Anda di halaman 1dari 2

 

Rintik hujan semakin menambah diatas sana,payungku menjadi tidak berguna akibat angin
yang menderu semakin kencang dan menggeser rintik deras hujan ke permukaan pakaianku.
Aku menggenggam payungku erat agar tidak juga terseret angin dan mempercepat kakiku yang
sudah kebasahan sedari pulang sekolah. Samar samar aku melihat tujuanku sudah berada di
depan mata dan berlari untuk meneduh.aku menguncupkan payungku karena halte ini penuh
orang orang yang berdempet agar tidak terkena hujan,dan berharap agar bus tujuanku segera
datang.                                                                                                                                          
           Aku meniup niup permukaan tangan yang bergetar dan terasa dingin,sedikit
menggoyangkan seluruh tubuhku agar dingin ini tidak memasuki bagian dalam hoodie ku yang
setengah basah. Aku tak menutupi fakta bahwa aku sedikit menyesal tidak jadi menggunakan
baju olahraga sekolah yang lebih hangat untuk pulang,padahal paha dan kakiku sudah kaku
mendingin karena rok yang terlalu tinggi. Deru bus mendesing pelan dihadapanku. Saat pintu
terbuka, dengan sedikit berlari aku memasuki bis itu dan men-tap kartu lalu mencari tempat
duduk. Seluruh kursi di bis ini telah dipenuhi para lansia dan beberapa pelajar kecuali satu
tempat disamping seorang pelajar laki laki yang terlihat seumuran denganku. Aku segera
memegangi tiang terdekat karena busnya sudah melaju dengan cepat. Tubuhku ikut bergoyang
kedepan karena gerakan bus yang tiba tiba, untunglah aku memegangi tiang ini dengan erat.

“ kau bisa duduk disini.” suara laki laki itu mengagetkanku sehingga spontan aku menoleh
kearahnya. Pelajar laki laki itu  menyadari tatapanku dan menepuk nepuk kursi kosong yang
berada tepat di sampingnya.

“Tidak, terimakasih.” aku menolaknya sesopan mungkin lalu kembali menatap jalanan.
Laki laki itu menoleh tidak peduli ke arah jendela di sampingnya.

“Akan lebih hangat disini.” lagi lagi suara lelaki itu membuatku menoleh ke arahnya. Tapi kali ini
ia terlihat tidak peduli, karna mengatakannya sambil memendangi jendela.        
         Aku menatap kakiku yang memang satu satunya dari seluruh bagian tubuhku yang
sekarang terbuka dan basah, ditambah ac bus yang membuatku secara tak sadar
menggoyangkannya karena kedinginan.      “ kenapa dia melihat kakiku?seperti org mesum
saja…” pikiran buruk itu yang  pertama kali melintas dalam otakku. Aku memang ingin
mengelap basah hujan di kaki ku saat ini, sehingga akan lebih mudah melakukannya di tempat
duduk. “Ah sudahlah. Akan kutahan dingin ini sebentar” batinku santai. Tetapi tubuhku tidak
menghendakinya. Rasanya kakiku akan mati rasa sebentar lagi. ”Gwenchana,, 3 halte lagi” lagi
lagi aku berpikir tanpa merasakan penderitaan kakiku. “Apa perlu aku pindah saja? Itu akan
lebih mudah.” kini pikiranku yang berlawanan membuatku sangat ingin menduduki kursi itu.
Tapi pikiran lain menyiksaku. 

NB: Gwenchana : gak papa

           

                Bersamaan dengan itu, pintu bus terbukadan menghembuskan angin kencang ke


dalam bus. Aku sudah tidak kuat lagi karena rasa dingin itu menusuk tulangku. Dengan cepat
aku duduk di kursi samping pelajar laki laki tadi dan mengelus elus kakiku yang tersakiti karena
rasa kewaspadaanku yang tak berdasar tadi, aku juga meniup niup tanganku yang terlalu lama 
memegang tiang besi. 
                Laki laki yang tadinya tersentak karena kedatanganku yang mendadak, tiba tiba
menyodorkan hotpack didepan kedua tangan yang kutiup. Aku menyambarnya dengan cepat
sehingga laki laki itu kaget karena aku sudah menempatkannya dalam genggamanku yang
dengan cepat memberikan rasa panas yang menyengat kulitku dan membuatkuspontan
melempar balik ke arah laki laki itu
“Pabo, itu masih sangat panas. Kukira kau tidak akan meenerimanya dengan secepat itu .”
diluar dugaan, laki laki itu malah memarahiku.

 Aku sedikit kesal karena sikapnya, tapi rasa menyengat di tangan ini membuatku tidak
menghirau kannya. Aku mengipas ngipas kedua tanganku dengan ekspresi yang kubuat agar
tidak terlihat ceroboh karna langsung menggenggam hotpack panas tadi.
“ sini, kulihat.” ia  menarik tanganku dan membuat tubuhku menghadapnya. Tangannya
mengelus kedua tanganku yang ia pegang. Aku sedikit terkejut dan menarik tanganku kembali
“ laki laki macam apa yang memegangi tangan perempuan yang baru saja ditemuinya??”
Ucapku dalam hati sambil menatapnya gusar. Belum pernah ada yang setidak sopan ini
terhadapku. 

“ tidak perlu, hotpacknya tidak sepanas itu kok.” kataku bohong. Sambil mengalihkan tubuhku
ke arah lain. Tapi kata kata itu justru membuat suasana canggung karena laki laki itu terus
menatapku.

   

Anda mungkin juga menyukai