapa alat yang
berhubungan dengan struktur mata dan penglihatan, yaitu :
1. Alat tambahan mata.
2. Bola mata.
3. Dinding bola mata
4. Cairan bola mata.
5. Saraf penglihatan.
6. Kelainan mata yang bersifat optis.
7. Lapisan pigmen pada retina.
8. Pergerakan bola mata
9. Ketajaman penglihatan.

A. Anatomi FisiologiIndra Penglihatan


1. Alat Tambahan pada Mata
Alat tambahan pada mata terdiri dari alis, palpebra atau kelopak
mata, bulu mata dan aparatus lakrimalis.
a. Alis mata, adalah rambut kasar yang terdapat di atas mata secara
melintang dan tersusun rapi, alis mata ini berfungsi untuk memperindah
dan melindungi mata dari keringat.
b. Kelopak mata, adalah bagian mata yang dapat digerakkan untuk
membuka dan menutup mata. Kelopak mata ini ada bagian atas dan
bagian bawah. Kelopak mata bagian atas mempunyai otot yang disebut
levatorpalpebrae yang dapat menarik mata untuk terbuka, sedangkan
kelopak mata bawah mempunyai otot orbikularis okuli untuk menutup
mata.
c. Bulu mata, ialah bulu yang terletak pada ujung kelopak mata yang
berfungsi untuk memperindah mata.

16
d. Aparatus lakrimalis, adalah saluran yang mengalirkan air mata menuju
konjuktiva kelopak mata atas. Air mata ini berfungsi untuk membasahi
dan membersihkan bola mata, kedipan mata pun dapat membantu
penyebaran air mata. Sebagian air mata akan menguap dan sebagian
lagi masuk ke dalam punkta lakrimalis di kelopak mata atas dan bawah
di sudut dalam mata. Air mata ini mengalir ke kanalis lakrimalis dan
bermuara di rongga hidung, maka apabila seseorang sedang menangis
akan mengeluarkan cairan dari hidung.

2. Bola Mata
Bola mata manusia berbentuk bulat dan agak pipih dari atas ke
bawah. Hal ini sebabkan oleh selama berhubungan sejak bayi bola mata
selalu tertekan oleh kelopak mata atas dan bawah. Bola mata mempunyai
diameter 24 – 25 mm, 5/6 bagiannya terbenam dalam rongga mata dan
hanya 1/6 bagian yang tampak dari luar.
Bola mata dilindungi oleh pelupuk mata atas dan bawah. Untuk
melihat mata dapat terbuka dan bila tidur mata akan menutup. Bola mata
ini dapat bergerak ke kiri, ke kanan, dan ke bawah. Gerakan ini dilakukan
oleh otot mata. Bola mata ini terdiri dari dua lengkung lingkaran :
a. Lengkung lingkaran bahagian depan yang disebut kornea, bersifat
transparan (bening) dan tembus cahaya.
b. Lengkung lingkaran bahagian belakang yang disebut jaringan pengikat
atau padat tidak tembus cahaya dan berfungsi untuk penyokong bola
mata yang disebut dengan sclera.
Bola mata dibagi dua oleh suatu sumbu yang disebut sumbu
Anatomis (Anatomical Axis). Bila suatu cahaya masuk ke bola mata,
cahaya tersebut tidak mengikuti sumbu anatomis, melainkan mengikuti
suatu sumbu yang jatuh tepat pada bintik kuning. Sumbu tersebut
dinamakan sumbu penglihatan (Visual axis). Sumbu anatomis dengan
sumbu penglihatan tidak berhimpitan, tapi keduanya perpotongan
membentuk sudut penglihatan sebesar 1’ (satu menit) dan disebut sumbu

17
penglihatan Minimal. Pada mata normal dengan sudut 1’ seseorang
mempunyai sudut penglihatan secara jelas.

Bintik kuning

SPM= 1’ Sumbu Anatomis


Sumbu
Penglihatan

Gambar 3.1 Sudut Penglihatan Minimal 1’

Gambar 3.2 Bagian-bagian Bola Mata


Bola mata itu adalah :
a. Selaput tanduk (kornea) yaitu selaput bening di bagian depan bola mata
yang berguna untuk melewatkan cahaya yang masuk dari luar.
b. Selaput pelangi (iris) adalah bagian mata yang mengandung zat warna
(hitam, cokelat, hijau, atau biru).

18
c. Anak mata (Pupil) yaitu lubang pada bagian tengah iris yang berguna
dalam mengatur besar kecilnya cahaya yang masuk.
d. Lensa mata, dapat menjadi cembung atau pipih berguna dalam mengatur
pembentukan bayangan.
e. Selaput keras (Sklera) yaitu bagian terluar dari bola mata yang berguna
untuk melindungi bagian dalam bola mata.
f. Selaput koroid yaitu bagian tengah bola mata yang berupa selaput tipis,
di dalamnya terdapat banyak saluran darah. Berwarna cokelat karena
banyak mengandung zat warna (Pigmen). Selaput jala (Retina) yaitu
bagian terdalam dari bola mata, berguna untuk menangkap bayangan.
g. Bintik kuning yaitu daerah yang sangat mudah menerima cahaya yang
masuk.

3. Dinding Bola Mata


Terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
a. Tunica Vibrosa (lapisan Bagian luar)
Adalah merupakan suatu jaringan pengikat, terdiri dari 2 bahagian yaitu :
1) bagian depan disebut Cornea yang tembus cahaya, dan 2) bahagian
belakang disebut sclera yang tidak tembus cahaya. Keduanya merupakan
pelindung bola mata serta membentuk bola mata.
b. Tunica Vasculosa ( Lapisan bahagian tengah)
Lapisan ini banyak mengandung pembuluh darah. Bahagian belakang
disebut koroid yang banyak mengandung pigmen. Ke arah depan koroid
melanjutkan diri sebagai iris dan korpus siliare yang mengandung otot
polos dinamakan muskulus ciliaris. Kedua ujung iris membatasi lubang
yang dinamakan pupil yang berfungsi sebagai diafragma pada alat
kamera untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam bola
mata. Dari korpus siliaris kita dapatkan batang jaringan ikat yang
dinamakan zonula zoonii yang berfungsi untuk mengikat lensa mata.
c. Tunica nervosa (Lapisan bahagian dalam)
Merupakan lapisan yang terpenting terdiri dari jaringan saraf.
Didalamnya ada reseptor penglihatan yaitu : sel batang (bacili) yang

19
berfungsi melihat senja/gelap dan sel kerucut (conii) berfungsi untuk
melihat terang/warna. Kedua ini terletak dalam suatu lapisan yang
dinamakan Retina. Lapisan retina terbentang dari bahagian depan tepat
pada corpus ciliares yang dinamakan ota serata dan ke arah belakang
akan keluar dari bola mata melalui papila nervopici sebagai nervus
opticus. Pada bagian retina ini ada dua yang terpenting, yaitu :
1) Bintik kuning (vovea centralis)
Bahagian ini merupakan yang paling peka terhadap kemampuan
melihat atau kemampuan menerima reaksi penglihatan paling cepat.
2) Bintik buta (blind spot)
Disebut demikian karena bahagian ini tidak mengandung reseptor
penglihatan baik sel batang maupun sel kerucut sehingga tidak
berfungsi untuk melihat. Nama lain dari bintik buta adalah papila
nervus optice yaitu tempat keluarnya nervus opticus.

4. Cairan Bola Mata


Sebab-sebab bola mata selalu mempunyai bentuk yang bulat karena di
dalam bola mata berisi cairan yang selalu konstan atau tetap volumenya (7
cc). Ada 2 macam cairan, yaitu :
a. Cairan yang terletak di depan lensa
Cairan ini jernih dan encer seperti air disebut juga dengan “humor aqueus
atau AH” yang selama produksinya selalu konstan. Bila suatu hal
produksi dari sekresi ini terganggu maka HA akan tertimbun dalam bola
mata mengakibatkan tekanan intra okuler meninggi. Kelainan ini disebut
”Glaucoma”.
b. Cairan yang terletak di belakang lensa
Cairan yang disebut corpus vitreum ini jernih tapi konsistensinya atau
kepekatannya seperti agar-agar. Agar cahaya atau benda yang dilihat
dapat sampai ke retina (bintik kuning) maka cahaya tadi harus melalui :
“Cornea – humor aqueus – lensa - corpus citreum - Bintik kuning”
Instrumen tersebut harus bening dan tembus cahaya. Media yang bening
tembus cahaya ini disebut media refraksi. Humor aqueus atau cairan

20
yang terletak di depan lensa diproduksi oleh corvus coliare, dibuang
melalui “Cannal of schleman”.

5. Saraf penglihatan (nervus opticus)


Nervus opticus dari mata kanan dan mata kiri dari bola mata akan
saling bersilangan pada suatu tempat yang dinamakan “Chiasma Opticus”.
Persilangannya bersifat parsial Crossing, hanya nervus opticus bagian
tengah yang saling menyilang, sedangkan nervus opticus bagian tepi tidak
menyilang. Dari Chiasma Opticus, saraf optikus (saraf penglihatan)
melanjutkan diri sebagai traktus opticus. Secara anatomi fisiologi, traktus
opticus berbeda dengan nervus opticus.
Nervus opticus memiliki unsur-unsur saraf hanya berasal dari satu
bola mata. Apabila nervus opticus ini mengalami kerusakan, maka hanya
satu bola mata yang mengalami kerusakan. Sedangkan tractus opticus
unsur-unsur sarafnya berasal dari kedua bola mata. Bila ini mengalami
gangguan maka kedua bola mata seorang tersebut akan mengalami
kerusakan.
Traktus opticus akan berganti saraf pada cospus geniculatum (CGL),
dari CGL akan keluar suatu saraf yang menyebar berbentuk kipas yang
dinamakan “Radiatio Optical Gratiolet (ROG)”.ROG akan berakhir di otak
pada cortex cerebri occipitalis Area Broadman 17,18,19 pada fissura
calcarina. Apabila rangsang penglihatan sampai pada pusat ini maka kita
akan sadar dengan apa yang kita lihat. Nama lain dari jalan tersebut adalah
Tractus Geniculo Calcarina.

B. Kelainan Pada Mata


1. Kelainan yang Bersifat Optis
a. Kelainan Fisiologis
Kelainan itu terjadi pada usia 40 tahun ke atas dan dinamakan
“Presbyopia”, yaitu lensa mata mulai kaku tidak bisa berakomodasi
sehingga tidak dapat melihat dekat. Hal ini disebabkan oleh lensa
kehilangan elastisitasnya karena bertambahnya usia.

21
b. Kelainan Patologis
Kelainan ini tidak selalu terjadi pada setiap orang. Adapun kelainannya
adalah : Myopia, Hipermetropia, Astigmatis.
1) Myopia (terang dekat), pada kasus ini sinar sejajar yang berasal
dari tempat yang tak terhingga, oleh lensa dibiaskan langsung jatuh
di depan retina, sehingga bayangan menjadi kabur.
Penyebabnya adalah : sumbu mata lebih panjang dari mata normal,
sedangkan indeks bias dari lensa mata normal, sehingga
bayangannya jatuh pada retina. (Myopia Axis/sumbu)
Bila indeks bias dari lensa mata lebih kuat, sedangkan sumbu mata
normal, sehingga bayangan benda difokuskan di depan retina
(Myopia indeks bias). Koreksi untuk myopia digunakan lensa
negatif (-)
2) Hypermetropia (terang jauh)
Pada keadaan ini sinar sejajar yang diterima dibiaskan oleh lensa ke
belakang retina, sehingga bayangannya akan kabur.Penyebabnya
adalah : sumbu mata lebih pendek dari mata normal padahal indeks
bias dari lensa mata normal bayangannya jatuh pada retina
(hipermetropia axis). Jika indeks bias dari lensa mata terlalu lemah,
sedangkan sumbu mata normal, maka bayangan benda jatuh di
belakang retina (hypermetropia indeks bias). Untuk kelainan ini
dikoreksi dengan lensa positif (+).

Gambar 3.3 Skema mata miopi

22
Gambar 3.4 Skema mata hipermetropi
3) Astigmatisme
Yaitu tidak sesuainya lengkung vertikal dengan lengkung
horizontal bola mata. Fisiologisnya terdapat pada semua orang
namun hal ini tidak mengganggu penglihatan. Koreksi untuk orang
astigmatisme adalah menggunakan lensa silindris.

2. Kelainan pada Lapisan Pigmen pada Retina


Warna hitam dan coklat di lapisan pigmen pada retina manusia
dimiliki oleh orang Asia, sedangkan warna biru terdapat pada orang
Amerika. Fungsi pigmen pada retina adalah untuk mengurangi silau
karena lapisan pigmen ini bisa menyerap cahaya yang masuk ke mata.Bila
cahaya datang pada retina, maka cahaya dirubah menjadi arus listrik yang
akan menimbulkan perubahan-perubahan :
a. Reaksi kimia
Di dalam retina berlangsung suatu reaksi kimia yang merubah rangsang
cahaya impul listrik. Reaksi ini disebut “Photo Kimia”
b. Peristiwa retina motorik
Peristiwa bergeraknya butir-butir pigmen pada lapisan pigmen pada
retina karena pengaruh perubahan cahaya di sekeliling mata.
c. Pemecahan dari retina
Ini diakibatkan oleh adanya penguraian Rhodopsi, yaitu dalam retina
terdapat pigmen Rhodopsi yang berwarna ungu, berfungsi untuk
melihat gelap, samar-samar. Pigmen ini terdapat pada bagian belakang,
bila melihat terang pigmen ini akan merubah menjadi pucat. Hal ini
disebabkan Rhodopsi terurai menjadi zat yang tidak berwarna.

23
Rhodopsi ungu

cahaya
Retinen kuning
Vit A.
Cahaya

Protein + Vitamin A tidak berwarna


Ditempat yang gelap, retina membutuhkan Rhodopsi yang dibentuk
dari vitamin A. Orang yang mengalami Hypovitaminosis A (kekurangan
vitamin A) maka pembentukan Rhodopsi terganggu. Orang itu akan
mengalami gangguan melihat gelap/senja yang dinamakan Rabun
Senja/Buta Ayam, atau “Hemeralopia”, pada kasus ini lama kelamaan air
mata orang tersebut berkurang, akibatnya cornea menjadi kering sehingga
debu yang menempel pada kornea mata tidak dapat dibersihkan, maka
akan menjadi karaotis, kornea akan menjadi lembek atau karatomesia.

3. Kelainan Pada Pergerakan bola mata


Bola mata dapat digerakkan ke segala arah sesuai dengan keinginan kita
karena pada bola mata terdapat otot-otot pergerakan bola mata seperti pada
gambar.

Gambar 3.5 Pergerakan bola mata

24
Keterangan.
a. Nervus III : adalah occulomotorius yang terdiri dari :
1) MRM (Muscullus Rektus Media), menggerakkan bola mata ke
arah dalam.
2) MRS (Muscullus Rektus Superior), adalah menggerak-kan bola
mata ke arah dalam mata.
3) MR I (Muscullus Rektus Inferior), adalah menggerak-kan bola
mata ke arah dalam bawah.
a) MR II (Muscullus Oblicus Inferior), adalah menggerak-kan bola
mata ke arah luar bawah.
b. Nervus IV : adalah : Trokleavis
MOS (Muskullus Obliqus Superior), adalah menggerak-kan bola mata
ke arah luar atas.
c. Nervus VI : adalah Abducen
MRL (Muskullus Rektus Lateral), adalah menggerak-kan bola mata ke
arah luar atau samping. Pada mata normal ketiga otot penggerak bola
mata ini akan bekerja secara lingkaran, yang dinamakan
“ORTHOPORIA”.
Gangguan gerakan otot bola mata terjadi bila otot tersebut lumpuh yang
disebabkan oleh rusaknya saraf, atau kekuatan ototnya berkurang yang
dinamakan “Occulair Masculair Imbalance”.Gangguan dari gerakan otot
mata menyebabkan : Gerakan bola mata terbatas, terjadi strabesinus (juling),
penglihatan kembar (ptosis), Kelainan dari otot penggerak bola mata
:Kelainan bersifat manifest, Kelainan bersifat latent.
1. Kelainan yang bersifat Manifest :
Penyebabnya : Otot lumpuh karena saraf rusak
Gejalanya : mata pada saat istirahat maupun bergerak bola mata kelihatan
juling ke arah dalam (strabismus konvergen) yang rusak
adalah nervus troklearis.
2. Kelainan yang bersifat latent adalah disebabkan oleh kekuatan ototnya
yang berkurang.

25
Gejalanya : pada waktu istirahat mata kelihatan normal, gejala juling
baru kelihatan bila mata melakukan gerakan.
Kelainanya :
Exophoria : Tedensi juling ke arah luar.
Endophoria : Tedensi juling ke arah dalam.
Hyperphoria : Tedensi juling ke arah atas/bawah.

C. Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan


Ketajaman penglihatan atau visus adalah kemampuan mata seseorang untuk
melihat suatu benda dengan jelas atau detail dari suatu benda yang dilihat.
Ketajaman penglihatan ini tergantung pada : Kepekaan retina terhadap
cahaya, Penglihatan minimal dari retina, kemampuan retina untuk melihat
dua titik terdekat sebagai dua titik yang terpisah.
Nilainya : 1
Visus =
SPM
SPM = sudut penglihatan minimal
SPM 1 menit : visusnya mencapai 6/6 atau optimal, ini berarti ketajaman
penglihatannya normal.
A’

A A
L’
SPM1
B
B’ B
X

Y
Gambar 3.6 sudut penglihatan minimal

26
AB akan tampak sebagai dua titik yang terpisah yaitu A dan B. Pada jarak
penglihatan X, agar benda A dan B pada jarak Y akan nampak jelas, maka
ukuran bendanya harus diperbesar yaitu A’ dan B’, jadi sudut penglihatan
minimal yang terbentuk tetap sebesar satu menit.

1. Cara Memeriksa Ketajaman Penglihatan


Di dalam klinik maupun di dalam laboratorium visus diperiksa dari
Opto type Snellen (Snellen chart). Dasar dari optotype ini adalah SPM.
Optotype terdiri dari huruf balok dengan warna hitam di atas dasar putih
yang makin ke bawah makin kecil ukurannya. Huruf dibuat sedemikian rupa
sehingga detail huruf pada jarak 6 meter, membentuk SPM satu menit dan
secara keseluruhan huruf tadi membentuk SPM 5 menit.

Gambar 3.7 Snelen Card


Optotype terdiri atas 8 deretan huruf, tiap deretan mempunyai huruf dengan
urutan tertentu yang oleh mata normal huruf tadi dapat dilihat dengan jelas
pada jarak tertentu pula sehingga membentuk SPM satu menit.
Deretan pertama 60 meter
Deretan kedua 50 meter
Deretan ketiga 20 meter
Deretan keempat 15 meter
Deretan kelima 12 meter

27
Deretan keenam 9 meter
Deretan ketujuh 6 meter
Deretan kedelapan 5 meter
Deretan kesembilan 3 meter
Cara pemeriksaan : orang percobaan duduk 5 – 6 meter (20 feet) dari
Snellen chart, digunakan jarak 5 – 6 meter karena jarak tadi dianggap tidak
terhingga jadi sinar yang datang pada mata adalah sinar sejajar. Jarak
pemeriksaan 5 – 6 meter disebut “Distange (d)”. orang percobaan harus
membawa sebanyak mungkin baris-baris huruf mulai yang pertama atau
yang paling atas.

2. Hasil Penilaian Visus


Visus dinyatakan sebagai pecahan dimana pembilang adalah jarak
pemeriksaan meter atau feet dari orang yang diperiksa terhadap Snellen
chart. Optal Noscup adalah pengetesan ditempat yang gelap. Penyebut
adalah dalam meter atau feet dari huruf yang dapat dilihat oleh mata normat.
Rumus :
d
V =
D
Contoh :
V = 6/6 , artinya orang percobaan dapat membaca huruf pada jarak
pemeriksaan 6 meter (dan) yang pada mata normal huruf tadi
dapat dibaca pada jarak 6 meter
V = 6/60 , artinya orang itu dapat melihat deretan hurus secara jelas
pada jarak 6 meter (dan) yang pada mata normal huruf tadi
dapat dibaca pada jarak 60 meter (deretan pertama).
Nilai dari versus tidak boleh diringkas, seseorang dengan mata normal akan
mempunyai versus optimal yaitu 6/6.
Bila seseorang mempunyai versus menurun, misalnya 6/12 atau 6/20
kemungkinan orang ini akan mengalami myopia, hipermetropia, atau
astigmatisme.

28
Apabila hasil pemeriksaan melalui optotype snellen ternyata huruf
pertama tidak terlihat pada jarak 6 meter maka pemeriksaan dengan
dilakukan dengan cara lain, yaitu :
1) Menghitung jumlah jari pada jarak 1 meter.
2) Lambaian tangan atau gerakan tangan pada jarak 1 meter.
3) Melalui cahaya baterai.
Pemeriksaan untuk orang buta huruf adalah :
1) Cincin lamdalt
Pasien disuruh menunjukkan arah membuka cincin.
2) Garpu dari fluger
Pasien disuruh menunjukkan ke arah mana garpu terbuka.
Pemeriksaan untuk anak digunakan :- Gambar buah-buahan,-
Gambar binatang,- Gambar atau benda-benda yang dilihat sehari-
hari .Ini semua pada prinsipnya memakai sudut penglihatan 1 menit.

3. Adaptasi Gelap (scotopic vision)


Apabila kita masuk ke ruangan yang gelap beberapa waktu mata
seakan-akan buta, tetapi secara berangsur-angsur kita akan melihat
lintasan cahaya lemah dan akhirnya detail dari lingkungan menjadi nyata.
Hal ini disebabkan diperlukan waktu untuk pergantian fungsi sel kerucut
(melihat terang) ke awa fungsi sel batang (melihat gelap).Adaptasi gelap
akan terjadi berubahan sebagai berikut.
1) Lubang pupil melebar.
2) Retina menjadi lebih peka.
3) Terjadi pembentukan rhodopsi di dalam sel batang.
Adaptasi gelap berlangsung secara sempurna setelah 40 menit.
Bagi penderita kekurangan vitamin A akan mengalami proses adaptasi
gelapnya akan terganggu karena pembentukan rhodopsi yang sangat
lambat.

