Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA

IMPLEMENTASI SILA PERTAMA PANCASILA DALAM ASPEK KEHIDUPAN

BANGSA

Dosen Pengampu : SYAHRU RAMADHAN M.Pd

Disusun oleh :

Kelompok 7

Nama anggota :

1. MAHIRATIN
2. SRI ARILLAH

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH BIMA

TAHUN AJARAN 2020 -2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Dasar
Negara Indonesia. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis. Penulis telah berusaha untuk dapat
menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki
akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa. Oleh karena itu jika didapati adanya
kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka kami memohon
maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca  sangat diharapkan
oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama. Harapan  ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian

Bima, Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila ...............................................................................................3
B. Pancasila sebagai ideologi ......................................................................................4
C. Makna nilai sila pertama pada Pancasila .............................................................. 4
D. Penyimpangan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” .................................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 8
B. Saran ....................................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam
masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia,
pancasila merupakan  pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Mempelajari
Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki
jati diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan
identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah diharapkan
dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi negara, menguraikan nilai-nilai
Pancasila sebagai ideologi negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara.
Pengetahuan ideologi mempunyai arti tentang gagasan-gagasan. Ideologi secara
fungsional merupakan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang
masyarakat dan negara yang dianggap baik.
Ciri-ciri ideologi pancasila merupakan ideologi yang membedakan dengan
ideologi yang lainnya. Ciri-ciri tersebut yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa
yang berarti pengakuan bangsa Indonesia terhadap Tuhan sebagai pencipta dunia
dengan segala isinya.Kedua adalah penghargaan kepada sesama umat manusia, suku
bangsa dan bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Ketiga
adalah bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa, keempat adalah bahwa
kehidupan kita dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem
demokrasi. Makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan agar dapat
menganalisis dan bersikap kristis terhadap para petinggi negara yang menyimpang
dari Ideologi bangsa dan negara Indonesia.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan Pancasila
2. Pancasila sebagai ideologi
3. Makna nilai sila pertama pada Pancasila
4. Penyimpangan sila pertama dalam kehidupan nyata
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai dasar negara.
3. Penulis ingin mengetahui arti Pancasila sebenarnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pancasila
1. Pengertian Pancasila Secara Etimologis
Perkataan Pancasil mula-mula terdapat dalam perpustakaan Buddha yaitu
dalam Kitab Tripitaka dimana dalam ajaran buddha tersebut terdapat suatu ajaran
moral untuk mencapai nirwana/surga melalui Pancasila yang isinya 5 J.
2. Pengertian Secara Historis
Pada tanggal 01 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato tanpa teks mengenai
rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada tanggal 17 Agustus 1945
Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, kemudian keesokanharinya 18
Agustus 1945 disahkanlah UUD 1945 termasuk Pembukaannya dimana
didalamnya terdapat rumusan 5 Prinsip sebagai Dasar Negara yang duberi nama
Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila menjadi Bahasa Indonesia yang umum. Jadi
walaupun pada Alinea 4 Pembukaan UUD 45 tidak termuat istilah Pancasila
namun yang dimaksud dasar Negara RI adalah disebut istilah Pancasila hal ini
didaarkan interprestasi (penjabaran) historis terutama dalam rangka pembentukan
Rumusan Dasar Negara.
3. Pengertian Pancasila Secara Termitologis
Proklamasi 17 Agustus 1945 telah melahirkan Negara RI untuk
melengkapai alat2 Perlengkapan Negara PPKI mengadakan sidang pada tanggal
18 Agustus 1945 dan berhasil mengesahkan UUD 45 dimana didalam bagian
Pembukaan yang terdiri dari 4 Alinea didalamnya tercantum rumusan Pancasila.
Rumusan Pancasila tersebut secara Konstitusional sah dan benar sebagai dasar
negara RI yang disahkan oleh PPKI yang mewakili seluruh Rakyat Indonesia.
Pancasila Berbentuk:
a) Hirarkis (berjenjang);
b) Piramid.
4. Pengertian Pancasila menurut para ahli
1. Muhammad Yamin. Pancasila berasal dari kata Panca yang berarti lima dan
Sila yang berarti sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting
dan baik. Dengan demikian Pancasila merupakan lima dasar yang berisi
pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik.
2. Notonegoro. Pancasila adalah dasar falsafah negara indonesia, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan serta sebagai pertahanan
bangsa dan negara Indonesia.
3. Ir. Soekarno. Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun
sekian abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan
demikian, Pancasila tidak saja falsafah negara, tetapi lebih luas lagi, yakni
falsafah bangsa Indonesia.