29
4. Adaptasi terang (photopic vision)
Apabila kita keluar dari ruangan yang gelap menuju ruangan yang
terang, maka mata akan merasa silau, meskipun cahaya yang datang pada
kita tidak terlalu kuat.Adaptasi terang akan terjadi perubahan sebagai
berikut.
1) Lubang pupil mengecil (Myosis)
2) Kepekaan retina akan menurun.

5. Proses Akomodasi
Proses akomodasi adalah kemampuan dari lensa untuk menambah
dioptrinya (daya bias suatu lenca yang tergantung dari derajat lengkung
permukaan lensa dan indeks bias dari zat yang membutuhkan lensa).
Proses akomodasi pada mata normal terjadi dalam keadaan istirahat.
1) Sinar sejajar yang berasal dari tempat tidak terhingga oleh mata akan
difokuskan tepat pada retina sehingga bayangan akan jelas terlihat.
2) Sinar divergen yang berasal dari jarak 6 meter akan dibiaskan oleh
mata di belakang retina, sehingga bayanganya oleh mata akan
tampak kabur.
3) Sinar konvergen oleh mata akan dibiaskan di depan retina, sehingga
bayangannya juga akan tampak kabur.
Pada mata normal untuk melihat jarak kurang dari 5 atau 6 meter
maka mata akan berusaha untuk membiaskan atau memfokuskan
bayangan, sehingga tepat jatuh pada retina. Mata harus menyesuaikan
daya biasnya dengan jarak benda yang dilihat, penyesuaian ini disebut
akomodasi dan merupakan tugas dari lensa yang dapat berlangsung
dengan baik karena lensanya bersifat elastis.

30
Tugas
1. Diskusikan dengan teman apa yng dilakukan untuk mengetes
ketajaman penglihatan pada anak berkebutuhan khusus.
2. Jelaskan apa fungsi dari saraf yang terdapat pada indra penglihatan.
3. Jelaskan ciri – ciri anak berkebutuhan khusus yang mengalami
gangguan penglihatan
4. Jelaskan apa yang terjadi apabila terdapat kerusakan pada bola mata
bagian luardan bagian dalam
5. Carilah macam- macam penyakit yang terjadi pada ABK bila
mengalami kerusakan pada sraf – saraf pada penglihatan.
6. Jelaskan mengapa seseorang tidak bisa mendengar akan tetapi masih
mengerti dengan pembicaraan orang lain. Coba anda pikirkan apanya
yang mengalami kerusakan
7. Jelaskan apakah yang terjadi pada ABK apabila korneanya mengalami
kerusakan
8. Jelaskan proses terjadinya penglihatan, bagaimana pula yang terjadi
pada ABK yang mengalami low vision
9. Jelaskan apa yang mengalami kerusan bila anak tidak bisa melihat sama
sekali atau buta total.

31
BAB IV
ANATOMI FISIOLOGI INDRA PENDENGARAN

Pendahuluan
Indra pendengaran termasuk indra yang terletak di dalam telinga.
Telinga merupakan alat untuk menerima getaran yang berasal dari benda
yang bergetar, dan memberikan kesan suara pada kita. Getarannya dapat
berasal dari udara dan dapat pula berasal dai benda padat atau benda cair,
antara benda g bergetar dengan telinga harus ada medium yaitu udara.
Tujuan :
Untuk mencapai sasaran di atas, maka mahasiswa harus mampu :
1. Menjelaskan anatomi telinga serta fungsinya
2. Menjelaskan masing-masing kelainannya bila organ telinga mengalami
kerusakan
3. Menjelaskan struktur anatomi telinga serta fungsi dari organ telinga
tersebut
4. .Menjelaskan tes yang dilakukan untuk pmeriksaan kelainan
pendengaran.
5. Memberikan pelayanan pendidikan pada masing-masing kecacatan
anak.
6. Menjelaskan proses terjadinya pendengaran pada seseorang.
7. Membedakan fungsi saraf masing-masing saraf pada organ pendenran
8. Menjelaskan masing-masing akibat dari kerusakan indra pendengaran.

A. Anatomi Fisiologi Indra Pendengaran


Indra pendengaran termasuk indra yang terletak di dalam telinga.
Telinga merupakan alat untuk menerima getaran yang berasal dari benda yang
bergetar, dan memberikan kesan suara pada kita. Getarannya dapat berasal dari
udara dan dapat pula berasal dai benda padat atau benda cair, antara benda
bergetar dengan telinga harus ada medium yaitu udara.

32
1. Anatomi Telinga
Terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a) Telinga bagian luar
b) Telinga bagian tengah
c) Telinga bagian dalam.

Gambar 4.1 Telinga dengan bagian-bagiannya


Sumber: Kamus Visual

a) Telinga bagian luar (Auris Eksterna)


Bagian ini terdiri dari daun telinga yang disebut juga dengan
“Auricula” yang berfungsi menentukan arah bunyi yang didengar,
dan memperkuat suara-suara yang diterima. Fungsi ini dilakukan
karena daun telinga punya bentuk seperti corong dan terdapat
tonjolan-tonjolan yang terdiri dari tulang rawan dilapisi kulit.

1. helix
2. conca
3. tragus
4. bulbus

Gambar 4.2 Daun Telinga

33
Telinga luar ini juga terdiri dari liang telinga luar (meatus
acusticus eksternus) yang berfungsi menghantarkan getaran suara
dan mempertahankan kelembaban suhu dari udara yang masuk.
Dalam liang telinga terdapat bulu-bulu dan sejumlah kelenjar
yang mengeluarkan kotoran telinga (cerumen), berfungsi untuk
melindungi telinga supaya tidak kemasukan barang atau serangga.
Apabila produksi cerumen (kotoran telinga) berlebihan,
maka cerumen akan mengeras dan menyumbat saluran
pendengaran yang bersangkutan dan penderita akan mengeluh tuli
hambatan. Keadaan ini disebut “Cerumen Obsturans”.

b) Telinga bagian tengah (Auris Media)


Telinga tengah berupa rongga kecil yang berisi udara, terletak di
dalam tulang temporal dan dindingnya dilapisi sel epitel. Antara
Auris Eksterna dan Auris Media dibatasi oleh gendang
pendengaran dinamakan membran tympani. Membran tympani ini
membatasi suatu ruangan bagian tengah yang disebut cavum
tympani, dan di dalamnya terdapat tulang pendengaran (ossicula
auditiva) yang terdiri dari : Maleus (tulang martil), Incus ( tulang
landasan), dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiga tulang
pendengaran ini saling berhubungan, sehingga getaran-getaran
bunyi dapat dihantarkan dari gendang pendengaran ke telinga
bagian dalam. Fungsinya adalah :
1) Sebagai penyalur getaran suara
2) Memperkuat suara
3) Melindungi alat pada telinga bagian dalam
Bila getaran suara diantar melalui A, maka sampai B getaran
tersebut diperkuat 1,31 kali. Membran tympani mempunyai
diameter 20 kali lebih luas dari pada membran foramen ovale.
Secara teoritis, suara sampai di foramen ovale akan diperkuat
kurang lebih 20 x 1,31 = 26,2 kali, ternyata suara sampai di

34
foramen ovale hanya diperkuat 15 kali karena selama
penghantaran tenaga tadi banyak hilang karena tahanan-tahanan.
Proteksi adalah tulang pendengaran, hanya berkontraksi untuk
nada-nada suara yang tidak merusak otot-otot dalam telinga
dalam. Melalui suara dengan nada rendah telinga akan dinetralisir
oleh gerakan-gerakan stape. Gerakan-gerakan tadi merupakan
suatu reflek, dinamakan tympani reflex yang bertujuan untuk
melindungi organ-organ telinga dalam.
Tekanan udara dalam cavum timpani selalu sama dengan udara
luar (1 atmosfir). Cavum timpani berhubungan dengan rongga
mulut melalui tuba eustachii. Setiap menelan, mengunyah atau
menguap, muara tuba eustachii selalu terbuka sehingga tekanan
udaranya seimbang. Tuba Eustachii berfungsi untuk
mempertahankan agar tekanan udara di dalam cavum tympani
tetap sama dengan tekanan udara luar. Membran tympani
berfungsi menangkap getaran suara, memperkuat getaran suara,
dan melindungi alat di dalam liang telinga dalam.
Membran timpani mempunyai sifat spesifik dibandingkan dengan
alat musik. Gendang alat musik hanya memberikan nada tertentu
dengan frekuensi tertentu, tetapi membran tympani dapat bergetar
atau beresonansi terhadap berbagai nada yang masih dapat kita
dengar. Frekuensi nada 16/detik sampai dengan 2000/detik karena
sifat membran tympani merupakan alat yang periodik, yaitu alat
yang tidak mempunyai frekuensi tersendiri. Membran tympani
setelah getaran suara hilang, ia akan berhenti bergetar sedangkan
pada gendang musik meskipun pukulan telah berhenti ia masih
bergetar untuk beberapa saat. Membran tympani akan terganggu
fungsinya bila membran tympani mengalami kelainan, yaitu
membran tympani tertarik ke dalam. Ini terjadi apabila tekanan
cavum tympani lebih rendah dari udara luar atau bila posisi
membran tympani menonjol ke luar, hal ini disebabkan karena
dalam cavum tympani tertimbun cairan (otitis serosa).

35
Di dalam telinga bagian tengah terdapat otot, yaitu otot gendang
pendengaran (tensor tympani), otot sanggurdi (stapedius).Tensor
tympani berkaitan dengan martil, stapedius berkaitan dengan
kepala sanggurdi. Ujung lain dari kedua otot itu berkaitan pada
dinding rongga telinga bagian tengah. Kedua otot ini berfungsi
untuk :Memperkuat rantai tulang pendengaran, Meredam bunyi
yang terlalu keras,Melindungi telinga bagian dalam.
Bagian Telinga bagian tengah
1. pipa eustachii.
2. Rongga telinga tengah (cavum tympani)
3. Gendang pendengaran (membranna tympani)
4. Liang pendengaran
5. Maleus (martil)
6. Incus (landasan)
7. Stapes (sanggurdi)

c) Telinga Bagian Dalam


Telinga bagian dalam (Labyrin) itu merupakan bagian terpenting
dari telinga, labyrin adalah suatu rongga berisi cairan perilimpe dan
letaknya di tulang pelipis yang berfungsi melindungi bagian
dalam.Dilihat dari segi anatomi, telinga bagian dalam terdapat
serambi (vertibule), saluran-saluran gelung (canalis semi curcularis),
rumah siput (cochlea).
Serambi ini berhubungan dengan saluran-saluran gelung dan dengan
cochlea, saluran-saluran gelung ini merupakan alat keseimbangan,
sedangkan cochlea merupakan bagian dari indra pendengaran.
Dalam dalam telinga bagian dalam yang terpenting adalah organ
corti. Organ corti ini merupakan suatu reseptor pendengaran yang
terletak di dalam cochlea bagian scala media tepatnya di atas
membran basilaris. Organ orti berupa suatu deretan sel-sel rambut
yang jumlahnya berkisar antara 24.000 – 31.000 ke atas atau lebih.
Deretan rambut-rambut tersebut dinamakan tali pendengaran.

36
Ukuran dari sel rambut organ corti dan ujung apex tidak sama bagian
basis/pangkal cochlea tali pendengaran ini pendek dan tebal. Tali
pendengaran ini penting untuk menseleksi berbgai nada suara.
Perbedaan ukuran dan bentuk ini berperan untuk menentukan
berbagai nada suara.
1) Bila suara datang dengan nada tinggi maka yang bergetar adalah
sel rambut bagian basis.
2) Bila suara datang dengan nada rendah maka yang bergetar
adalah sel rambut bagian apex.
3) Bila nada suara datang dengan nada sedang, maka yang bergetar
adalah sel rambut bagian tengah, ini merupakan teori resonansi
dari Helmholtz.

2. Sifat Suara
Suara merupakan hasil getaran suatu benda yang dapat
menimbulkan sensasi pendengaran pada telinga normal bila suara yang
bergetar dari getaran benda yang teratur maka hal ini dinamakan nada atau
tone. Tetapi bila suara berasal dari getaran benda tidak teratur dinamakan
bising atau noist.
Ada dua sifat suara, yaitu :
a. Frekuensi suara
Frekuensi suara ini diberikan satuan Hezt (Hz) atau Cycle per second
(cps). Frekuensi menunjukkan tinggi rendahnya nada.
b. Intensitas suara
Intensitas suara ini diberi satuan desibel. Intensitas suara
menunjukkan kuat lemahnya nada. Telinga normal dan mampu
menerima getaran suara mulai dari 15 sampai dengan 20.0000 Hezt.
Batas ini disebut batas pendengaran.
Dalam kehidupan sehari-hari frekuensi yang kita temukan adalah
antara 250 sampai dengan 4000 hz, daerah ini dinamakan bicara atau
speech range. Intensitas suara paling rendah yang masih mampu
menggetarkan membran tympani dan tulang pendengaran disebut

37
ambang rangsang suara, ternyata untuk tiap frekuensi suara ambang
rangsang ini tidak sama, yang paling peka adalah suara dengan
frekuensi 2000 sampai 5000 Hz. Maka untuk menimbulkan kesan suara
yang dibutuhkan intensitas suara paling rendah yaitu sekitar 15 desibel

3. Satuan Intensitas Suara


Satuan ini dinamakan notasi Bell, karena pertama kali ditemukan
oleh Alexander Graham Bell. Oleh karena satuan Bell terlalu besar, maka
diambil satuan yang lebih kecil yaitu desibel. Satuan Bell bukanlah suatu
satuan yang absolut, tetapi merupakan perbandingan dari dua intensitas
suara. Intensitas suara yang digunakan sebagai pembanding adalah suara
dasar disebut reference sound dan diberi notasi Io. Sedangkan intensitas
suara yang akan kita periksa diberi notasi Ix.
Misal :
Ix mempunyai intensitas 10 kali dari Io, tetapi karena luasnya daerah
pendengaran tadi tidak kita tulis demikian tetapi ditulis :
Ix
Bell = Log
Io
Bila Ix = 10 x Io maka Ix = 1 bell
Bila Ix = 100 x Io maka Ix = 2 bell
Bila Ix = 1000 x Io maka Ix = 3 bell

Bagi manusia notasi bell masih terlalu besar karena itu diambil satuan
yang lebih kecil yaitu decibel yaitu 0,1 bell.
Dengan desibel ini daerah pendengaran mencakup daerah dengan
perbedaan intensitas kurang lebih 160 db. Pada intensitas 40 db didapatkan
kesan bisikan pada 72 db, ini merupakan intensitas suara untuk
pembicaraan sehari-hari.
80 db merupakan intensitas suara yang ramai intensitasnya.
120 db intensitas suara dengan perasaan yang tidak nyaman bagi telinga.

38
140 db intensitas suara memberi rasa nyeri karena melebihi kekuatan
maksimum.
160 db intensitas suara pesawat jet yang kecepatannya lebih besar dari
kecepatan suara.

Daerah Pendengaran (audible area)


Audible area, yaitu suatu daerah yang dibatasi oleh intensitas suara
minimal sehingga kita mulai mendengar suara sampai intensitas suara
maksimum, karena rasa getar atau rasa nyeri mulai terasa. Daerah ini
untuk tiap frekuensi tidak sama luasnya, paling luas adalah daerah
pembicaraan (2000 sampai dengan 5000 Hz) dari daerah ini yang paling
peka adalah frekuensi 2048 Hz yaitu intensitas sebesar 15 db.
Intensitas lebih rendah atau lebih tinggi dari 2048 Hz maka
diperlukan intensitas suara yang lebih tingi dari ambang rangsangnya. Bila
intensitas suara dinaikkan melebihi nilai maksimum maka kita tidak
mendapatkan lagi kesan suara tetapi kesan getar.
Garis yang menghubungkan titik dari sensasi getaran ini dinakan
ambang getaran, sedangkan garis yang menghubungkan titik dari ambang
suara minimal, disebut ambang pendengaran.
Daerah yang dibatasi antara ambang pendengaran dan ambang getaran
dinamakan daerah pendengaran atau audible area. Daerah yang terletak di
daerah ambang pendengaran disebut daerah sunyi atau silent are, karena
intensitas suara di daerah ini tidak mampu memberikan sensasi suara.
Apabila peningkatan intensitas suara kita lakukan pada daerah
dengan frekuensi rendah maka kita akan merasakan pusing kepala. Bila
peningkatan intensitas suara dilakukan pada daerah frekuensi tinggi maka
kta akan dapatkan perasaan sakit. Daerah ini dinamakan point area atau
area sakit.

39
140
pusing ambang getaran
kepala paint area

75 audible area

60

45
ambang pendengaran
30
silent
15
silent area
0 16 32 64 128 256 512 1024 2048 4096
8192

4. Teori Pendengaran
Teori ini akan membahas bagaimana telinga menganalisa suara
yang didengar.
Ada dua teori, yaitu :
a. Teori yang mengemukakan bahwa : analisa nada suara adalah fungsi
dari cortex cerebri di lobus temporalis. Teori ini dinamakan analisa
central.
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Retherfood dan disebut teori
telfon atau teori teori frekuensi. Kerja dari teori ini adalah : membran
pada alat telinga bekerja seperti alat telepon, yaitu mengubah getaran
suara menjadi impuls listrik yang diantarkan oleh kawat menuju ke alat
penerima dan alat penerima ini akan mengubah impuls listrik menjadi

40
getaran suara seperti semula. Menurut teori ini yang bekerja sebagai
membran telepon adalah membran basilares.
b. Teori yang mengemukakan bahwa analisa nada suara adalah fungsi dari
pada cochlea di organon corti. Teori ini dinamakan analisa perifer.
Teori ini diseut teori resonansi dari Helm Haltz, yaitu pada telinga
dalam terdapat sel-sel rambut dari organ corti yang dapat bergetar atau
beresonansi sesuai dengan nada suara yang kita dengar. Sel-sel rambut
ini berfungsi sebagai resonator. Teori ini sesuai dengan struktur
anatomi sel rambut organ corti. Pada bagian organ pangkal atau basis
cochlea sel rambut atau resonator tebal dan pendek akan bergetar
terhadap suara dengan nada tinggi.Pada puncak atau apex cochlea sel
rambut atau resonator tipis dan panjang akan bergetar terhadap suara
dengan nada rendah. Bagian tengah cochlea sel rambut atau resonator
berukuran sedang akan bergetar terhadap suara sedang.Teori resonansi
merupakan apresiasi dari suatu nada dan ditentukan oleh membran
basilaris dengan sel rambut bergetar.

5. Proses Pendengaran
Dimulai dari adanya getaran suara (F 16 – 2000 Hz), ditangkap oleh daun
teling luar, menggetarkan membran tympani, getaran diteruskan melalui
tulang-tulang pendengaran, di lubang tengah tulang stapes cairan
endolinpe di dalam labirin, ditangkap oleh organ corti. Getaran bunyi
yang masuk disebut getaran mekanis diubah, getaran elektris oleh
nervus cocklearis disalurkan ke pusat-pusat di otak lobus temporalis
sehingga terjadi kesadaran bunyi.

Vestibularis
Syaraf pendengaran
Koklearis
Keluar dari otak kecil melalui nervus vertibularis yang terletak pada titik
pertemuan antara pons dan membaran oblongato kemudian bergabung
dengan nervus coklearis menuju telinga. Di dalam telinga ia berpisah.

41
Vestibularis organ keseimbangan
N. Cocklearis koklea (rumah siput)
N. Cocklearis dan serabut-serabut sarafnya berasal dari lobus temporalis.
Kemudian keluar menuju nukleus khusus yang berada tepat di belakang
thalamus menuju ke telinga. Saraf ini bergabung dengan Nervus
Vestibularis.

B. Gangguan-gangguan pada Indra Pendengaran


1. Secara Klinis
a. Tuli Konduktif/tuli Perifer
Penderita tuli terhadap suara dengan frekuensi rendah oleh karena
itu konduksi disebut juga tuli bas. Pada orang normal kehilangan
pendengaran sebesar 15 desibel masih dianggap normal.
Apabila kerusakan terletak pada membran tympani maka seseorang
akan kehilangan pendengaran (hearing lost) sebesar 20 desibel. Bila
kerusakan pada tulang-tulang pendengaran maka hearing lost sebesar
65 DB. Bila kehilangan di atas 65 DB merupakan tuli konduksi yang
berat. Pada penderita tuli konduksi hantaran suara melalui udara
terganggu, sedangkan suara melalui tulang normal.
b. Tuli Persepsi/tuli Central
Tuli sentral yaitu bila kerusakan dimulai dari organ corti.
Umumnya penderita akan kehilangan pendengaran terhadap suara
dengan frekuensi tinggi, karena itu disebut juga tuli Discont.
Tuli sentral disebabkan karena lebih banyak trauma suarat/acustic.
Sebelum seseorang mengalami ketulisan central akan didapatkan dulu
gejala-gejala pendengaran yaitu :
1) Tunitus
Adalah orang yang mendengra bunyi berdengung terus walau tidak
ada suara. Hal ini disebakan karena sel-sel rambut pada organ corti
rusak, sehingga ia terus menerus bergetar tanpa ada rangsang suara.

42
2) Nervus Vestibularis
Terangsang sehingga penderita akan mengeluh pusing atau vertigo,
mual, muntah dan niztagmus (mata bergerak-gerak). Selanjutnya
penderita akan menerita gangguan dengan frekuensi tinggi.
Gangguan gejala-gejala ini disebut dengan sindroma meniere. Ini
disebabkan adanya peningkatan tekanan Hydrostatic dari cairan
endolympe yang terdapat di dalam ductus cochlearis sehingga
dinding ductus cochlearis akan menonjol keluar. Karena itu
sindroma meniere disebut juga Endolymphe Hydrops. Bentuk lain
dari ketulian sentral :
1) Press by Cusis
Ini terjadi pada usia lanjut yang disebabkan oleh kekakuan dari
membran basillaris organ corti.
2) Ketulian jiwa
Orang mendengar suara tetapi ia tidak dapat mengenterpretasikan
atau menyadari suara apa yang didengar, karena asosiasi
pendengaran di cortex cerebri rusak (lobus temporalis area 42
bordman) tuli persepsi termasuk tuli sentral. Bila tuli ini
bergabung dinamakan dengan tuli total.

2. Secara Fisiologis
a. Tuli konduksi/hantara
Segala bentuk ketulian yang disebabkan oleh ganguan hantaran
udara melalui telinga luar sampai organ corti. Disebabkan karena
:Sumbatan telinga luar, Kerusakan membran tympani, Kerusakan
tulang pendengaran,Sumbatan pada tuba eustachii, sehingga terjadi
perbedaan tekanan antara cavum tympani dengan udara luar.
b. Tuli persepsi/tuli penerimaan
Segala bentuk ketulian yang disebabkan oleh karena kerusakan
reseptor penerimaan organ corti sampai nervus ke VIII (Nervus
Cochlearis)

43
c. Tuli Central
Segala bentuk ketulian yang disebabkan oleh kerusakan batang
otak/medula oblongata sampai pada cortex cerebri lobus
temperalis (pusat pendengaran).

C. Pemeriksaan Kelainan Pada Telinga


Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai macam tes, diantaranya :
1. Tes berbisik dan percakapan
Untuk memperkirakan kepekaan pendengaran seseorang ada beberapa
cara yang cukup sederhana. Cara yang termudah adalah pemeriksaan
dengan berbisik dan percakapan. Walaupun kedua cara ini cukup
sederhana, untuk melakukannya harus memperhatikan beberapa aturan
supaya hasil tes memenuhi syarat tertentu, yaitu :
a. Tes ini harus dilakukan/dilaksanakan di dalam suatu ruangan bebas
gangguan suara dan tidak boleh ada gema dalam ruangan yang
digunakan untuk mengetes.
b. Orang yang mengadakan tes harus bicara dengan suara lantang dan
semua kata-kata yang diucapkan harus sama keras.
c. Sebelum mengucapkan kata-kata, janganlah menghirup terlalu
dalam, untuk menghindari kata pertama diucapkan terlalu keras.
d. Kata-kata harus bersuku dua.
e. Pasien atau irang yang dites tidak boleh melihat bibir pengetes agar
pasien tidak bisa membaca bibir pengetes.
f. Telinga harus dites satu persatu dan telinga yang tidak dites harus
ditutup.
Lewat cara ini ambang pendengaran patologis dapat ditentukan, tetapi
masih kurang sempurna, sebab ada beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil pemeriksaan ini diantaranya :
a. Selain kurang dengar pasien juga dapat menderita gangguan pada
kemampuan analisa frekuensi, lalu ambang pendengaran patologis
tidak sama dengan hasil tes ini.

44
b. Telinga yang ditutup masih dapat mempengaruhi hasil tes ini bila
selisih kekurangan dengar antara telinga lebih dari 30 dB, telinga
yang lebih baik walaupun ditutup, masih bisa ikut mendengar dan
testing boleh diragukan.
2. Tes menggosok-gosok dengan ibu jari telunjuk
Bila menurut perkiraan, seseorang menderita kekurangan dengar untuk
nada-nada tinggi, dapat ditentukan kekurangan dengar secara kasar
dengan menggosok-gosokkan ibu jari dengan jari telunjuk.
Kekerasan bunyi kira-kira 50 dB, yang banyak nada tinggi jika pasien
tidak mendengar bunyi gosokan maka kekurangannya adalah 50 dB
atau lebih untuk frekuensi-frekuensi yang tinggi.
3. Tes dengan percakapan pasien
Dengan melalui percakapan dengan pasien kita dapat juga mengetahui
mengenai pendengaran pasien. Jika percakapannya lemah disebabkan
oleh kekurangan dengar pada telinga bagian tengah, dan kalau
percakapannya nyaring dan tidak terkendali maka ada kemungkinan
kekurangan pendengaran disebabkan oleh telinga bagian dalam.
4. Tes dengan arloji
Arloji juga dapat membantu untuk menentukan keadaan pendengaran
seseorang. Arloji dipegang dimuka liang pendengaran (tetapi tidak
menyentuh telinga), kerasnya detik arloji kira-kira 40dB, dan bunyinya
mengandung banyak frekuensi 1.500 Hz ke atas.
5. Tes garpu tala
Penggunaan garpu tala dalam menentukan tes pendengaran
mempunyai banyak kelemahan.
Kelemahan-kelemahan yang ada pada tes garpu tala adalah :
a. kerasnya bunyi garpu tala itu tidak tetap, kalau garpu tala dipukul
lemah maka bunyinya akan lemah dan bila dipukul keras bunyinya
akan keras.
b. kekerasan bunyi garpu tala berkurang dengan cepat.
c. Dengan tes garpu tala hanya bisa didengar satu nada saja.

45
6. Tes Rinne
Tes rinne bertujuan untuk menentukan jenis kurang dengar konduktif
atau kurang dengar perspektif.
Tes ini menggunakan garpu tala sebagai alat uji yang mana caranya
adalah : sebelum tes dimulai kaki garpu tala dipukul dengan kayu, lalu
garpu tala tersebut dipasangkan berdekatan dengan daun telinga
pasien. Bila pasien memberi tahu bahwa ia tidak mendengar lagi bunyi
garpu tala, maka kaki landas garpu tala dipasangkan mastoid pasien
dan ditanya lagi, apakah ia mendengar atau tidak bunyi garpu tala. Jika
pasien mendengar maka hasil tes ini disebut rinne negatif, dan
menunjukkan cacat konduktif untuk jika pasien mendengar lebih lama
lewat “air conduction” dari pada lewat “bone conduction” makahaisl
tes rinne ini disebut “negatif” dan menunjukkan kekurangan dengar
perseptif pada frekuensi itu. Kalau telinga sehat dites dengan tes rinne,
maka hasilnya rinne positif, sebab telinga lebih peka terhadap bunyi
bone conduction dari pada air conduction.
Kelemahan-kelemahan tes rinne.
1) Bila seseorang menderita kekurangan dengar konduktif ringan
maka hasil tes rinne tidak dapat ditentukan, sebabnya adalah
telinga masih peka untuk air conduction dari pada untuk bone
conduction dan hasilny akan menjadi rinne positif dan salah.
2) Bila memeriksa telinga yang kekurangan denger perseptif berat,
dan telinga yang lain normal maka hasil tes menjadi rinne negatif
dan salah. Karena disebabkan oleh telinga yang normal mendengar
getaran-getaran pada garpu tala yang dipasang di atas kepala.
7. Tes Scwabach
Adalah sebuah tes yang juga untuk menentukan kekurangan dengar
seseorang yang dites.
Caranya : landas kaki garpu tala dipasang pada mastoid pasien, lalu
dicatat detiknya selama pasien masih mendengar getaran garpu tala.
Bila pasien mendengar lagi getaran garpu tala, dan pemeriksa
memasang garpu tala pada mastoidnya hal ini berguna untuk

46
membandingkan kepekaan telinga dokter dengan telinga pasien. Jika
pemeriksaan dapat mendengar nada garpu tala lewat bone conduction
dan pasien tidak maka kekurangan dengar adalah konduktif. Kesatuan
dalam tes ini adalah detik, maka mana jumlah detik menunjukkan
berapa lam pasien dapat mendengar nada garpu tala.

Tugas
1. Diskusikan dengan teman apa yng dilakukan untuk mengetes daya
pendengaran pada anak berkebutuhan khusus.
2. Jelaskan apa fungsi dari saraf yang terdapat pada indra pendengaran.
3. Jelaskan ciri – ciri anak berkebutuhan khusus yang mengalami
gangguan pendengaran
4. Jelaskan apa yang terjadi apabila terdapat kerusakan pada organ
membran tympani dan telinga bagian dalam
5. Carilah macam- macam penyakit yang terjadi pada ABK bila
mengalami kerusakan pada sraf – saraf pada organ pendengaran.
6. Jelaskan mengapa seseorang tidak bisa mendengar akan tetapi masih
mengerti dengan pembicaraan orang lain. Coba anda pikirkan apanya
yang mengalami kerusakan
7. Jelaskan apakah yang terjadi pada ABK apabila pendengarannya
mengalami kerusakan
8. Jelaskan proses terjadinya pendegaran, bagaimana pula yang terjadi
pada ABK

47
BAB V
ANATOMI FISIOLOGI
INDRA PENCIUMAN DAN PENGECAPAN

Pendahuluan
Indra penciuman dan pengecap adalah organ tubuh yang berfungsi
untuk mengenal rasa dan bau yang kita hadapi dalam kehidupan sehari-
hari. Organ ini perlu perawatan secara khusus. Karena untuk merasakan
nikmatnya suatu makanan adalah melalui lidah kita atau istilahnya adalah
indra pengecap. Begitu juga dengan inrda penciuman untuk mencium bau..
Tujuan :
Untuk mencapai sasaran di atas, maka mahasiswa harus mampu :
1. Menjelaskan anatomi indra penciuman serta fungsinya
2. Menjelaskan masing-masing kelainannya bila organ penciuman
mengalami kerusakan
3. Menjelaskan struktur anatomi hidung serta fungsi dari organ hidung
tersebut
4. Menjelaskan saraf yang berfungsi untuk organ penciuman.
5. Melakukan tes daya penciuman anak berkebutuhan khusus
6. .Menjelaskan proses terjadinya bau harum dan busuk pada organ
penciuman
7. .Membedakan fungsi saraf mg-masing saraf pada organ penciuman
8. Menjelaskan masing-masing akibat dari kerusakan indra penciuman
9. Memahami bahwa indra penciuman juga mampu beradap tasi dengan
lingkungannya.

48
A. Anatomi Fisiologi Penciuman
1. Anatomi Indra Penciuman

Gambar 5.1 Hidung dengan bagian-bagiannya


Sumber: Kamus Visual

Reseptor penciuman terletak pada selaput lendir hidung bagian atas


(Concha superior). Daerah ini mempunyai luas kurang lebih 2 cm yang
berwarna kekuning – kuningan yang disebut area olfaktoria. Daerah ini
selalu berlendir karena ada secresi daripada kelenjar Bowmann. Sekresi
inilah yang akan melarutkan gas yang sampai pada ara olfaktoria sehingga
dapat merangsang saraf penciuman. Makin rendah titik didih suatu gas
atau cairan makin kuat rangsangannya.

2. Fisiologi Sensasi Penciuman


Alat penciuman erat hubungannya dengan alat pengecap bahkan
disebut sebagai pengecap jarak jauh. Alat penciuman mempunyai
kepekaan yang luar biasa karena kadar zat-zat yang dimiliki rendah sudah
mampu merangsang reseptor penciuman.
Reseptor penciuman terletak di bagian atas dari rongga hidung, pada
gerak pernafasan biasa aliran gerak udara pernafasan hanya melalui bagian
bawah rongga hidung, oleh karena itu kita bernafas biasa suatu zat tidak

49
tercium oleh kita. Supaya udara pernafasan dapat mencapai rongga hidung
bagian atas (area olfaktoria) maka kita harus menarik nafas dalam-dalam.
Dengan demikian terjadi arus memutar dari udara pernafasan sehingga gas
yang mengandung zat yang berbau tadi akan sampai pada ara olfaktoria
akan bau akan tercium.
Penciuman disarafi oleh Nervus I (Nervus Olfaktorius) juga disaraf
oleh Nervus VI (Nervus Trigeminus) yang berfungsi sebagai reflek
perlindungan tubuh terhadap saluran pernafasan (reflek bersin, batuk dan
sebagainya).

3. Adaptasi
Reseptor penciuman dapat beradaptasi dengan cepat, bila kita
tinggalpd tempat yang berbau setelah beberapa waktu bau tersebut tidak
akan tercium lagi. Ini disebabkan karena reseptor penghidu beradaptasi
dengan bau. Reseptor penghidu berfungsi untuk membantu pencernaan.
Karena itu seseorang yang menderita flu maka penciumannya terganggu
dan nafsu makan akan berkurang.
Gangguannya :
1) An-Osmia : seseorang yang kehilangan penciuman sama sekali.
2) Hyp – Osmia : berkurangnya daya penciuman.
3) Hyper Osmia :daya penciuman yang berlebih daripada orang normal.
Ini dapat terjadi pada keadaan histeria serta tumor otak yang
menyebabkan tekanan intro cranial meninggi.
4) Para Osmia : seseorang mencium bau yang berbeda dengan yang
sebenarnya.

50
B. Anatomi Fisiologi Indra Pengecapan
1. Anatomi Indra Pengecapan

Gambar 5.2 Lidah dengan bagian-bagiannya


Sumber: Kamus Visual
Pada manusia hanya terdapat pada lidah. Zat perangsangnya adalah zat
kimia yang larut dalam air/reseptornya adalah ludah dan langit-langit
mulut.

Gambar 5.3: bagian permukaan lidah

51
Pada permukaan lidah, reseptornya berupa tonjolan-tonjolan kecil
yang dinamakan papila feliformis, papila fungitormis dan papila
circumfalata. Reseptornya berbentuk piala pengecap yang disebut gemma
sustantorea. Pengecapan ini juga disarafi oleh Nervus VII (Fasialis), dan
Nervus IX (Glosofaringeus). Disamping itu pada lidah ada Nervus V
(Trigeminius), yaitu untuk mensarafi raba, sakit dan suhu.

2. Fisiologi Sensasi Kecap Utama

Gambar 5.4 Daerah pengecap pada permukaan lidah


Sumber: Images of the Random Book of 1001 Questions
and Answer about the Human Body
Rasa pahit, manis, asam dan asin disaping itu kita dapat juga rasa
kombinasi, yaitu rasa manis dan rasa asin memberi rasa gurih. Kadang-
kadang kita merasakan rasa hangat terhadap suatu makanan yang suhunya
normal. Rasa kecap utama tadi tidak tersebar merata di seluruh lidah,
tetapi punya distribusi sendiri-sendiri.

52
Pada ujung lidah terutama rasa manis dan asin, pada tepi lidah rasa asam.
Pada pangkal lidah untuk rasa pahit (papila sircum valata).
a. Circulation Time
Di dalam klinik, kemampuan pengecapan dapat digunakan untuk
mendeteksi kelainan jantung/sirkulasi darah yaitu dengan
menghitung waktu. Bila ke dalam vena lengan disuntikkan
gulkose, dalam beberapa detik kemudian gula tadi melalui aliran
darah akan sampai ke lidah.
b. To Tongue Time (waktu sirkulasi lengan.)
Pada kebocoran katup jantung circulation waktu ini memendek.
Seseorang yang terserang demam sering mengaluh pahit di lidah,
hal ini disebabkan karena demam banyak erytrozit yang pecah
dimana terbentuk bilirubin yang mengakibatkan aliran darah
akhirnya sampai ke lidah.
c. After Image (rasa iringan)
Setelah seseorang memakan sesuatu yang pahit, meskipun sudah
berkumur rasa pahit ini masih tetap ada, keadaan ini dinamakan
afer image (rasa iringan positif). Hal ini mungkin disebabkan di
dalam rongga piala pengecap masih ada sisa dari zat yang pahit
tadi.
d. Kontras
Setelah kita memakan zat yang pahit atau asin kemudian kita
makan yang manis, maka akan terasa sangat manis. Setelah kita
merasakan zat yang asam kemudian kita minum air biasa maka air
itu akan terasa manis. Konstras demikian disebut : Kontras
succesive/berturutan. Bila sisi kiri dari lidah diberi rasa asin maka
kepekaannya terhadap rasa manis pada sisi kanan dari lidah akan
meningkat. Kontras demikian dinamakan : Kontras simultan.
Fungsi dari sensasi pengecap adalah membantu pencernaan bila seseorang
kehilangan indra pengecap (A geusia).

53
Tugas (Penciuman)
1. Diskusikan dengan teman apa yng dilakukan untuk mengetes daya
penciuman Pada anak berkebutuhan khusus.
2. Jelaskan apa fungsi dari saraf yang terdapat pada indra penciuman.
3. Jelaskan ciri – ciri anak berkebutuhan khusus yang mengalami penciuman
4. Jelaskan apa yang terjadi apabila terdapat kerusakan pada organ hidung
5. Carilah macam- macam penyakit yang terjadi pada ABK bila mengalami
kerusakan pada sraf – saraf pada organ penciuman.
6. Jelaskan mengapa seseorang bila menangis air hidung atau hingusnya juga
keluar
7. Jelaskan mengapa seseorang bila mencium masakan yang wangi kemudian
muncul rasa lapar. Hal ini apakah terjadi pada ABK

Tugas (Pengecapan)
1. Diskusikan dengan teman apa yng dilakukan untuk mengetes rasa kecap
utama Pada lidah a nak berkebutuhan khusus.
2. Jelaskan apa fungsi dari saraf yang terdapat pada indra pengecap.
3. Jelaskan ciri – ciri anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan
ini
4. Jelaskan apa yang terjadi apabila terdapat kerusakan pada organ lidah
5. Carilah macam- macam penyakit yang terjadi pada ABK bila mengalami
kerusakan pada sraf – saraf pada lidah

54
BAB VI
OTOT

Pendahuluan
Otot merupakan anggota tubuh yang penting untuk keutuhan tubuh manusia,
pada bab ini membahas tentang pengertian otot dan bagian dari otot, macam-
macam bentuka otot, manfaat otot, akibat yang terjadi apa bila otot mengalami
gangguan atau kerusakan pada tubuh manusia.
Tujuan:
Setelah mempeajari bab ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan
1. Perbedaan antara otot sadar dan otot tidak sadar
2. Menjelaskan fungsi otaot sadar dan otot tidak sadar
3. Memahami mentuk-bentuk otot pada tubuh manusia
4. Menelaskan kerusakan yang terjadi apabila ototnya mengalami
kelumpuhan
5. Menjelaskan penyakit yang diakibatkan oleh gangguan pada otot

A. Macam-Macam Otot
Otot terdiri dari 3 jaringan.
1. Otot sadar (otot lurik), atau otot bercorak.
Otot lurik ini mempunyai peranan untuk menggerakkan tulang,
biasa disebut juga dengan otot rangka. Otot ini berupa sraut silindris yang
mempunyai sifat sama dengan jaringan lain, dan berupa serabut-serabut
panjang yang banyak mengandung inti sel. Apabila otot ini berkontraksi ia
akan memendek dan setiap serabut-serabutnya akan turut bergeraka. Otot-
otot ini akan berkontraksi bila dirangsang oleh saraf.
2. Otot Polos (otot sadar)
Otot ini dapat berkontraksi tanpa melalui rangsangan saraf dan
tidak berhubungan dengan tulang melintang dengan pembentukan alat-alat

55
dalam. Otot ini biasanya berbentuk seperti kumparan, panjangnya
beberapa mikron, biasanya otot ini bergerak tidak menurut kehendak kita.
2. Otot Jantung
Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bentuknya bercorak atau
bergaris seperti otot sadar. Kerja it ini tidak dapat dipengaruhi oleh
kemauan kita. Otot-otot ini menyebabkan terjadinya pergerakan di dalam
sendi. Apabila pergerakan sama di dalam sendi disebut dengan otot
Synergis. Bila pergerakannya berlawanan maka disebut dengan otot
Antagonis.
Sifat-sifat otot.
a. Otot mudah terangsang,
b. mudah berkontraksi
c. dapat meregang
d. dapat melebar
e. mempunyai irama.

B. Tonus Otot
Tonus otot adalah otot-otot yang waktu istirahat tidak rileks sempurna,
tetapi masih dalam keadaan sedikit tegang. Tonus otot berfungsi untuk
mempertahankan persendian dan otot dalam keadaan siap untuk berkontraksi
bila diperlukan. Otot berkontraksi maka tonus otot meningkat disebut juga
dengan Hipernon dan bila otot tidak berkontraks atau otot lumpuk maka
tonus ototnya melemah, hal ini disebut dengan Hipotoni.
Macam-macam kontraksi otot.
1. Kontraksi isotonik (kontraksi dinamis)
Kontraksi isotonik ini disebut juga dengan kontraksi dinamis, yaitu
suatu kontraksi otot yang panjangnya berubah sedangkan tegangannya
tidak berubah, serta gerakan-gerakan ototnya tampak jelas. Perubahan otot
menjadi pendek dinamakan kontraksi konsentrik sedangkan perubahan
otot menjadi panjang disebut dengan kontraksi eksentrik.

56
2. Kontraksi isometrik (Kontraksi statis)
Yaitu suatu kontraksi otot dimana panjang otot tidak berubah.
Sedangkan ketegangan otot bisa berubah. Di sini tidak tampak gerakan-
gerakannya.

C. Bentuk Otot
Berdasarkan bentuknya otot dapat dikelompokkan menjadi :
1. Otot berbentuk bulat panjang (otot penjahit) atau m. sortorius
2. Otot yang berbentuk lepas (otot dada besar), atau m. pectoralis mayor.
3. Otot yang berbentuk pipih dan lebar, (otot kerudung), atau m. trapezius
dan otot punggung lebar (m. latissimus dorsi)).
4. Otot yang berbentuk bulu ayam.
5. Otot berbentuk lingkaran
Otot ini menutup suatu rongga (otot lingkar mata dan otot lingkar mulut).
6. Otot berbentuk kumparan
Otot ini berbentuk bulat agak panjang (m. biceps brochii).

Berdasarkan fungsi otot ini dapat dikelompokkan menjadi :


1. Fleksor
Berfungsi untuk mengadakan gerakan atau fleksibel suatu persendiaan
yaitu gerakan memperkecil sudut antara dua tulang.
2. Ekstensor
Berfungsi untuk mengadakan gerakan ekstensi yaitu gerakan memperbesar
sudut atau melurukan pada suatu persendiaan.
3. Adduktor
Berfungsi untuk mengadakan gerakan adduksi yaitu gerakan mendekati
tubuh.
4. Abduktor
Berfungsi untuk mengadakan gerakan gerakan abduksi yaitu gerakan ke
samping menjauhi tubuh.

57
5. Pronator
Berfungsi untuk mengadakan gerakan pronasi, yaitu gerakan memutar
lengan bawah dari sikap menghadap ke atas menjadi ke bawah.
6. Supinator
Berfungsi untuk mengadakan gerakan supinasi yaitu gerakan memilinkan
lengan bawah dari sikap menghadap ke bawah menjadi ke atas.