B. Pancasila Sebagai Ideologi


Nama ideologi berasal dari kata ideas dan logos. Idea berarti gagasan,konsep,
sedangkan logos berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah sekumpulan
ide, gagasan, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis dalam bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Ciri-ciri ideologi adalah
“mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.”
Oleh karena itu, mewujudkan suatu asas kerohanian, pandanagn dunia, pandangan
hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara diamalkan dilestarikan
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan
berkorban.
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa adalah Pancasila sebagai cita-cita negara
atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, serta menjadi tujuan hidup berbangsa dan
bernegara Indonesia. Berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang
Pencabutan Ketetapan MPR tentang P4, ditegaskan bahwa Pancasila adalah dasar
NKRI yang harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

C. Makna nilai sila pertama pada Pancasila


Makna ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ banyak disalah-artikan oleh bangsa
Indonesia. Agama-agama di Indonesia (Kristen Protestan dan Katolik, Hindu, Budha,
bahkan Konghucu) menganut paham atau konsep bertuhan banyak, bahkan pengikut
animisme. Kebanyaan dari mereka beranggapan bahwa hanya agama Islam saja yang
memiliki konsep ‘Berketuhanan Yang Maha Esa’ tersebut.
Perlu kita ketahui bahwa istilah “ketuhanan” tidak berarti mengakui satu
Tuhan saja. Dalam bahasa Indonesia, awalan ke- dan akhiran -an jika digunakan pada
kata dasar maka akan merubah fungsi ataupun definisi dari kata dasar tersebut.
Contoh kebakaran dari kata dasar “bakar” setelah mendapat akhiran dan awalan, maka
“kebakaran” berarti hal-hal yang berhubungan dengan terbakar. Begitu juga
Ketuhanan berarti hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan. Jadi berapa pun tuhannya
asal berhubungan/berkaitan dengan Tuhan, maka itulah Ketuhanan. Selain itu dalam
Pancasila disebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa (KYME). Kata ‘esa’ dalam bahasa
Sankerta berarti harus ada atau mutlak. Sedangkan kata ‘satu’ dalam bahasa Sankerta
adalah ‘eka’ Jika maksud KYME adalah mengakui Tuhan yang satu maka seharusnya
Tuhan Yang Eka, tidak menggunakan awalan ke- dan akhiran -an serta tidak
menggunakan kata Esa.
Sikap positif yang perlu dilakukan terhadap nilai-nilai “Ketuhanan Yang Maha
Esa” dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu sebagai berikut :
1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing,
2. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda sehingga terbina kerukunan hidup,
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing,
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
5. Setiap warga Negara Indonesia sudah seharusnya mempunyai pola pikir, sikap,
dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa. Setiap
warga Negara diberi kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap dalam
memeluk salah satu agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia.