D. Otot pada Gelang Bahu dan Lengan


Otot-otot gelang bahu dan lengan merupakan suatu kesatuan serta
mempunyai fungsi sebagai alat penggerak tubuh bagian atas. Gerakan gelang
bahu yaitu geraka untuk mengangkat bahu, menurunkan bahu, menggerakkan
bahu ke depan, menggerakkan bahu ke belakang, dan memutar bahu.
Sedangkan gerakan yang dapat dilakukan pada sendi bahu yaitu
mengayunkan lengan ke depan, ke belakang, mengangkat lengan ke samong,
menjauhi badan, menarik badan dari samping untuk mendekati badan,
memutar lengan ke arah dalam, memutar lengan ke arah luar.Gerakan yang
dapat dilakukan pada sendi siku adalah membengkokkan siku dan meluruskan
siku. Gerakan pronasi dan suspensi dapat dilakukan pada sendi hasta.
Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pada sendi pergelangan tangan
adalah membengkokkan tangan ke arah telapak tangan, membengkokkan
tangan ke arah punggung, membengkokkan tangan ke arah ibu jari,
membengkokkan tangan ke arah jari kelingking, memutar tangan
(sirkumdasi). Sedangkan pada sendi-sendi tangan yang lain yaitu
menggerakkan jari-jari tangan, meluruskan jari-jari tangan. Otot-otot pada
gelang bahu :
1. Otot yang menghubungkan taju duri dengan bahu :
a. Otot kerudung (trapezius)
b. Otot bentuk belah ketupat
c. Otot pengangkut belikat
2. Otot yang menghubungkan taju duri dengan tulang lengan atas adalah otot
punggung lebar.
3. Otot-otot yang menghubungkan tulang-tulang rusuk dengan bahu.

58
E. Otot-otot pada Gelang Panggul dan Tungkai
Otot-otot gelang panggul dan tungkai berfungsi untuk menaham brat
badan bagian atas, juga sebagai alat penggerak tubuh pada bagian bawah.
Gelang panggul ini merupakan bagian yang menghubungkan antara tungkai
dan badan. Otot-otot yang berada pada bagian ini pun lebih besar dan kuat
dibandingkan dengan otot-otot bagian tubuh yang lainnya karena ini
merupakan otot penahan berat tubuh. Gerakan yang dapat dilakukan pada
sendi pangkal paha adalah :
1. Mengayunkan tungkai ke depan.
2. Mengangkat tungkai ke samping
3. Menjauhi badan
4. Menarik tungkai ke tengah mendekati poros tubuh
5. Memutar tungkai ke arah dalam.
6. Memutar tungkai ke arah luar.
Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pada sendi lutut adalah fleksidan
esktensi, sedangkan gerakan yang dapat dilakukan pada sendi pergelangan
kaki adalah gerakan fleksi ke arah punggung kaki, fleksi ke arah telapak kaki.
Gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pada sendi-sendi kaki lainnya adalah
gerakan fleksi dan ekstensi jari-jari kaki.

F. Otot-otot pada Leher dan Badan


Otot pada bagian ini terdiri dari :
1. Otot pada leher
2. Otot pada punggung
3. Otot pada rangka dada
4. Otot perut
5. Otot-otot pada leher
Otot-otot pada leher pada umumnya mengadakan gerakan mnarik kepala
ke depan, ke samping, ke belakang, memutar kepala . adapun otot leher
adalah :
a. otot-otot leher samping lapisan atas
b. otot-otot leher samping lapisan dalam

59
c. otot-otot leher depan lapisan atas
d. otot-otot leher depan lapisan atas
2. Otot-otot pada punggung
Otot-otot punggung berfungsi untuk mengadakan gerakan-gerakan
ekstensi badan, fleksi badan ke arah samping kiri atau kanan dan memutar
badan srta memutar kepala.Otot –otot ini memanjang mulai dari tulang
selangkang sampai tulang belakang kepala. Otot-otot ini tertutup oleh otot-
otot gelang bahu bagian belakang. Otot-otot pada punggung terdiri dari :
a. Otot-otot punggung samping lateral
b. Otot-otot punggung samping lapisan atas
c. Otot-otot punggung samping lapisan dalam
d. Otot-otot punggung samping tengah
e. Otot-otot punggung samping tengah lapisan atas
f. Otot-otot punggung samping tengah lapisan dalam.
g. Otot-otot di bawah tulang kepala
3. Otot-otot rangka dada
Otot ini berfungsi untuk mengangkat tulang-tulang rusuk ke atas pada
waktu menarik nafas dan menurunkan tulang-tulang rusuk ke bawah pada
waktu mengeluarkan nafas.
4. Otot-otot perut
Otot ini melindungi dan mempertahankan alat-alat pencernaan di bagian
depan sedangkan dinding perut bagian belakang membentang antara
tulang usus dengan tulang-tulang rusuk bagian samping.

Tugas

1. Diskusikanlah apa saja penyakit yang diakibatkan oleh gangguan pada otot
2. Jelaskan apa apa saja bentuk dari pada otot.
3. Jelaskan fungsi otot pada tubuh manusia.
4. Apa saja gerakan-gerakan otot yang sesuai dengan bentuk dan fungsinya.
5. Jelaskan bagaimana memelihara otot supaya tidak mengalami kerusakan

60
VII
GENETIKA

Pendahuluan
Genetika disebut juga dengan ilmu pewarisan sifat keturunan. Pada bab ini
membahas tentang pengertian genetik, istilah-istilah genetika, peranan genetika,
kromosom dan gen serta hukum mendel.
Tujuan:
Setelah mempeajari bab ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1. Menjelaskan pengertian genetika
2. Menyebutkan istilah-istilah genetika
3. Memahami peranan genetika
4. Menjelaskan kromosom dan gen
5. Menguraikan hukum mendel

A. Pengertian Genetika
Genetika disebut juga dengan ilmu pewarisan sifat keturunan.
Genetika ialah ilmu yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan sifat
yang diturunkan atau sifat menurun, cara-cara mewariskan sifat-sifat
keturunan, serta pengaruh faktor luar kepada keturunannya. Telah kita pahami
bersama bahwa anak biasanya mencerminkan sifat-sifat yang dipunyai oleh
kedua orang tuanya. Dalam genetika diterangkan bagaimana keturunan dapat
menyerupai atau berbeda dari orang tuanya.
Perlu kita ketahui bersama bahwa yang diturunkan bukannya sifat-
sifat fisik orang tua yang sama dengan anaknya, seperti : rambut keriting,
warna kulit, melainkan gen yang menentukan sifat yang diturunkan. Adapun
persamaan dan variasi dari sifat yang diturunkan tergantung dari gen. Variasi
adalah perbedaan-perbedaan antara individu-individu dalam suatu spesies;
yaitu;
1. Bila variasi tersebut disebabkan oleh perbedaan faktor lingkungan atau
keadaan waktu hamil maka ddisebut variasi somatis, variasi diluar dugaan,

61
dimana kedua orangtua sehat.Pebedaan ini tidak diturunkan kepada
keturunan berikutnya disebut Modifikasi.
2. Bila variasi terjadi secara tiba-tiba tanpa pengaruh lingkungan disebut
variasi germinal atau variasi turun temurun. Variasi germinal ini dapat
diturunkan kepada keturunan berikutnya, karenan gen mengalami
perubahan struktur dan kimiawi. Perubahan ini disebut Mutasi. Variasi ini
merupakan pembawa sifat (carrier) yang diturunkan terus menerus.

B. Istilah Dalam Genetik


1. Fenotip : Bentuk luar / faoktor yang tampak.
2. Kromosom : Inti sel yang berpasangan (23 pasang) dan mempunyai
sifat tetap.
3. Gen : Suatu penentu sifat keturunan dan melekat pada benang-
benang kromosom (40.000 gen)
4. Genotip : Susunan gen dalam sel itu sendiri.
5. Homozigot : Apabila pasangan kedia dari alela pada satu individu
sama. Misalnya AA, BB, aa, bb.
6. Heterozigot : Apabila kedua pasangan dari alela satu individu berbeda.
7. Alela : Anggoto dari satu pasang gen yang terdapat pada suatu
tempat. Misalnya : Rr (r) adalah Alela dari R besar.
8. Domian : Faktor yang dikalahkan. Misalnya : Bb dimana b nya
Resesif.
9. Intermedier : Faktor yang sama kuat dan memiliki kedua sifat alelanya.
Misalnya : persilangan Merah + Putih , maka terjadi Merah muda atau
penengah antara Dominan + resesif.
10. Paralel : Induk dari perkawinan. Misalnya :

><
TT tt

Mutasi : Perubahan dari gen

62
C. Peranan Genetika
Peranan genetika mempunyai peranan penting banyak hal yang praktis,
misalnya:
1. Membantu menghindari kekeliruan dalam memuat diagnosa penyakit.
2. Membantu menyelesaikan peristiwa-peristiwa kriminal yaitu dengan
pengetahuan tentang golongan darah.
3. Permukaan tumbuhan dan hewan, yaitu dalam bidang pertanian dan
perternakan.
4. Masalah kemanusiaan ; perkawinan dan reproduksi, perbedaan suhu, dan
defisiensi mental.

D. Kromosom dan Gen


Tubuh manusia dibentuk oleh berjuta-juta sel. Didalam sel terdapat
inti/ nukleus sel yang dapat dilihat dengan mikroskop.Kromosom terdapat
didalam inti, melalui pemeriksaan miskroskopis, kromosom tidak terlalu
kelihatan atau nampak tetapi ia akan nampak di bawah mikroskop pada waktu
sel mengadakan pembelahan.
Kromosom tampak sebagai benang-benang dan di dalamnay tersusun
gen-gen. Gen-gen inilah yang diwariskan dari orang tua kepada keturunannya
melalui gamet-gamet. Baik gamet jantan maupun gamet betina ini merupakan
hasil dari pembelahan sel yang disebut Meiosis.
Pada pembelahan meiosis, sebuah sel induk yang bersifat diploid (2)
akan menjadi 4 sel anak yang masing-masing haploid (n). Hal ini terjadi pada
pembentukan gamet jantan (spermatogenesis).
1 spermatogonium 4 spermatozoa
(2 n) (n)

sedangkan pada pembentukan gamet betina (orgenesis) :


1 dogonium 1 ovum + 3 badan polair
(n)
Melalui spermatozoa dan ovum, gen-gen diwariskan dari orang tua
kepada keturunanya .

63
Jumlah kromosom di dalam inti sel karektiristik untuk setiap spesies :
1. Manusia mempunyai 46 kromosom
2. Tikus mempunyai 40 kromosom
3. Jagung mempunyai 20 kromosom.
Setiap kromosom membawa ratusan atau ribuan gen-gen. Kromosom
pada manusia diperkirakan membawa minimal 40.000 gen. Gen-gen
sebanyak ini bertanggung jawab mewariskan ciri-ciri, sifat-sifat yang
membangun kepribadian fisik dan mental seseorang.
Kromosom pada manusia terdiri dari 46 butir (23 pasang).
44 butir (22 pasang) autosom
2 butir ( 1 pasang) textosom.
Masing-masing kromosom berpasangan. Apabila tidak sesuai dengan
pasangannya maka akan terjadi kecacatan, yaitu mental, mata, fisik, bibir. Sel
terdapat diseluruh tubuh manusia, yaitu :
1. dinding sel
2. inti sel (nukleus)
3. membran sel
4. dinding inti sel
5. cairan sitoplasma
6. kromosom
Nukleus bila sedang istirahat tidak akan membelah. Bila membelah butir-
butirnya akan menjadi benang-benang yang disebut kromosom atau kromatik.
Dalam tumbu manusia dibentuk pertemuan sel telur dan spermatozoa,
sehingga menghasilkan zygot.zigot adalah peleburan ovum dan spermatozoa
dan mengandung 46 kromosom. 23 kromosom dari ovum dan 23 kromosom
dari spermatozoan. Zigot membelah diri menjadi berjuta-juta sel yang
membentuk tubuh manusia, dimana setiap sel mengandung 46 kromosom
yang saling membawa gen-gen yang sama.

64
E. Hukum - Hukum Mendel
Ada dua hukum dasar tentang genetika yang dirumuskan oleh Greger
Mendel. Mendel merumuskan hukum-hukumnya berdasarkan percobaan
penyilangan pada pisum astivum.
Hukum Mendel I : Hukum Memisas / Hukum Sekresi
Pada pembentukan gamet, gen yang sama merupakan pasangan yang
disegresikan pada dua sel anak atau disebut dengan gen yang menyebabkan
cacat Heterozigot. Dalam hukum Mendel I ini percobaan yang dilakukan oleh
Mendel adalah menggunakan tanaman visum sativum, ia menyilangkan
bunga dan kulit bijinya berwarna merah dengan tanaman yang bunga dan
kulit bijinya berwarna putih. Misalnya :
R = gen untuk warna merah
r = gen untuk warna putih.
Karena gen diwariskan dari orang tua melalui gamet-gamet sedangkan
individu dihasilkan dari pertemuan gamet jantan dan betina maka satu
individu jadi :
RR = tanaman yang bunga dan kulit bijinya merah.
rr = tanaman dan kulit bijinya putih.
Selanjutnya digunakan simbol-simbol sebagai berikut.
P = parental (orang tua)
F1 = Filial 1 (turunan pertama)
F2 = Filial 2
F3 = Filial 3
Diagram perkawinan dapat digambarkan sebagai berikut.

P RR >< rr
(bunga kulit merah) (bunga dengan kulit putih)
R r

F1 Rr
(bunga dan kulit biji merah)

65
Jika tanaman F1 mengadakan penyerbukan dan perkawinan sendiri maka :

Rr >< Rr

F2 = RR = bunga dan kulit merah


Rr = bunga dan kulit merah
Rr = bunga dan kulit merah
rr = bunga dan kulit putih.

Pada F2 terjadi pemisahan dengan perbandingan :


3 merah : 1 putih atau 3 : 1

Sifat yang dapat dilihat pada suatu individu seperti warna, bentuk,
ukuran disebut “Phaenotype”. Susuan genetis dari suatu individu, sehingga
tidak dapat dilihat dari luar disebut “Genotype”. Sedangkan anggota dari
satu pasang gen yang terdapat pada 1 tempat dinamakan : Alela”,
misalnya : Rr, maka r adalah alelanya R. Pada keturunan F2 dari diagram
perkawinan dapat dilihat pada warna merah menutupi warna putih.
Gen yang pengaruhnya menutup alela disebut “Gen Dominant”
sedangkan gen pengaruhnya tertutup oleh allelanya dinamakan “Gen
Resesif”. Tumbuhan F1 yang mempunyai genotype Rr disebut
“Heterozigot” sedangkan genotip RR dan rr disebut “Homozigot”.
Penyilangan antara 2 individu yang berbeda dalam satu pasang sifat
disebut “Penyilangan Monohibrida”, yang ternyata mengikuti hukum
Mendel I atau hukum Segresi yang berbunyi “Pada pembentukan gament-
gamet, kedua gen yang merupakan pasangan itu akan dipisahkan atau
disegresikan ke dalam dua sel anak”.

66
Contoh lain penyilangan monohibrida, yaitu kelainan pada manusia
yang disebut Albino. Albino ternyata ditentukan oleh gen resesif.

A = gen untuk pigmentasi kulit normal.


a = gen untuk albino.

Seorang gadis albino kawin dengan pemuda yang normal pigmentasinya,


akan memberi keturunan sebagai berikut.

P1 aa >< AA
(gadis albino) (pria normal)

F1 Aa’
Anak pigmen normal

Bila seorang gadis dengan pigmentasi normal dari F1, kawin dengan
pemuda dengan pigmentasi normal, memungkinkan akan lahir seorang
anak albino. Hal tersebut terjadi bila pemuda tersebut normal heterozygot
seperti gadis hal F1.

P1 Aa >< Aa
(gadis normal) (pria albino)

F1 AA = normal
Aa = normal
Aa = normal
Aa = albino

Jadi rasio phaenotip : ¾ - normal ( ¼ albino)


Hukum mendel ini berlaku satu tanda (Mono)

67
Hukum Mendel II : Hukum Independent Assormant
Mendel mengadakan penyilangan antara dua individu yang
berbeda dalam dua pasang sifat disebut : penyilangan Dihibrida.
Contoh :
Pada Marmot.
B = gen untuk warna biru
b = gen untuk warna coklat
L = gen untuk rambut panjang
B = gen untuk rambut pendek.

P1 BBLL >< bbll


(hitam rambut panjang) (coklat rambut pendek)
F1 BbLl
Hitam rambut panjang

Gamet : BL, Bl, bL, bl


Gamet : BL, Bl, bL, bl

BL, Bl, bL, bl


BL BBLL BBLl BbLL BbLl
Bl BBLl BBll BbLl Bbll
bLbl BbLL BbLl bbll BbLl
BbLl Bbll bbLl bbll

Rasio Phaenotipnya :
Hitam rambut panjang : coklat rambut panjang
Hitam rambut pendek : coklat rambut pendek
9 : 3 : 3 : 1
Rasio Genotipnya :
BbLl : BBLl : BbLL : bbLl : Bbll : BBll : bbLL : BBLL : bbll
4: 2 : 2 : 2 : 2 : 1 : 1 : 1 : 1

68
Atas dasar penyilangan Dihibrida ini Mendel merumuskan hukum
independent assortment, yang berbunyi : “Bila individu berbeda satu
dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih maka diturunkannya
sifat yang sepasang itu tak tergantung dari pasangan sifat yang lain.
Pada penyilangan tersebut di atas, gen untuk warna hitam (B) tidak
usah selalu bersama-sama dengan gen untuk rambut panjang (L), tapi akan
diuraikan secara bebas, sehingga dapat membentuk kombinasi baru sel
kelaminnya yaitu Blade dan bL.

Tugas

1. Jelaskan pengertian genetika


2. Sebutkan dan jelaskan istilah-istilah genetika yang kamu ketahui
3. Jelaskan peranan genetika dalam kehidupan manusia
4. Lakukan penghitungan mendel I dan II !

69
BAB VIII
ANATOMI FISIOLOGI SUSUNAN SARAF

Pendahuluan
System persarafan adalah suatu system yang ada pada tubuh dan berfungsi
untuk : Menangkap rangsangan, Mengolah rangsangan di pusat persarafan,
Menghantarkan kembali hasil pengolahan ke organ tubuh tertentu sehingga
menghasilkan suatu efek yang berguna bagi tubuh.. Pada bab ini membahas
tentang susunan saraf pusat yang meliputi otak besar, otak kecil, batang otak,
medulla spinalis, dan system saraf tepi.
Tujuan:
Setelah mempeajari bab ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1. Menjelaskan tentang otak besar
2. Menjelaskan tentang otak kecil
3. Menjelaskan tentang batang otak
4. Menjelaskan tentang medulla spinalis
5. Menjelaskan tentang system saraf tepi

A. Susunan Saraf Pusat (Central Nervus System)


System persarafan adalah suatu system yang ada pada tubuh dan
berfungsi untuk :
1. Menangkap rangsangan
2. Mengolah rangsangan di pusat persarafan
3. Menghantarkan kembali hasil pengolahan ke organ tubuh tertentu
sehingga menghasilkan suatu efek yang berguna bagi tubuh. Oleh
karena itu system saraf terdiri dari beberapa komponen yaitu: receptor,
serabut saraf, pusat persarafan.

70
Berdasarkan letaknya system saraf, menurut Sumarno Markam
(1982:80) terdiri dari:
1. Susunan saraf pusat
a. Otak
1) Otak besar ( serebrum)
2) Otak kecil ( serebrum)
3) Batang otak ( trunkus serebri ), batang otak terdiri dari:
- Diencephalon
- Otak tengah/Mensensefalon
- Pons
- Medulla oblongata
b. Medulla Spinalis (sum-sum tulang belakang)
2. Susunan saraf tepi / perifer
a. Saraf somatif
- Saraf kranial ( 12 pasang )
- Saraf spinal (31 pasang)
b. Susuan saraf otonom meliputi:
- Saraf simpatis
- Saraf parasimpatis
3. Susunan saraf autonom
Susunan saraf pusat merupakan organ yang sangat penting diantara organ
tubuh yang lain, sebab susunan saraf pusat ini merupakan pusat vital dari
organ tubuh tertinggi. Pada organ ini terjadi aktivitas yang mengatur organ
tubuh yang lain baik susunan saraf sematik maupun susunan saraf otonom.
Dengan aktifitas ini maka pada organisme dijumpai tanda-tanda kehidupan.
Otak ialah suatau alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat-alat tubuh. Otak terdiri dari ruang tengkorak
(Cavum erainni) dan dibungkus oleh selaput otak (Meningia). Menigia ini
berfungsi melindungi struktur saraf yang halus itu, untuk membawa
pembuluh darah dan melindungi saraf dari benturan atau goncangan.
Meningia terdiri dari tiga lapis yaitu: piameter, arakhnoid, dan durameter.

71
Durameter, yaitu selaput yang padat dan keras, pembungkus otak paling
luar yang melapisi tengkorak. Selaput ini berasal dari jaringan ikat yang tebal
dan kuat. Arakhnoid, yaitu selaput tipis dan transparan yang membentuk
sebuah balon atau saku berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf
sentral. Selaput halus ini yang memisahkan piameter dan duramater.
Piameter merupakan selaput ini yang menyelipkan dirinya ke dalam
cairan otak dan sumsum tulang belakang, dan yang menyediakan darah untuk
struktur- struktur di otak ini :
1. Otak besar
Otak besar terdiri dari dua belahan yang disebut hemisfer, yaitu
hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Kedua hemisfer dihubungkan oleh
struktur yang disebut korpus kolosum dan yang menjembataninya adalah
fissure longmatmalis medtalis. Secara garis besar, otak besar dibagi dua
yaitu: bagian dalam atau medulla serebrum, berwarna putih karena disini
hanya berisi serat saraf, bagian luar disebut cortex cerebri
(Substansiaalba), berwarna abu- abu maka disebut pula subsanstagrisea.
Permukan otak tidak merata melaikan berlekuk- lekuk. Lekukan otak
ini disebut Gyrus ( kalau banyak jamak disebut Gyrii). Dan terdapat celah
diantara dua lekukan yang disebut sulkus (Kalau banyak disebut sulcii),
dan bilamana lekukan itu panjang disebut fisura.
Adanya suleii dan ryii menjadikan permukaan otak (Cortex cerebri)
sangat luas, hal ini dikarenakan otak sampai umur tertentu terus tumbuh
sedangkan tulang tengkoran sudah terhenti perkembangnya.Lapisan cortex
cerebri yang menutupi seluruh permukaam otak tebalnya kira-kira 1,3
sampai 4,5 mm, diperkirakan berisi sel saraf sebanyak 14.000.000.000.
Cortex cerebri merupakan system saraf penting, karena di sini terdapat
pusat segala aktivitas tubuh, seperti pusat pengerakan, penghayatan, pusat
berfikir, mencipta, bicara , dan pusat menggambarkan berbagai
emosi.Berdasarkan adanya gyrus dan sulcus tersebut, otak dibagi atas 4 (
empat ) lobus ( kalau satu lobus) dan beberapa daerah yaitu: lobus
frontalis, lobus parietalis, lobus temporatis, lobus oksipitas dan daerah
insula reili serta gyrus singuli.

72
a. Lobus Frontalis
Bagian depan dari otak besar ( hampir 1/3 bagian depan dari
hemisphere ) yang di bagian belakang dibatasi oleh sulkus sentralls
rolandi dan di atas dari fissure lateralis sylvi. Lobus frontalis ini
dibagian lateral terbagi dalam gyrus frontalis superior, media, inferior
dan gyrus prentralis. Broudman membagi lobus frontalis dalam
beberapa area, yaitu: area 4,6,8,10,11,12,dan 14.
Area 4 : merupakan pusat motorik primer. Bila dirangsang bagian tubuh
yang berlawanan akan bergerak. Bila area 4 ini dirusak maka terjadi
kelumpuhan kontra lateral ( berlawana arah )
Area 6 :pusat gerakan keahlian/ motorik sekunder.
Seperti halnya area 4, area ini juga mengurus bagian tubuh kontra
lateral.99 % dari manusia melakukan kegiatan dengan tangan kanan,
berarti hemisfer kiri secara fungsional lebih berperan karena itu
hemisfer kiri disebut hemsphere dommant atau hemisphere mayor.
Area 9,10,11,12;/ kecerdasan
Area ini disebut area diam atau silent area. Disebut demikian karena
bila area ini dirangsang / rusak tidak terjadi kelumpuhan tetapi terjadi
perubahan watak atau kejiwaan orang lain, percabaan pada binatang
bila area itu dibuang binatang yang semula galak berubah menjadi
toleran,.karena itu area ini disebut area asosiasi .Area ini merupakan
pusat pengolahan ingatan. Dimana proses intelektual, moral diatur.
Oleh karena itu area ini disebut juga center or rogan of mind.
Area 44 : area ini merupakan pusat bicara ( broca)
Bila area ini rusak, akan terjadi aphasia motoris, yaitu orang tersebut
tidak dapat berbicara tetapi masih mengerti pembicaraan orang lain.
Area Broadman 44 ini terletak pada pars opercularis.

73
b. Lobus Parietalis
Lobus ini terletak diantara sulkus sentralis sampai ke fissure
parietal eksipitalis. Lobus ini merupakan pusat sensorik. Dengan lobus
ini kita dapat mengenal segala macam sensasi melalui perabaan. Area
3,1,2, merupakan pusat primer dan area 5,7 merupakan pusat
sekundernya.
Kerusakan yang terjadi pada lobus parietalis ini menyebabkan
seseorang kehilangan kemampuan untuk mengenal benda yang
ditemukan sehari –hari melalui perabaan, atau yang disebut agnosta
taktil, bahkan orang itu tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya
sendiri, seperti tidak dapat mengerakan jari ( disebut finger agnosia ).
Dalam proses mengenal alam benda- benda disekitar kita, kita
kenal dengan panca indera. Setiap stimulus yang datang pada reseptor
akan memberikan sensasi dan kesan yang direkam oleh otak yang
dinamakan engram yang sudah ada sejak kita lahir tanpa disadari. Bila
kita menghalangi suata benda seluruh panca indera membuat engram.
Seluruh engram merupakan kesatuan sehungga kita punya suatu
gambaran tentang suatu benda yang dinamakan persepsi.
Seluruh engram yang direkam oleh panca indera akan
dikumpulkan dalam satu daerah yaitu area 39 ( angularis ) dan area 40 (
supra marginalis ) yang kedunya terletak pada lobus parietalis. Pusat
inilah yang mengintegrasikan semua engram panca indera, sehingga
kita mampu mengenal benda. Karena itu area 39 dan 40 disebut juga
area mengenal ( gnosia area atau integrative area )

c. Lobus Temporalis
Lobus ini terletak di bawah fisura lateralis (sylvi) dan menyebar
ke belakang ke daerah fisura parietal oksipitalis. Pada lobus temporalis
terdapat pusat pendengaran primer
(area 41) yaitu daerah untuk interpretasi, pendengaran,
mendengarkan dan mengartikan apa yang didengar. Area ini disebut
juga Werneke. Disamping ini terdapat pula area 42 yang merupakan

74
pusat sekunder, yaitu tempat menyimpan suara-suara yang pernah
didengar dan mengeluarkan kembali bila diperlukan. Juga pada lobus
ini terdapat sebagian daya ingat dan psikis. Gangguan pada lobus
temporalis akan menyebabkan :
• Gejala psikotor epilepsy, dimana terdapat adanya halusinasi
pendengaran, penciuman, penglihatan dan gangguan kesdaran.
• Gejala aphasia sensoris, yaitu kemampuan bicara seseorang masih
utuh tetapi ia tidak dapat menangkap pembicaran/isayarat orang
lain.

d. Lobus Oksipitalis
Lobus ini terletak di belakang jussura parietal oksipitalis. Fungsi dari
lobus ini ialah sebagai pusat penglihatan primer. Pusat integrasi
penglihatan yaitu pada daerah fisura kalkarina ( area 17,18,19 )
Area 17 : adalah area dimana pertama kali untuk melihat (arrival
area)
Area 18 : adalah area untuk mengenal yang dilihat ( knowling area)
Area 19 : adalah area untuk mengigat kembali benda yang
dilihatnya ( revisualization )

2. Otak Kecil (Serebellum)


Otak kecil adalah bagian terbesar dari otak belakang. Otak kecil
menempati fosea kranialis posterior dan diatapi oleh tentorium serebeli
yang merupakan liputan durameter yang memisahkan otak kecil menjadi
dua hemisfer kiri dan kanan.
Otak kecil mempunyai hubungan dengan berbagai bagian lain dari
system persarafan. Tetapi hubungan yang terutama ialah dengan hemisfer
serebri pada sisi yang lain, dan dengan batang otak. Selain itu, otak kecil
menerima serabut saraf dari sumsum tulang belakang dan berhubungan
dengan pusat-pusat reflek penglihatan pada otak tengah (diensefalon),
dengan thalamus dan dengan serabut-serabut saraf

75
Pembagian otak kecil :
1. Lobus flokounobularis (keseimbangan)
2. Lobus corpus cerebri, terbagi atas:
- Lobus anterior :
• Lingualis
• Centrelis
• Culmen
- lobus posterior
• Lobus simplex
• Declive dengan lobus ansiformis
• Tuber dengan lobus paramedian
• Pyramid
• Uvela dengan parafloculus

Fungsi otak kecil adalah :


1) pusat koordinasi gerak
2) pusat pengatur keseimbangan dan sikap tubuh
3) pusat vital, yaitu sebagai pusat koordinasi saraf-saraf otonom
(yang mensarafi alat-alat dalam seperti : paru-paru, ginjal,
jantung, pencernaan, dan sebagainya).
Gangguan dari otak kecil :
1) Gangguan sikap, terdiri dari :
- atonic
- sikap berdiri, keseimbangan tubuh terganggu (diskurlibrium,
pada manusia terlihat apabila ia cenderung untuk jatuh ke
depan, belakang atau samping sewaktu berdiri).
- Reflek tendon menurun atau memperlihatkan sifat pendular,
yaitu gerakan jawaban atas ketukan pada tendon lutut berupa
gerakan tungkai bawah yang berayun-ayun bagaikan bandul
lonceng.

76
2) Gangguan gerakan sengaja
- Otot anggota gerak terasa lembek dan cepat lelah
3) Gangguan bicara, dimana artikulasi, fonasi bicara menjadi
eksplosit, suara terlalu keras, ucapan suku-suku kata terpisah

3. Batang Otak
a) Diensefalon
Diensefalon adalah bagian batang otak paling atas yang
terdapat diantara cerebelum dan mesencerfalon. Diensefalon
mempunyai dinding dan dasar yang tebal tetapi atasnya tipis. Di
tengahnya terdapat suatu rongga yang dapat membesar, yang di
dalamnya mempunyai saluran yang disebut ventrikulus tersius.
Pada dinding terdapat suatu daerah yang disebut thalamus. Di
bawah thalamus terdapat daerah yang disebut hipotalamus. Di
dalam hipotalamus terdapat daerah-daerah yang menjadi pusat
kegiatan manusia, seperti :
- pusat pengatur suhu badan
- pusat pengambilan zat-zat makanan
- pusat ekspresi emosional
- pusat aktivitas seksual
b) Mesensefalon
Mesensefalon letaknya di bawah talamus, yang mana
mesensefalon bagian atasnya terdiri dari empat bagian yang
menonjol ke atas. Dua tonjolan berada dibawahnya. Dua tonjolan
yang berada di atas ini disebut kolikulus atau kospus kuardrigemina
superior, dua tonjolan di bawahnya disebut korpus kurdrugmina
inferior.Bagian depan dari kolikulus inferior terdapat dua daerah
yang disebut lemnuskus letarisdan lemnikus medialis.
Lemniskus letarlis berisi serabut saraf yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls dari rangsangan bunyi. Dan pada lemniskus
medialis berisi serabut-serabut saraf yang berfungsi
mengahantarkan impuls perasaan dari sendi-sendi dan otot-otot.

77
Mesensefalon mengandung kelompok inti yang besar yaitu
substansia nigra dan nukleas ruber yang merupakan bagian dari
system ekstra piramidalis.
c) Pons
Terletak di depan otak kecil diantara mesensefalon dan
medulla oblongata, yang mana merupakan jembatan antara batang
otak, otak kecil dan contec cerebri. Pons terdiri dari jaringan saraf,
zat kelabu dan putih. Di dalam pons ini terdapat pusat inti yang
merupakan pusat reflek dan berfungsi untuk pernafasan dan
peredaran darah. Pusat reflek ini berhubungan langsung dengan
hipotalamus, karena merangsang pengualaran napas dan mengatur
ritme pernafasan.
d) Medulla Oblongata
Terletak antara pons dan medulla spinalis (sumsum tulang
belakang). Medulla oblongata merupakan penghubung anatar otak
dengan medulla spinalis. Perbatasan yang menghubungkan otak
dengan medulla oblongata terdapat adanya persilangan serabut-
serabut saraf yang bernama dekussasio paramidalis/piramidum,
karena ini bila mengalami kerusakan di sebelah kanan badan maka
gejala-gejala tampak pada bagian badan sebelah kiri dan begitu
juga sebaliknya.
Juga terdapat beberapa gejala (sindro), tergantung daerah
mana yang terkena, bila daerah motorik atau pernafasan yang
terkena maka dapat menyebabkan kematian. Di dalam medulla
oblongata terdapat pusat-pusat penting untuk mengontrol system
pernafasan dan peredaran darah, yaitu pusat yang mengatur
kecepatan ritme pernafasan dan mengontrol aktivitas pembuluh
darah. Medulla oblongata sebagai tempat keluarnya saraf otak ke
IX, X, XI, dan XII.

78
4. Medulla Spinalis (Sum-sum Tulang Belakang)
Lanjutan medulla oblongata kearah kaudal (ekor) membentuk
perpanjangan dari otak disebut medulla spinalis. Panjangnya kira-kira 40-
45 cm. pada ujung bawah membentuk kerucut yang disebut konus
meduallaris yang mempunyai jaluran-jaluran saraf saraf seperti benang,
disebut fillus terminaling yang berakhir pada ujung tulang ekor.
Lapisan selanjutnya adalah arakhonidea, selaput tipis dan
transparan yang membentuk sebuah suku yang berbentuk cairan otak
meliputi seluruh susunan saraf pusat. Akhirnya dari medulla spinalis
disebut “konus medullaris”.Dari medulla spinalis keluar saraf spinalis,
banyaknya 31 pasang yaitu :
- Bagian vertical/leher 8 ruas
- Bagian terakal/dada 12 ruas
- Bagian lumbal 5 ruas
- Bagian sakral 5 ruas
- Bagian koksigeal 1 ruas
Pada medulla spinalis terdapat bagian putih (Substansia alba) dan
bagian kelabu (Substansia gresia). Pada subsantia alba terdapat serat-
aerat atau traktus-traktus yang berjalan ke atas (Naik) dan kebawah
(Turun).
Traktus yang berjalan naik mengantar rangsangan dari prifer ke
pusat, yaitu meliputi: traktus spinotalamikus membawa rangsangan, dan
traktus grasialis dan kuneatus untuk rasa dalam.
Traktus yang berjalan turun membawa rangsangan dari pusat ke
prifer, antara lain :traktus piramidalis (Untuk penggerakan) traktus
rubropinalis, rubrospinalis (Untuk koordinasi ) traktus estibularis spinalis
(Untuk keseimbangan) dan pada subsantia grisea terdapat perifer
kegiatan motorik pusat gerakan otot tubuh yang terletak di Kornu motoris
(Kornu anterior). Sel-sel di kornu anterior ini juga menggurus kegiatan
reflek spinais, seperti reflek lutut, refleks bisep dan trisep.

79
Gangguan pada medulla spinalis menyebabkan bermacam-macam
gejala klinis ergantung daerah mana yang terkena. Yang masih banyak
terdapat pada anak- amak adalah infeksi virus pada kornu anterior yaitu
penyakit folio atau disebut juga foliomielitis akutainterior. Akibatnya
timbul kelumpuhan yang layu (Flaksid) terdapat atrofi (Pengecilan otot
yang terkena), refleks anggota gerak yang terserat tadi menjadi hilang
atau negatife. Kelumpuhan dapat menyerang satu atau lebih anggota
gerak. Kalau terjadi gangguan pada akhir medulla spinalis maka akan
timbul gejala yang disebut sindorma kornu, yaitu kedua tungkai lumpuh
(paraplegia), gangguan buang besar dan buang kecil serta impotent.

B. Susunan Saraf Perifer


1. Saraf Otak ( Nervi Kranialis )
Dengan perantara otak kita dapat menerima bau, melihat, mendengar,
mengecap, merasa nyeri/perasaan lain pada muka atau wajah. Dalam
mengitegrasikan fungsi dari alat- alat dalam tubuh seluruhnya mengatur
sifat dan penggerakan kita serta menghidupkan paras muka sesuai dengan
keadan dan suasana. Serabut- seraut saraf yang menyusun saraf otak terdiri
dari :
a. Serabut saraf visero motoris
Merupakan serabut saraf yang menggantarkan implus ke otot polos
serta ke otot lurik.
b. Serabut saraf visero sensoris
Merupakan serabut saraf mengantar implus yang berasal dari organ
dalam ke susunan saraf pusat
c. Serabut saraf somato sensibel
Merupakan serabut saraf yang mensarafi kulit, otot. Lurik, mata dan
semua bagian tubuh yang berasal dari ektoderma

80
d. Serabut saraf somato motoris
Merupakan serabut saraf yang mengalirkan implus dari seluruh tubuh
saraf otak ini banyaknya 12 pasang, yaitu :
I. Nervus Olfaktorius VII. Nervus Fasialis
II. Nervus optikus VIII. Nervus stato akustikus
III. Nervus okulomotorius IX. Nervus glosofarinus
IV. Nervus troklearis X. Nervus vagus
V. Nervus trigeminus XI. Nervus akesorius
VI. Nervus abdusen XII. Nervus hipoglosus

1) Nervus Olfaktorius
Adalah saraf yang mengantar rangsang hidung. Indra yang
menangkap rangsangan hidung terdapat pada bagian atas dari
mukosa ( selaput lendir) hidung di daerah sebelah atas dari konka
nasalis superior. Saraf –saraf yang berasal dari indera ini masuk ke
dalam rangsangan tengkorak melalui lubang–lubang lamina
kribriformis osetmoidea dan berakhir di ujung nervus olfaktorius
yang disebut bulbus olfatorius. Dari bulbus olfaktorius berjalan saraf
kedua di dalam nervus olfaktorius kea rah sentral.
Lobus temporalis merupakan salah satu bagian dari otak yang
menjadi pusat emosi. Jadi di sini tampak hubungan antara
rangsangan hidung dengan emosi. Rangsangan disalurkan ke korpus
mammilare yang menerima pula rangsangan kecap dari saraf 7 dan
9, dengan demikian dimengerti mengapa bila rangsangan hidung
kurang. Contohnya keadaan pilek, makan teras kurang
sedap.Gangguan pada saraf ini menyebabkan:
Gangguan Keterangan
1. Hip-osmia berkurangnya daya penciuman
2. An –osmia kehilangan daya penciuman sama sekali
3.Hiper- osmia berlebihan daya penciuman
Penyebab kelainan ini disebabkan oleh radang, salesma, tumor,
trauma, gangguan pada otak, dan lain-lain.

81
2) Nervus Opticus
Nervus ini berfungsi untuk melihat. Rangsanganya ditangkap
oleh sel-sel kerucut dan sel-sel batang di dalam retina. Di dalam sel-
sel ini rangsangan cahaya dirubah menjadi rangsangan saraf yang
disalurkan ke nervus opticus.Nervus opticus meniggalkan orbit
melalui foramen opticum dan masuk ke rongga tengkorak dan
berjalan di bagian dasar otak. Saraf penglihat ini kanan dan kiri
menyilang di depan hipofisis dan berakhir di corpus geniculatium
lateralis yang terletak di diensefalon.
Bila nervus optics di depan kiasma opticum sebelum
persilangan mengalami kerusakan, maka penglihatan seluruh mata
yang bersangkutan terganggu. Mata menjadi buta disebut ambliaopi.
Keadaan ini timbul misalnya pada radang nervus opticus yang
disebut mioritis optica. Kerusakan di belakang persilangan akan
menyebabkan berkurangnya penglihatan
Pada setengah setengah lapan pandang kedua mata pada sisi
yang sama. Keadaan ini disebut hemianopsia homonym. Nervus III,
IV, VI adalah saraf-saraf penggerak bola mata yang ketika saraf ini
dibicarakan sekaligus karena mempunyai fungsi yang sama yaitu
sebagai penggerak bola mata.

3) Nervus Okulomotorius
Nervus ini menggurus gerakan bola mata ke medial atas bawah
dan mengangkat kelopak mata atas, selain itu nervus juga
mengkontraksi pupil. Nervus III mensarafi otot-otot retus superior
dan levator palpebral. Kerusakan nervus ini menyebabkan
lumpuhnya kelopak mata atas sehingga mata menutup dan bola mata
tidak dapat digerakan ke atas, kebawah, dan ke tengah.

4) Nervus Troklearis
Nervus ini juga berpusat di mesensefalon. Nervus ini
mensarafi musculus opticus superior yang menggerakan bola mata

82
ke lateral bawah. Kerusakan pada nervus ini mata tidak dapat
melihat ke bawah kearah dalam, dan akibatnya seseorang
menemukan kesulitan untuk menaiki tangga.

5) Nervus Trigeminus
Pusat nervus trigeminus terdapat dibagian tengah pons paroli.
Nervus ini terdiri dari dua komponen yaitu komponen motoris dan
komponen sensoris.
a) Komponen motoris
Berfungsi untuk mengurus otot-otot:
- menutup mulut (muskulus masseter, muskulus temporalis)
- membuka mulut (muskulus pterigoideus)
Gangguan pada komponen motoris ini menyebabkan
kelemahan pada fungsi menggigit
b) Komponen sensoris
Mengurus sensisibilitas pewrmukaan kulit mukosa bagian muka.
optalmikus = mensarafi hidung, dahi, kepala depan, kelopak
mata atas
mandibularis = mensarafi gigi, gusi , dan rahang
maksilaris = mensarafi kolapak mata bawah, pelipis, bibir
bawah
Gangguan pada saraf ini menyebabkan :
hipotoni = menurunnya rasa
atoni = tidak ada rasa sama sekali

6) Nervus Abdusen
Nervus ini berpusat di pons bagian bawah pada perbatasan
dengan medulla oblongata, saraf ini mensarafi muskulus rektus
lateralis. Kerusakan pada saraf ini mata pada sisi lainnya tidak dapat
digerakkan ke lateral dan sikap mata tertarik ke medial oleh
muskulus rektus medialis, sehingga tibul strabismus konvergen, juga

83
bisa menyebabkan penglihatan kembar yang disebut dengan
diplopia.
Perlu diingat bahwa ketiga saraf otak ini penggerak bola mata
yng pada beberapa tempat menjadi satu maka proses di daerah
tersebut menyebabkab kelumpuhan beberapa semua otot mata yang
disebut dengan optalmoplega parnalis totalis.

7) Nervus Fasialis
Nervus ini terdapat di dalam pons bagian bawah pada
perbatasan dengan medulla oblongata. Fungsinya untuk mengurus
motorik otot-otot pada muka atau wajah yang penting untuk mimic
seseorang berakting. Selain itu juga mensarafi bagian muskulus
diventer yang berfungsi untuk membuka mulut. Bagian parasimpatis
mempersarafi kelenjer ludah dan mukosa membrane dari faring dan
palatum.
Gangguan pada saraf ini menyebabkan keadaan otot-otot di sekitar
mulut dan mata keduanya lumpuh, yang disebut paralysis perifer
nervus fasialis.
Gangguan pada motoris : terjadi beel palsy, yaitu : mulut yang
tertarik kekanan dank e kiri akibat terjadinya tekanan darah naik.
Gangguan pada sensoris : terjadi 2/3 lidah mengalami gangguan
tidak bisa membedakan rasa manis, pahit, asin akibat terganggunya
saraf fasialis.