D. Penyimpangan sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”


Penciptaan kerukunan antar umat beragama dan berkepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat, dalam kenyataannya, tidak selalu berjalan
mulus seperti yang dicita-citakan. Ternyata masih banyak terdapat hambatan-
hambatan yang muncul baik dari campur tangan pemerintah maupun dari golongan
penganut agama dan kepercayaan itu sendiri. Hal ini bisa saja disebabkan karena
penghayatan terhadap Pancasila, khususnya sila Ketuhanan, tidak dapat dipahami dan
dihayati secara mendalam dan menyeluruh. Akibatnya muncul ideologi-ideologi atau
paham-paham yang berbasiskan ajaran agama tertentu. Sehingga seakan-akan bahwa
sila pertama dari Pancasila itu hanya dimiliki oleh salah satu agama tertentu saja.
Dengan kata lain bahwa toleransi dan sikap menghargai agama atau umat
kepercayaan lain ternyata belum sepenuhnya dapat disadari dan diwujudkan. Tentu
saja karena adanya golongan-golongan tertentu yang memiliki paham bahwa hanya
kepercayaannya atau hanya ajaran agamanya sajalah yang paling baik dan benar.
Pandangan atau paham yang sempit mengenai pamahaman terhadap agama dan
kepercayaan yang seperti ini dapat menimbulkan atau mengundang konflik serta
gejolak dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Konflik antar kelompok agama terkadang juga dapat dipicu kerena kebijakan
atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah (departemen agama). Seharusnya,
departemen agama adalah lembaga yang bersifat netral, yang membawahi seluruh
unsur-unsur agama yang ada atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan
memegang teguh nilai-nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila. Jangan malah
mengeluarkan suatu kebijakan yang merugikan ataupun menguntungkan agama-
agama tertentu, yang dapat menimbulkan konflik atau ketegangan antar uamat
beragama yang tentu saja berbeda agama dan kepercayaannya.
Departemen agama tidak boleh mengurusi ataupun ikut campur tangan
terhadap kedaulatan suatu agama. Namun, hanya bertindak sebagai pengontrol dan
penjamin. Aturan-aturan atau kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pun hanya
sebatas untuk menjaga ketertiban dan keamanan antar umat beragama, demi
tercapainya kerukunan dan kerjasama antar umat beragama.
Namun kenyataannya, lembaga keagamaan di Indonesia seringkali masih
menguntungkan agama-agama tertentu. Salah satu contohnya dalah kasus Surat
Keputusan Bersama antara Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (SKB 2
Menteri), terutama mengenai perijinan pembangunan rumah ibadah. Dimana
disebutkan bahwa syarat untuk mendirikan rumah/ tempat ibadah sedikitnya atau
batas minimalnya jika ada 100 orang dalam satu wilayah yang beragama sama. SKB
dua menteri tersebut sangat tidak relevan dan cenderung diskriminatif terhadap agama
tertentu, bahkan berpotensi memecah belah kerukunan antar umat beragama melalui
isu-isu agama, dan membatasi ruang gerak umat beragama untuk melaksanakan
ibadahnya. SKB 2 Menteri tersebut dapat dikatakan telah melanggar hak asasi
manusia dalam hal menjalankan ibadah, dan tidak sesuai dengan Pancasila. Surat
keputusan tersebut juga menimbulkan dampak yang cukup serius, yakni tercatat ada
lebih dari 1.000 gereja di Indonesia rusak dan hancur akibat dirusak massa karena
keberadaannya tidak sesuai syarat yang tertuang dalam SKB dua menteri tersebut.
SKB 2 Menteri itupun ada yang pro dan kontra. Tetapi, juga menimbulkan berbagai
macam kecaman, bahkan dapat menimbulkan suatu konflik yang menuju pda
perpecahan.
Jika kita mencoba menganalisis dari isi kebijakan surat keputusan tersebut,
terutama yang menyangkut masalah syarat pendirian tempat ibadah, maka di daerah
atau di provinsi-provinsi tertentu banyak uamat-umat beragama yang tidak dapat
membangun tempat ibadah untuk menjalankan dan menyebarkan ajaran agamanya.
Misalnya saja, di Pulau Bali, berarti di pulau ini hanya Pura-Pura sajalah yang boleh
didirikan, karena hampir seluruh penduduk Bali menganut agama Hindu. Begitu pula
seperti di Papua (mayoritas Kristen), Madura (Islam), dan tempat-tempat lain yang
terdapat mayoritas beragama sama. Bukankah hanya akan menimbulkan konflik antar
umat beragama. Bahkan menjurus pada perpecahan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa penyebab terjadinya
penyimpangan sila ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ di Indonesia salah satunya adalah
kerena pancasila sebagai Ideologi, falsafah, dasar negara, serta sebagai pandangan
hidup, tidak dapat dipahami dan dihayati secara menyeluruh oleh bangsa ini.
Makna sebenarnya dari Sila Ketuhanan yang maha Esa adalah bahwa segala
aspek penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal
dari Tuhan. Faktor lainnya yaitu, lembaga keagamaan di Indonesia seringkali masih
menguntungkan agama-agama tertentu. Hal ini tentu saja memunculkan rasa
ketidakadilan terhadap penganut agama yang tidak dominan dan memacu terjadinya
konflik antar umat beragama.
B. Saran
Warga Indonesia seharusnya lebih bisa memahami makna sebenarnya dari
pancasila (di setiap sila, bukan hanya sila pertama saja). Perbedaan agama juga
seharusnya tidaklah menjadi penghalang setiap warga Indonesia untuk tetap
berinteraksi satu sama lain, saling menghormati, dan saling membantu antar sesama
tanpa mempedulikan perbedaan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

http://fietramadhan.blogspot.com/2015/09/makalah-implementasi-sila-pertama.html

https://www.academia.edu/37042841/MAKALAH_PENDIDIKAN_PANCASILA_MAK
NA_NILAI_SILA_PERTAMA_PADA_PANCASILA_DAN_PENERAPAN_DALAM_
KEHIDUPAN_NYATA

https://www.scribd.com/doc/102202816/MAKALAH-IMPLEMENTASI-PANCASILA

https://adoc.pub/makalah-arti-pancasila-dan-implementasi-pancasila-di-masyara.html

Anda mungkin juga menyukai