8) Nervus Stato Akustikus/koklearis/vestibularis


Nervus kedelapan ini terdiri dari dua komponen yaitu nervus
koklearis yang berfungsi untuk pendengaran, dan nervus vestibularis
berfungsi untuk keseimbangan.
a) Nervus Koklearis/ saraf pendengaran
Rangsangan bunyi yaitu getaran udara dengan frekuensi 10
1600 Hz ditangkap oleh telingan menggetarkan membrane
tympani, getaran dihantarkan melalui tulang pendengaran

84
(maleus, incus, tapes). Stapes menggetarkan cairan endolimfe
yang berada dalam labirin, kemudia getaran ini ditangkap oleh
organ corti, dan diteruskan ke saraf pendengaran, oleh saraf
pendengaran getaran ini diteruskan ke pusat-pusat pendengaran di
daerah perbatasan pons dan medulla oblongata yaitu gyrus
superior lobus temporalis.
Gangguan pada nervus koklearis menyebabkan tuli perseptif
(tuli saraf). Gejala lainnya adalah tinnitus.
b) Nervus Vestibularis
Rangsangan gaya berat ditangkap oleh macula sakuli dan
macula utrikuli di dalam labyrinth. Rangsangan gerak dan sikap
kepala selain berasal dari otot-otot dan tulang-tulang juga
ditangkap oleh Krista yang terdapat di dalam bagian yang
melabar pada kanlis semi sirkularis di dalam labyrinth, dari
macula Krista keluar saraf-saraf yang membentuk nervus
vestibularis yang berjalan di nervs 8 bersama-sama koklearis.
Kerusakan nervus vestibularis menyebabkan gangguan
keseimbangan terlihat pada koordinasi pada sisi yang sama.
Gangguan keseimbangan terlihat pada waktu penderita berdiri
atau berjalan, jika berdiri akan nanpak bergoyang-goyang dan jika
berjalan akan sempoyongan dan penderita merasa di sekitarnya
berputar-putar (vertigo) disertai dengan rasa mual atau kadang-
kadang muntah.

9) Nervus Glosofasingeus
Nervus ini mempunyai empat komponen, yaitu :
a) komponen motoris yang mensarafi otot-otot yang menggerakkan
stilofaringeus faring ke atas.
b) Komponen sensoris yang mengurus rasa/sensilibitasi daerah
paltum molle, epiglotus dan faring bagian atas.
c) Komponen yang menghantarkan rangsang kecap 1/3 lidah
bagian belakang

85
d) Komponen parasimpatis yang merangsang sekresi kelenjar
ludah.
Kerusakan nervus ini menyebabkan kelumpuhan pada paltum
molle sehingga suara menjadi sengau atau parau karena hubungan
rongga mulut dan rongga hidung tetap terbuka, selain itu juga
terjadi gangguan waktu menelan dimana air sering masuk hidung.
Kerusakan nervus ini juga menyebabkan gangguan rasa-rasa kecap
di belakang lidah.

10) Nervus Vagus


Nervus ini terdiri dari tiga komponen, yaitu :
a) komponen motoris, yang mensarafi otot-otot farinks dan otot-
otot yang menggerakkan pita suara di dalam larink.
b) Komponen sensoris yang mengurus perasaa bagian bawah
farink.
c) Komponen terbesar yaitu saraf parasimpatis yang mensarafi
sebagian besar alat-alat di dalam tubuh, mulai dari paru-paru,
jantung, ginjal, pancreas, dan usus.
Inti nervus X terdapat di bagian bawah medulla oblongata,
kerusakan pada nervus ini menyebabkan kesukaran menelan,
karena lumpuhnya otot-otot farink dan suara menjadi parau.

11) Nervus Aksesorius


Pusat nervus ini memanjang mulai dari medulla oblongata
hingga medulla spinalis bagian atas. Saraf ini mengurus otot-otot
larink, muskulus sterno kleiodomastoideus dan muskulus trapezeus
bagian atas.
Muskulus sterno kleiodomastoideus berfungsi
menggerakkan kepala menoleh ke sisi yang sama, sedangkan
muskulus trapezeus berfungsi mengangkat bahu. Gangguan nervus
ini mengalami kerusakan, maka kedua gerakan ini tidak dapat
dilakukan, karena kedua otot-ototnya lumpuh.

86
12) Nervus Hipoglosus
Nervus ini terdapat di medulla oblongata bagian bawah pada
dasar vertikel IV. Kerusakan nervus ini menyebabkan kerusakan
otot-otot lidah pada sisi yang sama mengalami kelumpuhan, sikap
lidah dalam mulut tertarik kesisi yang sehat sedangkan pada waktu
dijulurkan lidah membelok ke sisi yang sehat sedangkan pada
waktu dijulurkan lidah mebelok ke sisi yang lumpuh.

C. Susunan Saraf Otonom


Susunan saraf otonom adalah yang berfungsi untuk mensarafi alat-alat
dalam tubuh seperti kelenjar, pembuluh darah, paru-paru, lambung, usus,
ginjal, dan lain-lain. Alat-alat ini mendapat dua jenis persyaratan yang
fungsinya bertentangan, yaitu saraf simpatis bekerjanya merangsang otot atau
mempercepat, dan yang satunya saraf parasimpatis yang bekerja menghambat.
Pusat bagian perifer susunan saraf simpatis di kornulateralis, medulla
spinalis, mulai dari segmen servikalis VIII hingga lumbal I. pusat perifer
susunan saraf parasimpatis sebagian terletak di dalam komulateralis, medulla
spinalism segmen sakral II hingga IV. Untuk memperlihatkan perbedaan fungsi
dari saraf parasimpatis dapat dilihat pada table berikut

Alat-alat Tubuh Parasimpatis Simpatis


Pupil Menciutkan pupil Melebarkan pupil
Jantung Melambatkan denyut Mempercepat denyut
jantung jantung
Bronki Menciutkan bronki Melebarkan bronki
Arteri muka & jantung Menciutkan arteri Melebarkan arteri
Pembuluh darah otot Melebarkan Mengecilkan
Kelenjer ludah Pembentukan ludah Pembentukan ludah
meninggi menurun

System saraf otonom bergantung pada system saraf, dan antara


keduanya dihubungkan oleh urat-urat saraf aferen dan eferen. Juga memiliki

87
sifat seolah-olah sebagai bagian system saraf pusat yang telah bermigrasi dari
pusat guna mencapai alat-alat dalam. Oleh karena saraf otonom ini dalam
mengendalikan alat-alat dalam secara tidak sadar maka sering disebut susunan
saraf tidak sadar.

Tugas

1. Buatlah sebuah penampang otsk besar dan otak kecil serta bagian-
bagiannya.
2. Jelaskan masing-masing fungsi otak besar dan otak kecil sert apa
yang terjadi bila masing-masing mengalami kerusakan.
3. Jelaskan dimana letaknya pusat penglihatan dan saraf apa yang
mensarafinya.
4. Dimanakah letaknya pusat bernicke dan apa yang terjadi bila
mengalami kerusakan.
5. Jelaskan saraf apa yang berfungsi untuk penggerakan bola mata dan
apa yang terjadi bila masing-masing sarafnya mengalami
kerusakan.

88
BAB IX
FUNGSI LUHUR

Pendahuluan
Manusia normal dapat melakukan gerakkan jongkok, berdiri,
berjalan, berlari, yang juga kita jumpa pada manusia. Fungsi motorik
seperti bicara, menulis, membaca, mengetik, memainkan alat-alat
musik atau alat-alat lainya termasuk fungsi luhur. Dengan perkataan
lain mengerti apa yang ditangkap panca indera, membuat simbol-
simbol membuat dan menjalankan alat-alat, terjadi melalui proses
belajar. Fungsi ini ialah fungsi luhur yang hanya dapat dilakukan
dengan sempurna oleh manusia. Hal ini dimungkinkan oleh adanya
perkembangan kortek serebri yang lebih sempurna.
Tujuan :
1. Menjelaskan pengertian fungsi luhur
2. Menjelaskan pembagian fungsi luhur
3. Menjelaskan gangguan-gangguan pada fungsi luhur

A. Pengertian Fungsi Luhur


Fungsi luhur ialah otak yang menyebabkan manusia berkomunikasi satu
sama lain melalui bicara, menulis, dan gerak isyarat. Fungsi luhur adalah
fungsi yg memungkinkan manusia dpt memenuhi kebutuhan jasmani&rohani
sesuai dengan nilai-nilai moral dan budaya
Yang dimaksud dengan fungsi luhur :
1. Fungsi Bahasa ,
2. Persepsi ,
3. Memori ,
4. Emosi,
5. Fungsi kognitif

89
Fungsi luhur dipakai untuk menetapkan diagnosis dan rehabilitasi pasien
dengan penyakit otak pada kerusakan di otak. Manusia normal dapat
melakukan gerakan dan tindakan tanpa diajarkan, seperti duduk, jongkok,
berdiri, yang juga kita jumpai pada bintang, fungsi ini disebut fungsi-fungsi
dasar atau fungsi asor.
Fungsi motorik seperti bicara, menulis, membaca, mengetik, dan
memaikan alat-alat musik atau alat-alat lainya termasuk fungsi luhur. Dengan
perkatan lain mengerti apa yang ditangkap panca indera, membuat simbol-
simbol membuat dan menjalankan alat-alat terjadi melalui proses belajar.
Fungsi –fungsi hal ini dimungkinkan oleh adanya perkembangan kortek serebi
yang lebih sempurna.

B. Pembagian Fungsi Luhur


1. Fungsi Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi. Bahasa terdiri dari: Bahasa verbal (
ucapan),Bahasa visual ( tulisan). Untuk sebagian besar orang, pusat bahasa
terletak di hemisfer otak kiri, disebut juga Hemisfer Dominan.
Tangan kanan : 95 % pusat bahasa di hemisfer kiri
5% di hemisfer kanan
Tangan kiri : 70 % pusat bahasa di hemisfer kiri
15 % di hemisfer kanan
15 % di hemisfer bilateral ( kanan kiri)
Secara anatomis ada 3 daerah utama otak untuk fungsi bahasa, yaitu :
a. Dua daerah reseptif yaitu :
1) Area wenicke merupakan daerah reseptif untuk bahasa yang di
dengar
2) Area gyrus angularis merupakan daerah reseptif untuk bahasa yang
dilihat. Seseorang dapat terganggu wicaranya saja (speech disorder)
atau terganggu bahasanya (language disorder). Kedua gangguan itu
mempunyai perbedaan nyata.

90
3) Gangguan wicara : bersifat perifer,disebabkan kelainan saraf perifer,
otot, dan struktur yang dipakai untuk wicara. Gangguan Bahasa :
sifatnya sentral, disebabkan oleh kelainan korteks serebri (fungsi
luhur)
b. Suatu daerah yang berfungsi eksepresif, area broca untuk bicara
Adapun hubungan antara area werniceke dan area broca melalui
serabut fasikulus arkuatus.

Proses bahasa ucapan

Diterima alat dengar

Pusat otak asosisatf : area wernieke (area 22)

Pusat otak primer :area 41 dan 42

Girus angularis (area 39) tempat


pola kata-kata dibayangkan

Area wernieke

Area Broca Gerakan


motorik pembicaraan

Area motorik primer (area 4)


Otot-otot lidah untuk ucapan

Area motorik suplementer Agar


ucapan/gerakan lidah jadi jelas

Aspek fektif bahasa: - inotasi bicara


- emosi ekspresi

91
Pusat bahasa efektif bahasa terdapat pada hemisfer dominan (Homologi
dengan area wernike dan area broca, di hemisfer dominan).
Kerusakan pada daerah temporal non dominan yang homolog dengan
area wernieke akan terjadi gangguan dalam lagu kalimat. Kerusakan pada
daerah broca akan menjadi dominan yang homolog dengan area broca akan
menjadi gangguan emosi ekspresi dalam bicara. Bila ada kerusakan hemisfer
dominan, tidak ada kesulitan dalam bahasa non verbal, seperti menggunakan
isyarat muka, mata, tangan untuk berkomunikasi.
Bila ada gangguan hemisfer non dominan, masih dapat berbahasa dengan
tata bahasa yang benar, tetapi tampak berbahasa tanpa lagu kalimat, menonton
tanpa penekanan dan tidak mampu menggunakan isyarat muka, dan tangan
sewaktu bicara.
Bila ada gangguan hemisfer dominan akan terjadi afasia, yaitu :
a. Ketidakmampuan untuk mengerti bahasa (afasia wernieke –afasia
sensorik)
- tidak mengerti bahasa ucapan maupun bahasa tulisan
- tidak dapat mengulang kata-kata
- tidak dapat memberi nama benda
- tidak bisa membaca dan menulis
b. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan bahasa (afasia broca-afasia
motorik).
- berbicara tidak lancar
- kesulitan mengeluarkan kata-kata
- tidak dapat mengulang kata-kata yang didengar
- tidak dapat memberi nama benda walaupun masih mengenal benda itu.

92
Proses Bahasa Visual

Proses Bahasa Visual

Diterima alat Visual

Pusat Otak primer penglihatan (area 17)

Gyrus Angularis (area 39)

Area Wenieke (area 22)

Area broca

Area motorik primer dan suplementer akhirnya dirulis dapat


dibaca dan dimengerti

Pengenalan pusat asosiasi dijumpai dalam hipokampus lubus temporal sebagai


memori. Apa yang terjadi pada rangkaian di atas untuk kognisi:
- resepsi (penerimaan)
- persepsi (pengenalan)
- storage (penyimpanan)
misalnya, pengenalan pada bunga mawar.
- indera penghidu : bunga itu harum
- indera penglihatan : berwarna merah, putih berdaun, bunga yang
banyak tersusun dalam lingkaran.
- Indera perabaan : daun bunga terasa halus,timbul
- emosi : timbul rasa sayang
maka kalau kita melihat bunga tersebut kita menyebutnya bunga mawar.
Setelah pengenalan di atas, maka setiap kali kita melihat bunga mawar, timbul
asosiasi semua yang telah kita kenal secara serempak.

93
Afasia adalah gangguan bahasa dan biasanya tanpa gangguan fungsi luhur
lainnya seperti gangguan persepsi, memori, emosi, kognitif. Disini letak
perbedaannya dengan dementia yang mengalami semua gangguan pada fungsi
luhur. Afasia dibagi dalam 2 golongan besar :
1. Afasia tak lancar ,
2. Afasia lancar
Langkah-langkah penetapan Afasia
1. Menentukan bahasa yang dikuasai pasien
2. Menentukan kecekatan tangan (kanan/kiri)
3. Menetapkan golongan afasia tak lancar dan lancar
4. Menetapkan jenis afasia
5. Menetapkan fungsi-fungsi luhur lainnya (persepsi, memori, emosi,
kognitif)
6. Menetapkan dengan test formal (Token test, Peabody Vocabulary test,
Boston diagnostic Aphasia test)
7. Menetapkan fungsi luhur lainnya dengan formal (test psikometrik)

1. Fungsi Memori
Memori yaitu kemampuan seseorang untuk menyimpan
informasi/pengenalan untuk dikemukakan suatu saat. Mekanisme memori terjadi
melalui tiga tahap:
a. Resepsi : informasi diterima dan dicatat oleh pusat otak primer, seperti
penglihatan, atau perabaan. Penyimpanan sangat singkat dan bersifat
temporer.
b. Retensi : informasi lebih lama dan lebih permanen. Ini disebabkan oleh
informasi dan pengalaman terjadi berulang-ulang.
c. Recall : proses mengingat kembali informasi yang disimpan.
Ada tiga bentuk memorial:
a. Immediate memori, memori yang berlansung sangat singkat dan hanya
beberapa detik saja, misalnya mengulung kata-kata.
b. Recent memory, yaitu memori yang disimpan dalam waktu beberapa
menit, jam atau hari. Mudah dilupakan dan kadang-kadang sukar diingat

94
kembali misalnya mengingat nama orang yang baru di kenal atau nomot
telepon atau handphone.
c. Remote memori, yaitu yang tidak berakar, sukar dilupakan seperti nama
sendiri, nama orang tua, tanggal lahir, dan sebagainya.
Struktur anatomi dalam penyimpanan memory :
a. Pusat otak primer dan asosiasi ialah korteks serebri, berperan dalam
penyimpanan remote memori.
b. Sub korteks
- Hipokampus bagian lobus temporalis
- Sistem limbik
Berperan dalam penyimpanan recent memory.

2. Fungsi Emosi
Emosi, yaitu rasa senang, marah, sedih, takut, kasih sayang, dan lain-lain. Emosi
penting untuk mempertahankan aktivitas yang penting untuk kehidupan individu
seperti :
- makan (feeding)
- berkelahi (fight)
- melarikan diri (flight)
- mempertahan jenis (perkawinan, merawat dan mengurus anak).
Emosi marah dan takut perlu untuk mempertahankan diri. Seekor binatang akan
marah bila makanannya direbut oleh binatang lain.
Takut perlu untuk menghindarkan diri dari yang berbahaya. Rasa kasih
sayang perlu misalnya mengurus anak, agar keturunan tidak habis. Rasa sayang
perlu misalnya : makan/sex.
Anatomi yang terlihat pada emosi :
- hipokampus
- forniks
- korpus mamilare
- nukleus anterior talamus
- gyrus singuli.

95
C. Gangguan Fungsi Luhur
1. Sindrom Lobus Frontalis
a. Kerusakan area 44 (broca) afasia motorik.
b. Kerusakan daerah prefrontal (area 9,10,11,12)
- gangguan tingkah laku
- hilangnya sikap pantas terhadap sekitarnya.
- kurang pengendalian diri
- kurang inisiatif dan kreasi
- abulla (masa bodoh)
- euforia (bersenang hati yang tidak sesuai)
- witzelsucht (berkelakar tidak pada tempatnya)
- menangis, tertawa yang cepat bergantian tanpa perasaan sedih dan
gembira
2. Sindrom lobus farietalis
- Kerusakan pada area 5 dan 7 (pusat asosiasi perabaan), tidak mengenal
perabaan (agnosia taktil).
- Kerusakan pada area 40 : astereogbosis yaitu hilangnya kemampuan
mengenal dengan sensibilitas taktil. Tidak dapat membedakan bentuk,
ukuran, dan susunan objek.
3. Sindrom lobus oksipitalis
- kerusakan pada area 7 : buta sentral
- kerusakan pada area 18 dan 19 dominan korpus kulosum posterior yaitu
alexia
- kerusakan pada lobus oksipitalis dominan : agnesia warna tetapi tidak
sama dengan buta warna.
- Kerusakan pada bagian inferior lobus oksipitalis temporalis bilateral :
prosa pagnosia yaitu tidak mengenal wajah orang yang dikenal, tetapi bila
mendengar suaranya akan mengenal orang itu.
- Kerusakan pada bagian inferolaretal lobus oksipitalis dominan,
simultagnosa yaitu tidak mengenal suatu objek secara utuh tetapi
mengenal objek itu secara detil.

96
Contoh :
- tidak mengenal gambar binatang secara utuh, tetapi mengetahui kaki/ekor
binatang tersebut
- tidak dapat membaca kata-kata secara utuh kecuali kalau dieja.
4. Lobus temporalis
- Kerusakan pada pusat otak primer arae 14 dan 42 : tuli sentral/kortikal.
- Kerusakan pada area wenieke : afasia sensoris.
- Kerusakan pada lobus temporalis kiri : gangguan memori, verbal, dan
agnosia musik.

Tugas
1. Jelaskan pengertian fungsi luhur
2. Jelaskan pembagian fungsi luhur
3. Jelaskan gangguan-gangguan pada fungsi luhur

97
BAB X
SISTEM MOTORIK DAN SENSORIK

Pendahuluan :
Saraf motorik adalah saraf yang menghantarkan impuls dari otak ke
saraf tepi. Sedangkan saraf sensorik adalah saraf yang membawa
impuls dari perefer menuju otak.
Daerah motorik terletak persis di depan sulkus sentralis dan
memanjang terus hingga leteralis. Daerah ini mengandung sel-sel
besar yang merupakan awal jalur motorik yang mengendalikan
gerakan pada sisi lain dari tubuh. Pada jalur saraf ini impuls berjalan
dari kortex cerebri menuju medulla spinalis melalui jalur menurun.
Kerusakan secara klinis pada sistem ini terjadi karena adanya
kerusakan-kerusakan pada neuron- neuron motorik itu sendiri.
Kerusakan- kerusakan pada neuron bisa berupa foliomyleteis.
Sedangkan sistem sensoris sangat peka terhadap situasi rangsangan
dari dunia luar yang berkaitan dengan rasa panas, dingin, sakait, dan
lain-lain. Pada kasus anak berkebutuhan khusus, keadaan sensasi yang
meninggi atau menurun dapat mempengaruhi pola gerakan motorik.
Misalnya secara diam-diam telapak kaki anak kita tergores dengan
pensil atau benda lain, maka pada anak luar biasa tidak ada gerakan
refleks spontan. Adapun ruang lingkup dalam bab ini adalah :
1. Sistem ekstar piramidalis dan piramidalis
2. Sistem motorik terdiri dari : a) gerakan dan tenaga, b) koodinasi, c)
keseimbangan, d) refleks, dan e) tonus otot.
3. Sistem sensorik terdiri dari: a) permukaan sensasi dalam, b) sensasi
otot dalam.

Tujuan
Setalah mempelajari bab ini anda diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian dan perbedaan sistem ekstra piramidalis
dan piramidalis
2. Menjelaskan komponen-komonen sistem motorik
3. Menjelaskan komponen sistem sensoris

98
A. Sistem Ekstra Piramidalis dan Piramidalis
Pada manusia pergerakan dimungkinkan oleh karena adanya sistem-sistem
otot yang melekat pada tulang dan saraf yang mensarafinya. Susunan ini
disebut susunan motorik atau susunan piramidalis.
1. Susunan Ekstra Piramidalis
Jalannya saraf berbentuk sirkuit. Sistem ini merupakan suatu sistem
piramidalis. Serabut saraf yang membentuk sistem ekstra piramidalis tidak
berjalan vertikal sebagaimana sistem piramidalis, tetapi berjalan melingkar
(sirkuit). Oleh karena itu bagian otak yang menyusun sistem ekstra
piramidalis juga terletak dalam urutan yang vertikal.

Bagian otak yang menyusun sistem ekstra piramidalis ini adalah :


- cortex cerebri area 8 - formatio reticularis
- ganglia basalis - cerebellum
- nucleus ruber

2. Sistem Piramidalis
Sistem ini merupakan suatu sistem hubungan saraf sentral dan saraf perifer
yang mengatur pergerakan tubuh manusia.Pola gerakan yang dibangkitkan
sistem piramidalis adalah gerakan yang dilakukan berdasarkan tujuan yang
dikehendaki, oleh karena itu gerakannya mempunyai sifat :
- Halus, luwes/fleksibel, tepat dan khas
- Lebih banyak mempengaruhi fungsi/gerakan angota gerak atas (lengan)
dari pada anggota gerak bawah (tungkai)
- Lenih mempengaruhi otot-otot bagian ujung anggota gerakan daripada
pangkalnya.
- Terutama mempengaruhi gerakan otot pada sisi yang berlawanan

99
B. Komponen Sistem Motorik
Secara fisiologis ada beberapa komponen yang bekerjasama sehingga
dapat terlaksannya motorik/gerakan yang sempurna, yaitu :
1. Gerakan Otot
Dasar gerakan dan tenaga adalah konsentrasi dan rileksasi otot-otot.
Dalam keadaan fisiologis otot-otot berkontraksi dan berileksasi dan bila
mendapatkan rangsangan dari susunan saraf. Persarafan otot ada dua macam
yaitu : saraf motorik dan saraf sensorik.
Kornu motorik dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan dari pusat yang
lebih tinggi yang terbentuk di bagian otak, serebrum, serebellum. Saraf yang
terentang antara medula spinalis dan otot ataupun alat lain disebut saraf perifer,
yang mempunyai badan sel saraf di kornu anterior disebut neuron motoris
perifer. Bagian saraf yang menghubungkan serebrum dengan kornu motoris
disebut saraf motoris sentral atau neuron motoris atas.
Kerusakan saraf motoris perifer menyebabkan kelumpuhan yang lemah
atau flaksid yang berarti hilangnya atau merendahnya tonus otot (hipoyoni dan
atoni), merendah atau menghilangnya refleks otot (hipotropi atau atrofi).
Kerusakan pada saraf motoris sentral menyebabkan kelumpuhan yang bersifat
kaku, otot menajdi hipertonis, refleks-refleks tidak normal dan gizi atau trofik
dari otot tidak berubah.Pusat pergerakan terdapat di dalam girus sentralis
anterior di bagian depan sulkus rolandi.

2. Koordinasi
Untuk terlaksananya gerakan yang sempurna otot-otot harus
dikoordinasikan. Koordinasi dari fungsi otot ini dilakukan oleh otak kecil.
Dalam hal ini otak kecil harus menerima rangsang-rangsang dari otot yang
diolah di dalam otak kecil dan kemudian disalurkan kembali ke otot.
Proses terjadinya koordinasi adalah : rangsang yang masuk ke dalam tubuh
dibawa oleh traktus spirosebralis anterior dan posterior menuju otak kecil. Dari
otak kecil dibawa ke mesencepalon kemudian ke nucleus ruber. Dari sini
berjalan menyilang ke medulla spinalis lalu membentuk berkas saraf yang
disebut traktus rubrespinalis dan berjalan ke kornu motoris.Dari kornu motoris

100
rangsang-rangsang koordinasi disalurkan melalui saraf motoris kembali ke
otot-otot. Sebagai saraf dari serebellum ada yang berhenti di talamus, dari
talamus rangsang koordinasi disalurkan ke korteks motoris.
Kerusakan otak kecil cerebellum menyebabkan gangguan koordinasi.
Kelainan koordinasi ini ada dua macam, yaitu : ataksia statis; pada waktu
duduk dan berdiri penderita akan tampak bergoyang-goyang. Ataksia dinamis,
yaitu tampak pada titik teraturnya gerakan pada waktu :
a. menunjuk bidang sendiri
b. mempertemukan dua ibu jari
c. mempronasi dan suprinasi lengan bawah berganti-ganti dengan cepat.
d. Menyusuri tibia dengan tumit kaki lainya.
e. Menjangkau suatu barang
f. Menulis.

3. Keseimbangan
Sikap dan keseimbangan tubuh tidak hanya ditentukan oleh utuhnya alat
keseimbangan yaitu labyrinth, tetapi juga dipengaruhi oleh sendi, tendon otot,
dan anggota badan (lengan dan tungkai). Rangsang gerak dan sikap tubuh
disalurkan melalui nervus vestibularis yang terdapat pada pons bagian bawah,
kemudian masuk ke otak kecil.

4. Refleks
Refleks adalah suatu gerakan yang terjadi pada tubuh atau anggota gerak
yang sangat cepat berupa tanpa disadari sebelumnya. Reflek merupakan hal
yang berhubungan dengan sikap dan keseimbangan tubuh.
Fungsi utama refleks myostatis ialah agar kita mampu menjaga sikap dan
keseimbangan tubuh. Refleks sikap dan keseimbangan tubuh terdiri dari :
a. refleks statotonis atau refleks statis.
b. Refleks statokinetis atau refleks dinamis.
c. Refleks statotonis

101
Yaitu refleks yang berhubungan dengan sikap dan keseimbangan tubuh
di sekeliling kita dengan keadaan tubuh tidak bergerak.
Refleks ini mempunyai receptor yaitu utrikulus (medula acustica
utricuri), perangsangnya adalah percepatan lurus. Kecepatan dapat menentukan
perubahan sikap dari kepala terhadap badan dalam keadaan diam.
Sel receptor berupa sel rambut dimana rambut-rambut ini tergenang
dalam serat-serat zat setengah air yang di dalamnya terdapat butir-butir kapur
yang disebut otalith. Posisi dari butir-butir ini dipengaruhi oleh gaya tarik bumi
atau gravitasi, sehingga setiap perubahan situasi kepala maka letak butir kapur
akan berubah menekan ujung sel rambut dari receptor dan penekanan ke
susunan saraf pusat oleh nervus vestibularis. Dari susunan saraf pusat akan
timbul rangsangan yang dibawa oleh saraf motoris menuju ke otot leher badan
serta anggota gerak sehingga ada usaha dari tubuh untuk memperbaiki sikap
kepala.

5. Tonus otot
Tonus otot diatur oleh sel-sel khusus yang disebut spindel atau kumparan
otot yang berada di dalam jaringan otot. Tonus otot berhubungan dengan otot-
otot lengan dan tungkai, yang dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :
- Otot-otot fleksor yang menggerakkan lengan menekuk ke arah dada (disebut
fleksi)
- Otot-otot ekstensor, yang menggerakkan lengan merentang (eksetensi)
Tonus dari otot-otot fleksor maupun ekstensor keduanya serentak dihambat
oleh serat-serat saraf yang berasal dari gangglia basal diensefalon. Bila
ganglia basal rusak, maka otot-otot fleksor dan ektesor menjadi kaku
sehingga ekstrimitas menjadi rigig, ini terdapat pada orang yang menderita
penyakit parkinson.

102
C. Sistem Sensoris
Dengan adanya sensoris maka manusia mampu menerima informasi yang
terjadi di dalam atau di luar tubuh. Untuk berfungsinya sistem sensoris
dibutuhkan faktor-faktor sebagai berikut :
1. stimulus
2. receptor/penerima rangsang
3. serabut saraf eferen/sensoris
4. susunan saraf pusat
5. serabut saraf efferen/motoris
6. efektor organ tubuh yang memberi reaksi terhadap rangsang
Pusat sistem sensoris ini terletak di cortex cerebri lobus parictalis area
brodman. Pada pusat inilah semua impuls sensorik akan diolah sehingga kita
akan menyadari sensasi yang berasal dari permukaan tubuh (rata, tekan, suhu,
sakit). Secara garis besar fungsi kulit ada tiga, yaitu :
1. Fungsi prafektif/protopatis
Fungsi untuk melindungi rasa sakit ataupun suhu yang merusak (di atas 40
C atau dibawah 20), fungsi ini memberikan perasaan tidak enak.
2. Fungsi deskriminatif/gnostik/epikritis.
Untuk lokalisasi rangsang, deskriminasi atau membedakan rangsang suhu
antara 20 C-40 C.
Pembagian Sensorik Umum
1. Sensasi Permukaan/superficial sensibility/perasaan yang terjadi pada kulit
luar :
- rasa
- suhu
- sakit
- tekanan
2. Sensasi daam (deepth sensilibity)
- sakit
- getaran/vibration
3. Sensasi alat dalam

103
1. Sensasi Permukaan
Sensasi ini tersebar pada permukaan kulit secara tidak merata. Bagian dari
organ tubuh yang sering dipakai maka jumlah receptornya menjadi lebih
banyak dan bagian tersebut menjadi lebih peka.
Perasaan raba
Rasa raba mempunyai receptor yang terdiri dari :
- corpus culum meisiner
- corpus culum merkel
- serta, ujung-ujung saraf yang terdapat di sekeliling akar rambut yang
disebut stretch receptor.
Dengan receptor ini maka kita mampu menentukan lokalisasi dan jenis
rangsang. Kemampuan ini disebut topognosia. Apabila kemampuan ini hilang,
maka keadaan ini dinamakan atopognosia. Kepekaan rasa raba dapat
ditingkatkan melalui latihan.
Contoh : pada penderita tuna netra
Makin rapat distribusi receptor raba maka makin tinggi kemampuannya untuk
menentukan lokalisasi dua lebih yang terdekat, kemampuan ini disebut
diskriminasi taktil. Pada ujung jari, lidah dan bibir ia mampu membedakan dua
titik yang terdekat pada jarak 2-3 mm.

Suhu.
Di sini dikenal dua receptor, untuk suhu panas dan untuk suhu dingin.
- suhu panas (corpus cullum ruffini)
Perangsang suhu adalah antara 36 – 40 C, di atas 40 kita bukan merasakan
suhu panas tetapi sensasi nyeri.
- suhu dingin (corpus cullum krause)
Perangsang suhu adalah antara 25 -36 C, reseptor suhu ini dapat mengalami
penyesuaian atau adaptasi bila suhunya tidak terlalu ektrem.
Untuk membuktikan, ikutilah percobaan berikut.
Masukkan tangan kiri ke bejana A maka akan terasa dingin, tangan kanan ke
bejana B maka tangan akan terasa panas.

104
Setelah beberapa waktu kedua tangan kita tidak lagi merasakan perbedaan
suhu, karena masing-masing receptor sudah mengadakan penyesuaian atau
adaptasi terhadap suhu tadi. Bila kedua tangan kita angkat bersama dan kita
masukkan dalam tabung B, tangan kiri akan merasa hangat dan tangan kanan
akan merasa dingin.
Jadi disamping terjadi penyesuaian/adaptasi pada suhu yang bersangkutan,
maka terjadi juga peningkatan kepekaan dari receptor yang telah terangsang
pada tabung A receptor dingin beradaptasi sedangkan receptor panas makin
peka.
Receptornya adalah ujung-ujung saraf bebas (frase ending nerve).
Perangsangnya adalah semua rangsang yang merusak jaringan. Fungsi receptor
sakit adalah yang terpenting. Karena menimbulkan reflek yang melindungi
badan terhadap bahaya luar yang merusak disebut nociceptive reflek. Pada
penderita lepra/kusta maka receptor rasa nyeri ini rusak, maka reflek
nociceptive akan hilang dan daya perlindungan tubuh pun akan hilang.
Dulu dianggap bahwa setiap receptor pada permukaan kulit kalau dirangsang
lebih kuat akan memberikan sensasi sakit mempunyai receptor khusus.

Rasa tekan
Receptor adalah corpus culum vaxer pacini, terdapat pada bagian tubuh dalam
yang lebih dalam di bawah permukaan kulit.

Hiperaglesia
Bila di suatu tempat pada kulit mengalami luka, maka daerah itu akan
lebih peka pada waktu 25 sampai 30 menit. Kemudian tergantung besar
kecilnya luka, kepekaan dapat berlangsung lama beberapa jam sampai
beberapa hari. Karena itu dengan rangsang yang ringan saja receptor sakit
sudah memberikan reaksi. Keadaan ini disebut hiper aglesia dan berfungsi
sebagai reaksi tubuh untuk melindungi diri terhadap rangsangan lebih lanjut.
a. Intelegensi
Sesorang intelegensinya tinggi dan sosial ekonomi baik biasanya tidak tahan
rasa nyeri dari pada orang yang intelegensinya dan ekonominya rendah.

105
b. Keadaan lingkungan
Rasa sakita akan disadari lebih besar pada keadaan yang tenang atau
malam hari.
c. Kepekaan alat-alat pemeriksaan
Dalam hal sensasi kulit dan suatu kombinasi antara sensasi raba halus
dan perubahan struktur kulit yaitu sensasi gatal. Rasa sakit ini dijumpai
pula pada proses penyembuhan luka yang diduga karena kombinasi tadi.
Juga adanya perubahan tata kimia yang menimbulkan perasaan gatal.

2. Sensasi Dalam (Deepth Sensibility)


Sensasi ini terutama menyangkut sistem otot sendi dan urat, oleh
Sherington, sensasi ini disebut sensasi Propriocptic. Sedangkan oleh Bastian
sensasi ini disebut sensasi Kinestetic. Fungsi dari sensasi dalam :
a. memberikan informasi pada kita tentang sikap anggota gerak terhadap
tubuh (sikap dalam ruang atau sikap tiga dimensi).
b. Menyebabkan timbulnya refleks yang disebut refleks badan atau refleks
keseimbangan tubuh (refleks myostetic reflex).
c. Dengan perabaan sensasi dalam mampu menyatukan bentuk berat dan
konsistensi suatu benda tanpa melihat kemampuan, ini disebut
Sterlognosis.

Rasa sakit dalam


Receptor mempunyai bentuk yang tidak tertentu. Rangsangannya
adalah bila organ mengalami kekurangan aliran darah yaitu isehaemia. Rasa
sakit dalam berbeda dengan rasa sakit permukaan. Rasa sakit permukaan
lokalisasinya tegas, mudah ditentukan jenis rasa sakitnya jelas. Sedangkan
rasa sakit dalam lokalisasi maupun tempat tidak dapat dipastikan dengan
tegas juga rasa sakitnya tidak jelas.
Rasa sakit dalam sering diikuti dengan reaksi susunan saraf otonom,
seperti : mual, muntah, keringat dingin, tekanan darah menurun.

106
Rasa getar/vibrasi
Ini dapat diperiksakan dengan meletakkan garpu tala yang bergetar
pada permukaan. Bila rasa getar ini hilang, maka orang tidak mampu
menentukan sifat-sirfat benda hanya dengan perabaan saja. Keadaan ini
disebut Astreognosia.

3. Perasaan alat-alat Dalam


Perasaan nyeri, sakit yang berasal dari alat-alat dalam.
Contohnya : terjadinya kontraksi lambung, kontraksi ginjal, kontraksi otot-
otot dalam vesika urenaria.

Pertanyaan

1. Jelaskan pengertian dan perbedaan sistem ekstra piramidalis dan


piramidalis
2. Jelaskan komponen-komonen sistem motorik
3. Jelaskan komponen sistem sensoris

107
BAB XI
PERKEMBANGAN MOTORIK DAN SENSORIK ANAK

Pendahuluan
Perkembangan motorik dan sensorik antara anak normal dan
anak abnormal terdapat perbedaan. Perkembangan anak normal
sampai dengan usia 2 tahun anak tumbuh dengan pesat secara fisik,
maupun psikologis. Ia mulai tidak tergantung pada orang tua, mulai
mampu untuk duduk dan berjalan sendiri, kemudia pada usia balita
mereka mulai memiliki keterampilan tangan dan keterampilan kaki.
Perkembangan motorik halus dan motorik kasar seperti
bermain dipengaruhi oleh fisik, intelektual, perkembangan sosialnya,
maupun perkembangan bicara. Sedangkan anak abnormal tentu hal
ini agak sulit dikembangkan karena mereka mengalami berbagai hal
baik fisik, mental, maupun sosialnya, maka dari itu perkembangan
anak abnormal mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
perkembangan baik dibandingkan dengan anak usianya.
Tujuan
Setelah mempelajari ini diharapkan pembaca dapat :
1. Menjelaskan perkembangan anak ditinjau dari segi fisik, mental,
dan sosial.
2. Menjelaskan pengertian dan jenis-jenis retardasi mental
3. Menjelaskan kemampuan bicara anak dan gangguan bicara yang
dialami anak.

108
A. Perkembangan Anak Normal
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan pribadi seseorang pada dasarnya bersifat biologis. Dalam
taraf perkembangan selanjutnya, normalitas dari konstitusi, struktur dan
kondisi jasmani seseorang akan mempengaruhi normalitas kepribadiannya.
Perkembangan fisik mencakup aspek-aspek anatomis dan fisiologis. Adapun
aspek tersebut adalah :
- Tulang belakang pada masa bayi berjumlah 270
Pada masa awal remaja berjumlah menjadi 350, dan masa menjelang
dewasa menjadi 200.
- Berat badan bayi pada waktu lahir umumnya 3-4 kg dengan panjang 48 -
55 cm, masa kanak-kanak berat sekitar 12-15 kg dan tinggi 90-120 cm.
Masa remaja berat sekitar 30-40 kg dengan tinggi 140-160 cm,
selanjutnya tergantung kepada faktor keturunan dan kedua orang tua.
Juga perkembangan fisik yang optimal diperlukan beberapa faktor
penunjang, yaitu makanan harus disesuaikan dengan kebutuhan anak
yang sedang mulai tumbuh, begitu pula dengan kesehatan anak harus
diperhatikan sedini mungkin.
- perkembangan psikologis merupakan perubahan-perubahan dari sistem
kerja hayati seperti kontruksi otot, peredaran dan pernafasan, persarapa
sekresi kelenjar dan pencernaan otot, sebagai pengantar proporsi,
bobotnya 1,5 pada masa bayi dan kanak-kanak menjadi 1,3 pada masa
remaja, sedangkan pada masa dewasa menjadi 2,5.
Perkembangan fisik mulai berlangsung dari bagian kepala menuju
ekor dan kaki dan mulai dari tengah ke tepi atau tangan. Perkembangan fisik
ini berjalan secara berirama. Pada masa bayi dan kanak-kanak perkebangan
fisik sangat cepat/pesat, pada masa usia sekolah menjadi mulai lambat dan
masa remaja terjadi mulai menyolok, kemudian cairan otak juga berguna
untuk mendiagnosa penyakit dalam seperti tumor, menigitis, dengan cara
mengambil cairan otak untuk diadakan penelitian.Beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan

109
a. Faktor genetik
Faktor ini adalah merupakan faktor yang berasal dari keturunan/yang berasal
dari orang tua, dan juga tidak semua orang mempunyai tinggi yang sama.
b. Faktor hormon
Macam-macam hormon yang dapat mempengaruhi pertumbuhan yaitu :
1) Hormon hipofisis, mempengaruhi pertumbuhan jumlah sel sehingga
mempengaruhi pertumbuhan badan.
2) Hormon Thyroid, hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan
kematangan tulang
3) Hormon kelamin, dapat merangsang pertumbuhan selama jangka waktu
yang tidak lama, tetapi juga merangsang pula kematangan tulang.
Hormon ini bekerja terutama selama masa akhir balita.

2. Perkembangan Mental
Perkembangan mental merupakan suatu masalah yang tidak dapat
dipisahkan dengan masalah kepribadian, sebab kepribadian sangat penting
dalam sikap dan tingkah laku seseorang. Masalah perkembangan kepribadian
seseorang tidak lepas dari pegaruh lingkungan, yaitu lingkungan keluarga,
lingkungan tempat tinggal, dan lingkungan bertetangga yang mana hal ini
sangat erat kaitannya dengan kepribadian anak dimana perkembangan mental
kepribadian anak bersifat psikis dan sosial yang disebut juga psikososial.Sikap
seorang anak dapat bersifat psikososial maka anak tersebut perlu mendapatkan
kasih sayang dari orang tuanya, perasaan aman, disiplin, sopan santun
perhatian dan penghargaan dari masyarakat sekitarnya. Ada beberapa fase
perkembangan kepribadian dari segi psikis, yaitu :
- Masa terbentuknya kepercayaan pada diri sendiri dan orang
lain/lingkungan
- Masa terbentuknya ego.
- Masa terbentuknya inisiatif atau masa prasekolah
- Masa terbentuknya identitas diri atau masa sekolah
- Masa terbentuknya identitas atau masa pubertas

110
3. Perkembangan Sosial
Lambat laun anak akan dapat menguasai dunia sekitarnya, walaupun pada
waktu bayi baru lahir masih sangat canggung menghadapinya. Hubungan sosial
pertama pada anak/bayi yang baru lahir, kehadiran orang di sekitarnya tidak
diperlukan. Yang penting baginya adalah pergantian keadaan atau adanya
suara.Pada minggu-minggu pertama faktor orang dewasa tidak penting bagi
bayi yang masih dalam keadaan pra sosial dalam kehidupannya. Dalam bulan
kedua terjadilah perubahan karena adanya reaksi sosial khusus, yaitu bila bayi
mendengar suara orang tua lain reaksinya akan berbeda. Jika bayi mendengar
suara orang ia akan tertawa, tetapi bila mendengar suara lonceng yang nyaring
ia tidak akan tertawa.
Bayi berumur 2-4 bulan terdapat kontak sosial aktif, ia akan minta
perhatian orang tua dengan membuat suara atau menyentuh orang tua. Bayi
berumur 8 bulan sudah dapat membedakan muka dan suara orang yang marah,
maka bayi bereaksi dengan memalingkan muka atau menangis. Bayi berumur 9
bulan bersikap ramah terhadap orang yang baru dikenal. Hubungan dengan
orang-orang yang selalu di sekitarnya lebih akrab dari pada dengan orang yang
baru dijumpai.
Anak berumur 2 tahun mengharapkan teman terutama pada waktu
bermain. Anak berumur 3 tahun hubungan dengan orang tua berubah.
Perubahan ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan kemauan. Pada umur 2-
4 tahun terjadi masa membangkang yaitu nila kemauannya ditolak atau
dihambat ia akan marah. Pada anak yang tidak mengalami membangkang maka
anak tersebut mempunyai kekurangan kemauan/kekurangan inisiatif, ia harus
diberi rangsang untuk mengerjakan sesuatu. Selama masa membangkang ini
anak akan membenci orang yang menghambat kemauannya, dan akan
menyayangi orang yang menuruti kemauannya.
Pada umur 5-6 tahun anak mulai menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, karena pada usiaan ini terjadi perkembangan keadaan,
kewajiban dan pekerjaan. Seseorang anak berumur 6 tahun masih mau
dipimpin, umur 9 tahun sedikit demi sedikit menentang pimpinan, sehingga
pada suatu waktu tidak mau dipimpin sama sekali. Sejak anak menjadi sosial

111
aktif, terjadi hubungan antara dia dan teman-temannya. Hubungan antara dua
anak tidak selalu sejajar, ternyata ada salah satu anak merasa lebih tinggi dari
temannya, sehingga ia ingin menguasai anak yang dianggap lebih rendah.
Pada masa anak sekolah terdapat anak yang berbakat memimpin,
kemudian ada anak yang dipimpin seorang anak sebaya. Selain dapat
memimpin satu golongan, ia dapat pula mengikuti rombongan yang terdiri dari
2-3 orang. Sedangkan anak sekolah berusaha mengikuti rombongan yang lebih
besar.
Makin lebih berarti teman sebaya bagi penghidupan anak makin kurang
berarti hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa. Pada mulanya
hubungan dengan teman sebaya sejajar hubungannya dengan orang tua atau
orang dewasa, tetapi akhirnya hubungan dengan teman sebaya lebih tinggi
dibandingkan dengan hubungannya dengan orang tua atau orang dewasa.

B. Retardasi Mental
Retardasi mental atau Tunagrahita. Dari hasil penelitian kedokteran di
Indonesia, banyak terdapat anak terbelakang mental atau tunagrahita adalah
apabila anak tersebut :
- mempunyai intelegensi di bawah normal
- kurangnya rasa sosialisasi
- dan lain-lain
Ditinjau dari segi neurologi, maka secara medis menurut ahli penyakit
saraf, ada beberapa kelompok penggolongan retardasi, antara lain :
- kelompok retardasi mental genetik
- kelompok retardasi mental kerusakan otak

1. Kelompok Retardasi Mental Genetik


Adalah merupakan keterbelakangan mental akibat kelainan faktor
keturunan, dan ini disebabkan oleh :
- Perubahan jumlah kromoson pada hasil pertumbuhan yang disebut
aborsi.
- Perubahan urutan rantai protein membentuk gen yang disebut mutasi

112
- Kelainan bentuk pada protein yang membentuk gen disebut deformitas
- Adanya kekeliruan penempatan dalam urutan protein pembentuk gen
yang disebut translokasi.

Contoh anak yang mengalami retardasi mental genetik :


- Sindrom Down
Ciri-cirinya adalah mata sipit, mata lebar, lipatan kelopak mata atas
lebih dalam, lidah tebal dan menonjol keluar mulut, jari tangan
pendek, telapak tangan lebar dan tebal.
- Sindrom Turner
Ciri khasnya, : leher pendek, badan pendek, dahi sempit, alat
kelamin tidak berkembang normal.
- Klinerfer Sindrom
Cirinya : bentuk luarnya lelaki, tetapi alat kelaminnya tidak
sempurna, buah dada membesar.
- Anof Talmus
Cirinya : tidak mempunyai bola mata, celah mata kecil (mikro
cephalis)
- Kriptof Talmus
Cirinya : bibir sumbing, tanpa celah mata, langit-langit bercelah,
dada gepeng, jari-jari kaki dan tangan melekat satu sama lain.
- Tuberous Sklerosis
Cirinya : banyak terjadi pada laki-laki, adanya tumor kelenjar
minyak kulit (adeno masebasa), wajah berwarna kuning.
- Sindrom Stueger-Werbur Demitri
Cirinya : membesarnya bola mata satu sisi, sehingga sukar ditutup,
dahi banyak ditumbuhi rambut juga disertai kelumpuhan separuh
anggota tubuh yang berlainan.

113
2. Retardasi Mental Kerusakan Otak (Brain Damage)
Retardasi mental akibat kerusakan otak yang merasa biasanya disebabkan
sisa radang dari otak pendarahan otak terutama waktu melahirkan, kurang
cukupnyap pemeliharaan oksigen dan glukosa pada otak terutama pada bayi
yang lahir belum cukup umur, dan juga bisa disebabkan oleh keracunan.
Anak yang retardasi mental ini sebagian mengalami kelainan retrdasi
genetik atau CP, dan sebagian lagi tidak mengalami terbelakangan mental,
meskipun dari wajah nampak kurang cerdas.Contoh anak yang mengalami
retardasi mental (brain demage) antara lain:
a. Anak Desteksio
Merupakan akan prasekolah yang mengalami sukar untuk berbicara atau
seseorang yang mampu berpikir tetapi tidak mampu menuliskannya atau
menyampaikan dengan kata-kata.
b. Sindrom Etrman
anak ini mengalami kesulitan dalam membilang dan menulis namun lancar
untuk berbicara.
c. Sindrom Gertsman
anak mengalami kesulitan dalam mengenal benda melalui perabaan dan
tidak mampu menulis dan berhitung juga membedakan kiri dan kanan.
d. Sindrom Diskontrol
anak ini mengalami kesulitan dalammemberi dan menerima terhadap
rangsang dari luar, ia tidak tuli dan tidak buta, tetapi lambat sekali dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.

3. Retardasi Mental Fungsional


Retardasi mental fungsional adalah anak-anak terbelakang mental karena
adanya gangguan hubungan pergaulan, gangguan dalam cara mengasuh atau
faktor budaya. Sebab-sebab yang menimbulkan retardasi mental fungsional
antara lain :
a. Faktor hereditas
- Bapak yang hiperaktif waktu masih kecil, menyebabkan anak juga
menjadi hiperaktif.

114
- Orang tua yang mudah tersinggung waktu kecil, maka anak yang
dilahirkan juga mudah tersinggung.
- Usia ibu waktu mengandung lebih dari 35 tahun dengan tekanan mental
- Ibu merokok
- Benturan-benturan mental waktu anak masih umur 0-3 tahun
Misalnya orang tua sering gaduh, broken home, dan lain-lain.
b. Fungsi otak
pada anak kelompok ini, menunjukkan kelainan/ciri-ciri kerusakan otak
minimal.
c. Faktor perilaku
Golongan perilaku tertentu sering menghambat perkembangan mental anak-
anak sehingga mereka mengalami retardasi mental. Contoh :
- menyendiri
- agresif
- nakal
- hiper kinetik
- autisme

C. Gangguan Bicara
Pada umumnya seseorang anak mulai mengeluarkan kata-kata sekitar usia
9-13 bulan dengan mengucapkan satu kata, dan biasanya pada usia 2,5 tahun
sudah mengucapkan kalimat sempurna. Apabila seorang anak mengalami
gangguan bicara maka akan dibawa kedokter. Gangguan bicara dapat
digolongkan menjadi dua macam golongan, yaitu :
1. Gangguan bicara kognital (berasal dari dalam diri anak). Yang termasuk
jenis ini adalah :
a. Retardasi mental
Gangguan ini mengakibatkan gangguan pada bicara. Terganggunya anak
dalam berbicara disebabkan adanya pengaruh tingkah laku intelegensi
yang rendah sehingga anak kurang dapat memahami atau mengerti
pembicaraan orang lain.

115
b. Ketulian
Gangguan bicara sebagai akibat serangan pada otak yang berhubungan
dengan saraf-saraf pendengar saat anak berada dalam kandungan ibunya.
c. Cerebral Palsy
Gangguan bicara yang terjadi pada anak cerebral palsy sebagai akibat
bermacam jenis cerebral palsy.
d. Anomali alat bicara perifer
Gangguan bicara yang terjadi akibat kelainan pada organ-organ tertentu :
rongga mulut, bibir, lidah, gigi, dan rahang. Kelainan rongga mulut dapat
diperbaiki dengan operasi plastik pada saat anak mulai mengucapkan
kata-kata.

2. Gangguan bicara karena pengaruh dari luar


a. Aphasia
Disebabkan oleh trauma pada kepala, tumor otak.
b. Dyssartharia
Disebabkan oleh kelemahan otot-otot karena adanya serangan penyakit
yang merusak saraf, seperti folio, anemia grafis.
c. Gangguan bicara psiko genetik
Disebabkan oleh tekanan batin atau gangguan yang berat.
d. Gangguan sosio kultural
Disebabkan oleh latar belakang kehidupan keluarga.

Tugas
1. Jelaskan perkembangan anak ditinjau dari segi fisik, mental, dan
sosial.
2. Jelaskan pengertian dan jenis-jenis retardasi mental
3. Jelaskan kemampuan bicara anak dan gangguan bicara yang dialami
anak.

116
BAB XII
EPILEPSI

Pendahuluan
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi yang utama
pada dasarnya epilepsy merupakan suatu penyakit susunan saraf
pusat atau (SSP) yang timbul akibat adanya ketidakseimbangan
polarisasi listrik diotak. Epilepsi sering dihubungkan dengan
disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang
berat bagi penyandangnya (Pendidikan yang rendah, pengangguran
yang tinggi, stigma social, rasa rendah diri, kecenderungan tidak
menikah bagi penyandangnya).
Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian epilepsi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan factor penyebab epilepsi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi epilepsi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk penatalaksanaan epilepsy

A. Pengertian Epilepsi
Epilepsi berasal dari bahasa Yunani, Epilambanmein yang berarti
serangan. Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi yang utama pada
dasarnya epilepsy merupakan suatu penyakit susunan saraf pusat atau (SSP)
yang timbul akibat adanya ketidakseimbangan polarisasi listrik diotak. Ketidak
seimbangan polarisasi listrik tersebut terjadi akibat adanya focus-fokus iritatif
pada neuron sehingga menimbulkan letupan muatan listrik spontan yang
berlebihan dari sebagian atau seluruh daerah yang ada didalam otak.
Epilepsi merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai
etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yaitu kejang berulang akibat
lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksimal.

117
Terdapat dua kategori dari kejang epilepsi yaitu kejang fokal (parsial) dan
kejang umum.
Epilepsi adalah kejang berulang tanpa pencetus (provokasi) ≥ 2 dengan
interval > 24 jam antara kejang pertama dan berikutnya. Manifestasi klinis
epilepsi dapat berupa gangguan kesadaran, motorik, sensoris, autonom atau
psikis. Epilepsi dihubungkan dengan angka cedera yang tinggi, angka kematian
yang tinggi, stigma social yang buruk, ketakutan, kecemasan, gangguan
kognitif, dan gangguan psikiatrik.
Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental,
dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (Pendidikan yang
rendah, pengangguran yang tinggi, stigma social, rasa rendah diri,
kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya). Pada penyandang usia
anak-anak dan remaja, permasalahan yang terkait dengan epilepsy menjadi
lebih kompleks.

B. Faktor Penyebab Epilepsi


Etiologi dari epilepsi adalah multifaktorial, tetapi sekitar 60 % dari kasus
epilepsi tidak dapat ditemukan penyebab yang pasti atau yang lebih sering kita
sebut sebagai kelainan idiopatik. Adapun penyebab epilepsi adalah :
1. Faktor genetik
2. Adanya gangguan atau penyakit dalam otak.
3. Keracunan alcohol Sebagian penderita epilepsi tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik) dan sebagian ada yang dapat diketahui (simptomatik).
Faktor penyebab lain yang diketahui adalah :
1. Kelainan kongenital letak
2. Komplikasi kehamilan, persalinan.
3. Gangguan metabolic, hipoglikemia, hipoklasemia, hypernatremia.
4. Infeksi, radang yang disebabkan oleh bakteri atau virus pada otak dan
selaputnya
5. Trauma, kontusio, serebri, hematoma, subaraknoid, subdural.
6. Neoplasma otak dan selaputnya
7. Kelainanpembuluh darah, malformasi otak

118
C. Klasifikasi
Klasifikasi epilepsi dibuat berdasarkan pada tipe kejang, penyebab dan
sindrom epilepsi. International league againts epilepsy (ILAE) pada tahun 2010
menetapkan klasifikasi epilepsy berdasarkan tipe kejang. Tipe kejang
berdasarkan semiologi kejang dan gambaran elektroensefalografi (EEG), yaitu
epilepsi fokal (parsial) dan epilepsi umum. Epilepsi fokal adalah kejang
dimulai dari fokus tertentu yang terlokalisir di otak dan kejang muncul pada
satu sisi tubuh saja. Epilepsi fokal bisa menjadi umum jika terjadi perjalanan
listrik otak ke hemisfer kontralateral. Epilepsi umum adalah kejang pada
daerah lebih luas di kedua hemisfer otak dan manifestasi kejang pada kedua
sisi tubuh (Berg dkk., 2012).
Berdasarkan penyebabnya, epilepsi digolongkan menjadi idiopatik,
simtomatik dan kriptogenik. Epilepsi idiopatik yaitu epilepsi yang tidak jelas
ditemukan penyebabnya dan sering dihubungkan dengan faktor genetik.
Epilepsi simtomatik jika penyakit yang mendasari jelas ditemukan, sedangkan
epilepsi kriptogenik, diduga ada penyebab yang mendasari tetapi belum bisa
dibuktikan (Kwan dkk., 2011). Penyebab epilepsi pada bayi dan anak di
Finlandia adalah idiopatik (64%), masalah prenatal (15%), perinatal (9%), dan
post natal (12%) (Sillanpaa dan Schmidt, 2011).

D. Penatalaksanaan epilepsy
1. Diagnosis epilepsi
Diagnosis didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan klinis dengan
hasil pemeriksaan EEG atau radiologis. Namun demikian, bila secara
kebetulan melihat serangan yang sedang berlangsung maka epilepsi
(klinis) sudah dapat ditegakkan.
Anamnesis merupakan langkah terpening dalam melakukan
diagnosis epilepsi. Dalam melakukan anamnesis, harus dilakukan secara
cermat, rinci, dan menyeluruh karena pemeriksa hampir tidak pernah
menyaksikan serangan yang dialami penderita. Anamnesis dapat
memunculkan informasi tentang trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, ensefalitis, malformasi vaskuler, meningitis, gangguan

119
metabolik dan obat-obatan tertentu. Penjelasan dari pasien mengenai
segala sesuatu yang terjadi sebelum, selama, dan sesudah serangan
(meliputi gejala dan lamanya serangan) merupakan informasi yang sangat
penting dan merupakan kunci diagnosis.
Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis, dapat dilihat adanya
tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti
trauma kepala, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau
difus, infeksi telinga atau sinus. Sebab-sebab terjadinya serangan epilepsi
harus dapat ditepis melalui pemeriksaan fisik dengan menggunakan umur
dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Untuk penderita anak-anak,
pemeriksa harus memperhatikan adanya keterlambatan perkembangan,
organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat menunjukan
awal gangguan pertumbuhan otak unilateral.
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang paling
sering dilakukan dan harus dilakukan pada semua pasien epilepsi untuk
menegakkan diagnosis epilepsi. Terdapat dua bentuk kelaianan pada EEG,
kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi
struktural di otak. Sedangkan adanya kelainan umum pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.
Neuroimaging atau yang lebih kita kenal sebagai pemeriksaan
radiologis bertujuan untuk melihat struktur otak dengan melengkapi data
EEG. Dua pemeriksaan yang sering digunakan Computer Tomography
Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Bila
dibandingkan dengan CT Scan maka MRI lebih sensitive dan secara
anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan
hippocampus kiri dan kanan.

2. Pertolongan Pertama
Tahap – tahap dalam pertolongan pertama saat kejang, antara lain :
a. Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya (gunting, pulpen,
kompor api, dan lain – lain).
b. Jangan pernah meninggalkan penderita.

120
c. Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan saat kejang tidak
menimbulkan cedera kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah
baju di lehernya agar pernapasan penderita lancar (jika ada).
d. Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut
dapat mengalir keluar dengan lancar dan menjaga aliran udara atau
pernapasan.
e. Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan
penderita. Biarkan gerakan penderita sampai kejang selesai.
f. Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti
memberi minum, penahan lidah.
g. Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita. Jangan
meninggalkan penderita sebelum kesadarannya pulih total, kemudian
biarkan penderita beristirahat atau tidur.

3. Medikamentosa
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita
epilepsi terbebas dari serangan epilepsinya. Berikut obat yang digunakan
dalam epilepsy :
a. Pemilihan OAE didasarkan atas: jenis kejang, sindrom epilepsi, efek
samping, dan interaksi antar OAE. Pengobatan dimulai dengan OAE
lini pertama, dosis ditingkatkan sampai dosis maksimal. Pemberian dua
jenis terapi (politerapi) dapat dipertimbangkan bila hasil belum optimal
setelah pemberian monoterapi (Maria dan Drayton, 2009).
b. Diazepan Intravena 10mg/5 menit maksimal 60, 60 mg. setelah kejang
berhenti berikan 10 mg diazepang intramuskulus tiap 3 jam. Pasang
infus, berikan glukosa 10 %. Diazepang dapat diberikan dalam infus
bila perlu dengan dosis 200 mg dalam 24 jam.
c. Bila dengan infus diazepam setelah satu jam terdapat serangan kejang
suntikan intravena fenition 10 mg/kg/ berat badan.
d. Bila masih ada kejang, setelah tindakan diatas berikan kloralhidrat
dengan infus perrektum 3-4 gr, yang dihentikan setelah serangan-

121
serangan kejang berhenti berikan fenobarbita 200-300 mg
intramuskulus sekali sehari.

4. Bedah
Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong
bagian yang menjadi fokus infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi
sumber serangan. Diindikasikan terutama untuk penderita epilepsi yang
kebal terhadap pengobatan.
Tindakan medis dan rehabilitasi merupakan upaya pemulihan yang
dilakukan untuk mencegah kerusakan sel otak yang lebih luas, serta bertujuan
mencegah terjadinya kekakuan otot dan sendi sehingga tercapainya keselarasan
antara perbaikan ditingkat pusat dan terpeliharanya kondisi otot – otot
penggerak sehingga membantu melatih pasien secara bertahap untuk mencapai
kemandirian pasien (Thomas, 2008).

Tugas
1. Jelaskan pengertian epilepsi
2. Jelaskan factor penyebab epilepsi
3. Jelaskan klasifikasi epilepsi
4. Jelaskan bentuk penatalaksanaan epilepsy

122
DAFTAR PUSTAKA

A. Salim. 1996. Pendidikan Bagi Anak Cerebral Palsy, Jakarta : Dikti


Agus Sudomo. 1980. Osteologi. Universitas 11 Maret : Surakarta
David Bocher, Aji Darma. 1983. Pengantar Ilmu Urat dan Faal Susunan Saraf.
Jakarta : Dian Rakyat
Ernest Garned. 1980. Fundomental odf Neurologi. London : W.B. Sounders
Company
Evelyn C. Pierre. 1993. Anatomidan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia
Gilroy L. Meyer LS. 1981. Medical Neurology. New York : Mac Millan Publ. Co
Ricard Snell. Neurologi Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta :
EBC
Sumarno Mrakam. 1982. Neuro Anatomi, Jakarta : Indira
-----------. 1992. Penuntun Nuerologi. Jakarta : Bina Aksara
Syaifuddin. 1992. Anatomi Fisiologi untuk Perawat Kedokteran. Jakarta : EBC
Penandoyo 1982. Anatomi Fisiologi dan Genetika. Jakarta
Eva Loro Weinrob. 1984. Anatomiand Physology Addison. London : Wesley
Publishing Company
Hallahan & Kaufman. 1988. Expectional Children. USA

123
DAFTAR ISTILAH
A.
Aflasia : kehilangan daya bicara, daya mengerti pembicaraan
Agraphia : kehilangan daya menulis
Aksesorius : tambahan
Akson : juluran sel saraf yang menghantar rangsang keluar dari puast sel
Akustikus : pendengaran
Aleksia : kehilangan daya membaca
Anterior : depan
Araknoidea : selaput halus otak
Ataxia : gerakan yang terganggu
Alba : putih
Arteri : pembuluh darah
B.
Bulbes : benjolan
D.
Denrit : jurulan sel saraf yang menghantar rangsang menuju pusat
Diensefalon : bagian batang otak bagian atas
Durameter : selaput keras otak
E.
Ensephaliteis : radang selaput otak
F.
Fasilukus : ikatan kecil
Fasialis : muka
Filum : benang
Fissura : celah
Flokulus : jumput kecil
Formasi : susunan
Frontal : depan
Funikulus : tambang kecil
G.
Ganglion : simpul saraf

124
Gyrus : lipatan otak
Gilobus : bulatan
Gilosus : lidah
Gricea : abu-abu
H.
Hemifer : belahan, setengah bulatan
Hyper : awalan yang menunjukkan lebih
Hypo : awalan yang nenunjukkan kurang
Hidrocephalus : kepala berisi cairan LCS
I.
Inferior : bawah
Intern : depan
K.
Kopiler : pembuluh rambut
Kopsula : simpai
Kaudal : ekor
Koksigeal : tungging
Kolumna : kolom
Komisura : menjadi Saturday
Kornu : tanduk
Korpus : badan
Kulmen : puncak
Kuncatus : biji
L.
Lateral : samping
Lobus : baga
Lumbal : punggung
M.
Medial : tengah
Medulla : sumsum
Meninges : selaput otak
Mesensephalon: otak tengah

125
Mukosa : selaput lendir
Muskulus : otot
N.
Nervus : saraf
Neuron : sel saraf
Nodulus : simpul kecil
Nukleus : inti
O
Oblangata : memanjang
Okspital : kepala belakang
Olfakturius : penghidup
P
Piameter : selaput otak yang melekat pada permukaan otak
Pons : jembatan
Posterior : belakang
R
Regid : kaku terus menerus
Rostral : sebelah lebih ke atas
S
Sakral : berhubungan dengan tulang belakang
Sensoris : rasa
Serebellum : otak kecil
Serebrum : otak besar
Servikal : leher
Spinal : berhubungan dengan tulang belakang
T
Temporal : pelipis
Turakal : dada
Troklea : katrol
U
Uvala : bagian vernis serebellum

126
V
Vagus : pengembara saraf ke X
Vertebrata : ruas tulang belakang
Vestibularis : berhubungan dengan nervus VIII

127

Anda mungkin juga menyukai